Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan merupakan sebuah keniscayaan, semua yang ada di dunia ini mengalami
hukum gerak dan perubahan. Begitu juga dinamika sejarah masyarakat, terus mengalir dan
bergerak dari masyarakat konservatif dan tradisional menuju ke samudera modernisme.
Sebuah perkembangan global yang menuntut keseriusan setiap komponen masyarakat dan
bangsa untuk berbenah diri dengan seperangkat kompetensi dan profesionalisme agar tetap
exist dan survive.

Berbicara tentang pendidikan kaitannya dengan globalisasi, lebih-lebih di era


reformasi di semua bidang di Indonesia sekarang tentu saja kita juga harus membicarakan
mengenai “sosok guru ideal” yang diharapkan. Pendidikan kita tentunya harus
mendiskripsikan profil seorang guru yang relevan dengan konteks globalisasi, sebagai
landasan untuk mencapai tujuan ideal yang diharapkan[1].

Dari penjelasan tersebut guru membutuhkan pola-pola pembelajaran untuk menunjang


penyampaian materi kepada siswa dan diharapkan dari pola tersebut siswa bisa menangkap
apa yang diajarkan dari seorang guru, agar kelak siswa tersebut dapat bersaing pada dunia
global yang semakin lama semakin dituntut harus bisa beradaptasi dengan lingkungan yang
keras, untuk menunjang pola-pola tersebut maka guru juga diharapkan menjadi guru yang
profesional. Adapun pola-pola pembelajaran akan dijelaskan dalam isi makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi dari pola pembelajaran?


2. Apa macam-macam jenis pola pembelajaran?
3. Menguraikan bagaimana pola pembelajaran yang cocok untuk anak ?
4. Bagaimana mengidentifikasikan penerapan hubungan belajar dengan pengalaman ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian  Pola Pembelajaran

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari
pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar
menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang.

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan
siswa, baik interaksi secara langsung seperti tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu
dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Di dasari oleh adanya perbedaan
interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan oleh adanya perbedaan
interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai pola pembelajaran.

   Barry Morris (1963: 11) yang dikutip dalam bukunya Rusman mengklasifikasikan empat
pola pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

1. Pola pembelajaran Tradisional 1

Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan


pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran ini tergantung pada
kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan
tersebut secara lisan kepada siswa.

Dalam pola pengajaran tradisional ini, pengajar (guru) memegang peran utama
dalam menentukan isi dan metode pengajaran, termasuk dalam menilai kemajuan belajar
siswa. Guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Dalam pola interaksi
edukatif ini, guru kelas mendominasi kegiatan belajar mengajar.

Pola pengajaran seperti ini belum atau tidak memberikan peluang pada penggunaan
teknologi dalam pengajaran., buku-buku, papan tulis, media pengajaran, perpustakaan
belum berperan dalam proses belajar mengajar. Pola pengajaran seperti ini tida
memberikan ruang bagi pengembangan teknologi dalam pengajaran.

Pola pengajaran tradisional dalam pengajaran bahasa asing akan lebih bertumpu pada
keterampilan menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara hanya kadang-kadang.

2. Pola pembelajaran tradisional 2

Pola (guru+alat bantu) dengan siswa. Pada pola pembelajaran ini guru sudah
dibantu oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam
menjelaskan dan meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah mempengaruhi pola pengajaran, sehingga timbul
kecenderungan membakukan masukan atau standarisasi input ke dalam sistem
peengajaran.

Sementara itu, perkembangan teknologi, khususnya perlengkapan media dan


fasilitas pengajaran juga mengalami kemajuan.

Kecenderungan pembakuan ini selain dikarenakan alasan ekonomis, namun juga


memberikan keuntungan lain, yaitu memberikan keuntungan lain, yaitu memudahkan
adanya perbaikan control dalam proses pengajaran. Standarisasi ini berlaku untuk
pengadaan buku-buku sekolah, desain gedung  dan fasilitas sekolah, bentuk papan tulis,
media instruksional, perpustakaan, dan laboratorium.

Dampak munculnya input dalam pengajaran ini, maka pla pengajaran mempunyai
komponen-komponen baru berupa peralatan yang dipergunakan oleh guru sebagai sarana
untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Alat bentu pengajaran tersebut
kemudian dikenal sebagai media pengajaran.

Munculnya media pengajaran merupakan sumber belajar lian selain guru di


dalam pola pengajaran model ini. Dalam pola ini, guru masih tetap memegang peranan
menentukan dalam mengontrol kegiatan belajar mengajar dikelas, nemun tidak mutlak
100% karena sudah didukung oleh sumber belajar lain, yaitu media.

Dalam pengajaran bahasa asing, guru juga dituntut untuk mampu


mengoperasikan media pengajaran yang ada, baik tinggal mmanfaatkan ataupun media
yang harus dibuat.

