Anda di halaman 1dari 6

1.

Rivai dan Mulyadi dalam buku Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, Edisi Ke-3
(2011:2), menyatakan bahwa kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi
dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi interprestasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya,
pengorganisasian dan aktivitasaktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan
kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di
luar kelompok atau organisasi.
Telah diterjemahkan menurut Tannenbaum, Weschler & Massarik kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi secara interpersonal yang dilaksanakan dalam suatu
situasi dan diarahkan melalui proses komunikasi, untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang ditentukan.

2. Berdasarkan beberapa definisi di nomor 1, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan


merupakan proses mempengaruhi, mengarahkan, dan memotivasi aktivitas-aktivitas bawahan
atau pengikutnya agar mau bekerja sama dan bekerja efektif sesuai aturan yang telah
ditetapkan agar dapat mencapai tujuan atau sasaran yang ditentukan.

3. Teori Great Man. Teori ini mengatakan bahwa pemimpin besar (great leader) dilahirkan,
bukan dibuat (leader are born, not made). dan dilandasi oleh keyakinan bahwa
pemimpin merupakan orang yang memiliki sifat-sifat luar biasa dan dilahirkan dengan
kualitas istimewa yang dibawa sejak lahir dan ditakdirkan menjadi seorang pemimpin di
berbagai macam organisasi. Orang yang memiliki kualitas dapat dikatakan orang yang
sukses dan disegani oleh bawahannya serta menjadi pemimpin besar. Senada dengan
hal tersebut, Kartini dan Kartono dalam bukunya membagi definisi teori ini dalam dua
poin, yaitu seorang pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi terlahir menjadi pemimpin
oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya dan yang kedua dia ditakdirkan
lahir menjadi seorang pemimpin dalam situasi kondisi yang bagaimanpun
juga. Contohnya: Jika saya sebagai accounting, dan kepala keuangan kantor saya adalah
anak dari pemilik perusahaan, yang belum sarjana, namun dipilih karena diyakini anak
tersebut dapat mengelolakeuangan karena bapaknya mempunyai basic dibidang
keuangan. Orang tersebut tidak dapat kita jadikan panutan karena jika saja saya
mendapatkankesusahan, dan saya menanyakan kepada dia, kemungkinan besar dia
tidakakan paham karena dia belum mempelajari bidang accounting secaramendalam.

Teori Big Bang. Teori ini mengatakan bahwa suatu peristiwa besar menciptakan
seseorang menjadi pemimpin. Kaitannya dalam bidang akuntansi: Orang yang berperan
sebagai accountingtidak dapat sembarang dalam memilih pemimpin, karena accounting
harusmemiliki ilmu yang pasti dalam menjalankan segala tugasnya.
Teori Sifat. Teori ini mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin apabila
memiliki sifat yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Keberhasilan seorangpemimpin
ditentukan oleh sifat kepribadian baik secara fisik maupun psikologis. Keefektifan
pemimpin ditentukan oleh sifat, perangai atau ciri kepribadian yang bukan hanya
bersumber dari bakat, tapi dari pengalaman dan hasil belajar. Kaitannya dalam bidang
akuntansi: Orang yang memiliki sifat yang tenang dapat lebih baik untuk menjadi
pemimpin dibandingkan dengan orang yangkurang dapat mengontrol emosinya (mudah
stres). Karena ketenangan akanmendapatkan hasil perhitungan yang lebih akurat
dibandingkan denganorang yang kurang dapat mengontrol emosinya.

Teori Karakteristik Kepribadian. Menurut Cheser: Sifat-sifat pribadi yang merupakan


watak yang lebihsubyektif,yakni keunggulan seorang pemimpin dalam
keyakinan,ketekunan, daya tahan, keberanian dll.
Sifat-sifat Pribadi Fisik,kecakapan (skill), teknologi, daya tanggap (perpection),
pengetahuan (knowledge), daya ingat (memory ), imajinasi (imagination).

