ABSTRAK
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan laporan akhir dari satu periode berupa
informasi-informasi yang akurat mengenai transaki – transaksi keuangan dalam
sebuah perusahaan. Informasi ini sangat berpengaruh dan besar andilnya dalam
menentukan dan mengambil keputusan baik pihak internal maupun eksternal.
Maka laporan keuangan uang baik dalam hal ini tidak merugi dan memiliki laba
yang stabil sangat diharapkan setiap perusahaan. Dalam praktiknya pihak
manajemen akan melakukan strategi – strategi tertentu agar kinerja yang dapat
diketahui melalui laporan keuangan dapat terlihat baik dan stabil. Dalam hal ini
1
perusahaan akan melakukan manajemen laba, terlebih laba merupakan sorotan
utama bagi pihak eksternal terutama investor
Tumpal Manik (2010) berpendapat bahwa istilah manajemen laba muncul
sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer atau pembuat laporan
keuangan untuk melakukan manajemen informasi akuntansi, khususnya laba
(earnings), demi kepentingan pribadi dan perusahaan. Manajemen laba itu sendiri
tidak dapat diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak
selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba. Manajemen laba
menjadi menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran akan perilaku
manajer dalam melaporkan kegiatan-kegiatan usaha.
Hery (2015) memaparkan bahwa ada empat alasan yang membuat manajer
melakukan manajemen laba, yaitu untuk memenuhi target internal, memenuhi
harapan pihak eksternal, memberikan perataan laba (Income Smoothing), dan agar
laporan keuangan seolah-olah tampak baik (window dressing) demi kepentingan
penawaran saham perdana ke publik atau untuk mendapatkan pinjaman.
Manajemen laba juga dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi harapan pihak
eksternal perusahaan, seperti investor dan kreditor.Pihak eksternal ini memiliki
kepentingan atas kinerja keungan perusahaan, dimana mereka menginginkan agar
perusahaan dapat terus beroperasi dengan hasil yang baik. Lebih lanjut lagi Hery
(2015) menguraikan bahwa praktik penentuan waktu pengakuan pendapatan dan
beban secara hati-hati untuk meratakan jumlah laba yang dilaporkan dari satu
periode ke periode berikutnya dinamakan sebagai perataan laba (income
smoothing). Perataan laba ini sering dilakukan dengan tujuan (di antaranya)
adalah agar menjadi lebih mudah dalam mendapatkan pinjaman kreditor dan
menarik investor
Ada faktor – faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk melakukan
perataan laba. Berdasarkan penelitian – penelitian terdahulu penulis mendapatkan
bahwa jenis industri, ukuran perusahaan, financial leverage dan profitabilitas
berpengaruh terhadap perataan laba.
Menurut Sartono (2004) dalam Nazira & Ariani (2016) perusahaan -
perusahaan perbankan lebih banyak melakukan perataan laba, sedangkan industri
2
manufaktur merupakan perusahaan yang cenderung menjadi sorotan banyak orang
/ publik, terlebih lagi karena sektor ini mendominasi perusahaan Go Public.
Sangat memungkinkan dalam hal ini bahwa pemenuhan persyaratan peraturan
pemerintah dan sorotan publik diduga menjadi motivasi dari perusahaan tersebut
untuk meningkatkan performanya agar tampak stabil, sehingga investor merasa
aman untuk menanamkan modalnya dan kreditor juga merasa aman untuk
memberikan pinjaman. Berbeda dengan pengungkapan dari Kuswara (2016)
bahwa jenis industry tidak mempengaruhi praktik perataan laba.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara
statistik berpengaruh terhadap tindakan perataan laba, maka hal ini berarti
tindakan perataan laba dapat saja dilakukan oleh perusahaan besar maupun
perusahaan kecil. Dan sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
Yulia (2009) dan Kuswara (2016) yang membuktikan ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Tetapi berbeda dengan
dengan hasil penelitian dari Prasetya dan Rahardjo (2013) yang menghasilkan
bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada perataan laba.
Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan, maka semakin kecil
kemungkinan perusahaan tersebut untuk melakukan praktik perataan laba. Hal ini
disebabkan karena tingginya profitabilitas perusahaan dapat menjadi poin bagi
perusahaan untuk menunjukkan baiknya kinerja perusahaan tersebut dalam
menghasilkan laba, dan ini konsisten dengan penelitian Kuswara (2016) yang
menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba, namun
bertolak belakang dengan penelitian Algery (2013) yang mengatakan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
Setiawan (2011) dalam penelitiannya, menyatakan bahwa rasio leverage
menunjukkan seberapa besar bagian dari sisi kanan neraca yang didanai dari
sumber hutang. Leverage menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban perusahaan. Semakin besar rasio leverage menunjukkan
semakin besar pula risiko yang akan ditanggung penanam modal (investor) yang
akan menyebabkan penurunan minat investor untuk menanamkan modalnya. Ini
berarti bahwa jika leverage sangat diperhatikan oleh investor, maka dapat
3
dikatakan bahwa leverage berpengaruh dalam pengambilan keputusan investor,
dan oleh karena itu perusahaan bisa saja melakukan perataan laba agar laba
perusahaan terlihat stabil yang kemudian dapat menarik kepercayaan investor.
Dan ini sejalan dengan penelitian dari Prasetya dan Rahardjo (2013) yang telah
berhasil membuktikan bahwa financial leverage berpengaruh signifikan terhadap
praktik perataan laba. Namun bertolak belakang dengan Setiawan (2011) yang
meneliti bahwa financial leverage tidak berpengaruh pada perataan laba.
Landasan Teori
Teori Keagenan (Agency Theory)
Berdasarkan dari tulisan Sartono (2014), satu hal penting dalam
manajemen keuangan, bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham yang diterjemahkan sebagai memaksimumkan
harga saham. Tetapi dalam kenyataannya tidak jarang manajer memiliki tujuan
lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama tersebut. Karena manajer
diangkat oleh pemegang saham, maka idealnya mereka akan bertindak on the best
of interest of stockholders ,tetapi dalam pratek sering terjadi konflik. Konflik
kepentingan antar agen sering disebut dengan agency problem. Hubungan antar
agen terjadi pada saat satu orang atau lebih – disebut principals – mengangkat
satu atau lebih orang lain – disebut agen – untuk bertindak atas nama pemberi
wewenang dan memberikan kekuasaan dalam pengambilan keputusan. Agency
problem biasanya terjadi antara manajer dan pemegang saham atau antara
debtholders dan stockholders
Dalam penelitian Dewi (2010) mengatakan bahwa perataan laba (income
smoothing) sering dinyatakan apakah baik atau tidak, atau boleh atau tidak.
Perataan laba baik dilakukan jika dalam pelaksanaannya tidak melakukan fraud.
Ada yang berpendapat bahwa income smoothing bukanlah suatu masalah dalam
pelaporan keuangan karena memperbaiki kemampuan laba untuk mencerminkan
nilai ekonomi suatu perusahaan dan dinilai oleh pasar tidak efisien. Disisi lain,
perataan laba dianggap tindakan yang harus dicegah. Perataan laba merupakan
sesuatu yang rasional yang didasarkan atas asumsi dalam Agency Theory.
4
Perataan Laba
Hery (2015), mengatakan bahwa manajemen laba juga dapat di lakukan
dengan tujuan untuk menciptakan perataan laba. Praktik penentuan waktu
pengakuan pendapatan dan beban secara hati-hati untuk meratakan jumlah laba
yang dilaporkan dari satu periode ke periode berikutnya dinamakan sebagai
perataan laba (Income smoothing). Perataan laba ini sering dilakukan dengan
tujuan (di antaranya ) adalah agar menjadi lebih mudah dalam mendapatan
pinjaman kreditor dan menarik investor. Pengertian manajemen laba lebih luas
dari pada perataan laba. Dengan kata lain, perataan laba merupakan bagian dari
manajemen laba. Perataan laba hanya merupakan salah satu aspek dalam
manajemen laba. Perataan laba diartikan sebagai suatu pengurangan dengan
sengaja atas fluktuasi laba yang dilaporkan dalaporkan agar berada pada tingkat
yang normal. Manajer melakukan perataan laba pada dasarnya ingin mendapatkan
berbagai keuntungan ekonomi dan psikologis yaitu (1) mengurangi total pajak
terutang, (2) meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena
laba yang stabil akan mendukung kebijakan dividen yang stabil pula, (3)
mempertahankan hubungan antara manajer dengan karyawan karena pelaporan
laba yang meningkat tajam akan memberi kemungkinan munculnya tuntutan
kenaikan gaji dan upah karyawan dan (4) siklus peningkatan dan penurunan laba
dapat ditandingkan sehingga gelombang optimisme dan pesimisme dapat di
perlunak.
Jenis Industri
Rudianto (2008), menyatakan bahwa perusahaan manufaktur adalah
perusahaan yang membeli bahan mentah, mengolahnya hingga menjadi produk
jadi yang siap pakai dan menjualnya kepada konsumen yang membutuhkannya.
