Anda di halaman 1dari 110

SEBUAH KARYA ILMIAH MAHASISWA KKN UII – UNIT 241

DESA KARANGBOLONG, KECAMATAN BUAYAN, KABUPATEN KEBUMEN

BUNGA RAMPAI PENGABDIAN MASYARAKAT

KULIAH KERJA NYATA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2019
SEBUAH KARYA ILMIAH MASYARAKAT KKN UII – UNIT 241
DESA KARANGBOLONG, KECAMATAN BUAYAN, KABUPATEN KEBUMEN

NEONISASI DI TITIK GELAP DAN SENSUS PENDUDUK


DUSUN GEDONG KKN UII – UNIT 241

KULIAH KERJA NYATA


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
Deskripsi Program
Dusun Gedong merupakan sebuah dusun yang terletak di Desa Karangbolong, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa
Tengah. Dalam usaha meningkatkan mutu kehidupan pertumbuhan ekonomi dusun, energi listrik memiliki peranan yang sangat penting.
Ketersediaan energi listrik di dusun merupakan salah satu bentuk energi siap pakai yang dapat meningkatkan sarana pendidikan, kesehatan,
keamanan lingkungan, dan meningkatkan tersedianya lapangan pekerjaan baru. Secara harfiah, Dusun Gedong bukan merupakan suatu daerah
yang tidak terjangkau sama sekali oleh jaringan listrik Perusahaan Listrik Nasional (PLN). Hampir setiap rumah sudah memiliki jaringan listrik.
Namun, Dusun Gedong belum memiliki Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU) yang optimal, dimana hal tersebut merupakan salah satu
kebutuhan warga masyarakat Dusun Gedong yang memiliki kondisi geografis berupa perbukitan. Kehadiran LPJU diharapkan dapat
memberikan keindahan, semarak, dan terang. LPJU juga merupakan salah satu unsur pelengkap jalan umum yang memiliki urgensi cukup
tinggi, karena sangat berkaitan erat dengan keamanan dusun, keselamatan dan ketertiban bagi pengguna jalan serta masyarakat Dusun Gedong
sendiri.

Tahapan Pelaksanaan Program


1. Persiapan
Dalam tahap perisiapan, kami melakukan wawancara dengan Kepala Dusun Gedong mengenai titik gelap
yang berada di Dusun Gedong. Setelah itu, kami mencari dan menentukan titik gelap mana saja yang paling
membutuhkan LPJU.
2. Pelaksanaan
Setelah menentukan titik gelap, kami melakukan pemetaan pada Dusun Gedong sesuai dengan titik gelap
yang telah di tentukan. Kemudian kami mendesain Lampu Penerangan Jalan Umum mulai dari desain tiang
yang memiliki 2 pilihan berupa tiang besi dan tiang bambu. Lalu kami membuat Rencana Anggaran Biaya
(RAB) mengenai program Lampu Penerangan Jalan Umum.
a. Desain Besi
b. Desain Bambu
c. Rencana Anggaran Biaya
a. Desain Besi
No Nama Item Harga
1 Tiang Besi 3 Meter + Kap Rp. 190.000
Lampu
2 Lampu 20W Rp. 100.000
Jumlah Total Rp. 290.000
Total Kebutuhan 5 Tiang Lampu Rp. 1.450.000

b. Desain Bambu
No Nama Item Harga
1 Tiang Bambu 3 Meter Membuat Sendiri
2 Kap Lampu Rp. 19.000
3 Lampu 20W Rp. 100.000
Jumlah Total Rp. 119.000
Total Kebutuhan 5 Tiang Rp. 595.000
Lampu

c. Penyerahan Proposal
Tahap terakhir proses pelaksanaan program ialah penyerahan proposal kepada kepala Dusun Gedong.
3. Evaluasi
Setelah program dilakukan, beberapa hal yang dapat dievaluasikan yaitu berupa proposal mengenai
Neonisasi pada Dusun Gedong di terima dengan baik oleh Kepala Dusun Gedong. Dan proposal tersebut
akan disampaikan kepada pihak yang berwenang pada tingkat Desa maupun Kecamatan agar program
tersebut dapat terealisasikan
Sensus Penduduk Dusun Gedong
 RT 01 RW 03
JIWA
JUMLAH KK
LAKI-LAKI PEREMPUAN
122 104 63

 RT 02 RW 02
JIWA
JUMLAH KK
LAKI-LAKI PEREMPUAN
130 127 61

 RT 03 RW 02
JIWA
JUMLAH KK
LAKI-LAKI PEREMPUAN
68 76 35

SEBUAH KARYA ILMIAH MASYARAKAT KKN UII – UNIT 241


DESA KARANGBOLONG, KECAMATAN BUAYAN, KABUPATEN KEBUMEN
PERANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Disusun Oleh:
MUHAMMAD IRFAANO ABDAN
16410331

KULIAH KERJA NYATA


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
IDENTITAS INDIVIDU

Nama : Muhammad Irfaano Abdan

NIM : 16410331

Fakultas/Prodi : Hukum/Ilmu Hukum

Nama Program : Perancangan Peraturan Desa Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

BAB I
DESKRIPSI PROGRAM

1.1. Nama Program


Perancangan Peraturan Desa Tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup
Tempat : Desa Karangbolong, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen
Sasaran : Perangkat desa Karangbolong dan masyarakat desa Karangbolong

1.2. Deskripsi Program


Berdasarkan disiplin ilmu yang ditekuni penulis yaitu Ilmu hukum, maka program yang dilaksanakan penulis harus sesuai dengan
disiplin ilmu tersebut. Penulis yang di tempatkan di Desa Karangbolong telah melakukan beberapa upaya untuk mencari persoalan yang
dimiliki di desa Karangbolong khususnya yang berkaitan dengan disiplin ilmu penulis. Desa Karangbolong adalah sebuah desa paling selatan
di kecamatan Buayan. Selain itu desa Karangbolong juga satu-satunya desa pesisir di Kecamatan Buayan. Desa Karangbolong mendiami
sebuah cekungan yang dikelilingi perbukitan dan di tengahnya mengalir sebuah sungai Manggis yang bermuara di Pantai Karangbolong.
Desa Karangbolong juga memiliki beberapa objek wisata seperti pantai Karangbolong dan Bukit Hud. Sebagai sebuah desa yang memiliki
objek wisata tentu kebersihan menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan. Sayangnya beberapa temuan penulis melihat kondisi yang ada
di desa Karangbolong belum terdapat aturan mengenai pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup khusunya tentang pengelolaan
sampah. Selain faktor infrastruktur yang belum memadai, aturannya juga belum dimiliki.
Dari hasil observasi yang didapat, penulis menyimpulkan untuk membuat progam tentang perancangan Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup. Pembuatan aturan ini sebagai dasar hukum agar pemerintah desa dapat merealisasikan aturan pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup di desa Karangbolong.
Tujuan dilakukannya program ini adalah untuk memberi wawasan kepada perangkat desa Karangbolong dan masyarakat desa
Karangbolong mengenai pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup yang baik . Selain itu, penulis berharap kedepan dengan adanya
aturan ini perangkat desa Karangbolong dapat merealisasikan dan masyarakat desa Karangbolong berperan aktif dalam menjaga lingkungan
hidup.
BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM

2.1. Nama Program


Perancangan Peraturan Desa tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2.2. Bidang Kegiatan
Undang-Undang dan BUMDES
2.3. Kajian Pustaka
Emil salim mendefinisikan lingkungan hidup sebagai “Segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalamruangan yang kita
tempati, dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia” dan Alwan Farisy, menyatakan bahwa pengertian dari pengelolaan
lingkungan hidup merupakan “upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup”
2.4. Tahapan Kegiatan
Dalam progam pembuatan rancangan Peraturan Desa Tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup , terdapat beberapa
tahapan kegiatan yang dilakukan, yaitu:
1. Observasi dengan perangkat desa dan masyarakat Karangbolong tentang aturan lingkungan hidup
2. Perancangan pembentukan Peraturan Desa
3. Penyuluhan Peraturan Desa
2.5. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan
2.5.1. Observasi
Observaasi dengan perangkat desa dan juga masyarakat desa Karangbolong bertujuan untuk mencari, menggali dan menemukan
informasi terkait permasalahan peraturan desa yang terdapat di desa Karangbolong.

2.5.2. Perancangan Pembentukan Peraturan Desa


Perancangan pembentukan peraturan desa dilakukan setelah telah melakukan analisis permasalahan mengenai problematika peraturan
desa yang ada di desa Karangbolong. Ada beberapa peraturan desa yang belum diatur namun penulis memutuskan untuk melakukan
perancangan aturan tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hiidup (PPLH). Keputusan itu berdasarkan hasil observasi yang
melihat kondisi lingkungan yang ada di desa Karangbolong bisa dikatakan kurang diperhatikan terutama mengenai sampah. Di desa
Karangbolong belum terdapat tempat pembuangan sampah sementara maupun akhir sehingga masyarakat sering membuang sampah di
aliran-aliran sungai.
2.5.3. Penyuluhan Peraturan Desa
Penyuluhan peraturan desa dilakukan setelah terebentuknya draft rancangan peraturan desa tentang pengelolaan sampah. Penyuluhan
kali ini bersama perangkat desa.
2.6. Evaluasi
Setelah program yang dilakukan, beberapa hal yang dapat dievaluasi diantaranya adalah peraturan desa ini adalah keterbatasan waktu dan
pengetahuan sehingga peraturan yang dibuat penulis masih jauh dari kata sempurna.
SEBUAH KARYA ILMIAH MASYARAKAT KKN UII – UNIT 241
DESA KARANGBOLONG, KECAMATAN BUAYAN, KABUPATEN KEBUMEN

PROJEK PEMBUATAN VIDEO PUBLIKASI WISATA DESA KARANGBOLONG

Disusun oleh:
M. FARCHAN AMSYARI W.
16323119

KULIAH KERJA NYATA


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
IDENTITAS INDIVIDU

Nama : M. Farchan Amsyari W.