Teori Perilaku. Menurut teori ini, Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung
pada perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan. Gaya atauperilaku
kepemimpinan tampak dari cara melakukan pengambilan keputusan, cara memerintah
(instruksi), cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat
bawahan, cara membimbing dan mengarahkan, cara menegakkan disiplin, cara
memimpin rapat, cara menegur dan memberikansanksi.

Teori Kontingensi atau Teori Situasional. Suatu penclekatan terhadap kepemimpinan yang
menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, clan situasi
sebelum mengunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Penclekatan ini mensyaratkan
pemimpin untuk memiliki keterampilan diagnostik dalam perilaku manusia. Dikembangkan oleh.
Fiedler, model kontingensi dari efektifitas kepemimpinan memiliki dalil bahwa prestasi
kelompok tergantung pada interaksi antara gaya kepemimpinan clan situasi yang mendukung.
Kepemimpinan dilihat sebagai suatu hubungan yang didasari oleh kekuatan dan pengaruh.

4. Teori sifat ini menekankan pada faktor genetik, asumsi yang digunakan adalah bahwa
keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh sifat-sifat khusus yang dimilikinya yang
melekat sejak lahir. Horner (1997) mengatakan bahwa penelitian tentang kepemimpinan
dimulai oleh Bernard pada tahun 1926 yang menemukan bahwa kepemimpinan dapat dijelaskan
oleh kualitas internal/sifat yang dibawa manusia sejak lahir. Teori ini merupakan sebuah
pandangan yang mengatakan bahwa seseorang dianggap, diposisikan dan dipilih sebagai
pemimpin berdasarkan sifat khusus yang dimiliki oleh individu tersebut. Sifat khusus inilah yang
membuat seorang pemimpin berbeda dengan orang lain. Inti teori sifat ini adalah bahwa
pemimpin dilahirkan bukan dibuat dan bukan rekayasa. McShane (2008) menyebutkan
beberapa sifat khusus yang membuat seseorang menjadi pemimpin adalah drive, motivasi
memimpin, integritas, kepercayaan diri, kecerdasan, pengetahuan bisnis dan kecerdasan
emosional. Contohnya seseorang dipilih menjadi pemimpin dalam suatu organisasi karena
memiliki kemampuan berupa kecerdasan, integritas, kemampuan mengontrol emosi, dan
kepercayaan diri untuk mempimpin dan memperlakukan bawahannya sebaik mungkin sehingga
dia disegani dan dihormati semua bawahannya.

5. Persamaan: Pemimpin dan manajer memiliki kesamaan yaitu merupakan orang yang
dapat mempengaruhi dan memberi pengarahan kepada bawahannya untuk mencapai
suatu tujuan. Contohnya, presiden harus dapat mempengaruhi rakyatnya agar
rakyatnya dapat bersama – sama mencapai tujuan negara yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945. begitupun dengan manajer, ia harus dapat mempengaruhi
bawahannya agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Perbedaan

