Anda di halaman 1dari 1

Annisa Dea Kusuma / 11181130000023

4HIA/2018
Analisi Kasus Konflik Anti-Muslim di India dan Langkah Indonesia
Kerusuhan di India sejak Minggu 23 Februari lalu, terjadi akibat serangan bernuansa SARA
paling brutal di India sejak beberapa puluh tahun terakhir. Total korban pun mencapai 42
orang dengan ratusan korban luka, ditambah rusak nya rumah, masjid dan pertokoan. Hal ini
disebabkan karena PM India Narendra Modi meloloskan UU Amandemen Warga Negara
atau Citizenship Amandement Bill yang didalamnya disebut anti muslim karena UU ini
memungkinkan para imigran ilegal dari Afghanistan, bangladesh, dan Pakistan mendapakat
suaka kecuali yang beragama Islam. Didalam UU ini. Muslim India juga wajib membuktikan
bahwa dia warga negara India.
Lalu apa langkah Indonesia? Anggota DPR 1 Fraksi Partai Demokrat dan Ketua Fraksi PKS
pun memberi pernyataan yang sama bahwa seharusnya Indonesia bisa bertindak tegas dengan
apa yang terjadi di India, terlebih lagi Indonesia merupakan negara Muslim terbesar. Pengajar
program HI di UPH Yosef Djakababa pun berpendapat demikian. Terlebih lagi Indonesia
bisa memanfaatkan posisi nya sebagai anggota Dewan HAM dan Dewan Keamanan PBB.
Indonesia bisa memanggil India di forum PBB dan memberikan teguran langsung. Tetapi
berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan Presiden Joko Widodo. Presiden Joko
Widodo memilih diam dengan kasus yang terjadi di India
Diamnya Presiden Jokowi bukan lah tanpa alasan, karena menghindari terjadi nya backfire
dengan apa yang terjadi di dalam negeri. Ditambah lagi politik bebas aktif Indonesia
membuat Indonesia lebih banyak bermain di backstage. India juga tercatat merupakan mitra
dagang Indonesia dalam komoditas kelapa sawit. Presiden Jokowi pun takut apabila
mengambil langkah tegas terhadap India, akan berdampak perpecahan di dalam negeri.
Apabila kita analisis dengan kasus diatas. Indonesia merupakan aktor utama yang sedang
berusaha survive di atas meja biliard. Indonesia lebih memilih untuk mempertahankan
keamanan negaranya dibidang sosial dan ekonomi. Karena khawatir teguran terhadap India
akan membuat penganut Agama Hindu di Indonesia mendapat diskriminasi dari penganut
agama mayoritas. Padahal setiap agama memiliki ajaran yang baik, hanya saja bagaimana
manusianya yang tidak bisa mengamalkan ajaran itu.
Orientasi politik luar negeri Indonesia terlihat jelas sangat menjaga kepentingan negaranya,
sehingga Presiden Jokowi memilih untuk diam, dan tidak ada tindakan apapun terhadap India
walaupun Indonesia sendiri merupakan salah satu anggota Dewan Kemanan PBB. Hal ini
berangkat dari ke khawatiran Indonesia dalam hal menurunnya penjualan komoditas kelapa
sawit.
Indonesia pun memiliki dua tujuan penting. Yaitu tujuan pjangka pendek yang mengorbankan
diri menentang struktur internasional, demi kedaulatan negaranya, sedangkan dalam jangka
menengah nya Indonesia tetap melakukan hubungan perdagangan yang baik dengan India.
Pada akhirnya semua aktor akan bekerja sesuai dengan Tujuan dan mengambil tindakan
politik luar negeri nya sendiri. Terkadang aktor akan mendobrak apa yang dikatakan oleh
Internasional dengan keputusan apa yang kita buat.
Dan menurut saya di dalam kasus ini, Indonesia memilih pendekatan dengan prinsip-prinsip
dasar liberalisme. Kenapa? Karena Liberalisme sendiri melihat perdamaian merupakan kunci
dari negara yang memiliki kepentingan yang sama tidak akan menimbulkan perang.

Anda mungkin juga menyukai