Anda di halaman 1dari 3

Titana Aurilia FKp B2019

1911166096
“KONSEP LATIHAN ATAU OLAHRAGA, ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA LANSIA”

Istirahat adalah suatu keadaan dimana keadaan jasmaniah menurun yang berakibat
badan menjadi lebih segar. Sedangkan tidur oleh Johnson dianggap sebagai salah satu
kebutuhan fisiologis manusia. Tidur terjadi secara alami, dengan fungsi fisiologis dan
psikologis yang melekat merupakan suatu proses perbaikan tubuh. Secara fisiologis, jika
seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh,
dapat terjadi efek-efek seperti pelupa, konfusi, dan disorientasi, terutama jika deprivasi tidur
terjadi untuk waktu yang lama.

Fisiologi Tidur Normal


Rata-rata dewasa sehat membutuhkan waktu 7-8 jam untuk tidur setiap malam.
Polisomnografi merupakan alat yang dapat mendeteksi aktivitas otak selama tidur. Alat
tersebut dapat mencatat aktivitas EEG, elektrookulografi, dan elektromiografi. Stadium tidur
diukur dengan polisomnografi terdiri dari tidur Rapid Eye Movement (REM) dan tidur
NonRapid Eye Movement (NREM).

Gangguan Pola Tidur Pada Lansia


Fungsi pemeliharaan ini sangat penting untuk lansia, yang memerlukan lebih banyak
waktu untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan.
Lansia yang waktu tidurnya terganggu menjadi lebih lupa, disorientasi, atau konfusi;
orang yang mengalami kerusakan kognitif menujukkan peningkatan kegelisahan, perilaku
keluyuran, dan “sindrom” dan “sundowning” (konfusi, agiatasi dan perilaku terganggu
selama sore menjelang senja dan jam awal malam). Kualitas tidur dapat dipengaruhi oleh
perubahan terkait usia, konsumsi banyak obat dan gangguan organik dan mental.

Pola tidur pada lansia


Tidur yang normal terdiri atas komponen gerakan bola mata cepat (rapid eye
movement, REM) dan non REM.
Tidur non REM dibagi menjadi empat tahap :
Tahap 1 : Jatuh tertidur, orang tersebut mudah dibangunkan dan tidak menyadari
ia telah tertidur. Kedutan atau sentakan otot menandakan relaksasi
selama tahap ini.
Tahap 2 dan 3 : Meliputi tidur dalam yang progresif.
Tahap 4 : Tingkat terdalam, sulit untuk dibangunkan. Tidur tahap 4 sangat
penting untuk menjaga kesehatan fisik. Tahap ini sangat jelas terlihat
menurun pada lansia, tetapi mereka belum mengetahui akibat dari
penurunan ini. Pola tidur pada lansia ditandai dengan sering terbangun,
penurunan tahap 3 dan 4 waktu non-REM, lebih banyak terbangun
pada malam hari disbanding tidur, dan lebih banyak tidur selama siang
hari. Tidur siang hari dapat mengurangi waktu dan kualitas tidur di
malam hari pada beberapa lansia.
Dari tahap 4, orang tersebut berlanjut ke tidur REM. Tidur REM terjadi beberapa kali
dalam siklus tidur dimalam hari tetapi lebih sering terjadi pagi hari sekali. Pada tidur REM,
aktifitas dan tanda-tanda vital mengalami akselerasi, yang menyebabkan peningkatan
kesenangan dan pelepasan ketegangan yang dimanifestasikan dengan tersentak dan berbalik,
kedutan otot, dan peningkatan frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan tekanan darah.
Tidur REM membantu melepaskan ketegangan dan membantu metabolisme system saraf
pusat. Kekurangan tidur REM telah terbukti menyebabkan iritasi dan kecemasan

Manifestasi Klinis
 Penyakit psikiatrik, terutama depresi
 Penyakit Alzheimer dan penyakit degeratif neuro lainnya
 Penyakit kardivaskuler dan perawatan pasca operasi bedah jantung
 Inkompetensi jalan nafas atas
 Penyakit paru
 Penyakit prostatik
 Endokrinopati
Tiga keluhan atau gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur terjadi di
kalangan lansia:
1. Insomnia (ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan untuk
melakukannya)
2. Hipersomnia (tidur lebih dari 8atau 9 jam per periode 24 jam, dengan keluhan tidur
berlebihan)
3. Apnea Tidur (berhentinya pernafasan selama tidur)

Penatalaksanaan Gangguan Istirahat dan Tidur Pada Lansia


1. Pencegahan Primer
a. Tidue seperlunya
b. Waktu bamgun yang teratur
c. Latihan stabil setiap hari
d. Lingkungan tenang, nyaman
e. Kafein pada malam hari dihundari
f. Tindakan pencegahan primer lainnya antara lain adalah:
- Kasur yang baik memungkinkan kesejajaran tubuh yang tepat.
- Suhu kamar harus cukup dingin (kurang dari 24˚C) sehingga cukup nyaman.
- Asupan kalori harus minimal pada saat menjelang tidur.
- Latihan sedang di siang hari atau sore hari merupakan hal yang dianjurkan.
2. Pencegahan sekunder
Catatan harian tentang tidur merupakan cara pengkajian yang sangat bagus bagi lansia
di rumahnya sendir
3. Pencegahan tersier
pasien memerlukan rehabilitas melalui tindakan-tindakan seperti pengangkatan
jaringan yang menyumbat di mulut dan mempengaruhi jalan napas.
Mengatasi Gangguan Tidur
1. Mempertahankan jadwal harian yang sama untuk berjalan-jalan, istirahat dan tidur.
2. Bangun di waktu biasanya ia bangun bahkan jika tidurnya terganggu atau waktu
tidurnya berubah sementara.
3. Melakukan ritual waktu tidur dan mengikuti dengan patuh.
4. Melakukan olah raga setiap hari tetapi hindari olah raga yang terlalu berat pada
malam hari.
5. Membatasi tidur siang 1 dan 2 jam perhari, pada waktu yang sama setiap harinya.
6. Mandi air hangat di waktu akhir sore atau menjelang malam.
7. Makan kudapan ringan karbohidrat dan lemak sebelum tidur.
8. Menghindari minuman dan produk yang mengandung kafein, khususnya menjelang
waktu tidur.
9. Mempraktikkan metode relaksasi seperti nafas dalam, masase, mendengarkan musik
atau membaca bacaan yang merilekskan.
10. Menghindari minuman beralkohol atau batasi asupan alkohol pasien hingga sesedikit
mungkin setiap harinya.
11. Menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
12. Jika ia terbangun tengah malam selama lebih dari 30 menit, bangkit dari tempat tidur
dan lakukan aktivitas yang tidak menstimulasi seperti membaca.

Anda mungkin juga menyukai