Contoh 1: Dalam praktiknya, pemimpin fokus untuk memberi pengarahan atau


menuntun setiap karyawan yang ada di dalam perusahaan untuk mencapai
visi perusahaan. Sedangkan manajer fokus mengatur pekerjaan setiap
karyawan untuk melaksanakan misi yang dimiliki perusahaan.
Contoh 2: Pengaruh yang kuat mampu membuat seorang pemimpin memiliki
pengikut yang banyak. Apapun yang dilakukan atau diucapkan seorang
pemimpin selalu ditiru oleh karyawannya. Para karyawan selalu siap siaga
mengikuti setiap instruksi atau arahan dari pemimpinnya karena para
karyawan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan.
Sedangkan manajer hanya memiliki bawahan karena sebuah struktur
perusahaan. Bukan karena manajer menjadi panutan para karyawan seperti
pemimpin perusahaan. Staff pun hanya bekerja sesuai dengan arahan
manajer untuk mencapai target yang dimiliki perusahaan.
Contoh 3: Ketika terjadi masalah pemimpin menanyakan penyebab masalah
apa yang sedang terjadi dan mengapa hal tersebut dapat terjadi. Sedangkan
manajer menanyakan bagaimana dan kapan masalah itu terjadi.
Contoh 4: Ide yang bertebaran dalam imajinasi pemimpin akan diberikan
kepada karyawan agar ide tersebut bisa segera diwujudkan secara nyata.
Meski ide yang diberikan terkadang bisa di luar nalar manusia dan mustahil
untuk diwujudkan, namun hal tersebut tak menghalangi keinginan pemimpin
untuk mewujudkannya. Justru hal tersebut bisa mengasah dan menambah
kemampuan karyawannya untuk berpikir kreatif.
Sementara itu, manajer akan berusaha keras untuk mewujudkan ide yang
telah diberikan oleh pimpinan. Manajer akan membuat daftar kerja dan
membagikannya kepada setiap staff untuk dijalankan. Manajer pun akan
terus mengawasi setiap staff untuk mengerjakan tugasnya dengan baik dan
benar. Semua komponen dalam perusahaan pun saling bekerjasama satu
sama lain untuk mewujudkan impian perusahaan
Contoh 5: Ketika mencapai sebuah target pemimpin ingin terus meningkatkan
kualitas perusahaan dan membuat target baru, sedangkan manajer hanya
melakukan semua sesuai target yang telah ditetapkan.
Contoh 6: Jika membagikan sebuah tugas seorang pemimpin akan memotivasi
karyawannya untuk mengerjakan pekerjaan tersebut dengan sepenuh hati
dan diiringi dengan performa yang sebaik-baiknya. Sedangkan manajer
hanya memerintah tugas apa saja yang harus dikerjakan kepada staffnya.
Contoh 7: Pemimpin tidak takut menghadapi perubahan yang terjadi di dalam perusahaan. Baik
perubahan yang disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Pemimpin pun akan
mudah sekali beradaptasi dengan peristiwa yang sedang terjadi tanpa mengalami hambatan
sedikit pun. Lain halnya dengan manajer yang cenderung mempertahankan sesuatu yang
telah ada di dalam perusahaan. Hal ini bisa saja terjadi, karena manajer terlalu nyaman
dengan keadaan atau sistem yang sudah ada sebelumnya.
Contoh 8: Dalam sebuah project perusahaan tentu saja ada proses yang harus dilewati oleh
setiap karyawan. Entah proses itu membawa kegagalan atau keberhasilan bagi perusahaan,
seorang pemimpin akan melihat proses yang dialami oleh karyawan adalah sebuah
pembelajaran. Jika gagal hal tersebut bisa dijadikan bahan evaluasi dan jika berhasil hal tersebut
bisa terus digunakan untuk kemajuan perusahaan di masa mendatang. Namun, bagi manajer
proses bukanlah sesuatu yang berarti karena manajer fokus pada hasil yang baik.
Dengan segala daya dan upaya, manajer akan berusaha keras untuk mencapai target.
Manajer akan mengerahkan kekuatan timnya dan membuat strategi yang baik untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan perusahaan
Contoh 9: Pemimpin mengutamakan keefektifan dalam organisasi, manajer tidak hanya
memperhitungkan efektif namun juga harus efisien sehingga dapat menghemat waktu,
biaya, dan tenaga.
Contoh 10: Seseorang dapat menjadi pemimpin karena bawahannya berpikir bahwa
orang tersebut dapat mengatur, mempengaruhi, dan memotivasi mereka. Manajer
menerima statusnya sebagai manajer karena memiliki kemampuan yang sesuai dengan
kualifikasi seperti pendidikan dan soft-skill yang dibutuhkan.
Contoh 11: Seorang pemimpin menciptakan hal – hal yang menurut dia benar,
sedangkan manajer hanya melakukan apa yang sudah diperintahkan oleh atasannya.
Contoh 12:
Pemimpin kerap kali suka menjadi dirinya sendiri. Mereka sadar
dengan kemampuan serta bekerja sesuai dengan ideologi yang
mereka anut. Pemimpin memiliki ide – ide yang bersifat dinamis, sedangkan manajer
hanya mengikuti apa yang diperintahkan atasannya dan melihat seperti apa pesaingnya
untuk kemudian meniru strategi pesaing yang dianggap bagus.

