Anda di halaman 1dari 15

PERCOBAAN I

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA II

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Yang diampu oleh Bapak Ida Bagus dan Ibu Nazriati

OLEH :

KELOMPOK 6 OFFERING H

1. Ilmi Syifaul Maula (170332614566)***


2. Devy Choirunnisa (170332614571)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

SEPTEMBER 2019
A. JUDUL PERCOBAAN
Penentuan tetapan pengionan secara spektrofotometri

B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri

C. DASAR TEORI
Dalam larutan air, metil merah ditemukan sebagai suatu “zwitter ion”, dalam suasana
asam (kondisi I), senyawa ini berupa HMR (merah), sedangkan dalam suasana basa (kondisi
II), senyawa ini berupa MR− (kuning). Keadaan kesetimbangan antara kedua bentuk metil
merah yang berlainan warnanya itu ditunjukkan sebagai berikut :

HMR ..................................(1)
(merah) (kuning)

Tetapan pengionan metil merah (Ka) dirumuskan sebagai berikut :

Ka =

Atau bisa juga ditulis sebagai :

pKa = pH – ..................................(2)

Harga Ka bisa dihitung dari persamaan (2), dengan cara menentukan perbandingan
[MR−]/[HMR] pada pH tertentu yang diketahui. Karena kedua bentuk metil merah
mengabsorbsi kuat di daerah cahay tampak, maka perbandingan tersebut dapat ditentukan
secara spektrofotometri sinar tampak.
Karena itu disini berlaku hukum Lambert-Beer, yaitu :

A= = a.b.c ..................................(3)
dengan :
A = Absorbansi
I = Intensitas cahaya setelah melalui larutan
I0 = Intensitas pelarut murni
a = Indeks absorbansi zat terlarut
b = Panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya
c = Konsentrasi zat terlarut
Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, suhu, dan jenis pelarut. Jika dalam
suatu larutan terdiri lebih dari satu jenis zat terlarut yang masing-masing mengabsorbsi secara
bebas, maka absorbansinya bersifat aditif.

A = ∑ ai.b.ci ..................................(4)

Penentuan tetapan pengionan indikator metil merah pada percobaan ini dilakukan
secara spektrofotometri. Spektrofotometri adalah suatu metode analisa kimia yang merupakan
perbandingan intensitas warna suatu larutan dengan larutan standar. Mula-mula ditentukan
spektrum absorbsi metil merah bentuk I (HMR) dan bentuk II (MR−), kemudian dipilih dua
panjang gelombang 𝜆1 dan 𝜆2 untuk kedua larutan sedemikian rupa sehingga bentuk asam
mengabsorbsi jauh lebih kuat pada 𝜆1 dibanding dengan basanya, demikian pula sebaliknya.
Secara ideal 𝜆1 dan 𝜆2 berupa puncak seperti gambar berikut :

Indeks absorbansi molar HMR pada 𝜆1 (a1,HMR) dan pada 𝜆2 (a2,HMR).


Demikian pula indeks absorbansi molar MR− pada 𝜆1 (a1,MR−) dan pada 𝜆2 (a2,MR−)
ditentukan pada berbagai konsentrasi dengan menggunakan persamaan A = a.b.c. Komposisi
campuran HMR dan MR− pada suatu pH tertentu dihitung dari absorbansi A1 dan A2, masing-
masing pada 𝜆1 dan 𝜆2, dan tebal sel 1 cm (b =1 cm), maka:

A1 = a1,HMR [HMR] + a1,MR− [MR−] ..................................(5)

A2 = ,HMR [HMR] + a2,MR− [MR−] ..................................(6)

D. ALAT DAN BAHAN


 Alat :
1. Spektrofotometer (Spectronic 20)

2. pH meter

3. Labu takar 100 mL

4. Pipet gondok 10 mL, 25 mL, 50 mL.


Rangkaian Alat

Keterangan gambar :

1. tempat kuvet 7. tombol untuk mencetak

2. display digital 8. pengatur panjang gelombang

3. mode indikator 9. pengatur transmitan/absorbans


4. mode pilihan 10. tombol power/pengatur nol

5. tombol pengurangan 11. pengatur filter

6. tombol menaikkan

 Bahan :

1. Metil merah

2. Natrium asetat

3. Asam asetat

4. Asam klorida

5. Etanol 95%

6. NaOH
E. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Pembuatan larutan standar metil merah (100 ppm)

10 mL larutan persediaan

• Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL


• Ditambah dengan etanol 95% sebanyak 50 mL
• Diencerkan dengan air suling hingga tepat 100 mL