Misalnya produsen mie instan mengolah tepung terigu hingga menjadi mie instan
dan menjualnya kepada masyarakat, produsen pakaian mengolah kain menjadi
kemeja dan menjualnya kepada masyarakat. Jadi fungsi utama perusahaan
manufaktur adalah sebagai jembatan antara perusahaan penghasil bahan mentah
dengan konsumen yang membutuhkan barang yang memiliki nilai tambah lebih
5
tinggi dari bahan mentah tersebut. Berbeda dengan perusahaan dagang yang
membeli dan menjualnya dalam bentuk yang sama, perusahaan manufaktur harus
mengolah terlebih dahulu bahan baku atau bahan mentah yang dibelinya sebelum
menjualnya kepada masyarakat. Dalam proses pengolahan tersebut, perusahaan
manufaktur membutuhkan beban tambahan dalam berbagai bentuknya, agar
proses pemberian nilai tambah dapat terjadi. Berdasarkan pengelompokan dalam
website sahamok.com , yang termasuk dalam kelompok usaha manufaktur adalah
Industri Dasar dan Kimia, Aneka Industri dan Industri Barang Konsumsi.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapa diklasifikasikan
menurut berbagai cara, antara lain: total aset, log size, nilai pasar saham, dan lain-
lain. Penentuan ukuran perusahaan dalam penelitian ini didasarkan kepada total
aset perusahaan, karena total aset dianggap lebih stabil dan lebih dapat
mencerminkan ukuran perusahaan (Machfoedz, 1994 dalam Yulia, 2013).
Profitabilitas
Menurut Hanafi (2000) dalam Algery (2013), profitabilitas yaitu
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset
dan modal saham yang tertentu. Analisis profitabilitas sangat penting bagi semua
pengguna, khususnya investor ekuitas dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba
merupakan satusatunya faktor penentu perubahan nilai efek (sekuritas).
Pengukuran dan peramalan laba merupakan pekerjaan penting bagi investor
6
ekuitas. Bagi kreditor, laba dan arus kas operasi umumnya merupakan sumber
pembayaran bunga dan pokok.
Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnnya yang telah di
kemukakan maka perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H1 : Diduga jenis industri berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2014-
2016.
H2 : Diduga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2014-2016.
H3 : Diduga financial leverage berpengaruh terhadap perataan laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2014-2016.
H4 : Diduga profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2014-
2016.
METODOLOGI PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek penelitian dan ruang lingkup dalam penelitian ini adalah perusahaan
yang bergerak dibidang manufaktur atau industri yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2014-2016. Objek penelitian ini adalah laporan keuangan
akhir tahun dari setiap perusahaan manufaktur tersebut.
Metode Penelitian
Untuk metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah
penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Data kuantitatif
adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.
7
Sedangkan Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi,
maksimum dan minimum (Ghozali, 2013).
8
Keterangan :
ΔX = perubahan laba (I) atau pendapatan (S)
ΔX = rata-rata perubahan laba (I) atau pendapatan (S)
n = banyaknya tahun yang diamati
- Jika nilai Indeks Eckel ≥ 1, maka perusahaan tidak melakukan perataan
laba dan diberi simbol 0.
- Jika nilai Indeks Eckel < 1, maka perusahaan melakukan praktik perataan
laba dan diberi simbol 1 (Suwito dan Arleen, 2005)
B. Variabel Independen
Variabel ini sering juga disebut dengan variabel bebas, variabel stimulus,
dan predictor. Variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel
dependen, atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel tak bebas
(variabel dependen) dan mempunyai hubungan yang positif maupun negative bagi
variabel dependen lainnya (Erlina, 2011). Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain :
a. Jenis Industri
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala Force Ranking Scale.
Skala ini memberikan kesempatan kepada responden untuk menunjukkan urutan
beberapa obyek yang diajukan (Erlina, 2011).
Dalam penelitian ini ada 3 kelompok usaha manufaktur, maka penilaian
pengukuran untuk variabel dinilai dengan memberi nilai 3 pada perusahaan
dengan jumlah terbanyak, kemudian jumlah terbanyak yang ke-dua diberi nilai 2
dan nilai 1 untuk jumlah perusahaan yang paling sedikit.
b. Ukuran Perusahaan
Variabel ukuran perusahaan menggunakan total aktiva sebagai alat ukur
suatu perusahaan, karena nilai total aktiva yang disajikan secara historis dianggap
lebih stabil dan lebih dapat mencerminkan ukuran perusahaan (Bestivano, 2013).
