BETON PRATEGANG
Disusun Oleh
Kelompok 6:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya, kamidapat menyelesaikan tugas makalahbetonprategang. Dan kami berterima kasih
kepada bapakDenny
MeisandyHutauruk,S.T.,M.T.selakudosenpengampumatakuliahBetonPrateganginiyang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kamisangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kami dan pembaca mengenai materi ekonomi teknik.Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga tugasyang telah kami buat mudah dipahami oleh pembacanya. Sekiranya tugas
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kelompok kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
tugas ini di waktu yang akan datang.
Penulis:
A. Konsep Dasar Beton Prategang
Beton prategang adalah jenis beton dimana tulangan bajanya ditarik/ditegangkan terhadap
betonnya. Penarikan ini menghasilkan system kesetimbangan pada tegangan dalam (tarik
pada baja dan tekan pada beton) yang akan meningkatkan kemampuan beton menahan beban
luar.
Karena beton cukup kuat dan daktail terhadap tekan dan sebaliknya lemah serta rapuh
terhadap tarikan maka kemampuan menahan beban luar dapat ditingkatkan dengan
pemberian pratekan (Collins & Mitchell, 1991).
Pada beton bertulang, prategang pada umumnya diberikan dengan menarik baja tulangan.
Gaya tekan disebabkan oleh reaksi baja tulangan yang ditarik, mengakibatkan berkurangnya
retak, elemen beton prategang akan jauh lebih kokoh dari elemen beton bertulang biasa.
Prategangan juga menyebabkan gaya dalam yang berlawanan dengan gaya luar dan
mengurangi atau bahkan menghilangkan lendutan secara signifikan pada struktur.
Menurut T.Y. Lin dan Burns (1982), Ada tiga kosep dasar yang dipakai untuk menganalisis
sifat-sifat dasar dari beton prategang, yaitu:
1) Sistem prategang untuk mengubah beton menjadi bahan yang elastis
sistem prategang untuk mengubah beton menjadi bahan yang elastis. Ini merupakan buah
pemikiran Eugene Freyssinet yang memvisualisasikan beton prategang pada dasarnya
adalah beton yang ditransformasikan dari bahan yang getas menjadi bahan elastis dengan
memberikan tekanan (desakan) terlebih dahulu (pratekan) pada bahan tersebut. Dari
konsep ini lahirlah kriteria “tidak ada tegangan tarik” pada beton.
Dalam bentuk paling sederhana, balok persegi panjang yang diberikan prategang oleh
sebuah tendon yang melalui sumbu yang melalui titik berat dan dibebani oleh gaya
eksternal. Gaya tarik prategang P pada tendon menghasilkan gaya tekan P yang sama
pada beton yang bekerja pada titik berat tendon. Pada keadaan ini gaya berada pada titik
berat penampang beton. Akibat gaya prategang P, tegangan merata sebesar:
F = P/A
Dengan:
P = gaya prategang efektif
F = tegangan satuan
A = luas penampang
Akan timbul pada penampang seluas A. jika M adalah momen eksternal pada penampang
akibat beban dan berat sendiri balok, maka tegangan pada setiap titik sepanjang
penampang akibat M adalah:
F = (M × Y) / I
Dengan:
f = tegangan satuan
M = momen pada penampang
Y = jarak dari sumbu yang melalui titik berat
I = momen inersia pada penampang
Jadi distribusi tegangan yang dihasilkan adalah:
F = (P / A) ± (M × Y) / I)
Di sini gaya resultan tekan P pada beton bekerja pada titik berat tendon yang berjarak e
dari c.g.c. Akibat gaya prategang yang eksentris, beton dibebani oleh momen dan beban
langsung. Jika momen yang dihasilkan oleh system prategang adalah P.e, dan tegangan-
tegangan akibat momen ini adalah:
F = (P × e × y) / I
2) Sistem prategang untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan beton mutu tinggi
Sistem prategang untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan beton. Konsep ini
mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi (gabungan) dari baja dan beton,
seperti pada beton bertulang, dimana baja menahan tarikan dan beton menahan tekanan,
dengan demikian kedua bahan membentuk kopel penahan untuk melawan momen
eksternal.
Pada beton prategang, baja mutu tinggi ditanam pada beton, seperti pada beton bertulang
biasa, beton di sekitarnya akan menjadi retak berat sebelum seluruh kekuatan baja
digunakan. Oleh karena itu, baja perlu ditarik sebelumnya (pratarik) terhadap beton.
