Anda di halaman 1dari 13

Makalah

HUBUNGAN PSIKOANALISIS-ROMANTIK DAN FILM

Mata Kuliah Media Dan Sastra

Dosen pengampu

Dr. Moh. Kanif Anwari, S.Ag. MA

( 19710730199603 1 002 )

Oleh

Abd Wahid Hasyim, S.Hum

( 18201010025 )

PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas berkat rahmat dan ridhonya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Media dan Sastra yang berjudul hubungan
Psikoanalisis-romantik dan Film dengan harapan semoga bermanfaat. Sholawat dan salam tak
lupa dihaturkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat
dan ummat beliau sampai akhir zaman.

Dengan selesainya penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua,
khususnya bagi kami . Kami menyadari bahwasanya penulisan makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Dr. Moh. Kanif Anwari, S.Ag. MA dosen pengampu yang telah membimbing dan
mengarahkan dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Yogyakarta, 21 Maret 2020

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seorang penulis yang bernama Alderbert Von Chamisso bersama temannya
mendirikan sebuah komunitas yang bernama Serapion Brothers, komunitas ini
beranggotakan beberapa orang termasuk Chamisso sendiri seorang penulis yang beraliran
Romantisme, Hoffmann, Contessa, Hitzig dan Fouque. Dari semua anggotanya hanya
Hitzig yang berprofesi sebagai neurologist. Sementara yang lainnya merupakan penulis.
Pada suatu malam pada tahun 1828 mereka mengadakan sebuah acara minum-
minum yang berlangsung sampai larut malam. Chamisso sadar kondisinya sudah tidak fit
dan bugar lagi, ia pulang kerumahnya dan menemukan sesuatu yang aneh, semacam
bayangan yang menghantui. Yang kemudian disebut The Double dalam ilmu
psikoanalisis.
Bayangan ( The Double ) itu membuat Chamisso kebingungan, karena ia merasa
terganggu, kemudian ia berucap “ Siapakah kamu, Bicaralah ? tapi tidak ada yang
membalas. The double itu selalu hadir dalam kegiatan aktivitasnya baik ketika membaca
ataupun menulis.
B. Rumusan masalah
1. Apa arti dan hakikat Psikoanalisis, aliran romantik dan film ?
2. Bagaimana hubungan antara aliran romantic, psikoanalisis, dan film ?
C. Tujuan penulisan
1. Menjelaskan arti dan hakikat Psikoanalisis, aliran romantik dan film.
2. Memaparkan hubungan antara psikoanalisis, aliran romantic dan film.

3
BAB II
HUBUNGAN ALIRAN ROMANTIK-PSIKOANALISIS DAN FILM
A. Aliran Romantik
Romantik dan romantisisme berasal dari kata romans, yakni bahasa (dialek) rakyat

Perancis pada abad Pertengahan (1800—1851). Istilah tersebut kemudian berkembang

dan berarti cerita khayalan yang aneh dan menarik, cerita yang penuh petualangan, dan

cerita-cerita yang mengandung unsure percintaan ( Ratna, 2005: 48 ).

Romantisisme merupakan aliran dalam sastra, yang menekankan pada ungkapan

perasaan sebagai dasar perwujudannya. Aliran ini lahir dan berkembang pada abad ke-

18 di Eropa sebagai gerakan untuk menentang klasikisme, yaitu aliran yang

mengutamakan keteraturan dalam berpikir, bersikap, dan bersifat konvensional.

Romantisisme ( Saini dalam Damono, 2005:51 ), adalah gerakan kesenian yang

mengunggulkan perasaan (emotion, passion) imajinasi, dan intuisi. Para seniman

romantic cenderung mengunggulkan sifat individualistis daripada konformistis. Karya

seniman romantic menekankan hal yang bersifat spiritualitas atau fantastik.