6. Gaya Kepemimpinan Transaksional


Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang dapat memandu atau memotivasi para
pengikutnya menuju sasaran yang telah ditetapkan dengan memperjelas peran dan tugas para
pengikutnya. Gaya kepemimpinan transaksional lebih berfokus pada hubungan antara
pemimpin dengan bawahannya tanpa adanya usaha untuk menciptakan perubahan pada
bawahannya. Kemudian dalam gaya kepemimpinan transaksional terdapat beberapa
karakteristik, antara lain :
a. Imbalan kontingen dilakukan dengan cara melakukan kontrak pertukaran imbalan atas
upaya yang telah dilakukan karyawan dengan baik. Salah satu imbalan yang diberikan, yaitu
dengan mengakui pencapaian yang dilakukan pengikutnya.
b. Manajemen yang didasarkan pada pengecualian (aktif) dengan melihat dan mencari
penyimpangan aturan dan standar yang ditetapkan sebuah organisasi. Hal yang dilakukan oleh
seorang pemimpin transaksional untuk mengatasi penyimpangan tersebut dengan cara
menempuh tindakan perbaikan.
c. Manajemen berdasarkan pengecualian (pasif) dilakukan ketika para pengikut tidak dapat
memenuhi standar yang telah ditetapkan.
d. Laissez-faire : melepas tanggung jawab dan menghindari pembuatan keputusan (dalam
Tampi, 2014).

Gaya Kepemimpinan Transformasional


Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin dapat mencurahkan perhatian pada hal-hal dan
kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan masing-masing pengikutnya. Selain itu,
pemimpin transformasional mampu mengubah kesadaran para pengikutnya mengenai
persoalan-persoalan dengan cara membantu mereka mengubah pandangan mereka akan
masalah lama dengan cara-cara yang baru. Pemimpin transformasional juga mampu
membangkitkan para pengikutnya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam
kelompok. Di sisi lain, terdapat empat karakteristik yang dimiliki oleh pemimpin
transformasional :
a. Kharisma : menanamkan kebanggaan, meraih penghormatan dan kepercayaan dari para
pengikutnya.
b. Inspirasi : dapat mengkomunikasikan harapan secara tinggi, menggunakan simbol untuk
memfokuskan pada usaha yang dilakukan, serta mampu memberikan gambaran mengenai
maksud atau hal yang penting secara sederhana.
c. Stimulasi intelektual : mampu memecahkan masalah secara hati-hati, menggunakan suatu
hal yang bersifat rasional, serta mendorong inteligensi pengikutnya.
d. Pertimbangan individual : memberikan perhatian secara personal, melayani karyawan
secara pribadi, serta melatih dan menasihati karyawannya (dalam Tampi, 2014).

Gaya Kepemimpinan Kharismatik


Para pengikut seringkali terpacu dengan pemimpin yang heroik atau luar biasa ketika
pengikut mengamati perilaku-perilaku tertentu dari seorang pemimpin. Adapun lima
karakteristik pokok yang terdapat dalam pemimpin kharismatik, antara lain sebagai
berikut :
a. Visi dan artikulasi. Pemimpin memiliki visi yang ditujukan dengan sasaran yang
ideal karena pemimpin mengharapkan masa depan yang lebih baik daripada status quo
serta mampu mengklarifikasi mengenai pentingnya visi sehingga dapat dipahami oleh
orang lain.
b. Risiko personal. Pemimpin yang kharismatik bersedia untuk menempuh risiko
personal yang tinggi, menanggung biaya yang besar, dan rela mengorbankan diri untuk
meraih visi.
c. Peka terhadap lingkungan. Seorang pemimpin mampu menilai secara realitis
mengenai keadaan lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat suatu
perubahan.
d. Perilaku tidak konvensional. Pemimpin kharismatik seringkali terlibat dalam
perilaku yang dianggap baru dan berlawanan dengan norma yang berlaku (dalam Tampi,
2014).

7.

Anda mungkin juga menyukai