Anda di halaman 1dari 10

Latar Belakang PKN

Kompetensi Supervisi Akademik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh para
pengawas satuan pendidikan. Kompetensi ini berkenaan dengan kemampuan pengawas dalam
rangka pembinaan dan pengembangan kemampuan mahasiswa untuk meningkatkan mutu
pembelajaran dan bimbingan di universitas/satuan pendidikan. Secara spesifik pengawas satuan
pendidikan harus memiliki kemampuan untuk membantu mahasiswa dalam memahami dan
mengembangkan substansi tiap mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran khususnya mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Berdasarkan tataran empiris dan kontekstual masih terlihat jelas adanya kesenjangan antara tataran
normatif dengan fenomena ideologis, sosial, politik, dan cultural dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara RI. Tataran normatif sejak kita merdeka sudah terukir dengan indah apa
yang menjadi komitmen kita bersama sebagai sebuah bangsa yaitu: “Pemerintah Negara Indonesia
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial….” (Pembukaan UUD 1945).
Komitmen kebangsaan yang sangat tinggi yang tertulis secara normatif dengan kenyataan yang
ditampilkan masih perlu pembenahan.

Kesenjangan ini terus bergulir, puncaknya adalah krisis nasional, yang dikenal dengan kisis
multidimensi. Untuk itu maka perlu pendidikan yang efektif dan bermutu. Salah satu masalah yang
terkait dengan penerapan esensi pendidikan ilmu pengetahuan sosial contohnya mata pelajaran
kewarganegaraan adalah memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme dan munculnya arogansi
kesukuan dan golongan yang merusak sendi-sendi demokratisasi.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme dalam
memperjuangkan jati diri bangsa Indonesia dalam persaingan global dan memudarnya integrasi
nasional, maka diperlukan sosialisasi hasil kajian esensi pendidikan kewarganegaraan dan sosialisasi
bagaimana pembelajarannya agar mampu memperkuat revitalisasi nasionalisme Indonesia menuju
character and nation building sebagai tumpuan harapan pendidikan masa depan. Juga dapat
memperkuat kembali komitmen kebangsaan yang selama ini mulai memudar dengan tekad
memperjuangkan bangsa Indonesia yang berkualitas dan bermartabat.

Dengan demikian maka Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik dan moral bangsa
adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa ditawar untuk tetap eksis dan maju ke arah paradigma baru
yang terkenal dengan arah baru atau paradigma moderat.

Menurut Malik Fajar (2004:4) sejak tahun 1994, pembelajaran PKn menghadapi berbagai kendala
dan keterbatasan. Kendala dan keterbatasan tersebut adalah: (1) masukan instrumental
(instrumental input) terutama yang berkaitan dengan kualitas guru serta keterbatasan fasilitas dan
sumber belajar, dan (2) masukan lingkungan (instrumental input) terutama yang berkaitan dengan
kondisi dan situasi kehidupan politik negara yang kurang demokratis.

Beberapa petunjuk empiris menyangkut permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut.
Pertama, proses pembelajaran dan penilaian lebih menekankan pada aspek instruksional yang
sangat terbatas, yaitu pada penguasaan materi (content mastery). Dengan kata lain lebih
menekankan pada dimensi kognitifnya sehingga telah mengabaikan sisi lain yang penting, yaitu
pembentukan watak dan karakter yang sesungguhnya menjadi fungsi dan tujuan utama Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Kedua, pengelolaan kelas belum mampu menciptakan suasana yang
kondusif untuk berkembangnya pengalaman belajar mahasiswa yang dapat menjadi landasan untuk
berkembangnya kemampuan intelektual mahasiswa (state of mind ).
Proses pembelajaran yang bersifat “satu arah” dan pasif baik di dalam maupun di luar
pembelajaraan kuliah telah berakibat pada miskinnya pengalaman belajar yang bermakna
(meaningful learning) dalam proses pembentukan watak dan perilaku mahasiwa. Untuk itu sangat
penting bagi kita untuk membangun model-model pembelajaran khususnya dalam Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dalam rangka, menciptakan proses belajar yang menyenangkan,
mengasyikkan, sekaligus mencerdaskan.

Ketiga, pelaksanaan kegiatan UKM (Unit Kegiatan Mahasisiwa) sebagai wahana


sosiopedagogismelalui pemanfaatan “ hands-on experience” juga belum berkembang sehingga
belum memberikan kontribusi yang berarti dalam menyeimbangkan antara penguasaan teori dan
pembinaan perilaku, khususnya yang berkaitan dengan pembiasaan hidup yang terampil dalam
suasana yang demokratis dan sadar hukum.

Istilah yang sering digunakan selain PKn adalah civics. Henry Randall Waite (1886) seperti dikutip
oleh Sumantri (2001: 281) merumuskan pengertian Civics sebagai ilmu kewarganegaraan yang
membicarakan hubungan manusia dengan:

(a) perkumpulan yang terorganisir (organisasi sosial, organisasi ekonomi, dan organisasi politik);

(b) individu dengan negara. Istilah lain yang hampir sama maknanya dengan civics adalah citizenship.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu dari lima tradisi Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial yakni citizenship tranmission, saat ini sudah berkembang menjadi tiga aspek pendidikan
Kewarganegaraan (citizenship education), yakni aspek akademis, aspek kurikuler, dan aspek social
budaya.

Secara akademis pendidikan kewarganegaraan dapat didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang
memusatkan telaahannya pada seluruh dimensi psikologis dan sosial budaya kewarganegaraan
individu, dengan menggunakan ilmu politik, ilmu pendidikan sebagai landasan kajiannya atauan
penemuannya intinya yang diperkaya dengan disiplin ilmu lain yang relevan, dan mempunyai
implikasi kebermanfatan terhadap instrumentasi dan praksis pendidikan setiap warga negara dalam
konteks sistem pendidikan nasional (Wiranaputra, 2004).

Menurut Malik Fajar (2004: 6-8) bahwa PKn sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan,
watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab, PKn memiliki peranan
yang amat penting. Mengingat banyak permasalahan mengenai pelaksanaan PKn sampai saat ini,
maka arah baru PKn perlu segera dikembangkan dan dituangkan dalam bentuk standar nasional,
standar materi serta model-model pembelajaran yang efektif dalam mencapai tujuannya. Adapun
hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai arah baru yaitu:

PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang relevan,
yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psikologi, dan disiplin ilmu lainnya, yang digunakan
sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai, dan
perilaku demokrasi warganegara. Kemampuan dasar terkait dengan kemampuan intelektual, sosial
(berpikir,bersikap, bertindak, serta berpartisipasi dalam hidup bermasyarakat). Substansi pendidikan
(cita-cita, nilai, dan konsep demokrasi) dijadikan materi kurikulum PKn yang bersumber pada pilar-
pilar demokrasi konstitusional Indonesia.
PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pembangunan karakter
bangsa merupakan proses pengembangan warga negara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn
memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan (civic intelligence), tanggungjawab
(civic responsibility), dan partisipasi (civic participation) warga negara sebagai landasan
pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka
pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan pertisipatif dengan
menekankan pada pelatihan penggunaan logika dan penalaran. Untuk memfasilitasi pembelajaran
PKn yang efektif dikembangkan bahan belajar interaktif yang dikemas dalam berbagai bentuk paket
seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari
lingkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung. Di samping itu upaya peningkatan kualifikasi
dan mutu dosen/guru PKn perlu dilakukan secara sistematis agar terjadinya kesinambungan antara
pendidikan dosen/guru melalui LPTK, pelatihan dalam jabatan, serta pembinaan kemampuan
profesional dosen/guru secara berkelanjutan dalam mengelola proses pembelajaran untuk mencapai
hasil belajar yang diharapkan.
Kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman, sikap, dan perilaku
demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ”mengajar demokrasi” (teaching democraty),
tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup berdemokrasi
(doing democray). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kendali mutu tetapi juga
sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi mahasiswa sehingga dapat lebih berhasil di
masa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang
lebih berbasis kelas.
Dari arah baru PKn yang diharapkan terealialisasikan dalam kehidupan Tidak mudah memang,
namun bukan berarti tidak bisa dilakukan, semua sangat bergantung pada niat, dan dorongan kita
bersama untuk memberikan dukungan, sehingga apa harapannya yang bersemangat berubah yang
lebih penting adalah dosen/guru sebagai pelaku langsung di lapangan.

Pengertian

Pendidikan kewarganegaraan pada mulanya berkembang di Amerika Serikat sekitar tahun 1790.
Pendidikan kewaganegaraan atau civic memiliki tujuan untuk lebih mengenal bangsa sendiri, dan
pertama kali diperkenalkan oleh Henry Rendall Waite di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri, istilah
civic atau civic education mulai dikenal luas pada tahun 1957. Dan pada tahun 1962, lantas
diterjemahkan kembali dalam bahasa Indonesia yang kemudian dikenal dengan kewarganegaraan,
lalu pada tahun 1968 menjadi pendidikan kewarganegaraan.
Banyak pemahaman mengenai pengertian pendidikan kewarganegaraan yang diutarakan oleh para
ahli, diantaranya sebagaimana berikut:

Menurut Soedijarto

Soedijarto berpendapat bahwa pengertian pendidikan kewarganegaraan ialah pendidikan politik


yang bertujuan demi membantu peserta didik agar mejadi seorang warga negara yang memiliki
pengetahuan politik secara dewasa serta mampu berpartisipasi dalam membangun sistem politik
yang demokratis. (baca juga: Ciri-Ciri Masyarakat Politik Secara Umum)
Menurut Merphin Panjaitan

Pengertian Pendidikan kewarganegaraan ialah sebuah pendidikan demokrasi, yang memiliki sebuah
tujuan dalam mendidik generasi penerus supaya jadi warga negara yang memiliki jiwa yang
demokratis serta partisipatif melalui pendidikan yang berbasis dialogial. (baca juga: 5 Manfaat
Musyawarah dalam Kehidupan Sehari-hari)

Menurut Henry Rendall Waite


Pengertian Pendidikan kewarganegaraan menurut penuturan Henry Rendall Waite merupakan
sebuah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan manusia di dalam berbagai
perkumpulan yang terorganisasi baik dalam organisasi sosial, ekonomi, politik serta hubungan
negara dengan warga negara.

Menurut Azyumardi Azra

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan mempelajari dan juga mengkaji serta membahas segala
sesuatu mengenai pemerintahan, lembaga-lembaga demokrasi, konstitusi, rule of law, hak dan
kewajiban warga negara serta demokrasi. Secara substantif, pendidikan kewarganegaraan memiliki
tujuan guna membangun karakter bangsa dalam perkembangan di era globalisasi.

Menurut Kerr

Pengertian Pendidikan kewarganegaraan memiliki sebuah definisi yang luas dalam perumusannya,
melingkupi tahapan penyiapan generasi penerus bangsa yang memiliki peran serta tanggung jawab
sebagai seorang warga negara. Dalam arti khusus, pendidikan kewargganegaraan merupakan segala
materi yang ada dalam persekolahan, pengajaran dan belajar, sebagai bagian dari proses
mempersiapkan warga negara. (baca juga: Ciri ciri Globalisasi di dunia beserta pengaruhnya)

Menurut Azis Wahab dan Cholishin

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan seperti penuturan Azis Wahab ialah sebuah sarana untuk
meng-Indonesiakan para warga negara khususnya melalui siswa di sekolah dengan sadar, cerdas,
serta penuh tanggung jawab. Dan Cholishin berpendapat (200:18) bahwa pendidikan
kewarganegaraan merupakan sebuah program yang berisi beberapa konsep secara umum mengenai
ketatanegaraan, politik serta hukum negara, maupun teori umum lainnya berkenaan dengan
kewarganegaraan.

Menurut Permendikbud

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendikbud) No. 22 Tahun 2006 mengenai standar isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, pendidikan kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang berfokus untuk membentuk warga negara supaya lebih memahami serta dapat
melaksanakan segala hak dan kewajiban sebagai seorang warga negara. Demi menjadi seorang
warga negara yang berkarakter, memiliki kecerdasan, keterampilan, sebagai mana berdasar pada
kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa.

Menurut Samsuri
Samsuri (2011:28) berpendapat bahwa pendidikan kewarganegaraan dapat diartikan sebuah cara
untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa demi menjadi seorang warga negara yang memiliki
kecakapan, dan pengetahuan serta nilai-nilai yang guna berpartisipasi aktif di dalam masyarakat.

Menurut Zamroni

Salah seorang anggota Tim ICCE (2005:7), Zamroni menyatakan : “Pendidikan demokrasi yang
bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui
aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan
masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat”.

Menurut Soemantri

Pemahaman lainnya berkenaan dengan pengertian pendidikan kewarganegaraan yang diutarakan


oleh Soemantri (2001:154) ialah sebuah usaha yang dilakukan guna memberikan siswa sebuah
pengetahuan serta kemampuan dasar mengenai hubungan mendasar antara warga negara dengan
negara dan juga pendidikan pendahuluan bela negara sebagai bentuk-bentuk usaha pembelaan
negara sebagaimana diamanatkan di dalam UUD 1945 dan juga Pancasila.

TUJUAN

adalah sebagai berikut ini:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Kurikulum KTSP, 2006).

1.     Memiliki wawasan dan kesadaran kebangsaan dan rasa cinta tanah air  sebagai perwujudan
warga negara Indonesia yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup bangsa dan negara
2.     Memiliki wawasan dan penghargaan terhadap keanekaragaman masyarakat Indonesia sehingga
mampu berkomunikasi baik dalam rangka meperkuat integrasi nasional

3.     Memiliki wawasan, kesadaran dan kecakapan dalam melaksanakan hak, kewajiban, tanggung
jawab dan peran sertanya sebagai warga negara yang cerdas, trampil dan berkarakter

4.     Memiliki kesadaran dan penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia serta kewajiban dasar
manusia sehingga mampu memperlakukan warga negara secara adil dan tidak diskriminatif

5.     Berpartisipasi aktif membangun masyarakat Indonesia yang  demokratis dengan berlandaskan


pada nilai dan budaya demokrasi  yang bersumber pada Pancasila

6.     Memiliki  pola sikap,  pola pikir dan pola perilaku yang mendukung ketahanan nasional serta
mampu menyesuaikannya dengan tuntutan perkembangan zaman demi kemajuan bangsa

Pancasila lulusan PT

Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan antara lain:

a. agar mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan dan komitmen terhadap
nilai-nilai demokrasi dan HAM.

b. agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya mencegah dan menghentikan berbagai tindak
kekerasan dengan cara cerdas dan damai.

c. agar mahasiswa memilik kepedulian dan mampu berpartisipasi dalam upaya menyelesaikaN
konflik di masyarakat dengan dilandasi nilai-nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal.

d. agar mahasiwa mampu berpikir kritis dan objektif terhadap persoalan kenegaraan, HAM, dan
demokrasi.

e. agar mahasiswa mampu memebrikan kontribusi dan solusi terhadap berbagai persoalan kebijakan
publik.

f. agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak (berkeadaban).


Nilai sila pancasila

Dalam hidup berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang tercantum dalam
UUD 1945, Pancasila mempunyai peranan yang mendasar bagi kelangsungan bangsa dan negara .Isi
pembukaan UUD 1945 itu menggambarkan pandangan hidup bangsa, konsep dasar tentang
kehidupan yang dicita-citakan, gagasan dan pikiran yang terkandung didalamnya mengenai
kehidupan yang dianggap baik, pandangan hidup pancasila itu merupakan nilai-nilai yang dimiliki
Indonesia , yang diyakini kebenaranya dan ketepatanya, serta menimbulkan tekat untuk
mewujudkannya.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan adanya dasar Ketuhanan maka Indonesia mengakui dan
percaya kepada adanya Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi sebab adanya manusia dan alam
semesta serta segala hidup dan kehidupan di dalamnya. Dasar ini menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk Indonesia untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agama/kepercayaan masing-masing. Dengan demikian semua agama yang diakaui di negara RI dapat
bergerak dan berkembang dengan leluasa.

Sila Kemanusian Yang Adil dan Beradab, kita sebagai ciptaan Tuhan tidak boleh mengadakan
perbedaan antar sesama manusia, karna Tuhan tidak menghendaki hal itu, pandangan hidup yang
seperti itu yang menimbulkan pandangan hidup yang lebih luas, tak terikat oleh batasan-batasan
negara atau bangsa sendiri, melainkan kita harus membuka pintu bagi persahabatan dunia. Manusia
memiliki hak-hak yang sama, oleh karna itu tidaklah dibenarkan manusia yang satu menguasai
manusia yang lainnya. Berhubungan dengan semua itu maka dasar itu tidak membenarkan adanya
penjajahan, karna hal tersebut sangatlah bertentangan dengan prikemanusiaan serta hak setiap
bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri.

Sila Persatuan Indonesia, seluruh bangsa Indonesia harus memupuk persatuan yang erat antara
sesama warga negara, tanpa membeda-bedakan suku atau golongan serta berdasarkan satu tekat
yang bulat dan satu cita-cita bersama. Perinsip kebangsaan itu merupakan ikatan yang erat antara
suku dan golongan. Atas prinsip itu pembinaan bahasa dan kesenian daerah akan maju,
memperkaya hidup kita dan mengisi perkembangan perkembangan kebudayaan kita yang beraneka
ragam di seluruh Indonesia.

Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwalilan,
sila keempat ini dapat disimpulkan bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya, dilakukan
melalui perwakilan, jadi tidak lansung. Keputusan-keputusan yang diambil oleh perwakilan tersebut
dilakukan melalui musyawarah bersama yang dipipmpin oleh akal yang sehat serta penuh tanggung
jawab baik kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada rakyat yang diwakili.

Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, Kesejahteraan adalah keinginan rakyat Indonesia,
maka tidak adanya kemiskinan di Indonesia manjadi suatu perinsip untuk Indonesia Merdeka,
keadilan sosial adalah suatu sifat masyarakat yang adil dan makmur kebahagian unruk smua orang,
tidak adalagi penghinaan dan penindasan, semua bahagia, cukup sandang pangan. Kita tidak dapat
dengan sendirinya unruk mencapai suatu kesejahteraan ini semua, walau telah ada perwakilan
rakyat.
Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-hari

Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-hari

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila ke I sampai Sila Sila ke V yang harus
diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai
berikut ( Soejadi, 1999 : 88- 90) :

1. Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, antara lain :

a. Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala sesuatu dengan
sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil, Maha Bijaksana
dan sebagainya;

b. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintah- NYA dan
menjauhi larangan-larangannya. Dalam memanfaatkan semua potensi yang diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Pemurah manusia harus menyadari, bahwa setiap benda dan makhluk yang ada di
sekeliling manusia merupakan amanat Tuhan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya; harus
dirawat agar tidak rusak dan harus memperhatikan kepentingan orang lain dan makhluk-makhluk
Tuhan yang lain.

Penerapan Sila ini dalam kehidupan sehari-hari yaitu:

misalnya menyayangi binatang; menyayangi tumbuhtumbuhan dan merawatnya; selalu menjaga


kebersihan dan sebagainya. Dalam Islam bahkan ditekankan, bahwa Allah tidak suka pada orang-
orang yang membuat kerusakan di muka bumi, tetapi Allah senang terhadap orang-orang yang selalu
bertakwa dan selalu berbuat baik. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang
Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-NYA yang wajib
dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan penunjang
hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainya demi kelangsungan dan
peningkatan kualitas Hidup itu sendiri.

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan yang harus
diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini antara lain sebagai berikut :

· -Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan sehala hak dan kewajiban asasinya;
· -Perlakuan yang adil terhdap sesama manusia, terhadap diri sendiri, alam sekitar dan terhadap
Tuhan;
· -Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki daya cipta, rasa, karsa dan
keyakinan.

Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari hari yaitu:

dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh lingkungan
hidup yang baik dan sehat; hak setiap orang untuk mendapatkan informasi lingkungan hidup yang
berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; hak setiap orang untuk berperan
dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuanketentuan hukum yang
berlaku dan sebagainya (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 558). Dalam hal ini banyak yang bisa
dilakukan oleh masyarakat untuk mengamalkan Sila ini, misalnya mengadakan pengendalian tingkat
polusi udara agar udara yang dihirup bisa tetap nyaman; menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan
yang ada di lingkungan sekitar; mengadakan gerakan penghijauan dan sebagainya. Nilai-nilai Sila
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini ternyata mendapat penjabaran dalam Undang-Undang No.
23 Tahun 1997 di atas, antara lain dalam Pasal 5 ayat (1) sampai ayat (3); Pasal 6 ayat (1) sampai ayat
(2) dan Pasal 7 ayat (1) sampai ayat (2). Dalam Pasal 5 ayat (1) dinyatakan, bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat; dalam ayat (2) dikatakan,
bahwa setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran
dalam pengelolaan lingkungan hidup; dalam ayat (3) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai
hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam Pasal 6 ayat (1) dikatakan, bahwa setiap orang
berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan

Urgensi PKn dalam pengembangan kepribadian

Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa, demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.

Bedasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232 / U / 200 dan No. 045 / U / 2002
tentang kurikulum ini ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila, dan Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan kelompok mata kuliah pengembangan Kepribadian ( MPK ).[4]Melalui
MPK itu pengembangan nilai, sikap, dan kepribadian dibekalkan kepada peserta didik di Indonesia.
[5]

Paradigma kewargaan ( civic Education ) mengembangkan paradigma demokratis yakni orientasi


yang menekankan pada upaya pemberdayaan mahasiswa sebagai warga negara Indonesia secara
demokratis. Pada paradigma ini menempatkan peserta didik sebagai subjek aktif. Tujuan dari
paradigma demokratis yaitu agar mahasiswa dapat belajar menjadi manusia yang bertanggung
jawab sebagai individu dan makhluk sosial serta belajar untuk melakukan sesuatu yang didasari oleh
pengetahuan yang dimilikinya.[6]

Demokrasi adalah proses menuju dan menjaga civil society yang menghormati dan berupaya
merealisasikan nilai – nilai demokrasi.[7] Menurut Nurcholish Majid, masyarakat madani merupakan
“rumah” persemaian demokrasi. Perlambang demokrasinya adalah pemilihan umum ( pemilu ) yang
bebas dan rahasia. Namun demokrasi tidak hanya bersemayam dalam pemilu, sebab jika demokrasi
harus mempunyai “rumah”, maka rumahnya adalah masyarakat madani.[8]

Jadi, Urgensi PKn bagi pengembangan kepribadian yaitu Pendidikan Kewargaan sebagai bagian dari
ilmu pengetahuan sosial kemasyarakatan yang bertujuan membentuk karesteristik warga negara
yang humanis, demokratis yang nantinya akan berpengaruh besar terhadap akhlak dan budi pekerti
kita.

Anda mungkin juga menyukai