Aliran romantik biasanya dikaitkan dengan masalah cinta karena masalah ini

memang membangkitkan gairah dan emosi, tetapi anggapan demikian tidaklah

selamanya benar. Sesungguhnya Romantisme pada awalnya muncul dan timbul sebagai

reaksi nyata terhadap rasionalisme yang menganggap segala rahasia alam bisa diselidiki

dan diterangkan oleh akal manusia. Dengan begitu, nyatalah aliran Romantik berusaha

mengungkapkan perlawanan. Pengarang romantik itu mengawang ke alam khayal,

pelukisannya citraannya pun indah sehingga membawa pembaca ke wilayah tak

terduga: yang dilukiskannya mungkin saja sesuatu yang pernah terjadi dan dengan

tambah-kurangnya yang tertata. Artinya, semua itu akan mengutamakan tujuan pada

keharuan rasa bagi pembaca. Bila seseorang berada dalam keadaan gembira, maka

suasana sekitarnya pun harus pula memperlihatkan suasana yang serba gembira Hidup

dan berseri-seri.dan demikian pula sebaliknya.

Kata-kata terpilih (diksi) adalah sebuah usaha untuk melakukan perbandingan-

perbandingan yang muluk-muluk. Aliran romantik bisa dilihat dari dua sisi: 1).

Romantik Aktif dan 2). Romantik Pasif. Yang pertama pelukisan bahasanya dapat

menumbuhkan semangat dan perjuangan, serta mendorong keinginan untk maju,

4
sementara yang kedua lebih cendrung pada pelukisan khayal yang bersedih-sedih dan

tentu ini melemahkan semangat perjuangan.

Intinya, Romantisme adalah sebuah aliran kesenian yang berusaha menempatkan

perasaan manusia sebagai unsur yang paling dominan didalam karya. Dan, karena cinta

merupakan bagian perasaan yang paling menarik, maka oleh sebab itu jangan sampai

istilah ini mengalami penyempitan makna. Sastra romantik bukanlah sebagai genre

sastra yang cuma berisi kisah-kisah asmara yang indah serta dipenuhi oleh kata-kata

dan memabukkan perasaan saja, tapi ini sungguh memerlukan kedewasaan berpikir

dalam menyikapi kelahiran karya serta menimang aspek manfaat yang nanti akan

dituainya.
B. Psikoanalisis
Freud menyatakan bahwa pikiran manusia lebih dipengaruhi oleh alam bawah
sadar daripada alam bawah sadar. Ia melukiskan bahwa pikiran manusia seperti gunung
es yang sebagian besar berada di alam bawah sadar. Ia mengatakan bahwa kehidupan
seseorang dipenuhi oleh berbagai tekanan dan konflik, untuk meredakan konflik tersebut,
manusia menyimpannya secara rapat di alam bawah sadar. Oleh karena itu, menurut
Freud, alam bawah sadar merupakan kunci dalam memahami perilaku seseorang ( via
Minderop, 2011:13).
Selama hampir dua dekade, satu-satunya model Freud mengenai jiwa hanyalah tiga
topografi mengenai tiga tingkatan kehidupan mental dan satu-satunya potret perjuangan
psikis adalah konflik antara daya alam sadar dan daya alam bawah sadar. Namun pada
tahun 1920-an akhirnya Freud menemukan model struktur lain sebagai berikut :
1. Pembagian Jiwa
Pembagian jiwa yang menjadi tiga wilayah ini tidak menggugurkan model
topografis sebelumnya, namun justru membantu Freud dalam menjelaskan imaji-imaji
mental menurut fungsi dan tujuannya masing-masing. Pembagian jiwa itu dijabarkan
menjadi tiga bagian seperti berikut :
a. Id merupakan wilayah psikis yang berada pada inti kepribadian dan yang
sungguh-sungguh tidak sadar. Id tidak memiliki kontak dengan realita, namun
ia mereduksi tegangan melalui hasrat-hasrat dasar yang menyenangkan. Selain
tidak realistis dan hanya mencari kesenangan, id juga tidak logis serta dapat
melayani ide-ide yang tidak bersesuaian secara bersamaan. Untuk dapat

