Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERAN PERAWAT SEBAGAI PEMBERI ASKEP

Di susun Oleh Kelompok I:

1. Alisa Delia Putri 920173001


2. Alizza Qathrunnada 920173002
3. Angelia Novita Putri 920173004
4. Anggik Prahesti 920173005
5. Anggita Hendaya M 920173006
6. Anif Maghfiroh 920173008

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang


 Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai
salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan
kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan
pada kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan
kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada
klien dan keluarga klien dengan menggunakan energy dan waktu yang minimal.
Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat
memberikan perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari yang sederhana sampai yang
kompleks.
Kondisi kesehatan di Indonesia sekarang memang sangat memprihatinkan dan
sesungguhnnya merupakan tantangan yang sangat besar sekaligus kesempatan bagi
para perawat Indonesia untuk menampilkan eksistensinya sebagai profesi kesehatan
yang senantiasa memberikan pelayanan sesuai dengan peran dalam pemberi asuhan
perawatan kepada pasien apalagi undang-undang keperawatan sebagai payung hukum
untuk melindungi para perawat supaya seluruh asuhan keperawatan yang dilakukan
oleh perawat menjadi legal dan tidak rancu dengan tindakan dari profesi kesehatan
lainnya dan pada akhirnya akan meningkatkan kredibilitas profesi perawat.
1.2    Pentingnya Masalah
Sebagai pemberi perawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan yang lebih dari sekedar sembuh dari penyakit
tertentu namun berfokus pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya
mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan sosial.
1.3    Rumusan Masalah
Bagaimana peran pemberian asuhan keperawatan?
1.4   Tujuan
Untuk mengetahui peran pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
1.5   Fungsi
  1.   Bagi Penulis

Menambah wawasan pengetahuan dan ilmu pendidikan mengenai peran pemberian


asuhan keperawatan kepada pasien.

2. Bagi Pembaca

Memberikan wawasan tentang peran pemberian asuahan keperawatan kepada pasien.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1        Pengertian-pengertian
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah
bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu.
(Kozier Barbara, 1995:21).
Keperawatan adalah diagnosis dan penanganan respon Manusia terhadap
masalah Kesehatan aktual maupun potensial ( ANA, 2000). Dalam dunia
Keperawatan moderen respon Manusia yang didefinisikan sebagai sebagai
pengalaman dan respon Orang terhadap sehat dan sakit yang merupakan suatu
fenomena perhatian Perawat.
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang
berarti merawat atau memelihara. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan pengertian
dasar seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau
memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injury dan proses
penuaan dan perawat Profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan
berwewenang memberikan pelayanan Keparawatan secara mandiri dan atau
berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya.(Depkes
RI,2002).
Asuhan Keperawatan adalah Kegiatan profesional Perawat yang dinamis,
membutuhkan kreativitas dan berlaku rentang kehidupan dan keadaan.(Carpenito,
1998). Adapun tahap dalam malakukan Asuhan Keperawatan yaitu : Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Rencana, Implementasi, Evaluasi.
2.2        Peran Pemberian Asuhan Keperawatan
Peran  ini  di  kenal  dengan “ Care Giver”  peran  Perawat  dalam 
memberikan Asuhan Keparawatan secara langsung atau tidak langsung kepada Klien
sebagai Individu, Keluarga dan Masyarakat, dengan metoda pendekatan pemecahan
masalah yang disebut proses keperawatan.
Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter, protector,
advocate,  communicator serta rehabilitator dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      Sebagai comforter perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada
klien. Merawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus
ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka memberikan
kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan bagi klien sebagai
individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik. Dalam memberi
kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai tujuan yang
terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.
2.      Peran protector dan advocate lebih berfokus pada kemampuan perawat
melindungi dan menjamin hak dan kewajiban Klien agar terlaksana dengan seimbang
dalam memperoleh pelayanan Sebagai pelindung, perawat membantu
mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan serta melindungi klien dari kemungkinan efek yang
tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan. Contoh dari peran
perawat sebagai pelindung adalah memastikan bahwa klien tidak memiliki alergi
terhadap obat dan memberikan imunisasi melawat penyakit di komunitas. Sedangkan
peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan
secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan.
Contohnya, perawat memberikan informasi tambahan bagi klien yang sedang
berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat juga
melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau
tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak
klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3.      Peran sebagai communicator, Perawat bertindak sebagai penghubung antara
klien dengan anggota Kesehatan lainya. Perawat dituntut mampu berkomunikasi dan
mengambil keputusan  etis dengan sesama profesi, pasien, dan tim kesehatan lain
khususnya dokter. Peran ini erat kaitanya dengan keberadaan Perawat mendampingi
Klien sebagai pemberi Asuhan Keperawatan selama 24 jam,
4.      Sedangkan rehabilitator, berhubungan erat dengan tujuan pemberian Asuhan
Keperawatan yakni mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan
dapat berfungsi normal. Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke
tingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan
ketidakberdayaan lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang
mengubah kehidupan mereka. Disini, perawat berperan sebagai rehabilitator dengan
membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut.
2.3    Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

