Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH GIZI DAN DIET

“Masalah Anemia : Defisiensi Asam Folat dan Vitamin C”

DOSEN PEMBIMBING :

Wiwi Sartika , DCN, M.Biomed

OLEH : Kelompok 2

Afri Mursal Areka Novita

Bunga Latifa Gustia Anggun Rizovi

Lilia Mawaddah Nadia Nova Delza

Qurrota Aini Rofifah Rifqa Nurul Husna

Sri Marisa Ananda Tinezia Tri Agyani

KELAS : I A

DIII KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah GIZI DAN DIET dengan judul “Masalah
Anemia : Defisiensi Asam Folat dan Vitamin C”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Payakumbuh , 31 Maret 2020

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan 4
A. Latar belakang 4
B. Tujuan penulisan 6
C. Manfaat penulisan 6
BAB II Pembahasan 7
A. Anemia 7
B. Anemia Asam Folat 14
C. Menu Diet Anemia Asam Folat 16
BAB III Penutupan 19
A. Kesimpulan 19
B. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia defisiensi besi merupakan masalah umum dan luas dalambidang
gangguan gizi di dunia. Kekurangan zat besi bukan satu-satunyapenyebab anemia.
Secara umum penyebab anemia yang terjadi di masyarakatadalah kekurangan zat
besi. Prevalensi anemia defisiensi besi masih tergolongtinggi sekitar dua miliar
atau 30% lebih dari populasi manusia di dunia.Prevalensi ini terdiri dari anak-
anak, wanita menyusui, wanita usia subur, danwanita hamil di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia (WHO, 2011).
Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak.
Kekurangan atau defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau
kurang darah. Di dunia, defisiensi besi terjadi pada 20-25% bayi. Di Indonesia,
ditemukan anemia pada 40,5% balita, 47,2% usia sekolah, 57,1% remaja putri,
dan 50,9% ibu hamil. Penelitian pada 1000 anak sekolah yang dilakukan oleh
IDAI di 11 propinsi menunjukkan anemia sebanyak 20-25%. Jumlah anak yang
mengalami defisiensi besi tanpa anemia tentunya jauh lebih banyak lagi.
Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan masalahgizi
terutama anemia defisiensi besi. Wanita hamil berisiko tinggi mengalamianemia
defisiensi besi karena kebutuhan zat besi meningkat secara signifikanselama
kehamilan. Pada masa kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuhlebih
banyak dibandingkan saat tidak hamil menginjak triwulan kedua sampaidengan
triwulan ketiga. Pada triwulan pertama kehamilan, kebutuhan zat besilebih rendah
disebabkan jumlah zat besi yang ditransfer ke janin masih rendah(Waryana,
2010).