5
melakukan kontak dengan dunia eksternal ia bergantung penuh dengan ego
(Feist, 2008:26-27).
b. Ego Merupakan satu-satunya wilayah jiwa yang berhubungan dengan realitas.
Ia tumbuh bersama dengan id dan menjadi sumber komunikasi seseorang
dengan dunia eksternal. Ia berusaha menjadi substitusi dan menjadi pembuat
keputusan (Feist, 2008:27). Ego berada diantara alam sadar dan alam bawah
sadar. Tugas utama ego adalah sebagai pemimpin utama dalam kepribadian
yang harus mampu mengambil keputusan yang rasional. Pada dasarnya, id dan
ego tidak memiliki moralitas karena keduanya tidak mengenal baik dan buruk
(Minderop, 2011:22). Identifikasi mengenai baik dan buruknya sesuatu
dilakukan oleh super ego.
c. Superego tumbuh dari ego. Ia memiliki dua subsistem, yaitu suara hati nurani
(conscience) dan ideal ego (ego-ideal). Suara hati nurani dihasilkan dari
pengalaman-pengalaman tentang hukuman karena perilaku yang tidak tepat
dan menyatakan kepada diri seseorang mengenai apa yang tidak boleh
dilakukan. Sementara ideal ego berkembang dari pengalaman mengenai
penghargaan atas perilaku yang tepat dan menyatakan kepada diri seseorang
mengenai apa yang semestinya dilakukan (Feist, 2008:28) .
C. Film
1. Pengertian dan hakikat film
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua
pengertian. Pertama, film merupakan selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk
tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif
(yang akan dimainkan dibioskop). Yang kedua, film diartikan sebagai lakon (cerita)
gambar hidup1. Sebagai industri (an industry), film adalah sesuatu yang merupakan
bagian dari produksi ekonomi suatu masyarakat dan ia mesti dipandang dalam
hubungannya dengan produk-produk lainnya. Sebagai komunikasi (communication),
film merupakan bagian penting dari sistem yang digunakan oleh para individu dan
kelompok untuk mengirim dan menerima pesan (send and receive messages)2. Film
selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan

1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1990, hlm. 242

2
Idy Subandy Ibrahim, Budaya Populer sebagai Komunikasi; Dinamika Popscape dan Mediascape di
Indonesia Kontemporer, Yogyakarta: Jalasutra, 2011, hlm. 190

6
(message) di baliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya.Film selalu merekam realitas
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya
ke atas layar.3
Film telah menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati
oleh segenap masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial.
Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas
membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya.4
Film memberi dampak pada setiap penontonnya, baik itu dampak positif maupun
dampak negatif. Melalui pesan yang terkandung di dalamnya, film mampu memberi
pengaruh bahkan mengubah dan membentuk karakter penontonnya.
Dalam menyampaikan pesan kepada khalayak, sutradara menggunakan
imajinasinya untuk mempresentasikan suatu pesan melalui film dengan mengikuti
unsur-unsur yang menyangkut eksposisi (penyajian secara langsung atau tidak
langsung). Tidak sedikit film yang mengangkat cerita nyata atau sungguh-sungguh
terjadi dalam masyarakat. Banyak muatan-muatan pesan ideologis di dalamnya,
sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi pola pikir para penontonnya. Sebagai
gambar yang bergerak, film adalah reproduksi dari kenyataan seperti apa adanya.
Pada hakikatnya, semua film adalah dokumen sosial dan budaya yang membantu
mengkomunikasikan zaman ketika film itu dibuat bahkan sekalipun ia tak pernah
dimaksudkan untuk itu.
2. Genre film
Pembuat film awal menggunakan bahan film dari novel, vaudeville, sirkus
dan pelbagai sumber sebagai skenario film mereka. Tetapi mereka juga menciptakan
genre mereka sendiri yang tetap mempengaruhi pembuatan film.5 Sebenarnya, tujuan
utama dari genre awal itu adalah memberikan suatu bentuk narasi pengalih perhatian
yang sebelumnya terdapat di dalam fiksi cetak.
Terdapat 13 (tiga belas) genre film dunia yang paling populer di masing-
masing era6, yaitu :
a. Comedy; genre terbaik penghilang rasa penat ini disesaki oleh berbagai film
terbaik sepanjang masa. Film-film yang mewakili genre komedi ini terbagi ke