NIM : 16323119

Fakultas/Prodi : PISB/Hubungan Internasional

Nama Program : Projek Pembuatan Video Publikasi Wisata Desa Karangbolong


BAB I
DESKRIPSI PROGRAM

1.1. Nama Program


Projek Video Publikasi Wisata Desa Karangbolong
Tempat : Desa Karangbolong, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen
Sasaran : Masyarakat dan Wisatawan Desa Karangbolong

1.2. Deskripsi Program


Berdasarkan disiplin ilmu yang ditekuni penulis yaitu Hubungan Internasional dengan mengambil fokus terhadap media,
globalisasi dan pengaruhnya, maka program yang dilaksanakan penulis berkaitan dengan disiplin ilmu tersebut. Desa Karangbolong
memiliki potensi dalam pengembangan wisata desa disertai dengan ragam budayanya. Objek-objek ini kemudian menjadi peluang besar
yang penulis kombinasikan dalam suatu video dokumenter perjalanan. Video branding wisata desa ini dikemas dengan alur cerita yang
ringan namun berkesan ini berupa pesan persuasif positif tentang desa Karangbolong.
Dari hasil observasi, penulis mendapati bahwa ada empat aspek yang dapat diusung dalam publikasi desa Karangbolong. Pertama
sebagai aspek paling unggul yakni wisata alam yang terwujud pada paparan bukit serta pantai yang mengelilingi desa. Kedua yaitu aspek
ekonomi khususnya menyinggung tentang ragam mata pencaharian dan sumber perekonomian seperti kegiatan perekonomian di objek-
objek wisata itu sendiri serta pengambil nira dan pemancing lobster. Selanjutnya yaitu budaya jawa dan tradisinya yang masih melekat di
tengah-tengah kegiatan sehari-hari masyarakat. Dan terakhir yaitu keramahtamahan yang dimiliki oleh masyarakat Karangbolong
terhadap masyarakat lain seperti warga luar ataupun wisatawan.
Tujuan dilakukannya program ini adalah untuk menambah kesadaran kepada masyarakat desa Karangbolong terkait potensi
wisata desa yang dimilikinya. Tak hanya itu, sesuai judul video dokumenter ini, “Aseng” diangkat dari bahasa Ngapak yang menjadi
bahasa sehari-hari masyarakat desa Karangbolong. Judul “Aseng” yang artinya adalah mengajak diharapkan dapat mewakili tujuan dari
terciptanya video dokumenter ini yakni mengajak para wisatawan dari manapun untuk datang dan menikmati eksotisme keindahan alam
dan ragam budaya yang dimiliki desa Karangbolong (Masitoh, 2013).
BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM

2.1. Nama Program


Projek Pembuatan Video Publikasi Wisata Desa Karangbolong
2.2. Bidang Kegiatan
Sosial dan Budaya
2.3. Kajian Pustaka
Berdasarkan UU No. 9 tahun 1990: 2, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan
daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dalam tahapan globalisasi, saat ini kita sudah memasuki tahap revolusi
industri keempat yakni dengan eksistensi kemajuan teknologi dan informasi yang pesat kemudian mempengaruhi sektor-sektor kehidupan
manusia (Nurhaidah, M. Insya Musa, 2015). Hal ini tentu berdampak pada jumlah dari pengguna media sosial di internet yang kemudian
dapat dimanfaatkan untuk optimalisasi potensi wisata di desa Karangbolong. Menurut Hanan dan Putit (2014), dalam tulisannya ia
memaparkan bahwa kontribusi media sosial terbilang di level tinggi sebagai faktor pendorong untuk mempromosikan destinasi wisata.
(Purnomo, 2018)
2.4. Tahapan Kegiatan
Dalam progam “Projek Video Publikasi Wisata Desa Karangbolong” terdapat beberapa tahapan kegiatan yang dilakukan, yaitu:
1. Observasi potensi wisata dan budaya di desa Karangbolong
2. Pembuatan timeline kerja, brainstorming, pembuatan dan reading naskah
3. Sosialisasi dan koordinasi program kerja
4. Proses editing dan pengunggahan video
2.5. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan
2.5.1. Observasi Potensi Wisata dan Budaya
Observasi dilakukan di desa Karangbolong khususnya di area objek-objek wisata alam yang menjadi keunggulan dari desa ini untuk
mencari informasi terkait potensi wisata yang ada. Dari observasi yang sudah dilakukan, desa karangbolong memiliki keuntungan
dengan eksistensi objek wisata alam yang menarik di wilayahnya. Objek-objek wisata tersebut mencakup Pantai dan Goa Karangbolong
serta Bukit Hud. Selain itu, ragam budaya yang ada dari mulai mata pencaharian seperti nira dan lobster serta kerajinan gendingan
menjadi objek budaya lainnya yang menarik untuk dikemas sebagai optimalisasi potensi desa ini.

2.5.2. Pembuatan Timeline Kerja, Brainstorming , Pembuatan dan Reading Naskah


Pada tahap ini, seluruh aktivitas memperlibatkan sejumlah enam orang kru pembuatan video serta tiga orang talent. Berkaitan dengan
naskah sendiri, terwujud sebagai soft file 13 scene yang dilengkapi dengan naskah ataupun dialog, deskripsi baju dan lokasi untuk kru
serta talent dan juga durasi estimasi video setiap scene.

2.5.3. Sosialisasi dan Koordinasi Program Kerja


Melakukan sosialisasi sekaligus koordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat pada pembuatan video dokumenter ini seerti koordinasi
lokasi serta perlengkapan dan juga koordinasi dengan warga-warga sekitar yang juga menjadi bagian dari videonya.
2.5.4. Proses Editing dan Pengunggahan Video
Melakukan proses editing dilengkapi dengan voice over untuk narasi yang diisi oleh talent dan beberapa pihak pembantu, proses
penerjemahan subtitle kedalam bahasa Inggris dan juga screening pada seluruh kru pembuatan video. Dalam tahap pengunggahan video,
tidak hanya sebatas media sosial seperti Instagram dan youtube serta beberapa akun resmi yang menjadi sasaran pengunggahan tetapi
sekaligus juga pengunggahan sebagai wujud partisipasi tim di suatu ajang kompetisi video nasional.
2.6. Rasio Keberhasilan
Rasio keberhasilan program “PROJEK PEMBUATAN VIDEO PUBLIKASI WISATA DESA KARANGBOLONG” pada empat tahapan
kegiatan adalah berhasil dilakukan hingga memberikan suatu output berupa video dokumenter yang dilengkapi dengan beberapa video
singkat terkait behind the scene video tersebut.

2.7. Evaluasi
Setelah program yang dilakukan, beberapa hal yang dapat dievaluasi diantaranya adalah proses brainstorming serta proses editing yang
memakan waktu cukup lama. Demi mendapatkan ide yang maksimal namun dikemas pada suatu kombinasi alur cerita berkesan yang tetap
sesuai pada tujuan awal memang bukanlah suatu hal yang gampang tetapi dengan dukungan dari banyak pihak, problematika seperti ini
kemudian dapat kembali teratasi.
SEBUAH KARYA ILMIAH MASYARAKAT KKN UII – UNIT 241
DESA KARANGBOLONG, KECAMATAN BUAYAN, KABUPATEN KEBUMEN

DESAIN BUKU KATALOG EKONOMI

Disusun Oleh:
ADITYA MAHAVIRA
16523110

KULIAH KERJA NYATA


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
IDENTITAS INDIVIDU

Nama : Aditya Mahavira

NIM : 16523110

Fakultas/Prodi : Teknologi Industri/Teknik Kimia

Nama Program : Desain Buku Katalog Ekonomi Desa Karangbolong


BAB I

DESKRIPSI PROGRAM

1.1. Nama Program


Desain Buku Katalog Ekonomi Desa Karangbolong.
Tempat : Desa Karangbolong, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen.
Sasaran : Seluruh warga dan perangkat desa.
1.2. Deskripsi Program
Berdasarkan disiplin ilmu yang ditekuni penulis yaitu Teknik Informatika dengan mengambil fokus terhadap teknologi, desain dan
pengolahan dokumen, maka program yang dilaksanakan penulis harus sesuai dengan disiplin ilmu tersebut. Desa Karangbolong memiliki
industri kecil dan menengah (industri makanan sejumlah 2 (dua) unit sekaligus usaha jasa dan perdagangan (toko kelontong) sejumlah 35
(tigapuluh lima) unit. Mata pencaharian pokok penduduk desa Karangbolong sebagian besar adalah Pembuat Gula Merah, Sisanya Pembuat
Gula Semut/Kristal, Buruh, Tukang Kayu, Usaha warung, dll.
Dari hasil observasi yang didapat, penulis mendapatkan banyak data mengenai perekonomian desa Karangbolong yang nantinya akan di
rangkum ke dalam Buku Katalog Ekonomi.
Tujuan dilakukannya program ini adalah untuk memberi acuan kepada masyarakat ataupun perangkat desa untuk mengetahui dan
menyelesaikan permasalahan perekonomian yang ada di desa Karangbolong ini.
BAB II

PELAKSANAAN PROGRAM

1. PENDAHULUAN

Gula Merah Dan Gula Semut

Hampir sebagian besar masyarakat di Desa Karang Bolong memproduksi Gula Merah dan Gula Semut. Masyarakat
memanfaatkan bagian belakang rumahnya untuk dijadikan tempat produksi. Untuk produksi gula semut atau gula kristal, tempat
produksinya harus selalu bersih dan steril, bahkan rambut sehelai pun juga tidak boleh ada, sehingga untuk perawatan tempat produksi
gula semut atau gula kristal sulit. Selain tempat perawatan tempat produksinya yang sulit, proses produksinya pun terbilang sulit karena
harus selalu memastikan bahwa tidak ada kotoran atau pun busa yang masih ada pada saat proses memasak.