Hasil

2. Pembuatan larutan asam (5ppm)

5 ml larutan standar

 Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

 Ditambahkan HCl 0,1M 10 mL

 Diencerkan dengan air suling hingga tepat 100 mL

Hasil

3. Pembuatan larutan basa (10ppm)

10 ml larutan standar

 Dimasukkan ke dalam labu takar sebanyak 100 mL

 Ditambahkan NaOH 0,04 N sebanyak 25 mL

 Diencerkan dengan air suling hingga tepat 100 mL

Hasil
4. Penentuan absorbansi larutan asam dan basa

Larutan asam dan basa

 Ditentukan absorbansinya pada berbagai panjang gelombang (400 nm -

550nm)

 Digunakan air suling sebagai pembanding

 Dibuat kurva A terhadap

 Dipilih 1 dan 2 untuk menganalisa campuran bentuk asam dan basa

 Dicatat absorbansii metil merah pada 1 dan 2 yang telah ditentukan

Hasil

5. Penentuan tetapan kesetimbangan ionisasi

5 mL larutan standar

 Ditambahkan 25 mL larutan CH3COONa 0,04 M

 Volume dijadikan tepat 100 mL dengan penambahan :

a. CH3COOH 0,01 M

b. CH3COOH 0,05 M

c. CH3COOH 0,10 M

 Diukur pHnya

 Diukur nilai absorbansi pada 1 dan 2 yang telah ditentukan

Hasil
F. DATA PENGAMATAN

%T
(nm)
Asam Basa
400 91 17
410 90 16
420 84 15
430 83 15
440 77 15
450 70 17
460 60 20
470 52 26
480 44 36
490 36 49
500 31 62
510 26 76
520 24 85
530 23 92
540 26 96
550 33 98

%T
Larutan pH
530 nm 430 nm
CH3COOH 0,01 M 53 73 4,759
CH3COOH 0,05 M 38 83 4,071
CH3COOH 0,10 M 19 80 3,805

Larutan Absorbansi
1 = 530 1 = 430
Absorbansi di asam 23 83
Absorbansi di basa 92 15
G. ANALISIS DATA

A=

%T A
(nm)
Asam Basa Asam Basa
400 91 17 0,0409 0,8538
410 90 16 0,0457 0,7958
420 84 15 0,0757 0,8239
430 83 15 0,0809 0,8239
440 77 15 0,1135 0, 8239
450 70 17 0,1549 0,8538
460 60 20 0,2218 0,6989
470 52 26 0,2839 0,5850
480 44 36 0,3565 0,4439
490 36 49 0,4436 0,3098
500 31 62 0,5086 0,2076
510 26 76 0,5850 0,1191
520 24 85 0,6197 0,0705
530 23 92 0,6382 0,0362
540 26 96 0,5850 0,0177
550 33 98 0,4814 0,0087

 Menentukan indeks absorbansi molar bentuk asam dan basa metil merah pada 𝛌𝟏 dan 𝛌𝟐

𝜆1 = 530 nm 𝜆2 = 420 nm
nm nmnm
• a1,HMR a2,HMR

A = a.b.c A = a.b.c

0,6382 = a.1.5 0,0809 = a.1.5

a = 0,12764 a = 0,01618
• a1,MR− a2,MR−
A = a.b.c A = a.b.c
0,0362 = a.1.10 0,8239 = a.1.10
a = 0,0036 a = 0,0823

A
Larutan pH
520 nm 420 nm
CH3COOH 0,01 M 0,2757 0,1366 4,759
CH3COOH 0,05 M 0,4202 0,0809 4,071
CH3COOH 0,10 M 0,7212 0,0969 3,805

 [𝐇𝐌𝐑] dan [𝐌𝐑−] pada pH 4,759


λ1 = 530 nm → 𝐴 = 1,HMR [HMR] + a1,MR− [MR−]

λ2 = 430 nm 𝐴2 = a2,HMR [HMR] + a2,MR− [MR−]

0,2757 = 0,12764 [HMR] + 0,0036 [MR−] 0,01618

0,1366 = 0,01618 [HMR] + 0,0823 [MR−] 0,12764

0,0044 = 0,0020 [HMR] + 0,00005 [MR−]

0,0174 = 0,0020 [HMR] + 0,01050 [MR−]

-0,013 = -0,01045 [MR−]

[MR−] = 0,8038 ppm

0,2757 = 0,12764 [HMR] + 0,0036 [MR−]

0,2757 = 0,12764 [HMR] + 0,0036 x 0,8038

0,2757 = 0,12764 [HMR] + 0,00290

0,2757 - 0,00290 = 0,12764 [HMR]