3
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm. 127
4
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis
Framing, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, hlm. 127
5
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, hlm. 158
6
Cinemags, Edisi 171, Oktober 2013

7
dalam beberapa sub genre, seperti komedi romantis, parody, slapstick, serta black
comedy. City Lights (1931), The Hangover (2009).
b. Romance; banyak film romantis yang dibuat sepanjang sejarah film hingga akhir
abad ke-20. Hal tersebut dikarenakan film romantis mengangkat tema cerita cinta
yang memang digemari oleh banyak orang dan ceritanya yang dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Gone with the Wind (1939), (500) Days of Summer
(2009).
c. Fantasy; genre yang melibatkan unsur magis atau hal di luar jangkauan logika
manusia ini mulai terangkat pasca kesuksesan The Wizard of Oz (1939) dan
kemudian muncul film-film seperti, The Lord of the Rings (2003), hingga Avatar
(2009).
d. Thriller; genre thriller selalu mendapat tempat di hati para penggemarnya.
Sensasi ketegangan yang dirasakan ketika menonton film-film sejenis dapat
memberikan sensasi tersendiri bagi para penikmatnya. Psycho (1960), Memento
(2001).
e. Musical; film bergenre musikal sempat merajai dunia perfilman pada pertengahan
abad 20. The Sound of Music (1965), Les Misérables (2012).
f. Horror; genre ini menjadi salah satu favorit para penonton karena menawarkan
sensasi kengerian yang tidak dimiliki oleh genre lainnya. Sejak kemunculan
sinema, banyak filmmaker yang memotret peristiwa menakutkan dan beberapa di
antaranya menjadi film-film yang wajib ditonton. The Exorcist (1973), The
Conjuring (2013).
g. Drama; genre yang menjadi favorit sebagian besar para penonton maupun
filmmaker dunia. The Godfather (1972), City of God (2002).
h. Adult; film-film ini hanya diperuntukkan bagi para penonton yang berusia diatas
18 tahun. Basic Instinct (1992), Caligula (1979).
i. Sci-Fi; perkembangan film dunia tidak lepas dari bantuan film-film genre fiksi
ilmiah yang selalu membuat perkembangan dari segi teknik audio dan visual. Star
Wars Episode V: The Empire Strikes Back (1980), Inception (2010).
j. Action; film aksi yang selalu mengasyikkan ketika ditinton apalagi jika terdapat
tokoh pahlawan fenomenal. Terminator 2: Judgment Day (1998), The Dark
Knight (2008).
k. Cult; definisi genre ini memang tidak pasti dan kerap berbeda dari pendapat satu
ke pendapat lainnya. Ada yang mengatakan sebuah film layak dikatakan cult

8
apabila ketika dirilis tidak sukses, namun seiring waktu mendapat supporter yang
masiv. Ada juga yang mengatakan jika beberapa unsur dalam filmnya unik dan
berbeda dari kebanyakan film lainnya, maka dapat dikatakan cult. Pulp Fiction
(1994), Dogville (2003).
l. Animation; film yang pengolahan gambarnya menggunakan bantuan grafika
komputer hingga menghasilkan efek 2 dimensi dan 3 dimensi. Snow White and the
Seven Dwarfs (1937), How to Train Your Dragon (2010).
m. Documentary; film berdasarkan kisah nyata dan bukti otentik dari kejadian yang
pernah terjadi di kehidupan nyata. Fahrenheit 9/11 (2004), Justin Bieber: Never
Say Never (2011).
Tentu saja genre tidak hanya didasarkan pada peristiwa nyata, atau
peristiwa faktual dalam sejarah. Genre dapat didasarkan pada pelbagai versi dari
sejarah tersebut, atau bahkan pada tidak lebih dari sekedar mitos dan legenda.
Semua materi media secara tidak terelakkan merupakan produk dari pelbagai
masa dan budaya yang membuatnya. Dengan dua alasan, dapat diperdebatkan
bahwa genre-genre memiliki tempat yang khusus dalam hal ini.Salah satu alasan
itu adalah bahwa genre-genre tersebut membawa pesan mereka dalam selubung
protektif berupa bentuk hiburan popular yang mapan. Alasan yang lain adalah
bahwa genre-genre tersebut didasarkan pada topik inti yang jika tidak universal,
setidaknya tidak cepat usang.7