Untuk produksi gula merah, proses produksi dan pemeliharaan tempat produksinya tidaklah sesulit gula semut atau gula kristal.
Pada produksi gula merah, tidak ada proses untuk menyaring busa-busa yang muncul ketika proses memasak. Tempat produksi gula
merah pun tidak sebersih dan sesteril produksi gula semut. Masyarakat yang memproduksi gula merah biasanya lebih memanfaatkan
lahan belakang rumahnya untuk dijadikan tempat produksi. Kebanyakan dari lahan tersebut masih berupa tanah biasa dan belum
berkeramik seperti tempat produksi gula semut, bahkan ada beberapa tempat produksi gula merah yang dekat dengan kandang sapi yang
dapat menyebabkan gula merah tersebut terkontaminasi oleh bakteri atau pun kuman di sekitar tempat tersebut.

Bahan baku gula merah dan gula semut atau gula kristal berasal dari nirah kelapa yang diambil setiap pagi hari. Jumlah nirah
kelapa yang dihasilkan tergantung cuaca pada hari sebelumnya. Apabila cuaca pada hari sebelumnya panas terik, maka nirah yang
dihasilkan akan sedikit, dan sebaliknya, jika cuaca pada hari sebelumnya mendung, maka nirah yang dihasilkan akan banyak. Oleh
karena itu, produksi dari gula merah atau pun gula semut juga akan terkena dampak dari ketidakpastian cuaca tersebut.
Warung

Hampir di sepanjang jalan Desa Karang Bolong terdapat banyak warung, baik itu warung makan atau pun warung kelontong. Hal
tersebut dikarenakan jalan utama di Desa Karang Bolong sering dilalui oleh para pengendara mobil, truk, atau pun motor yang ingin
menuju ke Cilacap atau pun tempat wisata. Selain itu, di Desa Karang Bolong sendiri juga terdapat dua objek wisata, yaitu Pantai
Karang Bolong dan Bukit Hud, sehingga banyak wisatawan yang sering datang ketika hari libur tiba. Kemudian hal itu dimanfaatkan
oleh beberapa warga untuk membuka usaha warung tersebut. Tidak hanya untuk wisatawan saja, warung tersebut juga dapat bermanfaat
bagi masyarakat Desa Karang Bolong lainnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Barang yang dijual di warung kelontong lebih banyak bahan sembako seperti beras, telur, mie, minyak goreng, dan lain-lain
untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Desa Karang Bolong. Tidak hanya sembako, beberapa warung kelontong
juga menjual sayur-mayur, gas, galon, serta bensin ecer untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat desa sehari-hari dan juga
makanan-makanan ringan lainnya untuk anak kecil ataupun kebutuhan para wisatawan yang datang. Selain warung kelontong, di Desa
Karang Bolong juga terdapat warung makan seperti warung nasi, bakso, mie ayam, atau pun yang lainnya. Tidak hanya menjual
makanan berat saja, terkadang warung makan tersebut juga menjual berbagai macam minuman atau pun es, seperti es buah, es campur,
dan lainnya.

Ibu-ibu merupakan pembeli yang lebih banyak berbelanja di warung kelontong dan warung makan karena mereka lebih
memahami kebutuhan yang mereka inginkan, serta mereka akan membeli lauk-pauk di warung makan ketika mereka tidak memasak di
rumahnya. Pembeli di warung makan juga tidak hanya ibu-ibu saja, tetapi juga ada wisatawan yang terkadang singgah untuk beristirahat
dan mengisi perutnya, serta anak-anak kecil yang suka membeli makanan ringan atau pun gorangan serta es-es lainnya. Terkadang, pada
saat anak kecil membeli jajan di warung makan, mereka suka tidak jujur ketika membayar. Misalkan mereka membeli gorenangan dua,
tetapi ketika membayar mereka hanya bilang membeli gorengan satu, dan hal itu dapat merugikan pemilik usaha. Sedangkan
permasalahan yang ada pada usaha warung kelontong adalah ketika banyak pembeli yang berhutang dan tidak tau kapan waktu untuk
membayarnya. Ketika ditagih, orang-orang yang berhutang tersebut malah menghindar, bahkan tidak lagi berbelanja di warung tersebut,
sehingga pemilik warung dapat mengalami kerugian jika hal tersebut terus menerus terjadi.

2. METODE PELAKSANAAN
 Wawancara
 Rekap Data
 Desain Buku Katalog Ekonomi

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


 Wawancara
Melakukan wawancara ke beberapa pembuat Gula merah, Gula Semut, Usaha Warung atau Toko Kelontong, Nelayan, Pengrajin
Gamelan, dan Lembaga Ekonomi sehingga mendapatkan Temuan Observasi. Kemudian data yang diperoleh dikumpulkan untuk
nantinya disatukan dan dimasukkan ke dalam buku Katalog Ekonomi. Kegiatan wawancara dan observasi dilakukan selama 1 minggu.
 Rekap Data
Data yang sudah diperoleh kemudian dikumpulkan menjadi satu dan dimasukkan ke dalam buku Katalog Ekonomi.
 Desain Buku Katalog Ekonomi
Melakukan proses desain buku Katalog Ekonomi dan memasukkan semua hasil observasi kedalamnya.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan ditemukan beberapa Perencanaan Penyelesaian Masalah untuk mengatasi permasalahan yang ada :

Gula Merah Dan Gula Semut

Berdasarkan beberapa permasalahan yang sudah dijelaskan sebelumnya, berikut ini adalah perencanaan penyelesaian mengenai masalah-
masalah tersebut:

 Adanya standar produksi gula merah dan gula semut


 Standar disini mencakup mengambil bahan atau nira yang dihasilkan. Kualitas nira juga akan mempengaruhi keberhasilan dan kualitas
gula yang dihasilkan nantinya. Kelengkapan atau peralatan yang digunakan juga akan mempengaruhi hasil produksi yang dihasilkan.
Selain itu lingkungan juga mempengaruhui seperti kebersihan tempat dan kemasan untuk membungkus gula merah tersebut agar tidak
terkena debu, tidak terkontaminasi dengan zat zat lain atau bau menyengat lainnya.
 Terkhusus pada gula semut yang dalam proses pembuatannya yang sangat lama dan pembuatannya harus di lakukan di tempat tersendiri
terpisah dari dapur lainnya dan higenis. Oleh sebab itu perlu adanya dukungan juga dari pihak yang dapat membantu untuk
pengembangan produksi gula semut ini.

Warung

Berdasarkan beberapa permasalahan yang sudah dijelaskan sebelumnya, berikut ini adalah perencanaan penyelesaian mengenai masalah-
masalah tersebut:

 Pemilik warung agar lebih tegas dalam menjalankan usahanya. Tentunya dengan sistem manajemen yang benar seperti pembukuan dan
analisis dana dan keuntungan yang dihasilkan agar tidak terjadi kerugian.
 Pemilihan karyawan khususnya pada sumber daya manusia harus memenuhi minimal kriteria yang ditentukan seperti bisa baca dan
menulis, serta memiliki integritas yang baik.
 Ketegasan untuk tidak menerima hutang, karena pada dasarnya jika banyak konsumen yang menghutang kan menumpuk dan akan
menyebabkan kerugian yang akan berdapam pada usaha warung tersebut.

4. KESIMPULAN

Setelah menyusun Perencanaan Penyelesaian Masalah maka diperlukan Rencana Pengembangan Kedepan agar perekonomian di Desa
Karangbolong semakin maju dan berkembang. Berikut Rencana Pengembangan Kedepan :
 Rencana pengembangan pada usaha ini khususnya gula merah dan gula semut untuk lebih dilakukan standarisasi yang lebih baik bisa
di lakukan melalui lembaga atau dinas terkait yaitu seperti dinas kesehatan untuk kandungan dalam produk itu, penentuan halal dan
haram produk, dan juga dapat mendapat IPRT di dinas perdagangan daerah setempat. Jika akan di masukkan ke dalam swalayan atau
supermarket bisa di lakukan penambahan barcode kode di dinas Koprasi dan UMKM. Sehingga produk yang dihasilkan akan lebih
terpercaya dan berkualitas karena sudah terdaftar dan memenuhi standar kualitas.
 Untuk gula semut karena produk di lakukan dengan proses yang lama maka ketelitian dan peraturan yang sudah ditetapkan oleh PT
yang bekerjasama untuk selalu di patuhi untuk mendapat kualitas yang lebih baik pula.
 Rencana pengembangan ke depan untuk warung mungkin akan di lakukan kerjasama yang lebih baik lagi untuk rantai pasokannya.
Karena komunikasi yang baik akan mempermudah rantai pasokan berjalan yang mulai supplier , manufactur, distributor, retail, dan
konsumen. Selain itu melakukan pembukuan untuk pengeluaran dan pemasukan dana agar tidak terjadi kerugian dan melakukan
peminimalan untuk hal utang piutang.