4
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),prevalensi anemia
defisiensi besi pada ibu hamil sebesar 63,5% tahun 1995,turun menjadi 40,1%
pada tahun 2001, dan pada tahun 2007 turun menjadi24,5% (Riskesdas, 2007).
Angka anemia defisiensi besi ibu hamil di Indonesiamasih tergolong tinggi
walaupun terjadi penurunan pada tahun 2007. Keadaanini mengindikasikan bahwa
anemia defisiensi besi menjadi masalah kesehatanmasyarakat (Depkes, 2010).
Kekurangan zat besi akan berisiko pada janin dan ibu hamil sendiri.Janin
akan mengalami gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik seltubuh
maupun sel otak. Selain itu, mengakibatkan kematian pada janin
dalamkandungan, abortus, cacat bawaan, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
(Waryana, 2010). Pada ibu hamil, anemia defisiensi besi yang berat
dapatmenyebabkan kematian (Basari, 2007).
Anemia defisiensi besi menyebabkan turunnya daya tahan tubuh
damembuat penderita rentan terhadap penyakit. Kekurangan zat besi
padakehamilan memiliki konsekuensi negatif bagi bayi yaitu terjadi
gangguanperkembangan kognitif bayi serta meningkatkan morbiditas dan
mortalitas ibu.
Upaya pemerintah dalam mengatasi anemia defisiensi besi ibu hamilyaitu
terfokus pada pemberian tablet tambahan darah (Fe) pada ibu hamil.Departemen
Kesehatan masih terus melaksanakan progam penanggulangananemia defisiensi
besi pada ibu hamil dengan membagikan tablet besi atautablet tambah darah
kepada ibu hamil sebanyak satu tablet setiap satu hariberturut-turut selama 90 hari
selama masa kehamilan (Depkes RI, 2010).
Tablet besi selama kehamilan telah direkomendasikan untuk wanita di
negaraberkembang karena biasanya tidak ada perubahan mendasar yang
terjadidalam komposisi diet. Program penanggulangan anemiamelalui pemberian
tablet besi pada ibu hamil telah dilaksanakan sejak tahun1975 tetapi kenyataannya
prevalensi anemia defisiensi ibu hamil di Indonesiamasih tinggi (Hadi, 2001).
Salah satu faktor yang menyebabkan masih tingginya anemiadefisiensi besi
pada ibu hamil adalah rendahnya kepatuhan ibu hamil dalammengkonsumsi tablet
besi. Sebanyak 74,16% ibu hamil dinyatakan tidak patuhdalam mengkonsumsi
tablet besi dengan responden sebanyak 89 ibu hamil(Indreswari, 2008).

5
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan ibuhamil dalam
mengkonsumsi tablet besi antara lain pengetahuan, sikap, danefek samping dari
tablet besi yang diminumnya. Faktor yang seringdikemukakan oleh ibu hamil
ialah pernyataan “lupa” untuk meminum tablet
besi (Purwaningsih dkk, 2006).
Berdasarkan masalah diatas maka dalam makalah ini akan dibahas tentang
berbagai faktor yang mempengaruhi terjadi nya Anemia Defisiensi Zat Besi dan
pencegahan untuk mengatasinya.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian Anemia.
2. Untuk mengetahui tentang Anemia Asam Folat
3. Untuk mengetahui menu diet Anemia Asam Folat
C. Manfaat penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan yaitu :
1. Mampu mengetahui tentang pengertian Anemia.
2. Mampu mengetahui tentang Anemia Asam Folat
3. Mamou mengetahui menu diet Anemia Asam Folat

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANEMIA
1. Pengertian Anemia
Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
tubuh seseorang. Anemia dapat terjadi karena kurangnya haemoglobin yang
berarti juga minimnya oksigen ke seluruh tubuh. Apabila oksigen dalam tubuh
berkurang maka orang tersebut akan menjadi lemah, lesu dan tidak bergairah.
Indikasinya penyakit ini bisa diketahui dengan memeriksa kelopak mata bawah
bagian dalam, ujung kuku, tangan dan kaki, jari-jari tangan dan mukosa
mulut.Menurut WHO (1997) seseorang dinyatakan anemia bila kadar hemoglobin
pada laki-laki dewasa < 13 g/dl, pada anak umur 12-13 dan wanita dewasa tidak
hamil < 12 g/dl, pada umur 6 bulan sampai 5 tahun dan wanita hamil < 11 g/dl.
Pada anak umur 5-11 tahun dinyatakan anemia bila kadar hemoglobin < 11.5 g/dl.
Anemia dalam kehamilan paling sering dijumpai adalah anemia akibat
kekurangan zat besi (Fe). Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang intake
unsur zat besi ke dalam tubuh melalui makanan, karena gangguan absorbsi,
gangguan penggunaan atau terlalu banyak zat besi yang keluar dari badan,
misalnya pada perdarahan. Keperluan zat besi akan bertambah dalam kehamilan,
terutama dalam trimester II hal ini disebabkan meningkatnya kebutuhan janin
yang dikandung oleh ibu.
Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit,
dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi
salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial. Anemia gizi disebabkan
oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan/atau vitamin B12.
2. Klasifikasi Anemia