3. Pola pembelajaran guru dan media

Pola(guru)+(media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah


mempertimbangkan keterbatasan guru yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber
belajar dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat memanfaatkan berbagai media
pembelajaran sebagai sumber belajar yang dapat menggantikan guru dalam
pembelajaran, jadi siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media sebagaii
sumber belajar, misalnya dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran, televisi
pembelajaran, media komputer dan internet. Pola ini merupakan pola pembelajaran
bergantian antara guru an medai berinteraksi dengan siswa.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi membawa implikasi meluasnya


cakrawala umat manusia dalam ilmu pengetahuan. Generasi saat ini harus lebih banyak
belajar daripada generasi masa lalu. Demikian pula generasi yang akan datang juga harus
menjadi generasi terdidik yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan
teknologi.

Implikasi yang ditimbulkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan umat manusia dari generasi ke generasi juga menuntut sistem pendidikan
dan kepelatihan yang sangkil dan mangkus. Segala macam pengetahuan dan pesan, baik
yang verbal maupun nonverbal, perlu ditransformasikan dalam sistem baru. Oleh sebab
itu, maka kemudian media bukan saja merupakan hasil pengetahuan manusia, namun
juga merupakan sarana mengkomunikasikan pengetahuan dan pesan tersebut. Terlebih
lagi, bentuk transformasi tersebut juga dapat sebagai sarana mengembangkan
keterampilan khusus dengan menggunakan teknik-teknik mutakhir.

Standarisasi pada input yang telah muncul pada pola pengajaran yang dibantu
dengan media,pada perkembangannya ternyata belum dapat menjamin hasil belajar yang
optimal. Oleh sebab itu diperlukan standarisasi lain dalam proses belajar mengajar.
Muncullah kecenderungan sistem belajar lain (selain guru) yang dirancang sumber
belajar tersebut berbentuk media yang disusun oleh sekelompok ahli media. Jadi pola
pengajaran yang berbentuk ini adalah pola yang menghadirkan guru di satu sisi, dan guru
dengan media di sisi lain, dan bersama-sama berinteraksi dengan siswa. Dalam hal ini,
kehadiran guru berfungsi untuk melakukan kontrol terhadap disiplin dan minat belajar
siswa. Sumber belajar yang berbentuk media akan mengontrol penyajian materi
pelajaran.

Dalam pengajaran bahasa asing, guru akan tetap muncul dan hadir di kelas,
namun media juga turut dikembangkan dengan detail secara bersama-sama. Terlebih lagi
dalam pengajaran keterampilan berbahasa, yang menuntut penguasaan reseptif meupun
produktif lisan dan tulis.

4. Pola pola pembelajaran bermedia

Pola pembelajaran media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh
menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan bahan atau materi
pembelajaran apa saja yang kemudian bahan tersebut diaplikasikan pada media sebagai
seumber belajar siswa yang utama.

Pola pengajaran ini muncul sebagai jawaban akan semakin meningkatnya


kebutuhan dalam kegiatan belajar mengajar, baik dari segi jumlah maupun mutu.
Munculnya tuntutan profesionalisme tenaga guru yang berkualitas tinggi. Jadi jumlah
tenaga pengajar yang tebatas juga turut memberi andil akan hadirnya pola pengajaran ini.
Sementara penambahan jumlah tenaga pengajar profesional tidak dapat dilakukan secara
kilat. Maka muncul upaya untuk menemukan dan mengembangkan media pengajaran.

Lalu dimana letak tugas pengajar pada pola ini? Tenaga pengajar yang
profesional dapat diberi tugas untuk mempersiapkan bahan pengajaran secara sistematis
dan terprogram dalam bentuk modul atau paket belajar. Keadaan siswa yang telah
cenderung belajar dengan sistem mandiri, akan memudahkan mereka dalam berinteraksi
langsung dengan media pengajaran yang telah dipersiapkan oleh para ahli media dan
guru.

Dalam pengajaran bahasa asing, pola ini tidak mewajibkan bahkan meniadakan
guru. Pengajaran berlangsung dengan media pengajaran, misalnya dalam proses belajar
mengajar dengan modul, mesin pengajaran, dan pengajaran berprogram dalam belajar
mandiri. Kelemahan dari pola ini adalah bahwa dalam kenyataannya, media tidak dapat
mendidik siswa. Dengan pola pengajaran ini, kehadiran guru dapat digantikan oleh
media yang diciptakannya.
Pola-pola pembelajaran diatas memberikan gambaran bahwa seiring dengan
pesatnya perkembangan media pembelajaran, baik software maupun hardware, akan
membawa perubahan bergesernya peranan guru sebagai penyampai pesan. Guru tidak
lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar, baik itu dari majalah, modul, siaran
radio pembelajaran, televisi pembelajaran, media komputer atau yang sering kita kenal
dengan pembelajaran berbasis computer (CBI atau computer based intruction), baik
model drill, toturial, simulasi maupun instructional games ataupun dari internet.
Sekarang ini atau dimasa yang akan datang, peran guru tidak hanya sebagai director of
learning, yaitu sebagai pengelola belajar yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa
melalui pemanfaatan dan optimalisasi berbagai sumber belajar. Bahkan, bukan tidak
mungkin dimasa yang akan datang peran media sebagai sumber informasi utama dalam
kegiatan pembelajaran (pola pembelajaran bermedia), seperti halnya penerapan
pembelajaran berbasis komputer (computer based instruction), disini peran guru hanya
sebagai fasilitator belajar saja.

