Kelompok 2B:
Asrizal M 11151040000120
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Discovery Learning 1 ini dengan baik.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada kelompok 2B yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.2 Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
ISI...............................................................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................20
PENUTUP................................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
6. Tren dan isu keperawatan transkultural menurut Madeleine Leininger ?
7. Bagaimana peran keperawatan transkultural menurut Madeleine Leininger ?
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari keperawatan transkultural menurut
Madeleine Leininger
2. Mahasiswa mampu memahami tujuan dari keperawatan transkultural menurut
Madeleine Leininger
3. Mahasiswa mampu memahami konsep keperawatan transkultural menurut
Madeleine Leininger
4. Mahasiswa mampu memahami paradigma keperawatan transkultural menurut
Madeleine Leininger
5. Mahasiswa mampu memahami proses paradigma keperawatan transkultural
menurut Madeleine Leininger
6. Mahasiswa mampu memahami tren isu yang terjadi menurut Madeleine Leininger
7. Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan berdasarkan
pendekatan teori model Madeleine Leininger
5
BAB II
ISI
6
2.3 paradigma keperawatan transcultural
konsep keperawatan merupakan suatu bagian dari ilmu kesehatan dan seni merawat
yang meliputi pengetahuan. Konsep ini menyampaikan bahwa sifat seorang manusia
yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio – psycho – social –
spiritual. Maka, tindakan keperawatan harus didasarkan pada tindakan yang
komperhensif sekaligus holistik (Potter & Perry, 2009).
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata
sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi
acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang
berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat dalam
proses yang dijalaninya . Keberlangsungan terus – menerus dan lama merupakan proses
internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter , pola
pikir , pola interaksi perilaku yang semuanya itu akan mempunyai pengaruh pada
pendekatan intervensi keperawatan ( cultural nursing approach ) (Efendi, 2009).
1. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
2. Nilai budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan
yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan
3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan;
Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan
4. Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki
individu menganggap budayanya adalah yang terbaik
5. Etnis
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim
6. Ras
7
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid, mongoloid.
7. Etnografi/Ilmu budaya;
Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap
individu,
8. Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi
kebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan
kualitas kehidupan manusia,
9. Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia,
10. Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi
digunakan untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu,
keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan
berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan
damai,
11. Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan
nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari
kelompok lain ( Pratiwi, 2011 ).
Peran perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah menjebatani antara
sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan
prosfesional melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan
oleh leininger. oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana
tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan
proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap memperhatikan tiga
perinsip asuhan keperawatan, yaitu :
8
1. Culture care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau
memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkan
kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan.
2. Culture care accommodation/negatiation, yaitu prisip membantu, memfasilitasi, atau
memperhatikan fenomena budaya, yang merefleksikan cara - cara untuk beradaptasi,
atau bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu
atau klien.
3. Culture care repatterning/restructuring, yaitu: prinsip merekonstruksi atau mengubah
desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah
lebih baik (Potter & Perry, 2009).
1. Pengkajian
9
Perawat pada tahapini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempattanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan
kepala keluarga.
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors).
10
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap
budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada
tahap ini adalah : tingkat pendidikanklien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.
2. Diagnosa keperawatan
11
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat.
b) Cultural care accomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c) Cultural care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu.
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam Bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan keluarga.
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.Perawat dan
klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya
yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak
memahami budayaklien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga
hubungan terapeutik antara perawatdengan klien akan terganggu. Pemahaman
budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan
perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
4. Evaluasi
12
alami, sebagai contoh budaya Jawa, disini budaya jawa yang sering kami ketahui cara
dan adat yang mereka percayai untuk mengobati diri saat sakit adalah dengan kerokan,
kerokan bukan hal yang asing bagi budaya jawa, lebih dari banyak orang jawa yang
masih menggunakan kerokan untuk mengobati sakit mereka sampai saat ini. Mereka
mempercayai adat dan budaya secara turun temurun. Mereka meyakini bahwa dengan
kerokan dapat mengeluarkan angin yang ada didalam tubuh, serta dapat menghilangkan
nyeri atau sakit badan yang dialami dan dengan hal tersebut dapat membantu
penyembuhan yang mungkin telah dirasakansebelumnya, hal tersebut banyak dilakukan
oleh suku jawa. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan muncul dan berada
didalam rumah sakit, meski mereka telah mendapatkan penangan dari tim kesehatan ada
saja yang melakukan tradisi tersebut, Telahdi ketahui akibat dari kerokan yaitu
penyebabkan pori-pori kulit semakin melebar, lalu warna kulit memerah menujukkan
adanya pembuluh darah dibawah permukaan kulit pecah,sehingga menambah arus darah
kepermukaan kulit (Gunawijaya, J, 2010).
13
keperawatan khususnya budaya ataukeutuhan budayakepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensidari
keperawatan,membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakankeperawatan.
Tindakan Caringdikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalammemberikan
dukungan kepada individu secarautuh. Perilaku Caring semestinyadiberikan kepada
manusia sejak lahir, dalam perkembangan danpertumbuhan,masa pertahanan sampai
dikala manusia itu meninggal. Human caring secaraumumdikatakan sebagai segala
sesuatu yang berkaitan dengan dukungan danbimbingan pada manusiayang utuh. Human
caring merupakan fenomena yanguniversal dimana ekspresi, struktur danpolanya
bervariasi diantara kultur satutempat dengan tempat lainnya. (Potter & Perry, 2012)
Peran perawat pada transcultural nursing theory ini adalah menjebatani antara
sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan profesional
elalui asuhan keperawatan.ekstensi peran perawat tersebut digambarkan oleh leininger
dengan gambar seperti di bawah ini.oleh karena itu perawat harus mampu membuat
keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada
masyarakat.jika di sesuaikan dengan proses keperawatn,hal tersebut merupakan tahap
perencanaan tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien
harus tetap memperhatikan tiga prinsip asuhan keperawatan yaitu :
14
guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat. (Potter & Perry,
2012)
1. Riset (Research)
Teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode penelitian dalam
berbagai budaya. Pada tahun 1995, lebih dari 100 budaya telah dipelajari
dipelajari. Selain itu juga, digunakan untuk menguji teori ethnonursing. Teori
transcultural nursing ini, merupakan satu-satunya teori yang yang membahas
secara spesifik tentang pentingnya menggali budaya pasien untuk memenuhi
kebutuhannya.
Kajian yang telah dilakukan mengenai etnogeografi dilakukan pada keluarga
yang salah-satu anggota keluarganya mengalami gangguan neurologis yang akut.
Hal yang dilihat disini, adalah bagaimana anggota keluarga yang sehat menjaga
anggota keluarga yang mengalami gangguan neurologis, tersebut. Akhirnya,
anggota keluarga yang sehat di wawancara dan diobservasi guna memperoleh
data. Ternyata mereka melakukan penjagaan terhadap anggota keluarga yang
sakit, selama kurang lebih 24 jam. Hanya satu orang saja yang tidak ikut
berpartisipasi untuk merawat anggota yang sakit. Setelah dikaji, ada beberapa
faktor yang memengaruhi kepedulian anggota keluarga yang sehat untuk menjaga
anggota yang sakit. Faktor tesebut, dintaranya adalah komitmen dalam
kepedulian, pergolakan emosional, hubungan keluarga yang dinamis, transisi dan
ketabahan. Penemuan ini menjelaskan pemahaman yang nyata. Bahwa penjagaan
terhadap pasien merupakan salah ekspresi dari sifat caring dan memperikan
sumbangsih pada pengetahuan tentang perawatan peka budaya.
Tujuan dari kajian kedua adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis
ekspresi dari pelaksaan sifat caring warga Anglo Amerika dan Afrika Amerika
dalam sift caring jangka panjang dengan menggunakan metode ethonursing
kualitatif. Data dikumpulkan dari 40 orang partisipan, termasuk di dalamnya
adalah para penduduk Anglo Amerika dan Afrika Amerika, staf keperawatan,
sertapenyedia pelayanan. pemelihara gaya hidup preadmission, perawatan
yangprofesional dan memuaskan bagi penduduk, perbedaan yang besar
15
antaraappartemen dengan rumah para penduduk, dan sebuah kebudayaan yang
mencerminkan motif dan pelaksanaan keperawatan. Penemuan ini berguna bagi
masyarakat dan para staf profesional untuk mengembangkan teori culture care
diversity and universality.
2. Edukasi (Education)
Dimasukannya keanekaragaman budaya dalam kurikulum pendidikan
keperawatan bukan merupakan hal yang baru. Keanekaragaman budaya atau
dalam dunia keperawatan mulai diintegrasikan ke dalam kurikulum keperawatan
pada tahun 1917, saat komite kurikulum dari National League of Nursing (NLN)
mempublikasikan sebuah panduan yang berfokus pada ilmu sosiologi dan isu
sosial yang sering dihadapi oleh para perawat. Kemudian, tahun 1937 komite
NLN mengelompokan latar belakang budaya ke dalam panduan untuk mengetahui
reaksi seseorang terhadap rasa sakit yang dimilikinya.
Promosi kurikulum pertama tentang Transcultural Nursing dilaksanakan
antara tahun 1965-1969 oleh Madeleine Leininger. Saat itu Leininger tidak hanya
mengembangkan Transcultural Nursing di bidang kursus. Tetapi juga mendirikan
program perawat besama ilmuwan Ph-D, pertama di Colorado School of Nursing.
Kemudian dia memperkenalkan teori ini kepada mahasiswa pascasarjana pada
tahun 1977. Ada pandangan, jika beberapa program keperawatan tidak mengenali
pengaruh dari perawatan peka budaya, akan berakibat pelayanan yang diberikan
kurang maksimal. Teori Leininger memberikan pengaruh yang sangat besar dalam
proses pembelajaran keperawatan yang ada di dunia. Namun, Leinginger merasa
khawatir beberapa program menggunkannya sebagai fokus utama. Karena saat ini
pengaruh globalisasi dalam pendidikan sangatlah signifikan dengan presentasi dan
konsultasi di setiap belahan dunia.
Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural
nursing dalam sistem pendidikannya. Karena kelak, saat para perawat berhadapan
langsung dengan klien, mereka tidak hanya akan merawat klien yang mempunyai
budaya yang sama dengan dirinya. Bahkan, mereka juga bisa saja menghadapi
klien yag berasal dari luar negara Indonesia.
3. Kolaborasi (Colaboration)
Asuhan keperawatan merupakan bentuk yang harus dioptimalkan dengan
mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan
untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,
16
kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu
yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan kesehatan
memerlukan suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan latar belakang
budaya klien. Hal ini akan sangat menunjang ketika melakukan kolaborasi dengan
klien, ataupun dengan staf kesehatan yang lainnya. Nantinya, pemahaman
terhadap budaya klien akan diimplentasikan ke dalam strategi yang digunakan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Strategi ini merupakan strategi
perawatan peka budaya yang dikemukakan oleh Leininger, antara lain adalah :
a. Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan
sesuai dengan nilai-nilai yang relavan, misalnya budaya berolah raga setiap
pagi.
b. Strategi II, Mengakomodasi/negosiasi budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis,
maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani atau nabati lain yang
nilai gizinya setara dengan ikan.
c. Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan
status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang
biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang
dianut.
4. Pemberi Perawatan (Care Giver)
Perawat sebagai care giver diharuskan memahami konsep teori Transcultural
Nursing. Karena, bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock atau culture imposition. Cultural shock akan dialami
oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan
perbedaan nilai budaya. Culture imposition adalah kecenderungan tenaga
17
kesehatan (perawat), baik secara diam maupun terangterangan memaksakan nilai
budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pada individu,
keluarga, atau kelompok dan budaya lain karena mereka meyakini bahwa
budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.
Contoh kasus, seorang pasien penderita gagal ginjal memiliki kebiasaan selalu
makan dengan sambal sehingga jika tidak ada sambal pasien tersebut tidak mau
makan. Ini merupakan tugas perawat untuk mengkaji hal tersebut karena ini
terkait dengan kesembuhan dan kenyamanan pasien dalam pemberian asuhan
keperawatan. Ada 3 cara melaksanakan tindakan keperawatan yang memiliki latar
budaya atau kebiasaan yang berbeda. Dalam kasus ini berarti perawat harus
mengkaji efek samping sambal terhadap penyakit gagal ginjal pasien, apakah
memberikan dampak yang negatif atau tidak memberikan pengaruh apapun. Jika
memberikan dampak negatif tentunya sebagai care giver perawat harus
merestrukturisasi kebiasaan pasien dengan mengubah pola hidup pasien dengan
hal yang membantu penyembuhan pasien tetapi tidak membuat pasien merasa
tidak nyaman sehingga dalam pemberian asuhan keperawatan.
Pemahaman budaya klien oleh perawat sangat mempengaruhi efektivitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga tidak akan terjadi hubungan terapeutik.
5. Manajemen
Dalam pengaplikasiannya di bidang keperawatan Transcultural Nursing bisa
ditemukan dalam manajemen keperawatan. Diantaranya ada beberapa rumah sakit
yang dalam memberikan pelayanan menggunakan bahasa daerah yang digunakan
oleh pasien. Hal ini memugkinkan pasien merasa lebih nyaman, dan lebih dekat
dengan pemberi pelayanan kesehatan. Bisa saja, tidak semua warga negara
Indonesia fasih dan nyaman menggunakan bahasa Indonesia. Terutama bagi
masyarakat awam, mereka justru akan merasa lebih dekat dengan pelayanan
kesehatan yang menggunakan bahasa ibu mereka. Hal ini dikarena nilai-nilai
budaya yang dipegang oleh tiap orangnya masih cukup kuat.
6. Sehat dan Sakit
Leininger menjelaskan konsep sehat dan sakit sebagai suatu hal yang sangat
bergantung, dan ditentukan oleh budaya. Budaya akan mempengaruhi Apresiasi
terhadap sakit yang ditampilakan dari berbagai wilayah diIndonesia juga beragam.
18
Contohnya, Si A, yang berasal dari suku Batak mengalami influenza disertai
dengan batuk. Namun, dia masih bisa melakukan aktivitas sehari-harinya secara
normal. Maka dia dikatakan tidak sedang sakit. Karena di Suku Batak, seseorang
dikatakan sakit bila dia sudah tidak mampu untuk menjalankan aktivitasnya secara
normal.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20
DAFTAR PUSTAKA
Andrew, M.M., & Boyle, J.S. 2002. Transcultural Concepts in Nursing Care. Lippincot.
Philadelphia.
Effendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik Dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Gunawijaya, J, 2010 . Kuliah Umum Tentang Budaya dan Perspektif Transkultural dalam
Keperawatan Mata Ajar KDK II 2010. Depok : FK-UI
Potter, P. A. & Perry, A. G. 2009. Fundamentals of Nursing. 7thEd. Jakarta: Salemba Medika
Pratiwi, Arum. 2011. Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Penerbit Gosyen
Publishing.
21