Metode pemberian asuhan keperawatan yaitu metode fungsional, metode


kasus, metode tim dan metode keperawatan primer (Gillies, 1989).
Dari metode ini, metode yang paling memungkinkan pemberian pelayanan
profesional adalah metode tim dan primer. Dalam hal ini adanya sentralisasi obat,
timbang terima, ronde keperawatan dan supervisi (Nursalam, 2002).
1.   Kontroling Obat

Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat, sebagai salah satu peran
perawat perlu dilakukan dalam suatu pola/ alur yang sistematis sehingga penggunaan
obat benar – benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko kerugian baik secara
material maupun secara non material dapat diminimalkan.
Tehnik pengelolaan obat kontrol penuh ( sentralisasi) adalah pengelolaan obat
dimana seluruh obat yang akan diberikan pada pasien diserahkan sepenuhnya pada
perawat. Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional
dapat didelegasikan pada staf yang ditunjuk. Keluarga wajib mengetahui dan ikut
serta mengontrol penggunaan obat.
2.   Timbang Terima

Adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu ( laporan )


yang berkaitan dengan keadaan klien.
Tujuannya adalah menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien,
menyampaikan hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya dan
tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
3.   Ronde Keperawatan

Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien


yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan
oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim.
4.   Supervisi
Mengawasi hal-hal yang dilakukan pasien terhadapap perilaku yang yang
membahayakan dirinya atau terhadap hal-hal yang menghambat proses pemulihan
pasien, misalnya pasien sulit makan, tidak meminum obat. Dalam hal ini juga
memonitor perkembangan kesehatan pasien.

Contoh :
Ada pasien fraktur post amputasi dirawat di bangsal bedah RS. Narsis. Ini adalah hari
kedua post amputasi, semenjak klien sadar kakinya di amputasi, klien teriak teriak tidak jelas,
menyesali keadaanya, meskipun sebelumnya sudah menyepakati informed concent klien
merasa tidak menerimanya, perawat satu persatu mendatanginya untuk menenangkannya,
tetapi klien tidak bisa tenang. Pada waktu injeksipun klien dipengangi oleh beberapa orang
supaya obat masuk. Perawat jaga tampak malas untuk mengganti alat tenun, sehingga tampak
dekil. Hari ke empat klien menjalani operasi lagi, awalnya tidak mau tetapi dibujuk keluarga,
post op, klien menjerit histeris lagi tetapi tidak berlangsung lama, kemudian perawat
supervise masuk berniat untuk menenangkan, perawat kaget dengan kondisi kamar klien yang
tampak tidak diurus, dan bisa menimbulkan infeksi, keluarga juga mengutarakan atas
buruknya pelayanan di rumah sakit. Akhirnya perawat supervise tadi berjanji akan menindak
lanjuti masalah ini. àperawat supervise tadi mengadakan diskusi terkait hal ini kepada
manager, tentang pola asuhan yang demikian buruk, pendekatan spiritual, social, bio, serta
psikologi tidak tercermin di sini. Critical thinking dipertanyakan, dan setelah catatan
keperawatan di cek ternyata tidak sesuai dengan kenyataan pada klien. Pengkajian, intervensi
dan implementasi serta evaluasi hanya karangan belaka, hal ini sebenarnya sangatlah penting
karena kondisi klien yang rentan akan infeksi. Perawat supervise tadi bilang, “anda sebagai
klien berhak complain terhadap hal apa saja terkait perawatan baik oleh dokter maupun
perawat, karena itu adalah hak anda”. Perawat supervise tadi memberi ultimatum kepada
perawat pelaksana kalau hal ini tidak segera dibenahi, maka akan dibawa urusannya di dewan
direksi. Dan akhirnya kepala ruang sebagai penanggungjawab akan menghandle langsung
proses keperawatan, yang benar benar dilakukan oleh tim perawat
BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan
kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi,
spiritual dan sosial. Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter,
protector, advocate,  communicator serta rehabilitator.
3.2    Saran
Dalam peran pemberi asuhan keparawatan perawat diharapkan mampu :
1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau
masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana
sampai pada masalah yang kompleks.
2.  Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus
memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan significan dari klien.
3.  Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan
mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian  suatu Pendekatan Praktek , Jakarta ,  Rineka
Cipta. 
Ahmad W. Pratiknya (2007).  Dasar – Dasar Metodologi Penelitian
Uma Sekaan 2006 Metodologi Penelitian Untuk Bisnis,Jakarta:Salemba Empat
Kedokteran dan Kesehatan ,  Jakarta,  Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai