Anda di halaman 1dari 11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui berapa yield


biodiesel yang di peroleh dari proses transesterifikasi minyak kelapa dengan metanol
teknis. Pengujian ini di lakukan dengan beberapa variasi variabel seperti: perbedaan
suhu reaksi, dan perbedaan rasio mol, dan beda jenis aktivasi katalis. Jenis katalis
yang digunakan pada pembuatan biodiesel ini adalah Dolomit yang telah terkalsinasi
pada suhu 9000C dan teraktivasi menggunakan H2SO4 pada suhu 4500C kedua dengan
kecepatan pemanasan sebesar 100C/menit dengan holding time selama 3 jam untuk
aktivasi 9000C dan satu minggu untuk aktivasi mennggunakan H2SO4. Pengaruh
katalis disini adalah sebagai agen pemercepat reaksi, karena jenis katalis yang
digunakan adalah katalis heterogen maka pemisahan yang dilakukan setelah proses
transesterifikasi dapat dilakukan dengan mudah. Pada penelitian ini proses pemisahan
yang dilakukan menggunakan metode filtrasi dengan kertas saring. Penelitian ini
dilakukan pada suhu lingkungan, suhu 400C, suhu 600C dengan perbandingan rasio
mol minyak dan metanol adalah 1:4, 1:6, 1:8, dan 1:10

Tabel Perbandingan Hasil Biodiesel dengan katalis aktivasi H2SO4

Perbandinga Suhu M V M V Hasil Biodiesel


n Miny miny meta meta MBO VBO MAO VAO
ak ak nol nol
01:04 lingkungan 50,02 55 10 13 44,76 49 20,89 23
40 C 50 55 10,01 13 44,81 50 26,25 29
60 C 50,02 55 10,01 13 47,13 52 30,49 33
01:06 lingkungan 50,02 55 15,05 20 45,2 51 23,76 26
40 C 50 55 15,01 20 49,2 50 29,51 32
60 C 50 55 15,09 20 46 51 30,82 34
01:08 lingkungan 50,02 55 20,03 26 46,69 49 24,78 27
40 C 50,02 55 20,02 26 46,29 50 29,77 33
60 C 50 55 20 26 44,7 50 31,36 34
01:10 lingkungan 50,01 55 25,01 33 44,87 50 26,88 29
40 C 50 55 25,01 33 48,7 53 30,3 33
60 C 50,01 55 25,01 33 49,56 54 31,6 35

Perbandingan Suhu M V M V Hasil Biodiesel


Miny miny meta meta MBO VBO MAO VAO
ak ak nol nol
01:04 30 C 50,02 55 10 13 46,86 51 34,11 37
40 C 50 55 10,01 13 44,03 49 39,3 43
60 C 50,02 55 10,01 13 47,85 52 40,54 44
01:06 30 C 50,02 55 15,05 20 44,83 49 36,68 40
40 C 50 55 15,01 20 44,03 49 41,68 46
60 C 50 55 15,09 20 48,12 53 44,45 49
01:08 30 C 50,02 55 20,03 26 44,22 49 37,7 41
40 C 50,02 55 20,02 26 44,44 49 41,9 46
60 C 50 55 20 26 48,58 53 46,8 51
01:10 30 C 50,01 55 25,01 33 44,18 49 39,23 43
40 C 50 55 25,01 33 45,58 50 42,12 46
60 C 50,01 55 25,01 33 49,89 54 47,27 52
Tabel Perbandingan Hasil Biodiesel dengan katalis baru