0,2728 = 0,12764 [HMR]

[HMR] = 2,137 ppm


 Menentukan [𝐇𝐌𝐑] dan [𝐌𝐑−] pada pH 4,071

λ1 = 530 nm → 𝐴 = ,HMR [HMR] + a1,MR− [MR−]

λ2 = 430 nm 𝐴2 = a2,HMR [HMR] + a2,MR− [MR−]

0,4202 = 0,12764 [HMR] + 0,0036 [MR−] 0,01618

0,0809 = 0,01618 [HMR] + 0,0823 [MR−] 0,12764

0,0067 = 0,0020 [HMR] + 0,00005[MR−]

0,0103 = 0,0020 [HMR] + 0,0105 [MR−]

-0,0963 = -0,01045 [MR−]

[MR−] = 0,1085 ppm

0,4202 = 0,12764 [HMR] + 0,0036 [MR−]

0,4202 = 0,12764 [HMR] + 0,0036 x 0,1085

0,4202 = 0,12764 [HMR] + 0,0003906

0,4202 – 0,0003906 = 0,12764 [HMR]

0,41981 = 0,12764 [HMR]

[HMR] = 3,28 ppm

 Menentukan [𝐇𝐌𝐑] dan [𝐌𝐑−] pada pH 3,805

λ1 = 530 nm → 𝐴 = ,HMR [HMR] + a1,MR− [MR−]

λ2 = 430 nm 𝐴2 = a2,HMR [HMR] + a2,MR− [MR−]

0,7212 = 0,12764 [HMR] + 0,0036 [MR−] 0,01618

0,0969 = 0,01618 [HMR] + 0,0823 [MR−] 0,12764


0,0116 = 0,0020 [HMR] + 0,00005 [MR−]

0,0123 = 0,0020 [HMR] + 0,0105 [MR−]

-0,0007 = -0,01045 [MR−]

[MR−] = 0,0669

0,7212 = 0,12764 [HMR] + 0,0036 [MR−]


0,7212 = 0,12764 [HMR] + 0,0036 x 0,0669
0,7212 = 0,12764 [HMR] + 0,00024
0,7212 – 0,00024 = 0,12764 [HMR]
0,72096 = 0,12764 [HMR]
[HMR] = 5,648 ppm

Larutan pH [HMR] [MR−] [MR − ]


Log
[HMR ]
(ppm) (ppm)
CH3COOH 0,01 M 4,759 2,137 0,8038 -0,424
CH3COOH 0,05 M 4,071 3,28 0,1085 -1,480
CH3COOH 0,10 M 3,805 5,658 0,0669 -1,927

Kurva Log [HMR]/[MR−] terhadap pH


0
1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5
-0,424
y = 1,5674x - 7,8782
-0,5
Log [HMR]/[MR−]

-1

-1,48
-1,5

-1,927
-2

-2,5
pH
Berdasarkan grafik tersebut maka didapat :

y = 1,5674x – 7,8782

[MR−]
log[𝐻𝑀𝑅] = pH – pKa

pKa = 7,8782

Ka = antilog – pKa

= 1,32 x 10-8

H. ANALISIS PROSEDUR DAN PEMBAHASAN

Hal pertama yang dilakukan yaitu membuat larutan standar metil merah yang memiliki
konsentrasi sebesar 100 ppm. Untuk membuat larutan standar metil merah 100 ppm yang harus
dilakukan yaitu mengambil 10 mL larutan persediaan, lalu larutan persediaan tersebut
dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL. Setelah itu larutan persediaan ditambah dengan 50
mL etanol 95%, kemudian diencerkan dengan air suling hingga tepat 100 mL maka akan
dihasilkan larutan berwarna merah. Selanjutnya yang harus dilakukan yaitu membuat larutan
asam dengan konsentrasi 5 ppm. Untuk membuat larutan asam 5 ppm yang harus dilakukan
yaitu mengambil 5 mL larutan standar yang telah dibuat, lalu larutan tersebut dimasukkan ke
dalam labu takar 100 mL. Setelah itu larutan tersebut ditambah dengan 10 mL HCl 0,1 M dan
diencerkan dengan air suling hingga tepat 100 mL maka akan dihasilkan larutan berwarna pink
kemerahan. Untuk membuat larutan basa dengan konsentrasi 10 ppm yang harus dilakuan yaitu
mengambil 10 mL larutan standar lalu larutan tersebut dimasukkan dalam labu takar 100 mL.
Setelah itu larutan standar tersebut ditambah dengan 25 mL NaOH 0,04 N dan diencerkan
dengan air suling hingga tepat 100 mL, maka akan dihasilkan larutan berwarna oranye
kekuningan.