Berdasarkan penyebab terjadinya anemia, secara umum anemia dapat


diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Anemia Defisiensi Besi

7
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya
cadangan besi tubuh, sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang
pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi besi dapat
disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi serta kehilangan
besi akibat perdarahan menahun. Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling
sering terjadi.
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi, sehingga cadangan
besi makin menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron
depleted state. Jika kekurangan besi berlanjut terus maka penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang sehingga dapat menimbulkan anemia. Pada saat ini juga
terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat
menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala
lainnya.
Gejala yang khas pada anemia jenis ini adalah kuku menjadi rapuh dan
menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok, gejala seperti ini disebut koilorika.
Selain itu, anemia jenis ini juga mengakibatkan permukaan lidah menjadi licin,
adanya peradangan pada sudut mulut dan nyeri pada saat menelan.Selain gejala
khas tersebut pada anemia defisiensi besi juga terjadi gejala umum anemia seperti
lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang.

2. Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu
membuat sel-sel darah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang
disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan dan sinar rontgen atau radiasi.
Mekanisme terjadinya anemia jenis ini adalah karena kerusakan sel induk dan
kerusakan mekanisme imunologis. Anemia jenis ini biasanya ditandai dengan
gejala perdarahan seperti petikie dan ekimosis (perdarahan kulit), perdarahan
mukosa dapat berupa epistaksis, perdarahan sub konjungtiva, perdarahan gusi,
hematemesis melena dan pada wanita dapat berupa menorhagia. Perdarahan organ
dalam lebih jarang dijumpai , tetapi jika terjadi perdarahan pada otak sering
bersifat fatal. Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal jantung akibat anemia
berat dan kematian akibat infeksi yang disertai perdarahan.

8
3. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan defisiensi vitamin
B12 dan asam folat. Anemia jenis ini ditandai dengan adanya sel megaloblast
dalam sumsum tulang belakang. Sel megaloblast adalah sel prekursor eritrosit
dengan bentuk sel yang besar.
Timbulnya megaloblast adalah akibat gangguan maturasi inti sel karena
terjadi gangguan sintesis DNA sel-sel eritoblast akibat defiensi asam folat dan
vitamin B12 dimana vitamin B12 dan asam folat berfungsi dalam pembentukan
DNA inti sel dan secara khusus untuk vitamin B12 penting dalam pembentukan
myelin. Akibat gangguan sintesis DNA pada inti eritoblast ini maka maturasi inti
lebih lambat, sehingga kromatin lebih longgar dan sel menjadi lebih besar karena
pembelahan sel yang lambat.Sel eritoblast dengan ukuran yang lebih besar serta
susunan kromatin yang lebih longgar disebut sebagai sel megaloblast.Sel
megaloblast ini fungsinya tidak normal, dihancurkan saat masih dalam sumsum
tulang sehingga terjadi eritropoesis inefektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek
yang berujung pada terjadinya anemia.
Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio
plasenta dan Neural Tube Defect (NTD). NTD yang terjadi bisa berupa anensefali,
spina bifida (kelainan tulang belakang yang tidak menutup), meningo-ensefalokel
(tidak menutupnya tulang kepala). Kelainan-kelainan tersebut disebabkan karena
gagalnya tabung saraf tulang belakang untuk tertutup.
Anemia defisiensi vitamin B12 dan asam folat mempunyai gejala yang
sama seperti terjadinya ikterus ringan dan lidah berwarna merah. Tetapi pada
defisiensi vitamin B12 disertai dengan gejala neurologik seperti mati rasa.

4. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis adalah
penghancuran atau pemecahan sel darah merah sebelum waktunya. Hemolisis
berbeda dengan proses penuaan yaitu pemecahan eritrosit karena memang sudah
cukup umurnya. Pada dasarnya anemia hemolitik dapat dibagi menjadi dua
golongan besar yaitu anemia hemolitik karena faktor di dalam eritrosit sendiri
(intrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat herediter dan anemia hemolitik

9
karena faktor di luar eritrosit (ekstrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat
didapatkan seperti malaria dan transfusi darah.
Proses hemolisis akan mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin yang
akan mengakibatkan anemia. Hemolisis dapat terjadi perlahan-lahan, sehingga
dapat diatasi oleh mekanisme kompensasi tubuh tetapi dapat juga terjadi tiba-tiba
sehingga segera menurunkan kadar hemoglobin.
Seperti pada anemia lainnya pada penderita anemia hemolitik juga
mengalami lesu, cepat lelah serta mata berkunang-kunang. Pada anemia hemolitik
yang disebabkan oleh faktor genetik gejala klinik yang timbul berupa ikterus,
splenomegali, kelainan tulang dan ulkus pada kaki.

3. Penyebab Anemia

Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia adalah sebagai berikut:

1. Kurang gizi/malnutrisi.
2. Kurang zat besi dalam zat makanan.
3. Malabsorpsi.
4. Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid, dan
5. penyakit kronik: TBC, paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain.

4.Tanda dan Gejala Anemia

1. Periksa perubahan warna kulit. Meskipun memiliki warna kulit yang


cenderung gelap, gejala anemia masih mudah untuk dikenali dengan melihat
perubahan warna kulit wajah atau bibir kulit yang terlihat pucat seperti orang
yang sedang sakit meski tubuh dalam keadaan sehat.

2. Seseorang yang memiliki anemia, cenderung lebih sering mengalami rasa


lelah dan memiliki perasaan yang sensitif (mudah tersinggung).

3. Terkadang beberapa diantaranya ada yang mengalami sakit kepala hingga


kehilangan nafsu makan.

10
4. Terkadang suka sembelit yang terjadi dalam waktu yang cukup lama atau
terus-menerus hingga kehilangan banyak cairan tubuh, hal ini juga yang
menjadi gejala dari sembelit.

5. Sulit berkonsentrasi merupakan salah satu gejala anemia yang cukup


menganggu. Kesulitan dalam berkonsentrasi dapat memengaruhi kinerja dan
pekerjaan.

6. Penurunan nafsu makan, namun terkadang tiba-tiba memiliki nafsu makan


yang berlebih hingga menimbulkan suatu gangguan dalam sistem metabolisme
tubuh.

7. Anemia juga dapat mempengaruhi psikologis seperti susana hati dan emosi
yang mudah mengalami stress atau depresi. Karena anemia dapat memberi
pengaruh yang cukup kuat terhadap emosi dan mood.

8. Mengalami sesak nafas. Hal in disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang
berkurang. Sel darah merah merupakan bagian yang sangat penting bagi
sistem pernafasan. Sesak nafas umumnya dialami pada mereka yang menderia
anemia sedang hingga berat.

9. Beberapa diantaranya ada yang mengalami kedinginan pada salah satu


anggota tubuh yang sering dirasakan yang disebabkan oleh aliran darah yang
tidak lancar akibat anemia. Bagian tubuh yang sering merasakan kedingian
adalah telapak tangan/kaki.

10. Sering merasa cepat lelah dan pusing. Gejala ini umumnya dirasakan saat
bangun dari tidur atau saat hendak berdiri karena terlalu lama duduk dan
pusing jika berdiri terlalu lama.

Umumnya mereka yang mengalami sakit anemia, mudah sekali untuk


dikenali dan dilihat secara fisik oleh mata. Untuk mengetahui sendiri apakah
terserang sakit anemia atau tidak adalah dengan cara mengecek warna kulit pada
kantung mata bagian dalam bawah. Jika terdapat warna kurang merah berarti anda
dapat dikatakan mengalami anemia.