4.1 Pengaruh Perbandingan Minyak dengan Metanol Terhadap Perolehan Biodiesel


Untuk mengetahui pengaruh dari perbandingan minyak dengan metanol yang
pertama harus dilakukan adalah melakukan perhitungan terhadap jumlah metanol
yang diperlukan. Pada penelitian pembuatan biodiesel dari minyak kelapa variasi
perbandingan jumlah minyak terhadap metanol yang diberikan adalah 1:4, 1:6, 1:8,
1:10. Adapun untuk jumlah metanol yang dibutuhkan tiap perbandinganya dapat
dicari dengan rumus berikut:
Bm Minyak Massa Metanol
=
Massa Minyak koef pembanding x ( Bm Metanol)
Berdasarkan perhitungan maka Massa metanol yang diperlukan untuk tiap
perbandingan minyak dengan metanol adalah sebagai berikut: hasil ini digunakan baik
pada katalis dolomit teraktivasi dengan H2SO4 atau dolomit teraktivasi di suhu 9000C

Perbandingan Massa Metanol


1:4 10 gr
1:6 15 gr
1:8 20 gr
1:10 25 gr
Segala data yang digunakan pada tabel dibawah ini adalah biodiesel dengan katalis
aktivasi pada suhu 9000C yang telah dilakukan proses filtrasi dan permunian dari produk sisa
40
Suhu Lingkungan 39.23
39
Massa Biodiesel yang terbentuk

38 37.7

37 36.68

36

35
34.11
34

33

32

31
1:04 1:06 1:08 1:10
Konsentrasi
Gambar 4.1 Menunjukkan massa biodiesel terhadap perbandingan konsentrasi pada suhu lingkungan

Dari gambar 4.1 dapat ditarik kesimpulan bahwa perolehan massa biodiesel
mengalami kenaikan dengan makin bertambahnnya perbedaan konsentrasi. Dari grafik
didapat bahwa Pada konsentrasi 1:4, 1:6, 1:8, dan 1:10 massa biodiesel yang terbentuk adalah
34,11 36,68 37,7 39,23 gram.

Pada Suhu 40C


42.5 42.12
42 41.9
Massa Biodiesel yang terbentuk

41.68
41.5
41
40.5
40
39.5 39.3
39
38.5
38
37.5
1:04 1:06 1:08 1:10

Konsentrasi

Gambar 4.2 Menunjukkan massa biodiesel terhadap perbandingan konsentrasi pada


suhu 40 0 C

Pada suhu 400C dengan berbagai variasi konsentrasi pada grafik didapat
bahwa Pada konsentrasi 1:4, 1:6, 1:8, dan 1:10 massa biodiesel yang terbentuk adalah 39,3
41,68 41,7 39,23 gram.
Pada Suhu 60C
48 47.27
46.8

Massa Biodiesel yang terbentuk


46
44.45
44

42
40.54
40

38

36
1:04 1:06 1:08 1:10

Konsentrasi

Gambar 4.3 Menunjukkan massa biodiesel terhadap perbandingan konsentrasi pada suhu 60 0 C

Pada suhu 600C dapat disimpulkan bahwa perolehan massa biodiesel juga
mengalammi kenaikan seiring dengan kenaikan perbandingan minyak terhadap metanol. Pada
konsentrasi 1:4, 1:6, 1:8, dan 1:10 massa biodiesel yang terbentuk adalah 40,54 44,45 46,8
47,27 gram. Kenaikan massa dari biodiesel ini disebabkan oleh banyak nya etanol yang ikut
bereaksi sehingga menghasilkan fame (Free acid methyl ester) dengan yield yang lebih besar
atau dapat dikatakan akan merubah arah reaksi kesetimbangan ke arah produk. .

47.27
Massa Biodiesel yang terbentuk

50 46.8
44.45
45 41.68 41.9 42.12
39.340.54 37.7 39.23
40 36.68
34.11
35
30
25
20
15
10
5
0
1:04 1:06 1:08 1:10

Konsentrasi

Gambar 4.4 Me nunjukkan massa biodie se l terha dap per bandingan konsentra si pada ka talis ka lsinasi 900 0 C
Massa Biodiesel yang terbentuk
katalis aktivasi H2SO4
35
30.49 29.5130.82 29.77
31.36 30.3 31.6
30 26.88
26.25 24.78
25 23.76
20.89
20
15
10
5
0
1:04 1:06 1:08 1:10

Konsentrasi

Ga mbar 4.5 Menunjukka n ma ssa biodiesel ter hada p perba ndinga n konse ntrasi pa da katalis aktivasi H 2 SO 4

Dari grafik dapat dilihat terkait perolehan massa biodiesel pada berbagai perbedaan
konsentrasi sesuai dengan hasil yang didapat pada katalis terkalsinasi pada 900 0C bahwa
terjadi kenaikan perolehan massa biodiesel.

4.2 Pengaruh Suhu Reaksi Terhadap Perolehan Biodiesel


Suhu memiliki peranan yang penting dalam proses berjalanya reaksi. Semakin besar
suhu semakin cepat reaksi akan berlangsung sehingga dapat menghasilkan biodiesel yang
lebih banyak. Asumsi proses yang terjadi secara isotermal sehingga tidak ada suhu yang
keluar dari proses reaksi trans esterifikasi demi menjaga suhu reaksi. Untuk variasi variabel
suhu itu sendiri proses reaksi transesterifikasi dijalankan pada suhu lingkungan, suhu 40 0C
dan suhu 600C. untuk menjaga suhu agar konstan proses reaksi dijalankan pada magnetic
stirrer yang selalu dicek dengan termometer setiap 15 menit sekali.
50
46.8 47.27
44.45
45
41.68 41.9 42.12
40.54
39.23 39.3
40 37.7
36.68

35 34.11
31.36 31.6 1:4 baru
30.49 30.82
29.51 29.77 30.3 1:4 lama
30
26.88 26.25 1:6 baru
24.78
25 23.76 1:6 lama
20.89 1:8 katalis baru
20 1:8 katalis lama
1:10 baru
15 1:10 lama

10

0
30 C 40 C 60 C

Gambar 4.6 Me nunjukkan massa biodie se l terha dap var ia si suhu pa da katalis lama dan bar u

Dari gambar 4.6 dapat ditarik kesimpulan bahwa baik pembuatan katalis
menggunakan katalis baru ataupun katalis lama keduanya memiliki kecenderungan
menghasilkan massa biodiesel dengan bertambahnya suhu reaksi. Perolehan massa biodiesel
terbesar terdapat pada biodiesel dengan katalis baru pada konsentrasi 1:10 dengan total massa
biodiesel 47,27 gram
Dan perolehan biodiesel terendah pada katalis 1:4 katalis lama dengan massa biodiesel 20,89
gram.

4.3 Pengaruh Beda aktivasi katalis Terhadap Perolehan Biodiesel


Katalis sebagai agen pemercepat reaksi dengan menurunkan energi aktivasi memiliki
peran yang penting dalam pembuatan biodiesel salah satunya dapat ditinjau dari efisiensi
perolehan massa dan volume biodiesel itu sendiri. Adapun agar reaksi dapat berjalan
maka katalis tersebut harus diaktivasi terlebih dahulu. Pada penelitian pembuatan
biodiesel dari minyak kelapa dengan katalis dolomit terdapat dua metode aktivasi katalis.
Pertama dengan mengkalsinasi dolomit pada suhu 9000C disebut katalis baru, Kedua
dengan mengaktivasi dolomit dengan H2SO4 selama 1 minggu dan dilanjutkan pada
kalsinasi pada suhu 4500C.
Tabel massa biodiesel Sesudah di oven katalis lama vs baru
pada suhu lingkungan
45 1:4 baru
Massa Biodiesel After oven

37.7 39.23 1:6 baru


40 36.68
34.11 1:8 baru
35
30 26.88 1:10 baru
23.76 24.78
25 20.89 1:4 Lama
20 1:6 Lama
15 1:8 Lama
10 1:10 Lama
5
0
Pada suhu lingkungan

Ga mbar 4.7 Menunjukka n ma ssa biodiesel de nga n katalis aktivasi H 2 SO 4 dan ka ta lis ka lsinasi 900 0 C ter hada p suhu
lingkungan de nga n berba gai konse ntrasi

Dari gambar 4.7 dapat dilihat bahwa massa biodiesel yang di dapat pada katalis baru (
terkalsinasi pada suhu 9000C) memperoleh massa yang lebih banyak daripada dengan
menggunakan katalis lama (teraktivasi H2SO4) dengan perolehan terbesar terdapat pada
biodiesel dengan katalis baru pada perbandingan konsentrasi 1:10 yaitu sebesar 39,23 gram
dan terendah pada biodiesel dengan katalis lama pada perbandingan konsentrasi 1:4 yaitu
sebesar 20,89.

Tabel massa biodiesel Sesudah di oven katalis lama vs baru


pada suhu 40
45 41.68 41.9 42.12 1:4 baru
Massa Biodiesel after oven

39.3 1:6 baru


40
35 1:8 baru
29.51 29.77 30.3
30 26.25 1:10 baru
25 1:4 Lama
20 1:6 Lama
15 1:8 Lama
10 1:10 Lama
5
0
Pada suhu 40

Ga mbar 4.8 Menunjukka n ma ssa biodiesel de nga n katalis aktivasi H 2 SO 4 dan ka ta lis ka lsinasi 900 0 C ter hada p suhu
40 0 C dengan ber baga i konsentra si

Dari gambar 4.8 dapat dilihat bahwa perolehann massa biodiesel dengan katalis bru
menghasilkan jumlah massa yang lebih besar daripada biodiesel dengan katalis yang
teraktivasi dengan H2SO4 .Denga n perolehan massa terbesar memiliki kecenderungan pola
yang sama seperti pada suhu lingkungan yaitu pada katalis baru di konsentrasi 1:10 dengan
massa sebesar 42,12 gram dan perolehan massa tersedikit pada biodiesel dengan katalis lama
pada konsentrasi 1:4 yaitu sebesar 26,25.

Tabel massa biodiesel Sesudah di oven katalis lama vs baru


pada suhu 60
50 46.8 47.27 1:4 baru
Massa Biodiesel after oven

44.45 1:6 baru


45 40.54
40 1:8 baru
35 30.49 30.82 31.36 31.6 1:10 baru
30 1:4 Lama
25 1:6 Lama
20
15 1:8 Lama
10 1:10 Lama
5
0
Pada suhu 60

Ga mbar 4.9 Menunjukka n ma ssa biodiesel de nga n katalis aktivasi H 2 SO 4 dan ka ta lis ka lsinasi 900 0 C ter hada p suhu
60 0 C dengan ber baga i konsentra si

Pada gambar 4.9 menunjukkan hasil perolehan terhadap biodiesel yang terbesar baik
menggunakan katalis baru ataupun katalis lama karena pada proses reaksi di jalankan pada
suhu optimum yaitu 600C. Perolehan hasil biodiesel terbesar terdapat pada biodiesel yang di
buat pada perbandingan 1:10 dengan menggunakan katalis baru yaitu sebesar 47,27. Dan
yang terendah pada pembuatan biodiesel dengan katalis lama pada konsentrasi 1:4.
Sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa perbedaan aktivasi katalis dapat
memberikan dampak yang cukup signifikan. Perbedaan itu disebabkan katalis baru dapat
mengikat ion Ca dan Mg yang terdapat pada dolomite sehingga proses reaksi transesterifikasi
dapat lebih optimal.

4.4 Perhitungan Yield dari Biodiesel

Perolehan hasil uji eksperimen secara berkala yang telah dilakukan berdasarkan
berbagai variabel dapat digunakan untuk menghitung yield dari biodiesel tersebut.
Penentuan yield biodiesel ini dapat dilakukan dengan metode:

Massa biodiesel yang diperoleh


yield= x 100 %
Massa minyak mula mula
Perolehan Yield Biodiesel katalis Lama

Perbandingan Suhu M Minyak M Biodiesel Yield % Yield

lingkungan 50,02 20,89 0,42 41,76


01:04 40 C 50 26,25 0,53 52,50
60 C 50,02 30,49 0,61 60,96
lingkungan 50,02 23,76 0,48 47,50
01:06 40 C 50 29,51 0,59 59,02
60 C 50 30,82 0,62 61,64
lingkungan 50,02 24,78 0,50 49,54
01:08 40 C 50,02 29,77 0,60 59,52
60 C 50 31,36 0,63 62,72
lingkungan 50,01 26,88 0,54 53,75
01:10 40 C 50 30,3 0,61 60,60
60 C 50,01 31,6 0,63 63,19
Tabel 4.1 perolehan Yield Biodiesel Katalis lama

Perolehan Yield Biodiesel katalis baru

Perbandingan Suhu M Minyak M Biodiesel Yield % Yield

lingkungan 50,02 34,11 0,68 68,19


01:04 40 C 50 39,3 0,79 78,60
60 C 50,02 40,54 0,81 81,05
lingkungan 50,02 36,68 0,73 73,33
01:06 40 C 50 41,68 0,83 83,36
60 C 50 44,45 0,89 88,90
lingkungan 50,02 37,7 0,75 75,37
01:08 40 C 50,02 41,9 0,84 83,77
60 C 50 46,8 0,94 93,60
lingkungan 50,01 39,23 0,78 78,44
01:10 40 C 50 42,12 0,84 84,24
60 C 50,01 47,27 0,95 94,52
Tabel 4.2 perolehan Yield Biodiesel Katalis baru
grafik Yield Biodiesel katalis lama vs Baru
100.00
93.60 94.52
88.90
90.00
83.36 83.77 84.24
81.05
80.00 78.44 78.60
75.37
73.33
1:4 baru
70.00 68.19
62.7263.19
1:4 lama
60.60 60.96 61.64 1:6 baru
59.02 59.52
60.00
53.75 1:6 lama
52.50
49.54 1:8 katalis baru
50.00 47.50
1:8 katalis lama
41.76
1:10 baru
40.00
1:10 lama
30.00

20.00

10.00

0.00
30 C 40 C 60 C

Gambar 5.0 Perolehan yield biodiesel katalis lama vs katalis baru


Dari Hasil grafik dapat di tarik kesimpulan bahwa pembuatan biodiesel yang
menggunakan katalis baru menghasilkan yield yang lebih banyak daripada menggunakan
katalis lama, dengan perolehan yield terbesar adalah 94,52% pada perbandingan 1:10
suhu 600C dan perolehan biodiesel dengan yield terkecil adalah 41,76% pada
perbandingan 1:4 dengan suhu lingkungan.
BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Pengaruh variasi perbandingan konsentrasi terhadap perolehan massa


biodiesel yaitu Semakin tinggi perbandingan konsentrasi maka semakin besar
pula massa biodiesel yang diperoleh. Karena semakin besar pula jumlah
metanol yang di butuhkan sehingga menggeser kesetimbangan ke arah produk.

2. Pengaruh perbedaan Suhu reaksi semakin terhadap perolehan massa biodiesel


yaitu semakin tinggi suhu reaksi maka perolehan massa biodiesel lebih besar
hal ini disebabkan semakin tinggi suhu maka semakin cepat waktu reaksi
sehingga dengan waktu yang sama yaitu 2 jam sampel yang bereaksi pada
suhu 600C dapat menghasilkan massa yang lebih banyak

3. Pembuatan biodiesel menggunakan katalis dolomit yang teraktivasi pada suhu


9000C dapat menghasilkan yield biodiesel yang lebih banyak daripada dengan
menggunakan katalis aktivasi H2SO4 dengan perolehan yield terbesar adalah
94,52 % dan yield terkecil adalah 41,76%

5.2 Saran

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengkaji potensi yang masih dimiliki


oleh minyak kelapa dan katalis dolomit sehingga dapat mengembangkan lagi terkait
biodiesel yang di hasilkan serta memulai untuk memprooduksi secara massal agar
dapat menambah nilai ekonomis serta ikut membantu pemerintah Indonesia dalam
mengoptimalkan potensi sumber daya terbarukan

Anda mungkin juga menyukai