Ukuran perusahaan dihitung dengan cara :
9
Ukuran Perusahaan = Total Aktiva (Ln)
c. Financial Leverage
Dari penelitian Karuniasari (2013), Leverage yaitu kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban finansialnya baik jangka panjang
maupun jangka pendeknya. Dalam menghitung leverage dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan rasio hutang (debt ratio). Adapun metode skala
pengukuran debt ratio sebagai alat penelitian sehingga dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Debt Ratio= Total Hutang X 100%
Total Aktiva
d. Profitabilitas
Variabel ini dihitung dengan menggunakan Return On Assets (ROA).
Dimana ROA menunjukkan ukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang ada dalam
perusahaan. Dengan rumus pengukuran rasio sebagai berikut :
Return On Assets = Earning After Tax
Total Asset
(Wild dkk, 2005 dalam Bestivano, 2013)
10
Metode Analisis
Metode analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik dengan
menggunakan program SPSS versi 21 sebagai alat untuk menguji data tersebut.
Regresi Logistik adalah untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel
terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Ghozali, 2013).
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, maksimum dan
minimum (Ghozali, 2013). Statistik deskriptif merupakan statistik yang
menggambarkan atau mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih
jelas dan mudah untuk dipahami.
11
Menilai Keseluruhan Model (overall model fit)
Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui apakah model yang
dihipotesiskan fit dengan data atau tidak. Kemudian pengujian dilakukan dengan
membandingkan nilai antara -2 log likelihood pada awal (blok number = 0)
dengan nilai -2 log likelihood pada akhir (blok number =1). Pengurangan nilai
antara -2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah awal
berikutnya menunjukkan bahwa variabel yang dihipotesiskan fit dengan data. Hal
ini karena log likelihood pada regresi logistik mirip dengan “sum of square error”
pada model regresi sehingga penurunan log likelihood menunjukkan model
regresi semakin baik.
12
Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil Uji Regresi Logistik
Tabel 4.10
Hasil Uji Regresi Logistik
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Lower Upper
13
konsisten dengan penelitian Kuswara (2016) yang menyatakan bahwa jenis
industri tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
14
tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel Profitabilitas berpengaruh terhadap
perataan laba. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung temuan Algery (2013)
yang menyatakan Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian Murtini (2012) yang menyatakan bahwa
Profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba.
15
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan di atas, maka saran – saran
yang diberikan adalah sebagai berikut :
1. Untuk penelitian berikutnya, agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih
akurat mengenai perataan laba pada perusahaam manufaktur, dapat meneliti
pada perusahaan manufaktur sektor property and real estate
2. Kemudian penambahan variabel – variabel baru dapat ditambahkan pada
penelitian berikutnya, agar penelitian pengaruh perataan laba ini menjadi
semakin kuat dan akurat
3. Menambah periode pengamatan pada penelitian berikutnya, untuk dapat
memastikan lagi hasil penelitiannya. Ini dikarenakan perubahan data yang
pasti akan berubah-ubah pada setiap tahunnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Diastiti Okkarisma. 2010. Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan Dan
Financial Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi.
Universitas Diponegoro.
17
Manik, Tumpal. 2010. Pengaruh Praktek Earning Management Melalui Accrual
Dan Manipulasi Operasional Terhadap Kinerja Jangka Panjang
Perusahaan Saat Penawaran Saham Tambahan (Studi Empiris Periode
Tahun 2005-2009). Jurnal JEMI, Vol. 1, No. 1. Universitas Maritim
Raja Ali Haji
Murtini, Umi dan Denny Aditya OS. 2012. Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Financial Leverage, Dividend Payout Ratio Dan Kecenderungan
Perataan Laba. JRAK, Volume 8, No.2, Agustus 2012.
Nazira, C.F dan Ariani, N.E. 2016. Pengaruh Jenis Industri, Kepemilikan
Manajerial, Operating Profit Margin Dan Dividend Payout Ratio
Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dibursa
Efek Indonesia Tahun 2012-2014. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi
Akuntansi (JIMEKA) Vol. 1, No. 1
Prasetya, Harris dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Financial Leverage, Klasifikasi Kap Dan Likuiditas
Terhadap Praktik Perataan Laba. Diponegoro Journal Of Accounting,
Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 1-7
18
Yulia, Mona. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial
Leverage, Dan Nilai Saham Terhadap Perataan Laba (Income
Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur, Keuangan Dan
Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal.
Universitas Negeri Padang.
https://tesisdisertasi.blogspot.co.id/2015/05/analisis-regresi-logistik.html
https://idx.co.id.html
19