5. REFERENSI
 Wawancara Warga Desa Karangbolong.
 Dokumentasi Kegiatan.
 Buku DAFTAR ISIAN PROFIL, POTENSI DAN TINGKAT PERKEMBANGAN DESA DDK (DATA DASAR KELUARGA)
SEMESTER II DESA KARANGBOLONG KECAMATAN BUAYAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2019.
SEBUAH KARYA ILMIAH MASYARAKAT KKN UII – UNIT 241
DESA KARANGBOLONG, KECAMATAN BUAYAN, KABUPATEN KEBUMEN

PERENCANAAN MASJID DI ATAS LAUT BAGIAN PERPIPAAN DI PANTAI KARANGBOLONG

Disusun Oleh:
ARDITA IRWAN SETIANTO
15513176

KULIAH KERJA NYATA


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
IDENTITAS INDIVIDU

Nama : Ardita Irwan Setianto

NIM : 15513176

Fakultas/Prodi : Teknik Sipil dan Perencanaan/Teknik Lingkungan

Nama Program : Perencanaan Masjid di Atas Laut Bagian Perpipaan di Pantai Karangbolong
BAB I
DESKRIPSI PROGRAM

1.3. Nama Program


Perencanaan Masjid di Atas Laut Bagian Perpipaan di Pantai Karangbolong
Tempat : Desa Karangbolong, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen
Sasaran : Masyarakat dan Wisatawan Karangbolong

1.4. Deskripsi Program


Berdasarkan disiplin ilmu yang ditekuni penulis yaitu Teknik Lingkungan dengan mengambil fokus terhadap perpipaan atau plumbing,
maka program yang dilaksanakan penulis harus sesuai dengan disiplin ilmu tersebut. Desa Karangbolong memiliki berbagai macam tempat
wisata yang belum maksimum dalam pengelolaanya. Salah satu tempat wisata yang ada adalah Pantai Karangbolong. Pantai Karangbolong
yang dulunya terkenal sekarang meredup dikarenakan tidak terkelola dengana baik dan tidak mampu mengikuti perkembangan jaman. Selain
itu, tidak adanya spot/tempat yang menarik untuk dijadikan objek foto.
Dari hasil observasi yang didapat, penulis menyimpulkan untuk membuat progam tentang perencanaan desain masjid di atas laut. Pantai
Karangbolong kurang diminati oleh wisatawan karena tidak terkelola dengan baik. Oleh karena itu, perlu dibuat inovasi untuk meningkatkan
daya tarik wisatawan.
Tujuan dilakukannya program ini adalah untuk meningkatkan jumlah wisatawan dan ekonomi masyarakat desa Karangbolong mengenai
perencanaan pembangunan masjid di atas laut. Selain itu, penulis berharap kedepan dengan adanya masjid di atas laut di Pantai
Karangbolong ini dapat menjadi ikon wisata di Karangbolong.
BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM

2.1. Nama Program


Perencanaan Masjid di Atas Laut Bagian Perpipaan di Pantai Karangbolong
2.2. Bidang Kegiatan
Pengembangan Permukiman yang Cerdas Lestari dan Tanggap Bencana (PPCLTB)
2.3. Kajian Pustaka
Sistem perpipaan/plumbing adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bangunan gedung, oleh karena itu perencanaan sistem plambing
haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung itu sendiri, dalam rangka penyediaan air bersih baik
dari kualitas dan kuantitas serta kontinuitas maupun penyaluran air bekas pakai atau air kotor dari peralatan saniter ke tempat yang
ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian lain dalam gedung atau lingkungan sekitarnya. Perencanaan sistem plambing dalam suatu
gedung, guna memenuhi kebutuhan air bersih sesuai jumlah penghuni dan penyaluran air kotor secara efesien dan efektif (drainase),
sehingga tidak terjadi kerancuan dan pencemaran yang senantiasa terjadi ketika saluran mengalami gangguan.
2.4. Tahapan Kegiatan
Dalam progam Perencanaan Masjid di Atas Laut Bagian Perpiaan di Pantai Karangbolong, terdapat beberapa tahapan kegiatan yang
dilakukan, yaitu:
4. Observasi di Pantai Karangbolong
5. Analisis denah masjid
6. Analisis sumber air bersih
7. Desain pipa air bersih
8. Desain pipa air kotor WC dan septictank
9. Desain pipa air kotor toilet & wudhu dan IPAL
10. Layouting

2.7. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan


2.7.1. Observasi Lokasi Perencanaan
Pada tahapan ini, observasi dilakukan di Pantai Karangbolong untuk mengetahui lokasi dimana masijid yang direncanakan akan
dibangun. Dari observasi yang sudah dilakukan, di Pantai Karangbolong lokasi yang paling strategis berlokasi di dekat air payau di
dekat karang - karang yang berbatasan langsung dengan Pantai suwuk.
2.7.2. Analisis Denah Masjid
Sebelum melakukan pendesainan saluran perpipaan serta sistem air buangan dilakukan terlebih dahulu analisis denah masjid. Dari hasil
desain/perencanaan masjid, air buangan dan tangki air ditempatkan di dekat gudang. Untuk penggolongan saluran perpipaan ada tiga
jenis, yaitu pipa air bersih, pipa air buangan WC, pipa air buangan air wudhu dan pipa air buangan WC/urinoir.
2.7.3. Analisis Sumber Air Bersih
Berdasarkan analisis teori bidang jurusan yang saya ambil, yaitu teknik lingkungan, untuk mendapatkan air bersih dengan menggunakan
sumur bor yang berjarak sekitar 1 km dari lokasi perencanaan masjid. Dari hasil wawancara dengan masyarakat setempat, lokasi
pengambilan air bersih, dapat dilakukan karena ada rumah warga stempat yang mengambil dari sumber air di lokasi tersebut.
2.7.4. Desain Pipa Air Bersih
Untuk melakukan desain pipa air bersih, dari pengambilan sumber air bersih, ditampung terlebih terlebih dahulu di tangki air selanjutnya
dialirkan ke alat plumbing seperti, kran air wudhu, kran toilet dan urinoir. Selanjutnya, dilakukan desain saluran pipa air bersih yang
mana air ditampung terlebih dahulu di tangki air lalu dialirkan ke alat plumbing yaitu air wudhu, urinoir dan kran toilet. Tangki yang
digunakan yaitu 500 liter.
2.7.5. Desain Pipa Air Kotor WC dan Septictank
Alat plumbing yang dialirkan ke tangki septictank yatu urinoir, yang berjumlah 4 buah. Sistem septictank yang digunakan yaitu insitu,
menggunkana satu kotak penampungan dan bak kontrol serta tidak ada pengolahan lanjutan. Ukuran septictank 2 m x 1 m x 1 m, dengan
pengurasan atau penyedotan 3 tahun sekali.
2.7.6. Desain Pipa Air Kotor Toilet & Wudhu dan IPAL
Alat plumbing yang dialirkan ke IPAL yaitu kran air wudhu dan toilet. Masing – masing berjumlah 6 kran air wudhu dan 4 kran toilet.
Selanjutnya air buangan tersebut ditampung ke IPAL dengan sistem filtrasi. Bahan yang digunakan yaitu pasir, kerikil, ijuk dan arang.
Selanjutnya air tersebut baru dibuang ke badan air, untuk meminimalisir pencemaran. Pengecekan sistem filter dilakukan setiap 3 bulan
sekali.
2.7.7. Layouting
Tahapan terakhir yaitu melakukan layouting dari sistem saluran perpipaan yang telah direncanakan untuk menegtahui BOQ dan RAB
plumbing.

2.8. Evaluasi
Setelah program kerja yang dilakukan, beberapa hal yang dapat dievaluasi diantaranya adalah mengganti beberapa ornamen/hiasan masjid
untuk meminimalisasi anggaran. Selain itu, panjang jembatan yang menghubungkan masjid dan spot foto juga perlu dikurangi untuk
mengurangi anggaran (RAB) perencanaan masjid.
SEBUAH KARYA ILMIAH MASYARAKAT KKN UII – UNIT 241
DESA KARANGBOLONG, KECAMATAN BUAYAN, KABUPATEN KEBUMEN

INOVASI KELAPA MENJADI KERIPIK KELAPA SEBAGAI MAKANAN RINGAN DESA KARANAGBOLONG

Disusun Oleh:
Nailah Adiebah
16311232

KULIAH KERJA NYATA


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
IDENTITAS INDIVIDU

Nama : Nailah Adiebah


NIM : 16311232
Fakultas/Program Studi : Ekonomi/Manajemen
Nama program : Inovasi Kelapa Menjadi Keripik Kelapa Sebagai Makanan Ringan Desa Karangbolong
BAB I
DESKRIPSI PROGRAM

1.5. Nama Program


Inovasi Kelapa Menjadi Keripik Kelapa Sebagai Makanan Ringan Desa Karangbolong
Tempat : Desa Karangbolong, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen
Sasaran : Ibu-ibu PKK Desa Karangbolong

