1) Perbedaanya : kondisi ADHF dalah hipervolemik, sedangkan kondisi AHHF adalah euvolemik atau
hipovolemik.
Dua faktor ini dibatasi oleh dua garis, horizontal dan vertikal, dan terbagi menjadi empat kuadran.
1.Golongan yang berada di atas garis horizontal menandakan adanya perfusi yang baik, sedangkan
golongan yang berada di bawah menandakan hipoperfusi (Cardiac Index <2.2L/min/m2) dengan gejala :
2. Ekstremitas dingin
4. Oliguria/anuria
2.Golongan yang berada di samping kanan garis vertikal menandakan adanya kongesti, sedangkan
golongan yang berada di sebelah kirinya menandakan tidak adanya kongesti. Kongesti bila PCWP
>15mmHg dengan gejala :
2. Peningkatan JVP
3. Orthopnea
4. Asites
5. Udem
1. Dry & Warm : Kuadran A. Kondisi dengan tidak adanya kongesti dan perfusi baik. (Target terapi)
2. Wet & Warm : Kuadran B. Kondisi dengan adanya kongesti dan perfusi baik. (Paling banyak)
3. Dry & Cold : Kuadran L. Kondisi dengan tidak adanya kongesti dan disertai hipoperfusi. (Sangat jarang,
kondisi kurang cairan)
4. Wet & Cold = Kuadran C. Kondisi dengan adanya kongesti dan hipoperfusi. (Paling berat)
2. ACS
Lambat, efek dari faktor, bersifat gradual, progresifnya 1 minggu – 1 bulan, antara lain :
1. Infeksi Paru
3. Anemia
4. Penggunaan NSAID atau kortikosteroid, yang menyebabkan retensi air sehingga gagal
jantungnya akan menjadi lebih berat
4) *Alur diagnosis*
Berdasarkan rekomendasi guidline ESC HF 2016 terhadap pasien dengan sesak nafas akut atau
kecurigaan gagal jantung akut dengan kemungkinan disebabkan oleh cardiac atau non-cardiac, maka
dilakukan pemeriksaan Plasma Natriuretic Peptide Level (BNP, NT-proBNP or MR-proANP)
1. EKG 12 sadapan
2. Rontgen Thoraks, untuk melihat adanya kongesti pulmonal atau adanya penyakit jantung yang lain
yang disebabkan cardiac/non-cardiac.
3. Pemeriksaan Lab Troponin, BUN (urea), Kreatinin, Elektrolit (Natrium, Kalium), glukosa, Hitung Darah
Lengkap, Liver Function Test, dan TSH.
Pada pasien dengan unstable gagal jantung akut dilakukan pemeriksaan EKG secepatnya.
Pada pasien dengan tanpa gejala spesifik dilakukan EKG kurang dari 48 jam.
*Alur Tatalaksana*
Pada pasien dengan kecurigaan gagal jantung akut, fase awal setelah kita melihat adalah :
1. Syok Kardiogenik, jika ada maka gejalanya adalah tekanan darah turun dan adanya kongesti,
maka dilakukan sirkulatorik support dengan inotropic farmakologik ataupun mekanik.
2. Tidak ada Syok Kardiogenik, maka periksa apakah ada/tidak ada gagal nafas. Bila ada lakukan
support ventilasi dengan Oxygen, berikan NRM 15 L pada pasien gagal jantung akut. Bila tidak
mencukupi maka berikan non-invasik positive pressure ventilation NIP, atau lakukan intubasi dengan
mekanikal ventilation.
Pada pasien dengan dua kondisi ini (syok kardiogenik dan gagal nafas) segera ditransfer ke ICU.
Pada pasien jika tidak ditemukan dua kondisi di atas, maka bisa dilakukan immediate phase (1-2 jam)
dengan penilaian identifikasi etiologi akut, CHAMP:
2. H, Hypertention emergency
3. A, Arriythmia
5. P, Pulmonary embolisme
Jika ada lima kondisi ini, maka terapi sesuai yang ada. Jika tidak ada, maka lakukan work up diagnostic
untuk mengkonfirmasi gagal jantung.
b. Morphine, sebagai penenang pada pasien yang mengalami stress berat dan kegelisahan berat.