3. Hubungan Aliran Romantik, Psikoanalisis dan Film


Dalam essay yang ditulis oleh Friedrich Kittler dalam rangka untuk mengetahui
hubungan antara romantisme dan psikoanalisis dan film. Bahwa ada sebuah komunitas
yang bernama Serapion Brothers beranggotakan Alderbert Von Chamisso, Hoffmann,
Contessa, Hitzig dan Fouque. Komunitas itu adalah kumpulan para penulis German yang
beraliran romantic. Meski demikian ada juga yang ahli dalam bidang yang lain seperti
Hitzig yang seorang neurologist Jerman. Pada tahun 1828, mereka mengadakan sebuah
acara yang berlangsung sampai larut malam, setelah sadar dengan keadaannya Chamisso
menyelinap pulang melalui jalan besar. Chamisso sebagai penulis yang beraliran
romantisme mempunyai sebuah peristiwa aneh yang mengganggunya dan dikemudian
hari berkembang menjadi salah satu bagian kajian psikoanalisis, yaitu The Double.

7
Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media; Pengantar Kepada Kajian Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2006, hlm.
108

9
Fenomena The Double yang dialami oleh Chamisso awalnya dikira sebagai
pengaruh dari minuman keras yang sudah diminumnya. Tetapi setelah diteliti oleh Otto
Rank dalam penyelidikannya terhadap fenomena aneh ini dalam karyanya The Double , yang
ditulis pada tahun 1914. Dalam karya ini Rank tertarik pada penyelidikan psikoanalitik dan,
seperti Freud kontemporernya, terinspirasi oleh tema berulang yang hadir dalam sastra Jerman,
salah satunya adalah ganda. Rank, seperti Freud, menyebut ganda gaib: untuk protagonis dalam
cerita yang dianalisis oleh Rank, pengalaman melihat doppelganger sendiri adalah pengalaman
yang mengerikan dan menakutkan, yang biasanya mengakibatkan cedera atau kematian. Rank
ingin memahami daya tarik untuk memasukkan karakter doppelganger dalam sebuah cerita dan
karenanya ia mengadopsi pendekatan antropologis - meskipun dibingkai oleh interpretasi
psikoanalitik - dan menjelajahi sejarah doppelganger dalam berbagai budaya. Satu aspek yang ia
temukan adalah bagaimana secara tradisional refleksi atau bayangan seseorang dianggap sebagai
dobel. Dalam hal ini, doppelganger terkait erat dengan sosok aslinya dan sama sekali tidak dapat
dipisahkan. Karena alasan-alasan inilah ganda itu, menurutnya, terkait erat dengan kematian dan
jiwa. Ranks menulis: "Ahli dongeng setuju untuk menekankan bahwa bayangan itu sama dengan
jiwa manusia.
Untuk melihat lebih lanjut hubungan antara ketiganya, dalam film Student of
Prague (1913) menceritakan tentang Balduin - siswa yang dipermasalahkan - yang merupakan
pemain anggar yang populer dan terampil tetapi merasa tidak bahagia dan tidak terpenuhi dalam
hidup. Dia menjadi tertarik pada seorang putri setelah menyelamatkannya dari jatuh di danau,
meskipun dia sudah bertunangan untuk menikah dengan sepupunya. Balduin berharap dia bisa
mengubah ini, dan memperbaiki hidupnya, dengan membuat kesepakatan dengan seorang pria
aneh bernama Scapinelli. Scapinelli menjanjikan kekayaan besar kepada Balduin dan, sebagai
gantinya, Scapinelli dapat mengambil apa pun yang dia inginkan dari apartemen siswa. Balduin
menandatangani kontrak yang menyetujui persyaratan ini dan Scapinelli kemudian membuat
pilihan: ia menyentuh cermin penuh di ruangan dan refleksi Balduin tiba-tiba muncul. Ganda ini -
sekarang sosok yang berbeda, tidak terikat dengan bentuk aslinya dan terbebas dari batasan
cermin - keluar dari ruangan. Balduin mencoba untuk menekan keheranannya dan khawatir atas
insiden ini karena ia segera berkonsentrasi merayu Countess. Namun doppelganger Balduin
muncul kembali dan mulai menghantui mantan pemiliknya. The Student of Prague adalah film
Jerman bisu yang dibintangi Paul Wegener sebagai karakter tituler. Film ini memiliki
beberapa remake (dan re-cut), termasuk yang pada tahun 1926 dan 1935, dan versi yang
berbeda dari aslinya telah dirilis. Satu rilis DVD 2004, misalnya, memiliki waktu sekitar
50 menit. Seperti yang akan dijelaskan oleh pembukaan versi yang diputar hari ini, detail
yang dikumpulkan dari siaran pers dan catatan pameran mengungkapkan bahwa film
tersebut harus berdurasi lebih dari 80 menit. Film hari ini telah dipulihkan oleh