1.6. Deskripsi Program


Desa Karangbolong yang terletak di Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah merupakan salah satu desa wisata
karena memiliki beberapa objek wisata yaitu Pantai Karangbolong dan Bukit Hud. Desa Karangbolong terdiri dari empat dusun, yaitu
Dusun Manggis, Dusun Kaum, Dusun Gedong, Dusun Keboranda. Mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat Desa Karangbolong
diantaranya adalah Pegawai Negeri Sipil, Nelayan, Peternak, Tukang Kayu, Pembuat Gamelan, Pembuat Keripik Pisang, dan mayoritas
masyarakat di desa ini bermata pencaharian sebagai pembuat gula merah dan gula kristal.
Desa Karangbolong memiliki berbagai macam sumber daya alam yang belum maksimum dalam pengolahanya salah satu sumber
daya alam yang ada adalah tanaman kelapa. Desa Karangbolong rata-rata mendapat penghasilan dari perkebunan yang didominasi
tanaman kelapa. Banyaknya tanaman kelapa di Desa Karangbolong belum terlalu dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, masyarakat
hanya memanfaatkan manggar (bunga kelapa) sebagai bahan baku gula kelapa dan gula semut. Sedangkan kelapa tidak dibudidayakan
karena sebagian besar bunga kelapa disadap untuk mengambil Nira sebagai bahan baku gula. Hal itu menyebabkan buah kelapa tidak
terlalu dikembangkan. Selain itu kebiasaan dan kurangnya pemahaman masyarakat dalam mengolah kelapa menjadi produk yang
bernilai tinggi menjadi alasan mereka tidak memanfaatkan potensi yang ada. Kelapa tua hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
seperti memasak yang tidak memberikan nilai tambah bagi masyarakat sedangkan jika dijual hanya dihargai Rp 3.500,00/ per butir dan
kelapa muda yang dijual untuk minuman di hargai Rp 8.000,00/ per butir.
Maka dari itu, untuk menambah nilai jual dari kelapa, kami mengajukan program kerja “Inovasi Pengolahan Kelapa Menjadi
Keripik Kelapa Sebagai Makanan Ringan Desa Karangbolong”. Menurut Barlina (2018) menjelaskaan bahwa kelapa dapat dijadikan
sumber gizi alternative untuk mengatasi terjadinya kelaparan. Hal itu terjadi karena daging kelapa mengandug lemak/minyak, protein,
karbohidrat, serat, vitamin dan mineral. Selain pembuatan keripik kelapa, kami juga memberikan pemahaman mengenai pengemasan
atau packaging, pemasaran, dan penetapan harganya. Program kerja yang kami lakukan ditujukan kepada ibu-ibu PKK yang ada di Desa
Karangbolong.
Tujuan dilakukannya program ini adalah untuk memberi wawasan kepada masyarakat desa Karangbolong mengenai inovasi
pengolahan kelapa untuk dikonsusmsi, masyarakat mampu memanfaatkan potensi yang ada secara maksimal, memanfaatkan kelapa
yang tinggi gizi sebagai cemilan atau makanan ringan, masyarakat mampu memahami cara pengemasan yang baik, mampumpu
menentukan harga yang baik, mampu memasarkan produk, dan memeberikan peluang usaha dengan dibuatnya produk keripik kelapa
untuk di jual. Selain itu, penulis berharap kedepan dengan adanya pelatihan ini masyarakat desa karangbolong mengembangkan potensi
yang ada yaitu kelapa untuk diolah menjadi keripik kelapa.
BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM
2.1. Nama Program
Inovasi Kelapa Menjadi Keripik Kelapa Sebagai Makanan Ringan Desa Karangbolong
2.2. Bidang Kegiatan
Kewirauahaan dan Ekonomi Kreatif
2.3. Kajian Pustaka
Tabel 1. Komposisi gizi daging buah kelapa segar pada 3 tingkat umur dibandingkan dengan beras.
Komposisi per 100 Setengah
No Satuan Muda Tua Beras
g bahan Tua
1 Kalori Kal 68 180 359 360
2 Protein g 1 4 3.4 6.80
3 Lemak g 0.90 15 34.7 0.70
4 Karbohidrat g 14 10 24 78.90
5 Kalsium (Ca) mg 7 8 21 6
6 Fosfor mg 30 55 98 140
7 Besi mg 1 1.30 2 0.8
8 Vitamin A si 0 10 0 -
9 Vitamin B1 mg 0.06 0.05 0.10 0.12
10 Vitamin C mg 4 4 2 -
11 Air g 83 70 46.9 13
Sumber: Depkes, 1981 (Barlina, 2018)
Berdasarkan table di atas menunjukan bahwai kelapa dapat digunakan sebagai bahan pangan. Menurut Barlina (2018) bahwa kelapa
dapat dijadikan sumber gizi alternative untuk mengatasi terjadinya kelaparan. Hal itu terjadi karena daging kelapa mengandug
lemak/minyak, protein, karbohidrat, serat, vitamin dan mineral. Menurut Subagyo (2010) kandungan galaktomannan dan fosfolipid yang
tinggi pada daging kelapa menjadikan daging buah kelapa mempunyai kemampuan untuk memperbaiki karakter bahan pangan yang
menggunakannya. Galaktomannan juga mempunyai sifat fungsional kesehatan dengan menurunkan kolesterol, menekan pertumbuhan
bakteri merugikan dan mendorong bakteri menguntungkan.
2.4. Tahapan Kegiatan
Dalam progam Inovasi Kelapa Menjadi Keripik Kelapa,Sebagai Makanan Ringan terdapat beberapa tahapan kegiatan yang dilakukan,
yaitu:
11. Observasi
12. Wawancara dengan masyarakat
13. Pengolahan kelapa menjadi keripik
14. Sosialisasi
15. Penyuluhan program kerja dan praktek pembuatan keripik kelapa
2.9. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan
2.9.1. Observasi
Observasi kelapa dilakukan di desa Karangbolong untuk mengetahui potensi kelapa yang ada di desa karangbolong. Hasil observasi yang
sudah dilakukan, desa karangbolong memiliki sumber daya alam tanaman kelapa yang cukup banyak, terutama buah kelapa.
2.9.2. Wawancara dengan masyarakat
Buah kelapa yang terdapat di desa Karangbolong belum termanfaatkan dengan optimal. Buah kelapa yang banyak dicari adalah buah
kelapa muda untuk dijual sebagai minuman yang dihargai Rp 8.000,00. Sedangkan buah kelapa setengah muda dan buah kelapa tua
hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari untuk memasak yang tidak memberikan nilai tambah bagi masyarakat, jika dijual dihargai
Rp 3.500,00/ per butir bahkan jika membeli di petani langsung bisa dihargai Rp 1.500,00.
2.9.3. Pengolahan Kelapa Menjadi Keripik
Pengolahan kelapa dilakukan sebelum sosialisasi kepada masyarakat untuk mengetahui potensi kelapa dapat dijadikan sebagai keripik
kelapa. Tahapan pembuatan keripik kelapa yaitu:
Menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan kripik
1. 1 Butir kelapa
2. 150 gr tepung beras
3. 75 gram tepung tapioca
4. 1 sdm gula pasir
5. 1 butir telur
6. 1 sdm santan kara
7. ½ sdm garam
8. 1/4 sdm penyedap rasa
9. Minyak goring
10. Air
Langkah Langkkah Pembuatan Keripik Kelapa
a. Bersihkan daging kelapa bagian luarnya dan cuci bersih

b. Menggunakan pisau serut kulit buah untuk menyerut daging kelapa setelah itu cuci bersih dan keringkan.
c. Campur semua bahan-bahan seperti tepung, garam, gula, santan kara, penyedap rasa, dan secara perlahan masukan air hingga
konsistensi tepung tidak terlalu kental dan tidak encer.

d. Masukan kelapa dalam adonan kemudian aduk hingga kelapa terbalut dengan adonan tepung.
e. Panaskan minyak dengan api kecil, setelah itu goreng kelapa yang sudah dilumuri tepung satu persatu setelah itu tiriskan.

f. Keripik kelapa siap disajikan

2.9.4. Sosialisasi program kerja


Melakukan sosialisasi di setiap RT dalam kegiatan PKK di desa Karangbolong. Sosialisasi yang telah dilakukan berupa penyampaian
program kerja sekaligus mengundang ibu-ibu PKK untuk hadir dalam praktek pembuatan keripik dari kelapa.

2.9.5. Penyuluhan pembuatan dan Praktek Pembuatan Keripik


Praktik serta penyuluhan pembuatan keripik kelapa dan pemasarannya dilakukan di setiap dusun yang ada di Desa Karangbolong
dengan mengundang ibu-ibu PKK dari setiap RT. Pelaksanaannya dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2019 untuk Dusun Keboranda
di Rumah Ibu Suparni, tanggal 19 Agustus 2019 untuk Dusun Gedong di Balai Desa, dan tanggal 22 Agustus 2019 untuk Dusun
Manggis dan Dusun Kaum di Balai Desa. Pada penyuluhan ini, kami menyampaikan manfaat kelapa yang dapat dijadikan keripik kelapa
untuk makanan ringan. Implementasi pembuatan keripik ini dilakukan dengan mempraktekan dan menjelaskan cara pembuatan keripik
kelapa, mengajarkan pengemasan, menentukan biaya dan harga, dan mengajarkan cara pemasaran.
2.5.5a Praktek Pembuatan Keripik Kelapa
Tahap pertama adalah pembuatan keripik kelapa dengan menjelaskan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan kemudian cara
pembuatan dengan didemokan. Sebelumnya dibagikan terlebih dahulu resep untuk pembuatan keripik kelapa. Selain itu dijelaskan
kepada ibu-ibu PKK tips untuk membuat adonan agar tidak encer dan tidak kental, diajarkan pula bagaimana agar kripik menjadi
renyah dan tidak mudah gosong saat digoreng, dalam proses implementasi ibu PKK juga diperbolehkan untuk bertanya. Setelah
keripik jadi ibu-ibu PKK diminta untuk mencicipi.
2.5.5b Pengenalan Pengemasan (Packaging)
Selain melakukan praktek pembuatan kripik dari proses awal hingga siap disajikan tidak kalah pentingnya yaitu kemasan yang
nantinya untuk membungkus produk kripik kelapa tersebut. Pengertian dari kemasan adalah bagian paling luar yang membungkus
produk dengan tujuan untuk menjaga produk tersebut dari cuaca, guncangan dan benturan terhadap benda lain. Sesuai dengan
pengertian ini maka kemasan sangatlah penting untuk melindungi produk agar tidak berkurang kualitasnya. Selain melindungi
produk kemasan juga dapat menambah daya tarik para pembeli atau konsumen karena bentuk, warna desain pada kemasannya yang
menarik. Kemasan juga sebagai identitas barang dalam hal ini pemanfaatan kelapa menjadi kripik akan dikemas dengan plastik klip
yang tebal dan tegak. Karena sebuah kemasan adalah hal penting dan perlu di perhatikan maka pemilihan kemasan yang baik juga
akan mempengaruhi keputusan membeli konsumen, menambah daya tarik dan tentunya akan meningkatkan promosi. Pemilihan
kemasan ini didasarkan pada banyaknya produk yang masih menggunakan plastik yang biasa dan menggunakan steples hal ini
berbahaya bagi konsumen. Oleh sebab itu pemelihan plastik klip ini menjadi salah satu solusi bagi para produsen dalam mengemas
produknya.