Setelah membuat larutan asam dan basa, selanjutnya menentukan absorbansi kedua
larutan tersebut pada berbagai panjang gelombang. Dalam percobaan ini panjang gelombang
yang digunakan mulai dari 400 hingga 550 nm. Panjang gelombang tersebut dinaikkan per 10.
Dan setiap mengganti panjang gelombang harus di nol kan terlebih dahulu. Untuk
memudahkan maka digunakan air suling sebagai sel pembanding. Dalam percobaan ini, yang
dibaca oleh praktikan yaitu % transmitan yang diukur oleh spektrofotometer. Setelah
didapatkan % transmitan pada berbagai panjang gelombang untuk larutan asam dan basa, hal
selanjutnya yang dilakukan yaitu menentukan panjang gelombang 1 (λ1) dan panjang
gelombang 2 (λ2). λ1 dan λ2 ditentukan berdasarkan nilai % transmitan yang paling kecil dari
kedua larutan. Dalam percobaan ini praktikan menentukan 530 nm sebagai λ1 dan 430 nm
sebagai λ2 hal ini disebabkan karena pada panjang gelombang 520 nm % transmitan yang
didapatkan dari larutan asam ialah % transmitan yang paling kecil nilainya yaitu 23%.
Sedangkan 430 nm ditentukan sebagai λ2 karena pada panjang gelombang 430 nm %
transmitan yang didapatkan dari larutan basa ialah % transmitan yang paling kecil nilainya
yaitu 15%.
Setelah menentukan λ1 dan λ2 hal selanjutnya yang harus dilakukan yaitu membuat 3
buah larutan yang terdiri dari 5 mL larutan standar dan 25 mL larutan CH3COONa 0,04 M,
kemudian volumenya dijadikan tepat 100 mL dengan menambahkan CH3COOH 0,01 M,
CH3COOH 0,05 M, dan CH3COOH 0,10 M. Kemudian ketika larutan diukur % transmitannya
dan diukur pH nya pada pH meter. Setelah mendapatkan data untuk menentukan tetapan
pengionan indikator metil merah, kemudian data tersebut di analisis. Dari hasil analisis maka
didapatkan tetapan pengionan indikator metil merah sebesar 1,32 x 10-8

I. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan Penentuan Tetapan Pengionan secara Spektrofotometri maka dapat


disimpulkan: Tetapan pengionan indikator metil merah secara Spektrofotometri ialah sebesar 1,32
x 10-8

J. DAFTAR PUSTAKA

Sumari, Nazriati. 2019 . Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II, Universitas Negeri Malang: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jawaban Pertanyaan

1. Gambarkan secara skematik: spektrofotometer sinar tampak, UV, dan IR. Apakah sumber
cahaya pada ketiga spektrofotometer tersebut? Jawab :
Spektrofotometer sinat tampak

• Lampu uap (lampu Natrium, Lampu Raksa)


• Lampu katode cekung/lampu katode berongga
• Lampu pembawa muatan dan electrode (electrodeless discharge
lamp)
Spektrofotometer UV-vis

• Lampu wolfram (lampu pijar) menghasilkan spectrum kontinyu


pada panjang gelombang 320-2500 nm
• Lampu hydrogen atau deuterium (160-375 nm)
• Lampu gas xenon (250-600 nm)
Spektrofotometer IR

• Lampu Nerst, dibuat dari campuran zirconium oksida (38%) Itrium oksida
(38%) dan erbiumoksida (3%)
• Lampu globar dibuat dari silisium carbide (SiC)
• Lampu Nkrom terdiri dari pita nikel krom dengan panjang gelombang 0,4-20 nm

2. Selain cara spektrofotometri, cara apalagi yang dapat digunakan untuk


menentukan tetapan kesetimbangan reaksi kimia?
Jawab :
Penentuan tetapan kesetimbangan dapat dilakukan dengan melakukan titrasi
potensiometri.

3. Turunkan hubungan tetapan kesetimbangan dengan suhu!

Jawab :

aA + bB cC + dD
[𝐶 𝑐 ][𝐷𝑑 ]
Q=
[𝐴𝑎 ][𝐵𝑏 ]

Pada kondisi setimbang Q = K


∆Go = ∆Ho – T ∆So
∆G = ∆Go + RT ln K
Pada saat kesetimbangan ∆G = 0
∆Go = - RT ln K
∆G𝑜 ∆G𝑜 ∆S
ln K = - = - =+
𝑅𝑇 𝑅𝑇 𝑅𝑇

Anda mungkin juga menyukai