Dengan menarik dan menjangkarkan ke beton dihasilkan tegangan dan regangan pada
baja.
Kombinasi ini memungkinkan pemakaian yang aman dan ekonomis dari kedua bahan
dimana hal ini tidak dapat dicapai jika baja hanya ditanamkan dalam bentuk seperti pada
beton bertulang biasa.
Suatu balok beton di atas dua perletakan (simple beam) yang diberi gaya prategang F
melalui suatu kabel prategang dengan lintasan parabola. Beban akibat gaya prategang
yang terdistribusi secara merata ke arah atas dinyatakan:
Wb = (8.F.h)/L²
Dimana:
w_b = Beban merata kearah atas, akibat gaya prategang F
H = Tinggi parabola lintasan kabel prategang
L = Bentangan Balok
F = Gaya prategang
Jadi beban merata akibat beban (mengarah ke bawah) diimbangi oleh gaya merata akibat
prategang w_b yang mengarah ke atas.
1. Pemberian gaya prategang pada beton akan memberikan tegangan tekan pada penampang
yang dapat dilakukan sebelum atau sesudah beton dicor. Berikut di bawah ini akan dijelaskan
2 metode pemberian gaya prategang pada beton.
1) Pratarik
Baja diberikan gaya prategang terlebih dahulu sebelum beton dicor. Tahapannya adalah
sebagai berikut:
Tahap 1: kabel pada tendon ditarik terlebih dahulu kemudian diangker pada
abutmen tetap.
Tahap 2: pengecoran pada cetakan yang sudah disediakan untuk melingkupi
tendon yang sudah diberi gaya prategang dan dibiarkan mengeras.
Tahap 3: setelah umur rencana beton tercapai, kemudian dilakukan pemotongan
kabel pada tendon, sehingga terjadi gaya transfer ke beton maka beton akan
melengkung ke atas sebelum menerima beban kerja, lalu balok beton tersebut
akan kembali menjadi rata.
2) Pascatarik
Beton dicetak terlebih dahulu sebelum diberikan gaya prategang yang sebelumnya sudah
diletakkan saluran untuk kabel baja (duct) dimasukkan ke dalam beton. Tahapannya
adalah sebagai berikut:
Tahap 1: Menyiapkan duct melengkung dan cetakan, kemudian beton dicor.
Tahap 2: setelah umur beton rencana tercapai, masukkan kabel baja ke dalam duct
melengkung yang sudah disediakan, lalu dilakukan penarikan dengan
menggunakan jack hydraulic. Penarikan dilakukan pada salah satu sisi, dengan
sisi lainnya dilakukan pengangkuran mati. Setelah diangkur, kemudian pada
ujung saluran dilakukan grouting.
Tahap 3: setelah pengkuran, balok beton akan menjadi tertekan, maka beton mengalami transfer
gaya. Balok beton akan melengkung ke atas karena saluran tendon melengkung.
Secara garis besar, terdapat dua kekurangan dari beton prategang, yaitu:
1. Dibutuhkan Kemampuan Tinggi dan Peralatan Memadai
Proses pembuatan beton prategang tentu berbeda dengan pembuatan beton konvensional,
dimana dibutuhkan kemampuan tinggi dan peralatan yang memadai. Pada prosesnya, beton
prategang akan diberikan tegangan-tegangan internal yang tidak bias dilakukan oleh
sembarang orang. Proses pemberian tegangan ini juga memerlukan peralatan khusus dan
dilakukan oleh orang yang sudah ahli di bidangnya juga.
Kelebihan dari segi teknis ini akan mempengaruhi biaya untuk memproduksi beton prategang itu
sendiri, dan dari segi ekonomis beton prategang juga memiliki beberapa kelebihan antara lain :
Volume beton yang digunakan untuk produksi beton prategang lebih sedikit
Jumlah baja/besi yang digunakan untuk produksi beton prategang sedikit.
Beton prategang akan lebih menguntungkan jika dibuat dalam jumlah besar
Beton prategang hampir tidak memerlukan biaya pemeliharan, lebih tahan lama karena,
dapat membuat balok dengan bentang yang lebih panjang.
Dengan menggunakan beton prategang bisa menghemat waktu pelaksanaan konstruksi.
Table Strand stress relieved Standar dengan Tujuh kawat tanpa pelapis (ASTM-416)