2.5.5c Penentuan Harga


Setelah menjelaskan bagaiamana pengemasan yang baik maka tahap ketiga adalah menentukan harga. Harga Jual Produk (HPP)
adalah seluruh biaya langsung yang dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa yang dijual. Dalam HPP biaya yang
diperhitungkan mencangkup biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead.

HPP
Harga Dasar

a. Kelapa = Rp 3.500,00

b. Telur ¼ kg = Rp 6.000,00

c. Minyak 2 liter = Rp 23.000,00

d. Tepung beras ½ gram = Rp 6.500,00


e. Tepung tapioka ½ gram = Rp 6.500,00

f. Kara = Rp 3.000,00

g. Gula 250 gram = Rp 3.500,00

h. Garam 250 gram = Rp 3.500,00

i. Penyedap rasa 11 gram = Rp 1.000,00

j. Plastic/ 50 pcs = Rp 22.000,00

k. Stiker label/35 = Rp 17.000,00


Harga Jual
a. Kelapa = Rp 3.500,00 menghasilkan 4 pcs
b. Telur ¼ kg = Rp 1.500,00/ butir
c. Minyak 0,4 liter = Rp 4.600,00
d. Tepung beras 125 gram = Rp 1.625,00
e. Tepung tapioca 125 gram = Rp 1.625,00
f. Kara 1 sdm = Rp 300,00
g. Gula 20 gram = Rp 280,00
h. Garam 10 gram = Rp 350,00
i. Penyedap rasa ¼ gram = Rp 250,00

Total = Rp 13.030/ 4 pack = Rp 3.507,5


Packaging (kemasan)

a. Plastic/ pcs = Rp 440,00


b. Stiker label/ pcs = Rp 2.778

Harga per pcs = Rp 6.725,5

Profit 45 % = Rp 2.017,65

Upah Tenaga Kerja = Rp 10.000,00

Harga Jual = Rp 18.743,00

2.5.5d Proses Pemasaran


Setelah melakukan praktik pembuatan keripik kelapa, pengemasan dan penentuan harga tahap berikutnya adalah menjelaskan
mengenai pemasaran. Promosi atau pemasaran dilakukan untuk mempromosikan keripik kelapa tersebut karena hal itu merupakan
salah satu yang terpenting. Materi yang kami sampaikan berupa “Pemasaran Keripik Kelapa melalui Shopee”. Kami memilih
Shopee karena saat ini perkembangan teknologi dan internet yang berkembang sangat pesat dan mempengaruhi bisnis online yang
ada di Indonesia. Selain itu, memasarkan atau menjual suatu produk di Shopee juga dapat dilakukan dengan mudah dan praktis. Di
dalam menyampaikan materinya, kami menggunakan power point yang di-print dan dibagikan kepada setiap ibu-ibu yang hadir. Isi
dari power point tersebut berupa kelebihan dan kekurangan berjualan di Shopee, tips berjualan di Shopee, serta cara membuat akun
toko di Shopee.

2.10. Rasio Keberhasilan


Rasio keberhasilan program “INOVAS KELAPA MENJADI KERIPIK KELAPA SEBAGAI MAKANAN RINGAN DESA
KARNGBOLONG” pada setiap 6 kali percobaan adalah berhasil dilakukan hingga menghasilkan produk yang diharapkan.

2.11. Evaluasi
Setelah program dilakukan, beberapa hal yang dapat dievaluasi diantaranya adalah penirisan kelapa setelah dicuci, jika terlalu kering rasa
kelapa akan sedikit pudar namun ketika tidak kering akan menyebbakan keripik kelapa tidak renyah. Cara penggorengann diperlukan waktu
yang lama karena menggorengnya satu per satu dan menggunakan api yang kecil agar tidak gosong. Kurangnya pemahaman masyarakat
dalam pemasaran secara online.
2.12. Referensi
Subagio, A. 2010. Potensi Daging Buah Kelapa sebagai Bahan Baku Pangan Bernilai. Jurnal Pangan

Barlina, R. Potensi Kelapa Sebagai Sumber Gizi Alternatif untuk Mengatasi Rawan Pangan. Buletin Palma.
SEBUAH KARYA ILMIAH MASYARAKAT KKN UII – UNIT 241
DESA KARANGBOLONG, KECAMATAN BUAYAN, KABUPATEN KEBUMEN

MANAJEMEN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN (TPQ) DAN MAGRIB MENGAJI

Disusun Oleh:
Siti Marhamah
16421185

KULIAH KERJA NYATA


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
IDENTITAS INDIVIDU

Nama : Siti Marhamah

NIM : 16421185

Fakultas/Prodi : IAI/ Ahwal Syakhshiyyah

Nama Program : Manajemen TPQ dan Magrib Mengaji

BAB I
DESKRIPSI PROGRAM

1.7. Nama Program


Manajemen Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dan Magrib Mengaji
Tempat : Dusun Gedong, Desa Karangbolong, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen
Sasaran : Pengajar TPQ dan Santri

1.8. Deskripsi Program


Dusun Gedong merupakan sebuah dusun yang terletak di Desa Karangbolong Kecamatan Buayan Kabupaten Jawa Tengah.
Mayoritas masyarakat Dusun Gedong merupakan jamaah Nahdlatul Ulama. Hal tersebut dibuktikan dengan kegiatan-kegiatan rutin
ke-NU an yang dilaksanakan oleh orang-orang dewasa di Desa Karangbolong. Berbeda dengan kegiatan keagamaan bagi orang
dewasa, di Dusun Gedong pun mengadakan program kegiatan keagamaan bagi anak-anak yang ingin belajar agama melalui
kegiatan pendidikan non formal yang biasa disebut dengan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). TPQ yang terdapat di Dusun
Gedong ialah TPQ Miftahul Jannah yang dilaksanakan 3x dalam satu minggu di Masjid Al-Masalik.

Anak-anak di Dusun Gedong memiliki antusias yang sangat tinggi terhadap kegiatan belajar mengajar di TPQ. Kegiatan belajar
mengajar dibagi menjadi beberapa kelas dengan pengajar yang berlatarbelakang dari pondok pesantren. Dengan latarbelakang para
pengajar TPQ, anak-anak TPQ diajarkan materi-materi yang seharusnya belum dipelajari anak-anak. Kegiatan belajar mengajar
terkesan serius tanpa selingan media pembelajaran yang menarik. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran di TPQ tidak memiliki
acuan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yang biasa disebut dengan silabus serta dokumen administrasi TPQ masih
bersifat manual dan belum menarik, sehingga diperlukan manajemen TPQ. Di Masjid Al-Masalik juga terdapat kegiatan mengaji
selepas magrib yang dilaksanakan setiap malam, kecuali kamis malam. Kegiatan mengaji hanya mengalir begitu saja, yakni berupa
kegiatan mengaji Al-Qur’an tanpa ada output lebih. Hal tersebut dikhawatirkan oleh salah satu pengurus masjid yang
menginginkan output lebih dari kegiatan magrib mengaji.

Maka dari itu, saya mengajukan program kerja “manajemen TPQ dan magrib mengaji” dengan tujuan agar TPQ Miftahul Jannah
dan magrib mengaji di Masjid Al-Masalik dapat beroperasional sesuai standar. Program ini hanya saya tujukan kepada pengajar
TPQ serta guru ngaji di Dusun Gedong, karena secara kasat mata anak-anak kecil di dusun tersebut lebih banyak dari pada anak-
anak mudanya sehingga lebih berpotensi untuk diberdayakan dan mereka lebih aktif untuk mencari ilmu dan mengajak kawan-
kawanan sebayanya untuk belajar bersama.
BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM

2.1 Nama Program


Manajemen Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dan Magrib Mengaji
2.2 Bidang Kegiatan
Dakwah Islamiyah dan Pendidikan
2.3 Kajian Pustaka
TPQ (Taman Pendidikan Al Qur’an) adalah lembaga atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan
pendidikan nonformal jenis keagamaan Islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca
Al Qur’an sejak usia dini, serta memahami dasar-dasar dinul Islam pada anak usia taman kanak-kanak,
sekolah dasar dan atau madrasah ibtidaiyah (MI) atau bahkan lebih tinggi.
2.4 Tahapan Kegiatan
Dalam progam pembuatan rancangan Manajemen Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dan Magrib Mengaji,
terdapat beberapa tahapan kegiatan yang dilakukan, yaitu:
1. Observasi dengan pengajar TPQ Miftahul Jannah dan guru ngaji Masjid Masalik
2. Perancangan pembentukan administrasi TPQ Miftahul Jannah
3. Penyuluhan administrasi TPQ Miftahul Jannah yang telah dirancang

2.5 Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan


2.5.1 Observasi
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan melalui wawancara terdapat informasi bahwasannya :
a. TPQ Miftahul Jannah belum memiliki administrasi
b. Program magrib mengaji berjalan tanpa perkembangan

Hal tersebut diatas diketahui setelah dilaksanakannya wawancara yang dilakukan pada siang hari di rumah Ibu Nurotul
yang merupakan salah satu pengajar aktif TPQ Miftahul Jannah.
Gambar 1Foto pengamatan dan koordinasi