11
5. Pencegahan Anemia
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.Promosi
kesehatan, pendidikan kesehatan dan perlindungan kesehatan adalah tiga
aspek utama di dalam pencegahan primer. Dalam hal ini pencegahan
primer ditujukan kepada ibu hamil yang belum anemia. Tujuan
pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya kasus baru
penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya
faktor risiko.
Pencegahan primer meliputi:
a. Edukasi (Penyuluhan)
Petugas kesehatan dapat berperan sebagai edukator seperti
memberikan nutrition education berupa dorongan agar ibu hamil
mengkonsumsi bahan makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet
besi atau tablet tambah darah minimal selama 90 hari. Edukasi tidak
hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum
hamil.Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa
melahirkan. Selain itu, petugas kesehatan juga dapat berperan sebagai
konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai
cara mencegah anemia pada kehamilan.
Suplementasi Fe adalah salah satu strategi untuk meningkatkan
intake Fe yang berhasil hanya jika individu mematuhi aturan
konsumsinya.Banyak faktor yang mendukung rendahnya tingkat
kepatuhan tersebut, salah satunya adalah efek samping yang tidak
nyaman dari mengkonsumsi Fe adalah melaluipendidikan tentang
pentingnya suplementasi Fe dan efek samping akibat minum Fe.
b. Suplementasi Fe (Tablet Besi)
Anemia defisiensi besi dicegah dengan memelihara keseimbangan
antara asupan Fe dan kehilangan Fe.Jumlah Fe yang dibutuhkan untuk
memelihara keseimbangan ini bervariasi antara satu wanita dengan
yang lainnya tergantung pada riwayat reproduksi.Jika kebutuhan Fe

12
tidak cukup terpenuhi dari diet makanan, dapat ditambah dengan
suplemen Fe terutama bagi wanita hamil dan masa nifas.24 Suplemen
besi dosis rendah (30mg/hari) sudah mulai diberikan sejak kunjungan
pertama ibu hamil.
c. Fortifikasi Makanan dengan Zat Besi
Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara
terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai Negara.
Fortifikasi makanan merupakan cara terampuh dalam pencegahan
defisiensi besi. Produk makanan fortifikasi yang lazim adalah tepung
gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung
serta beberapa produk susu.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan
dan deteksi untuk menenmukan status patogenik setiap individu di dalam
populasi.Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan
perkembangan penyakit menuju suatu perkembangan kearah kerusakan
atau ketidakmampuan.Dalam hal ini pencegahan sekunder merupakan
pencegahan yang dilakukan pada ibu hamil yang sudah mengalami gejala-
gejala anemia atau tahap pathogenesis yaitu mulai pada fase asimtomatis
sampai fase klinis atau timbulnya gejala penyakit atau gangguan
kesehatan.
Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
diantaranya adalah :
a. Skrining diperlukan untuk mengidentifikasi kelompok wanita yang
harus diobati dalam mengurangi morbiditas anemia. Bagi wanita hamil
harus dilakukan skrining pada kunjungan I dan rutin pada setiap
trimester. Skrining dilakukan dengan pemeriksaan hemoglobin (Hb)
untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak, jika anemia,
apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan, sedang, atau berat.
Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang
mendukung seperti tekanan darah, nadi dan melakukan anamnesa
berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga, tenaga kesehatan dapat

13
memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut. Jika anemia
berat ( Hb< 9 g/dl) dan Hct <27%) harus dirujuk kepada dokter ahli
yang berpengalaman untuk mendapat pertolongan medis.
b. Pemberian terapi dan Tablet Fe
Jika ibu hamil terkena anemia, maka dapat ditangani dengan
memberikan terapi oral dan parenteral berupa Fe dan memberikan
rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk diberikan transfusi
(jika anemia berat).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala
ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera
atau ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan.Dalam
hal ini pencegahan tersier ditujukan kepada ibu hamil yang mengalami
anemia yang cukup parah dilakukan untuk mencegah perkembangan
penyakit ke arah yang lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien
seperti untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan,
keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang dan
memperpanjang hidup. Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil
diantaranya yaitu :
a. memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin
b. mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak
adekuat pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama
kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan yang adekuat setelah
persalinan.

B. ANEMIA ASAM FOLAT

A. Pengertian

Anemia defisiensi Asam Folat adalah anemia yang terjadi karena tubuh
kekurangan asam folat. Asam folat dan vitamin B12 adalah zat yang berhubungan
dengan unsur makanan yang sangat diperlukan bagi tubuh. Peran utama dari asam
folat dan vitamin B12 ialah dalam metabolisme intraselular. Bila kedua zat

14
tersebut mengalami defisiensi, akan menghasilkan tidak sempurnanya sintesa
DNA. Hematopoiesis sangat sensitif pada defisiensi vitamin tersebut, dan gejala
awal ialah anemia megaloblastik.

B. Penyebab Anemia Asam Folat

1. Kekurangan masukan

Misalnya anemia megaloblastik pada bayi yang umumnya disebabkan


karena pemberian susu tanpa pemberian makanan tambahan secukupnya. Anemia
megaloblastik pada kehamilan umumnya disebabkan karena diet yang kurang,
sedangkan kebutuhan asam folat dari janin bertambah

2. Gangguan absorpsi

Misalnya pada steatore idiopatik, tropical spree, penyakit seliak dan


beberapa penyakit gastrointestinal lainnya.

3. Obat yang bersifat antagonistik terhadap asam folat.

Misalnya metotreksat, 6-merkaptopurin, pirimetamin, derivat barbiturat


dan sebagainya.

C. Pengobatan Anemia Asam Folat

Pada anemia defisiensi asam folat terapi yang dapat dilakukan adalah
meningkatkan intake asam folat. Biasanya dengan mengkonsumsi suplemen asam
folat sebanyak 1 mg setiap hari akan mengurangi anemia dalam 5 sampai 7 hari.
Terapi bisa dilanjutkan sampai asam folat terdapat dalam tubuh dalam jumlah
yang tepat biasanya hal ini terjadi dalam 1 minggu sampai 2 bulan. Pengobatan
anemia defisiensi asam folat akan sangat berbahaya jika pada penderita tersebut
juga terdapat anemia defisiensi B12 karena defisiensi vitamin B12 dapat
mengakibatkan kerusakan pada system saraf. Pasien yang diberikan terapi anemia
defisiensi asam folat padahal bukan penderita penyakit tersebut pada awalnya
akan terlihat membaik karena gejala klinis yang berkurang. Di lain pihak terjadi

15
kerusakan system saraf akibat diagnose sebenarnya yaitu anemia defisiensi B12
terlewat.

Jika asam folat sudah terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang cukup
pasien harus tetap menjaga jumlah asam folat dalam tubuh dengan mengkonsumsi
asam folat dalam jumlah yang cukup banyak, seperti yang terdapat pada buah
jeruk dan sayur-sayuran hijau. Pada penderita penyakit kronis seperti anemia
hemolitik, hipertiroid dan gagal ginjal kronik harus mengkonsumsi suplemen
asam folat sepanjang hidupnya.

C. MENU DIET ANEMI : ASAM FOLAT DAN VIT.C


Sarapan:

 Susu
 Roti gandum

Snack pagi:

 Bubur kacang ijo

Makan siang:

 Nasi putih

16
 Semur daging

 Rolade tahu

 Capcay

Snack siang:

 Jus jeruk

 Perkedel jagung

17
Malan makan:

 Nasi putih

 Ayam pedas manis

 Orak arik tempe

 Bening bayam

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
tubuh seseorang. Anemia dapat terjadi karena kurangnya haemoglobin
yang berarti juga minimnya oksigen ke seluruh tubuh.
2. Klasifikasi anemia yaitu Anemia Defisiensi Besi, Anemia hipoplastik,
Anemia Megaloblastik dan Anemia Hemolitik
3. Penyebab anemia yaitu Kurang gizi/malnutrisi, Kurang zat besi dalam zat
makanan, Malabsorpsi, Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang
lalu, haid, dan Penyakit kronik: TBC, paru, cacing usus, malaria, dan lain-
lain. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan olehdefisiensi besi
(Fe) dan perdarahan akut dan tidak jarang keduanyasaling berintekrasi.
4. Gejala dan tanda pada orang anemia, umumnya mereka yang mengalami
sakit anemia, mudah sekali untuk dikenali dan dilihat secara fisik oleh
mata. Untuk mengetahui sendiri apakah terserang sakit anemia atau tidak
adalah dengan cara mengecek warna kulit pada kantung mata bagian
dalam bawah. Jika terdapat warna kurang merah berarti anda dapat
dikatakan mengalami anemia.
5. Pencegahan anemia dibagi atas tiga pencegahan yaitu pencegahan primer,
penceganhan sekunder dan pencegahan tersier. Pencegahan primer
meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit
atau gangguan sebelum hal itu terjadi, dalam hal ini pencegahan primer

19
ditujukan kepada ibu hamil yang belum anemia. Pencegahan sekunder
lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi untuk
menenmukan status patogenik setiap individu di dalam populasi, dalam hal
ini pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada ibu
hamil yang sudah mengalami gejala-gejala anemia dan pencegahan tersier
mencakup pembatasan terhadap segala ketidakmampuan dengan
menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan
sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan, dalam hal ini pencegahan
tersier ditujukan kepada ibu hamil yang mengalami anemia yang cukup
parah.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari pembahasan, maka dapat
disarankan agar mahasiswa dapat memahami dengan baik tentang anemia
sehingga dapat membantu dalam kegiatan promosi kesehatan tentang anemia.
Disarankan untuk memahami tentang pengertian, penyebab, gejala, cara
penanganan dan pencegahan anemia sehingga angka kejadian anemia dapat
menurun.

20
DAFTAR PUSTAKA

Barasi M.E., 2007. At a Glance: Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga


Depkes RI, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta. pp: 106-
7.www.DepkesRI.com
Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihanga.
WHO. 2011. Nutrition: Iron Deficiency Anaemia. www.who. Int .
Hadi H., 2001. Meningkatkan Kepatuhan Minum Tablet Besi Ibu Hamil:
Pentingnya Peranan Suami. Berita Kedokteran Masyarakat XVII (2):
51-62.
Indreswari M. , Hardinsyah, & Damanik M.R. , 2008. Hubungan antaraIntensitas
Pemeriksaan Kehamilan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan,dan Konsumsi
Tablet Besi dengan Tingkat Keluhan selama
Kehamilan. Jurnal Gizi dan Pangan. 3(1): 12-21.
Purwaningsih M. , Akhmadi N. , & Wenny A., 2006. Analisis Faktor
yangMempengaruhi Ketidakpatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi
Tablet Besi. Jurnal Ilmu Keperawatan. 1 (2): 72-81.
Purba.RB. 1995. Konsumsi sayuran dan anemia gizi anak sekolah dasar didaerah
penghasil dan bukan penghasil sayuran dikecamatan tomohon kabupaten
minahasa provisi Sulawesi utara tahun 1995. Skripsi tidak diterbitkan.
Makasar FKM UNHAS.

21
NAMA ANGGOTA KELOMPOK DAN PEMBAGIAN TUGAS

1. Afri Mursal (1193110122)

= mencari menu diet anemia asam folat

2. Areka Novita (193110126)

= mencari materi anemia pengertian dan penyebab anemia

3. Bunga Latifa (193110130)

= membuat makalah bagian menu diet anemia asam folat

4. Gustia Anggun Rizovi (193110134)

= membuat makalah bagian materi anemia

5. Lilia Mawaddah (193110138)

= mencari materi defisiensi asam folat

6. Nadia Nova Delza (193110142)

= mencari materi defisiensi asam folat

7. Qurrota Aini Rofifah (193110146)

= mencari materi anemia , tanda dan gejala anemia

8. Rifqa Nurul Husna (193110150)

= mencari materi anemia , pencegahan anemia

9.Sri Marisa Ananda (1931101554)

= mencari materi anemia ,klasifikasi anemia

10. Tinezia Tri Agyani (193110158)

= mencari menu diet anemia asam folat

22

Anda mungkin juga menyukai