Formulasi Sediaan Obat Suspensi Kel 2
Formulasi Sediaan Obat Suspensi Kel 2
SEDIAAN SUSPENSI
Disusun oleh :
KELOMPOK II
PENDAHULUAN
Dalam industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat berperan aktif dalam
peningkatan kualitas produksi obat-obatnya yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat
aktif obat, kondisi pasien dan peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping
obat tanpa harus mengurang atau mengganggu dari efek farmakologisnya (Lachman, 2008).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdipersi harus halus, tidak boleh
cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali.
Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan
suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang (Anief, 1999).
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut
tetapi terdispersi dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan secara
fisiologi dapat diabsorpsi yang digunakan sebagai obat dalam atau pemakaian luar dengan
tujuan penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspensi juga ditujukan untuk pemakaian oral
dengan kata lain pemberian dilakukan melalui mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima
baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna ataupun dari
bentuk wadahnya. Pada prinsipnya zat yang terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak
boleh cepat mengendap dan bila dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi
kembali. Selain larutan, suspensi juga mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan
untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah
dikocok dan dituang.
BAB II
ISI
FI III, hal 32
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawanya.
FI IV, hal 17
Suspensi adalah sediaan yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair.
IMO , hal 149
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
Formulasi Nasional, hal 3
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan
terdispersi sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat
dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa zat tambahan yang akan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.
Leon Lachamn, hal 985
Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. Fase kontinue atau
fase luar umumnya merupakan cairan atau semi padat, dan fase terdispersi atau fase
dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut, tetapi
seluruhnya dalam fase kontinue. Zat yang tidak larut bisa dimasukkan untuk absorpsi
fisiologi atau untuk fungsi pelapisan dalam dan luar.
1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk
penggunaan oral.
2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit.
2. Aluminium Hidroksida
a. Struktur molekul
3. Simetikon
Indikasi : mengeluarkan gas dari dalam perut (Antiflatulen).
4. Tween 80
Kegunaannya adalah sebagai zat pembasah, emulgator, dan peningkat kelarutan
(Rowe 2009). Selain fungsi tersebut, Tween 80 juga berfungsi sebagai peningkat
penetrasi (Akhtar 2011).
5. Na-Cmc
Digunakan Na-Cmc sebagai zat tambahan (Depkes RI, 1979). Digunakan sebagai
bahan pensuspensi/ suspending agent, karena Larut dalam air dingin dan panas pada
perendaman, akan menghasilkan larutan jernih. Lebih sensitif terhadap pH
dibandingkan metilselulosa. Digunakan pada konsentrasi 0.5 - 1%. Pemeriannya
berupa serbuk atau granul putih sampai krem, hidroskopik. Mudah terdispersi dalam
air membentuk larutan koloidal, tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam
pelarut organik lainnya. Fungsinya adalah untuk memperlambat pengendapan,
mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan resin, dan bahan
berlemak.
6. Syrup simplex
Syr simplex merupakan Larutan pekat gula dalam air dengan atau tanpa flavoring
agent dan bahan berkhasiat obat. Sirup simplex Hanya digunakan sebagai bahan
pembawa yang memberikan rasa manis dan aroma yang diinginkan.
7. Oleum menthae
Digunakan sebagai zat tambahan (DepKes RI, 1979), digunakan sebagai pewangi
dalam sediaan suspensi untuk memperbaiki estetika dari sediaan suspensi
8. Aqua Destilata
Digunakan sebagai zat tambahan dan pelarut (PubChem 2017).
6.5 Bentuk Sediaan Obat (BSO) yang dirancang berdasarkan data diatas
a. Bentuk sediaan obat : Suspensi oral
b. Alasan pemilihan BSO
1. Pertimbangan farmasetika, biofarmasetika, dan farmakokinetika
Aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida memiliki kelarutan yang
praktis tidak larut di dalam air dan ditujukan untuk pemakaian lokal yaitu untuk
menetralisir asam lambung, maka diformulasi dalam bentuk sediaan suspensi oral
yang pelepasan obatnya lebih cepat dibandingkan sediaan tablet.
2. Pertimbangan farmakodinamik
Aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida ditujukan untuk menetralkan
asam lambung yang disebabkan oleh sekresi asam lambung yang berlebih.
Aluminium hidroksida :
2,4 g
x 3.000.000=120.000
60 ml
Simetikon :
0,24 g
x 3.000.000=12.000
60 ml
Tween 80 :
1
x 3.000 .000=30.000
100
Na.CMC :
0,5
x 3.000 .000=25.000
100
Syrup simplex :
20 g
x 3.000.000=1.000 .000
60 ml
Aquadest ad 3.000.000 ml
3.000.000- (120.000 + 120.000 + 12.000 + 30.000 + 25.000 + 1.000.000 +
60.000) = 1.633.000 ml
f. Bahan pengemas sekunder diambil dari gudang bahan kemas, sesuai dengan master
formula/CPOB produk yang akan diproduksi. Kirim keruang packing sekunder
(black). Cetak No. Batch dan tanggal ED sesuai master formula. Cek oleh kepala
regu dan kepala unit. Setelah itu baru siap untuk mengemas produk.
g. Semua bahan baku dan bahan pengemas yang diambil dari gudang penyimpanan
masing-masing telah mengalami QC terlebih dahulu pada masa karantina. Bahan
yang dipakai adalah yang telah lulus QC. Bila tidak memenuhi spesifikasi standar,
maka harus di reject, dimusnahkan langsung atau dirusak terlebih dahulu.
h. Diruang produksi
Dilakukan pembuatan suspensi dengan cara dimasukkan kedalam mesin
pencampur (Mixing Tank). Buatlah syrup simplex dengan cara larutkan glukosa
didalam aquadest dengan perbandingan (64:36) dilakukan di mixing tank.
Kemudian, Na.CMC di kembangkan dengan air panas (20 kalinya) selama 15
menit. Dilakukan penghalusan dengan menggunakan colloid mill. Magnesii
hidroksid, aluminium hirdoksida dan simetikon ditambah tween 80 dicampurkan
ke dalam mixing tank. Maka dilanjutkan dengan proses pencampuran hingga
homogen serta tambahkan oleum menthae piperitae didalam mixing tank.
Cukupkan hingga volume yang diinginkan dan haluskan dengan colloid mill
Atur/set alat sesuai dengan jumlah serbuk yang akan diisikan kedalam botol,
isikan tiap 60 mL botol suspensi beri label quarantine. Pengisisan, penutupan dan
labelling dilakukan pada satu jalur.
i. Evaluasi/Pemeriksaan QC
Tingkat kemasan/pH
Kadar (sesuai monografi zat aktif)
j. Selesai pengisian, produk yang sudah disusun dirak khusus dikarantina, beri label
“quarantine” lalu lakukan IPC.
Stabilitas sediaan
Pengambilan produk untuk retain sample (sampel pertinggal)
k. Bila lulus uji produk yang tersusun pada rak khusus dikirim ke packing sekunder.
Botol dimasukkan ke iner box lalu masukkan ke auter box. Lakukan pemeriksaan
akhir.
l. Kirim kegudang produk jadi. Lakukan serah terima dari bagian produksi ke bagian
logistic.
Skema Proses Pengolahan Obat
6.8 Ruang produksi
1. Ruangan
Proses pengolahan produksi sediaan dan pengemasan primer dilakukan pada
ruangan E (ruangan non steril), selanjutnya pengemasan sekunder dilakukan pada
ruangan F, dan untuk penyimpanan dilakukan di ruangan G.
2. Pakaian
Rambut dan – jika relevan – janggut dan kumis hendaklah ditutup. Pakaian model
terusan atau model celana-baju, yang bagian pergelangan tangannya dapat diikat,
memiliki leher tinggi dan sepatu atau penutup sepatu yang sesuai hendaklah tidak
melepaskan serat atau bahan partikulat.
4. Urutan Protap
2.8 Evaluasi Sediaan Mutu
Evaluasi sediaan suspensi adalah sebagai berikut :
1. Organoleptis (Farmakope Indonesi edisi IV)
Tujuan : Memeriksa kesesuaian bau, rasa dan warna dengan spesifikasi yang
telah ditentukan.
Prinsip : Pemeriksaan bau, rasa, dan warna menggunakan panca indra.
Persyaratan : Pemeriksaan organoleptis yang dilakukan meliputi bau,
warna, dari sediaan dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Cara penetapan : Dilakukan dengan cara melihat warna, mencium bau
Keterangan:
RPM : rotasi per menit t : waktu yang dibutuhkan bob untuk berputar
100 kali (s) Hitung visikositas sediaan pada tiap kecepatan geser dengan
persamaan sebagai berikut:
Ƞ
Keterangan:
Ƞ : visikositas (cp)
M : beban (g)
Kurva dibuat berdasarkan hubungan antara kecepatan geser terhadap beban yang
diberikan pada setiap sediaan.
KOMPOSISI INDIKASI
Tiap 5 mL susupensi Antasida untuk mengatasi
mengandung hiperasiditas (kelebihan asam)
yang menyertai tukak
Al(OH)3 2,4 ® ®
Mg(OH)2 2,4 STIFINDA lambung,gastritis esofagitis
atau hiatus hernia dengan STIFINDA
Simetikon 0,24 gejala perasaan panas, perih
diulu hati.
ATURAN PAKAI Aluminium hidroksida Aluminium hidroksida
2 – 4 sendok takaran (10 - EFEK SAMPING
20 ml) 4 kali sehari. Menyebabkan gangguan
Magnesium hidroksida saluran pencernaan seperti Magnesium hidroksida
Diminum 20 menit hingga
1 jam sesudah makan dan nyeri perut, diare, tekanan
Suspens darah rendah, penekanan
waktu sebelum tidur atau Suspensi
proses bernapas, gangguan
menurut petunjuk dokter. i keseimbangan elektrolit/ion
tubuh, rasa lemas otot.
No.reg :
Kocok Dahulu
DBL 1700800833 A1
No.Bacth : B701024
Exp date : April 2021
Diproduksi oleh
Keterangan lebih lanjut PT. STIFI FARMA Netto : 60 mL
Netto : 60 mL PADANG-INDONESIA
lihat brosur
Desain Brosur
STIFINDA®
Suspensi
Komposisi
Tiap 5 mL suspensi mengandung
Aluminium hidroksida / Al(OH)3 2,4
Magnesium hidroksida / Mg(OH)2 2,4
Simetikon 0,24
Farmakologi
Kombinasi Aluminium Hidroksida dan Magmesium Hidroksida merupakan antasida yang
bekerja menetralkan asam lambung dan meninaktifkan pepsin sehingga rasa nyeri ulu hati
akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin berkurang. Disamping itu, efek laksatif dari
magnesium Hidroksida akan mengurangi efek konstipasi dari aluminium hidroksida.
Indikasi
Antasida untuk mengatasi hiperasiditas (kelebihan asam) yang menyertai tukak
lambung,gastritis esofagitis atau hiatus hernia dengan gejala perasaan panas, perih diulu
hati.
Kontraindikasi
Hipersensitifitas
Efek Samping
Menyebabkan gangguan saluran pencernaan seperti nyeri perut, diare, tekanan darah
rendah, penekanan proses bernapas, gangguan keseimbangan elektrolit/ion tubuh, rasa
lemas otot
Interaksi obat
Dapat mengganggu absoropsi obat – obat tertentu seperti : Ketokenazole,metenamin,dan
tetrasiclyn sehingga mengurangi aktifitasnya.oleh karena itu pemakaian harus berselang
waktu minimal 1 – 2 jam.
Aturan Pakai
2 – 4 sendok takaran (10 - 20 ml) 4 kali sehari. Diminum 20 menit hingga 1 jam sesudah
makan dan waktu sebelum tidur atau menurut petunjuk dokter.
Penyimpanan
Simpan pada suhu <30°C, lindungi dari cahaya
Kemasan : 1 botol @ 60 mL
KOCOK DAHULU
Diproduksi oleh :
PT. STIFI FARMA
PADANG – INDONESIA
Desain Etiket
KOMPOSISI INDIKASI
Tiap 5 mL susupensi Antasida untuk mengatasi
mengandung: hiperasiditas (kelebihan asam)
Al(OH)3 2,4 ®
STIFINDA
yang menyertai tukak
Mg(OH)2 2,4 lambung,gastritis esofagitis atau
Simetikon 0,24 hiatus hernia dengan gejala
perasaan panas, perih diulu hati.
ATURAN PAKAI
2 – 4 sendok takaran (10 - 20 ml) Aluminium hidroksida Simpan ditempat sejuk dan
4 kali sehari. Diminum 20 menit Magnesium hidroksida kering
hingga 1 jam sesudah makan dan suspensi Serta terlindung dari cahaya
waktu sebelum tidur atau menurut
petunjuk dokter. Keterangan lengkap lihat brosur
Diproduksi oleh No.reg : DBL1600700733 A1
PT. STIFI Farma No.Bacth : B701024
PADANG-INDONESIA Exp date : April 2021
Kocok Dahulu
2. Tahap registrasi
Dilakukan dengan melampirkan dokumen pra registrasi yang telah dilengkapi
dengan dokumen registrasi.
Dokumen registrasi obat terdiri dari 4 bagian sebagai berikut:
1. Bagian I : Dokumen administratif dan informasi produk
A. Daftar Isi Keseluruhan
B. Dokumen Administratif
C. Informasi Produk dan Penandaan
2. Bagian II : Dokumen Mutu
A. Ringkasan Dokumen Mutu (RDM)
B. Dokumen Mutu
C. Daftar Pustaka
3. Bagian III : Dokumen Nonklinik terdiri dari:
A. Tinjauan Studi Nonklinik
B. Ringkasan dan Matriks Studi Nonklinik
C. Laporan Studi Nonklinik (jika perlu)
D. Daftar Pustaka
4. Bagian IV : Dokumen Klinik terdiri dari:
A. Tinjauan Studi Klinik
B. Ringkasan Studi Klinik
C. Matriks Studi Klinik
D. Laporan Studi Klinik
E. Daftar Pustaka
Dokumen registrasi dievaluasi oleh BPOM, bagian registrasi harus melakukan
follow up terhadap berkas-berkas registrasi ke BPOM.
Setelah dievaluasi (safety, quality dan efficacy), BPOM akan mengeluarkan izin
edar.
Produk yang telah mendapatkan Nomor Izin Edar (NIE) siap untuk diproduksi dan
diedarkan. NIE berlaku selama 5 tahun dan harus dilakukan registrasi ulang setelah
5 tahun.
Pendaftar yang sudah mendapatkan izin edar wajib memproduksi dan
mengedarkannya selambat-lambatnya 12 bulan setelah tanggal persetujuan izin edar
dikeluarkan.
Nomor registrasi adalah nomor yang diberikan oleh Depkes RI untuk suatu produk,
yang terdiri dari 15 digit.
Digit 3 : Jenis produksi Impor (I), Ekspor (E), Lokal (L), Keperluan khusus
(X)
Digit 4,5 : Tahun pendaftaran obat jadi ke BPOM (tahun keluarnya nomor
registrasi ), diambil dari angka terakhir pada tahun tersebut.
Digit 9,10,11 : Nomor urut obat jadi pada suatu pabrik yang disetujui DepKes
33 : Suspensi
Digit 14 : Kekuatan sediaan obat jadi yang disetujui (sesuai dosis obat)
Digit 15 : Kemasan
1 : Kemasan utama
2 : Kemasan sekunder
Nomor Batch
Nomor batch adalah nomor yang diberikan industri yang menyatakan nomor urut
produksi obat dalam suatu periode.
Contoh : B701024
PENUTUP
Kesimpulan
1. Sediaan yang dihasilkan yaitu suspensi dengan zat aktif Magnesium hidroksida dan
alumunium hidroksida.
2. Sediaan yang akan diproduksi sebanyak 50.000 botol
3. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi sediaan mutu In Process Control / IPC
meliputi organoleptis, bobot jenis, viskositas, pengukuran pH, volume sedimentasi,
redispersi, Freeze-thawcycling dan distribusi ukuran partikel.