10
Filmmuseum München dan merupakan versi yang lebih lengkap dari film ini. Potongan
film ini dengan demikian mengandung adegan diperluas yang memungkinkan untuk
pengembangan beberapa karakter pendukung, dan khususnya yang dari 'gadis
pengembara'. Seperti banyak film lain yang diputar di musim ini, sosok ganda dalam The
Student of Prague adalah doppelganger yang jahat dan membuat masalah. Refleksi
Balduin menguntit pemilik aslinya dan menyabot usahanya untuk merayu
Countess. Seperti yang telah kita bahas sebelumnya terkait dengan tema ini, tampaknya
mustahil bagi tokoh ganda dan asli untuk hidup berdampingan dalam cerita-cerita
ini. Narasi The Student of Prague mengeksplorasi intolerabilitas situasi ini tetapi dengan
twist tambahan: dengan menghapus refleksi Balduin, Scapinelli secara efektif
menghilangkan aspek Balduin secara langsung - jiwanya. Aspek ini dikonfirmasi oleh
ending melodramatik film yang mengingatkan pada upaya Simon untuk berurusan dengan
doppelganger yang tidak diinginkan di The Double (2013) diputar beberapa minggu lalu.
Film berikutnya adalah Film Lindau The Other menggambarkan seorang jaksa
penuntut umum yang kepribadiannya dipecah menjadi jaksa penuntut umum dan
kriminal, pemburu dan diburu, sebagai akibat dari kerusakan neurologis otaknya. Dari
semua argumen psikiatri dan dengan semua senjata kriminologi, seorang pejabat
pemerintah anakronistis telah mengebor ke dalam dirinya bahwa dirinya yang sah
(dan tidak hanya hukum diri).

11
BAB III

KESIMPULAN
Hubungan antara aliran romantisme psikoanalisis adalah munculnya salah satu bagian
psikoanalisis yang disebut oleh The Double ( bayangan ) oleh penulis yang beraliran
romantisme. Hal itu juga ada hubungan antara karya yang dihasilkan dari fenomena The
Double, hal itu karena fenomena the double senantiasa bersama pengarang/penulis. Dan
fenomena the double itu juga ditemukan dalam tokoh film seperti yang disebutkan pada
pembahasan diatas.

12
Daftar Pustaka

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.


Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Cinemags, Edisi 171, Oktober 2013
Damono, S.D., dkk. 2005. Membaca Romantisme Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media; Pengantar Kepada Kajian Media,
Yogyakarta: Jalasutra, 2006.
Idy Subandy Ibrahim, Budaya Populer sebagai Komunikasi; Dinamika Popscape dan
Mediascape di Indonesia Kontemporer, Yogyakarta: Jalasutra, 2011.
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2010.
Ratna, N.K. 2005. Sastra dan Cultural Studies. Yogya; Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

13

Anda mungkin juga menyukai