Dalam versi lain menyebutkan bahwa, pola interaksi guru dengan murid dalam
kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari gerakan yang di
dominasi oleh guru sampai kapan kegiatan yang dilakukan oleh murid itu sendiri. Pola
interaksi dapat berbentuk klasikal, kelompok, dan perorangan. Sedangkan variasi
kegiatan bisa berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi, latihan atau
demonstrasi. Dalam mengadakan variasi, guru perlu mengingat prinsip-prinsip
penggunaannya yang meliputi: kesesuaian, kesewajaran, kelancaran, dan
kesinambungan, perencanaan bagi alat atau bahan yang memerlukan penataan khusus.

2.2. Macam-Macam Pola Pembelajaran

Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan seperti dibawah ini:

1. Pola guru- murid: komunikasi sebagai satu arah.


2. Pola guru-siswa-guru: ada kebalikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antara
siswa.
3. Pola guru-murid-murid: ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
4. Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid: interaksi optimal antara guru dengan
murid, dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi dan multi
arah).
5. Pola melingkar: setiap siswa giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban,
tidak diperkenankan berbicara dua kali sebelum semua siswa belum mendapat
giliran.

Secara opersional penerapan pola pembelajaran akan mempunyai ciri sebagai berikut:

1. Sarana fisik yang menjadi perantara penyajian informasi.


2. Sistem intruksional dimana secara fisik tersebut merupakan salah satu komponen
yang terpadu.
3. Adanya serangkaian pilihan yang menghendaki antara lain :
a. Perubahan fisik dan cara tempat belajar.
b. Hubungan antara pengajar dan anak didik yang tidak langsung.
c. Aktifitas anak didik yang lebih mandiri.
d. Perlunya tenaga pembantu untuk mengajar.
e. Perubahan peranan dan kecakapan pengajar.
f. Keluwesan waktu dan tempat belajar.

2.3 Menguraikan bagaimana pola pembelajaran yang cocok untuk anak

1. Pola guru- murid: komunikasi sebagai satu arah.


Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau
lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami (djamarah, 2004 : 1).
Dalam hal ini guru berperan sebagai komunikator atau pemberi pesan dan
murid sebagai komunikan atan penerima pesan. Dimana hanya terjadi komunikasi
satu arah sehingga tidak ada peran aktif dari murid. Murid hanya menerima apa
yang disampaikan oleh guru tanpa adanya umpan balik.
Pola komunikasi seperti ini kurang dianjurkan karena hanya membuat murid
pasif, tidak kreatif, serta tidak terbiasa mengeluarkan pemikirannya dengan baik.
Padahal di zaman sekarang diperlukan generasi muda yang tidak hanya cerdas
namun kreatif sehingga dapat memenuhi tuntutan zaman yang super cepat.

2. Pola guru-siswa-guru: ada kebalikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antara
siswa.
Pola komunikasi antara guru dan murid yang kedua adalah pola komunikasi
dua arah dimana telah terjadi interaksi antara guru dan murid. Tidak hanya guru
yang aktif menyampaikan pesan namun ada pula peran aktif murid dalam memberi
reaksi atau umpan balik dari apa yang disampaikan guru.
Ada peran aktif murid dalam bertanya ataupun memberi masukan kepada
guru. Pola komunikasi ini lebih baik dari yang pertama karena membuat murid lebih
aktif sehingga kreatifitasnya semakin terasah. Ada lebih banyak wawasan yang akan
didapatkan murid.
3. Pola guru-murid-murid: ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
Lebih lanjut ada pola komunikasi banyak arah dimana tidak hanya terjadi
komunikasi dinamis antara guru dan murid namun juga mengembangkan
komunikasi dinamis antar sesama murid sehingga kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih interaktif dan dinamis.
Akan semakin banyak timbul pemikiran dan perspektif baru sehingga terjadi
diskusi antara guru, murid, dan sesama murid. Ruang kelas akan terasa lebih hidup
dan tidak monoton.
Itulah 3 pola komunikasi antara guru dan murid dalam proses belajar
mengajar. Pola komunikasi yang ketiga atau komunikasi banyak arah merupakan
pola komunikasi yang paling disarankan sehingga guru dan seluruh murid sama-
sama aktif mengeluarkan pemikiran dan argumentasinya sehingga terjadi diskusi
menarik dan membangun.
Akan banyak muncul perspektif-perspektif baru sehingga murid-murid tidak
hanya cerdas dalam pengetahuannya namun juga belajar untuk berani mengeluarkan
dan mempertahankan pendapatnya.
4. Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid: interaksi optimal antara guru dengan
murid, dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi dan multi
arah).
5. Pola melingkar: setiap siswa giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban,
tidak diperkenankan berbicara dua kali sebelum semua siswa belum mendapat
giliran.

Anda mungkin juga menyukai