2.5.2 Perancangan pembentukan administrasi TPQ Miftahul Jannah dan Magrib Mengaji
Setelah saya melakukan observasi dan koordinasi dengan salah satu pengajar TPQ Miftahul Jannah, saya mencari
beberapa referensi silabus dan disesuaikan dengan realita pembelajaran yang ada di TPQ Miftahul Jannah. Saya juga
mengadakan beberapa administrasi yang berkaitan dengan TPQ sesuai dengan yang diminta pengajar TPQ untuk
diadakan. Dalam penyusunan saya mencoba menggabungkan beberapa metode pembelajaran seperti menggunakan
Yanbu’a serta pelajaran Aqidah, Akhlak, Fiqih.
Gambar 2 Foto Silabus Gambar 3Foto Buku Pembelajaran
(Modul)
Gambar 4 Foto Absensi Santri Kelas 1,2,3 Gambar 5 Foto Kartu Prestasi Hafalan
TPQ & Magrib Mengaji
2.5.3 Penyuluhan Silabus dan Administrasi

Gambar 6 Penyuluhan Administrasi TPQ Gambar 7 Penyerahan


Administrasi TPQ ke Ibu Nurotul

Setelah silabus selesai, saya menyampaikan mengenai hal-hal yang wajib diketahui oleh pengajar yang berkaitan dengan
silabus berserta administrasinya. Saya juga meminta persetujuan dari pengajar TPQ yaitu ibu Nurotul atas silabus dan
administrasi lainnya yang telah saya upayakan.
2.5.4 Penerapan Silabus dan Administrasi

Gambar 8 Proses Pembelajaran Gambar 9


Penerapan Silabus
Gambar 10 Penerapan di Magrib Mengaji

Setelah silabus beserta administrasi TPQ selesai, maka saya menerapkan silabus yang telah saya susun pada kegiatan
belajar dan mengajar di TPQ Miftahul Jannah. Penerapan pembelajaran yang menarik diutamakan dengan menyampaikan
materi melalui media lagu. Penerapan dilakukan pada jam belajar. Untuk kegiatan magrib mengaji, kegiatan menghafal
dilakukan setelah kegiatan mengaji Al-Qur’an seperti biasa.

2.5.5 Evaluasi

Tahap terakhir adalah evaluasi kegiatan belajar mengajar dengan mengevaluasi materi yang telah diajarkan sesuai dengan
yang sudah tertera di silabus. Parameternya adalah apakah santri dapat menerima dengan baik materi yang disampaikan
atau tidak. Kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan bagi santri juga menjadi parameter evaluasi.
Peningkatan kuantitas hafalan santri juga menjadi parameter atas diadakannya kartu pretasi hafalan.
SEBUAH KARYA ILMIAH MASYARAKAT KKN UII – UNIT 241
DESA KARANGBOLONG, KECAMATAN BUAYAN, KABUPATEN KEBUMEN

PEMBUATAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM MENGENAI DESA KARANGBOLONG


DAN MELIPUT KEGIATAN DESA

Disusun Oleh:
ORCHITA SHAFIRA
16321001

KULIAH KERJA NYATA


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
IDENTITAS INDIVIDU

Nama : Orchita Shafira

NIM : 16321001

Fakultas/Prodi : Fakultas Psikologi & Ilmu Sosial Budaya / Ilmu Komunikasi

Nama Program : Pembuatan Media Sosial Instagram mengenai Desa Karangbolong dan meliput kegiatan desa.
BAB I

DESKRIPSI PROGRAM

1.1. Nama Program


Pembuatan Media Sosial Instagram mengenai Desa Karangbolong dan meliput kegiatan desa.
Tempat : Desa Karangbolong, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen
Sasaran : Pengguna Media Sosial Instagram

1.2. Deskripsi Program

Setelah berdiskusi dengan beberapa tokoh masyarakat, beberapa memberikan keluhannya mengenai berkurangnya wisatawan yang datang
pada destinasi wisata di Desa Karangbolong seperti Pantai Karangbolong dan Bukit Hud. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan
wisatawan asing maupun domestik mengenai keberadaan ‘surga’ yang berada di kota Kebumen ini. Diskusi kami lanjutkan dengan teman-
teman satu prodi dan kami memutuskan untuk mengelola media sosial Instagram sebagai salah satu bentuk ‘promosi digital’ mengenai
keindahan wisata dan budaya yang ada di Karangbolong. Instagram ini kami beri nama @karangbolong.bercerita. Program yang kami
lakukan cukup seru karena kami benar-benar terjun ke masyarakat untuk mengorek informasi yang nantinya kami gabungkan dan kami
jadikan konten untuk tujuan promosi. Dalam proses wawancara, kami tidak merta hanya datang dan bertanya, namun kami juga mengikuti
semua aktivitas yang dilakukan oleh narasumber. Seperti contoh saat Idul Adha, kami ikut dengan warga membantu proses pemotongan
hewan qurban, mengikuti upacara 17 Agustus sebagai salah satu anggota paduan suara, lalu juga mengikuti acara bersih-bersih pantai yang
dilakukan oleh warga Desa Karangbolong.
BAB II

PELAKSANAAN PROGRAM

2.1. Nama Program


Pembuatan Media Sosial Instagram mengenai Desa Karangbolong dan meliput kegiatan desa.

2.2. Bidang Kegiatan


Teknologi Tepat Guna

2.3. Tahapan Kegiatan


Dalam progam terdapat beberapa tahapan kegiatan yang dilakukan, yaitu:
1. Observasi dengan metode wawancara kepada Perangkat Desa.
2. Perencanaan materi konten mengenai sejarah, budaya dan kegiatan terkini Desa Karangbolong.
3. Produksi konten yang akan diunggah di akun @karangbolong.bercerita
4. Publikasi atau mengunggah konten yang sudah dibuat ke akun @karangbolong.bercerita

2.4. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan


1. Observasi kepada Perangkat Desa
Observasi dilakukan untuk mendengarkan keluhan apa yang di rasakan oleh perangkat desa, kami juga melakukan wawancara.
2. Perencanaan materi dan pencarian informasi untuk konten
Pencarian informasi dilakukan dengan cara terjun langsung dalam kegiatan masyarakat di Desa Karangbolong seperti contoh mengikuti
pemotongan hewan Qurban, Senam dengan ibu PKK, Latihan paduan suara, Upacara 17 Agustus dan lain sebagainya.
3. Produksi Konten yang akan diunggah.
Setelah itu kami memilah-milah informasi mana yang akan kami unggah dan kami sesuaikan dengan momentum yang ada. Seperti contih
ketika Idul Adha dan ketika merayakan ulang tahun Indonesia, kami pun mengunggahnya langsung pada selang satu atau dua hari setelah
perayaan.
4. Publikasi dan Pengunggahan hasil konten.
Setelah selesai memproduksi konten, kami juga mengunggah sesuai dengan momentum yang sedang terjadi.
Evaluasi
Setelah program yang dilakukan, saya lumayan mengalami kesulitan saat mengorek informasi kepada warga sekitar karena kegiatan yang
begitu padat jadi hanya sedikit informasi yang bisa kami dapat. Selain itu, keterbatasan listrik di unit saya yang membuat saya hanya bisa
mengisi daya laptop di pagi hari sehingga saya kesulitan untuk memproduksi konten dengan tepat waktu
SEBUAH KARYA ILMIAH MASYARAKAT KKN UII – UNIT 241
DESA KARANGBOLONG, KECAMATAN BUAYAN, KABUPATEN KEBUMEN

INOVASI PENGOLAHAN JANTUNG PISANG DI DESA KARANGBOLONG


SEBAGAI SUMBER ALTERNATIF MINUMAN KOPI

Disusun Oleh:
Aulia Zahra
16521234

KULIAH KERJA NYATA


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
IDENTITAS INDIVIDU

Nama : Aulia Zahra

NIM : 16521234

Fakultas/Prodi : Teknologi Industri/Teknik Kimia

Nama Program : Inovasi Pengolahan Jantung Pisang di Desa Karangbolong Sebagai Sumber Alternatif Minuman Kopi
BAB I
DESKRIPSI PROGRAM

1.9. Nama Program


Inovasi Pengolahan Jantung Pisang di Desa Karangbolong Sebagai Sumber Alternatif Minuman Kopi
Tempat : Desa Karangbolong, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen
Sasaran : Ibu-ibu PKK Desa Karangbolong

1.10. Deskripsi Program


Berdasarkan disiplin ilmu yang ditekuni penulis yaitu Teknik Kimia dengan mengambil fokus terhadap teknologi pengolahan makanan,
maka program yang dilaksanakan penulis harus sesuai dengan disiplin ilmu tersebut. Desa Karangbolong memiliki berbagai macam sumber
daya alam yang belum maksimum dalam pengolahanya. Salah satu sumber daya alam yang ada adalah tanaman pisang yang banyak tumbuh
di desa Karangbolong ini. Jantung pisang yang dihasilkan dari tanaman pisang biasanya di gunakan oleh warga sebagai sayur dan yang
paling sering adalah dibuang begitu saja. Jantung pisang memiliki kadungan seperti protein, forfor, mineral, kalsium vitamin B1, C dan
kandungan serat lainnya (Panji R, 2012) sehingga sangat baik untuk kesehatan. Jika jantung pisang tersebut dibuang begitu saja, sangat
disayangkan kandungan yang terdapat dalam jantung pisang tersebut, sehingga diperlukan sebuah inovasi dalam pengolahan jantung pisang
selain dapat dikonsumsi juga memiliki daya tahan penyimpanan yang cukup lama dengan menggunakan metode pengeringan untuk
menghilangkan kandungan air, karena kandungan air dalam makanan agar tahan lama adalah lebih kurang dari 10%. (Depkes RI, 2000)
Dari hasil observasi yang didapat, penulis menyimpulkan untuk membuat progam tentang pengolahan jantung pisang. Jantung pisang
yang dibuang begitu saja akan di olah untuk dijadikan produk makanan yang lebih berguna lagi. Jantung pisang tersebut akan dibuat menjadi
serbuk kopi yang bisa untuk dikonsumsi sendiri ataupun untuk dijual.
Tujuan dilakukannya program ini adalah untuk memberi wawasan kepada masyarakat desa Karangbolong mengenai inovasi pengolahan
jantung pisang untuk dikonsusmsi Selain itu, penulis berharap kedepan dengan adanya Inovasi pengolahan jantung pisang di Desa
Karangbolong sebagai sumber Alternatif minuman kopi dapat memberikan nilai tambah pada jantung pisang serta dapat dijadikan sebagai
peluang usaha bagi masyarakat dalam mengolah jantung pisang di Desa Karangbolong.
BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM

INOVASI PENGOLAHAN JANTUNG PISANG DI DESA KARANGBOLONG


SEBAGAI SUMBER ALTERNATIF MINUMAN KOPI
Nama Penulis : Aulia Zahra

Bidang Kegiatan : Promosi Kesehatan

Pembimbing 1 : Budi Yuliarso, S.H., M.Kn.

Pembimbing 2 : Ir. Dadang Dedianto

Universitas Islam Indonesia

Email: 16521234@students.uii.ac.id

Abstract

Karangbolong is a village located in Buayan district, Kebumen Regency, Central Java province. The village with an area of 279,280ha is the southernmost
village in Buayan Subdistrict which has abundant natural resources, one of which is the large of banana plants planted both in the garden or in the yard of
the residents' houses. Almost all parts of the body of a banana plant can be utilized, but the banana blossom cannot be utilized optimally. Banana blossom
contains nutrients such as protein, fat, carbohydrates, minerals such as calcium, phosphorus, iron, and vitamins such as Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C. It
shows that the content contained in banana blossom can be beneficial for health body. Banana blossom are usually only processed into vegetables or thrown
away, so we need a new innovation in processing banana blossom. Banana blossom can be processed into dry solid powder in the form of coffee from the
banana blossom. In the processing of banana blossom powder is dried by the method of drying and roasted to produce coffee powder from the banana
blossom with a water content of less than 10%, so it can be stored for a long period of time.
Key word : Banana Blossom, Powder of Coffie, Karangbolong Village
Abstrak

Desa Karangbolong merupakan desa yang terletak di kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, provinsi Jawa Tengah. Desa dengan luas 279.280ha ini
merupakan desa paling selatan di Kecamatan Buayan yang memiliki sumber daya alam melimpah, salah satunya adalah banyaknya tanaman pisang yang
ditanam baik di kebun ataupun di pekarangan rumah warga. Hampir seluruh bagian tubuh dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan, namun jantung pisang
belum dapat termanfaatkan secara optimal. Jantung pisang memiliki kandungan zat gizi seperti protein,lemak,karbohidrat, mineral-mineral seperti kalsium,
fosfor, besi, maupun vitamin-vitamis seperti Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C. Hal tersebut menunjukkan kandungan yang terdapat dalam jantung pisang
dapat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Jantung pisang biasanya hanya diolah menjadi sayur atau dibuang begitu saja, sehingga diperlukan sebuah inovasi
baru dalam pengolahan jantung pisang. Jantung pisang dapat diolah menjadi serbuk padatan kering berupa kopi dari jantung pisang. Dalam
pengolahannya bubuk jantung pisang dikeringkan dengan metode pengeringan dan disangrai agar menghasilkan bubuk kopi dari jantung pisang dengan
kadar air kurang dari 10%, sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Kata Kunci : Jantung Pisang, Serbuk Kopi, Desa Karangbolong

2.1. Nama Program


Inovasi Pengolahan Jantung Pisang di Desa Karangbolong Sebagai Sumber Alternatif Minuman Kopi
2.2. Bidang Kegiatan
Promosi Kesehatan serta Pengembangan Produk Herbal
2.3. Kajian Pustaka
Pisang merupakan salah satu tanaman yang banyak ditemukan di daerah tropis, Hampir seluruh bagian dari jantung pisang dapat
dimanfaatkan, namun kurang nya inovasi masyarakat untuk memanfaatkan jantung pisang secara optimal. Hasil penelitian dari Rusmianto
(2007), menyimpulkan bahwa jantung pisang kaya akan zat gizi seperti protein,lemak,karbohidrat, mineral-mineral seperti kalsium, fosfor, besi,
maupun vitamin-vitamin seperti Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C. jantung pisang sangat aman dikonsumsi bagi yang menjalani program diet
karena kandungan lemaknya sangat sedikit dan dapat memberi rasa kenyang lebih lama. (Anem M,2011).
Suatu produk makanan dapat bertahan lama dengan kadar air yang rendah, dimana kadar air yang memenuhi adalah kurang dari 10% (Depkes,
RI, 2000) karena apabila kandungan air masih banyak dapat menimbulkan mikroorganisme dapat tumbuh sehingga makanan dapat mudah
membusuk.
2.4. Tahapan Kegiatan
Dalam progam Inovasi Pengolahan Jantung Pisang di Desa Karangbolong Sebagai Sumber Alternatif Minuman Kopi, terdapat
beberapa tahapan kegiatan yang dilakukan, yaitu:
1. Observasi jantung pisang di desa Karangbolong
2. Wawancara dengan masyarakat
3. Pengolahan jantung pisang menjadi kopi
4. Sosialisasi program kerja
5. Penyuluhan pembuatan kopi dari jantung pisang

2.5. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan


2.5.1. Observasi jantung pisang
Observasi jantung pisang dilakukan di desa Karangbolong untuk mengetahui potensi jantung pisang yang ada di desa
karangbolong. Dari observasi yang sudah dilakukan, desa karangbolong memiliki sumber daya alam tanaman pisang yang cukup banyak,
terutama jantung pisang jenis pisang kepok.
2.5.2. Wawancara dengan masyarakat
Jantung pisang yang terdapat di desa Karangbolong belum termanfaatkan dengan optimal. Jantung pisang biasanya diolah untuk
dijadikan sayuran atau dibuang begitu saja. Kandungan yang terdapat dalam jantung pisang yang sangat bermanfaat untuk kesehatan
akan sayang jika dibuang begitu saja, sehingga diperlukan inovasi dalam pengolahan jantung pisang.
2.5.3. Pengolahan jantung pisang menjadi kopi
Pengolahan jantung pisang dilakukan sebelum sosialisasi kepada masyarakat untuk mengetahui potensi jantung pisang dapat
dijadikan sebagai alternative kopi. Ada pun tahapan pembuatan kopi dari jantung pisang yaitu :
 Memisahkan satu persatu lapisan kulit pada jantung pisang kemudian membersihkan dengan menggunakan air yang mengalir

 Setelah dibersihkan, memotong bagian lapisan kulit jantung pisang menjadi kecil-kecil kemudian dibersihkan kembali dengan air
mengalir untuk dihilangkan getah

 Setelah dibersihkan kemudian di keringkan dibawah sinar matahari selama beberapa menit kemudian di keringkan dengan
menggunakan oven selama kurang lebih 45 menit
 Setelah dikeringkan dengan oven, jantung pisang kemudian disangrai selama kurang lebih 45 menit

 Setelah disangrai, kemudian di diamakan beberapa saat hingga dingin


 Setelah dingin, hasil sangria kemudian di blender hingga ukurannya menjadi lebih halus
 Hasil Akhir Jantung pisang menjadi bubuk halus dapat disedu seperti membuat kopi pada umumnya

2.5.4. Penyuluhan pembuatan kopi dari jantung pisang


Melakukan penyuluhan pembuatan kopi dari jantung pisang yang dilaksanakan dalam kegiatan PKK desa di desa Karangbolong
yang diikuti oleh perwakilan tiap RT yang ada di desa Karangbolong. Dalam penyuluhan ini, kami menyampaikan pemanfaatan jantung
pisang dan proses tahapan pembuatan kopi dari jantung pisang.
2.6 Rasio Keberhasilan
Rasio keberhasilan program “INOVASI PENGOLAHAN JANTUNG PISANG DI DESA KARANGBOLONG SEBAGAI
SUMBER ALTERNATIF MINUMAN KOPI” pada setiap kali percobaan adalah berhasil dilakukan hingga menghasilkan produk yang
diharapkan, dimana kadar air yang terkandung dari kopi jantung pisang yang dihasilkan kurang dari 10%, sehingga aman untuk di simpan
dalam jangka waktu yang cukup lama.

2.7 Evaluasi
Setelah program yang dilakukan, beberapa hal yang dapat dievaluasi diantaranya adalah proses pengeringan dengan menggunakan
sinar matahari dalam waktu kurang lebih hari akan menghasilkan jantung pisang yang lebih kering dan hasil hasil yang lebih baik jika
dibandingkan dengan menggunakan oven yang hasil pengeringan masih banyak terkandung air. Dalam tahap penghalusan diperlukan waktu
yang cukup lama dan dilakukan secara berulang-ulang agar menghasilkan bubuk kopi yang lebih halus.
DAFTAR PUSTAKA
Anem M.2011.Jantung Pisang
Depkes RI. 2000. Parameter standar Umum Eksteak Tumbuhan Obat. Ditjen POM, Jakarta. Hal : 5, 10, 11, 35
Panji, Rasyid 2012. “Seejuta manfaat jantung pisang “ .
Rusmianto. 2007. “ Penambahan Isolat Protein Kedelai pada pembuatan Dendeng jantung pisang Batu (Musa Bracycarpa Back)” (sripsi).
Bogor: Institusi Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai