• Pembangunan perumahan dan pemukiman • Penyediaan lahan di pusat kota semakin terbatas dan
merupakan upaya untuk memenuhi salah satu mahal sehingga perkembangan perkotaan cenderung
kebutuhan manusia mengambil wilayah pinggiran perkotaan
• Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang • Komplek Perumahan Graha Isola merupakan sebuah
memiliki konstruksi gedung hunian diatas 10.000 permukiman yang terletak di Desa Pasirhalang -
m2 wajib memiliki AMDAL. Desa Cilame dengan luas lahan yang akan dibangun
sekitar 250.000 m2 sehingga perlu AMDAL.
TUJUAN DAN MANFAAT
• Lokasi Kegiatan
DesaPasirhalang, KecamatanNgamprah-Cisarua, Kabupaten Bandung
Barat, Provinsi Jawa Barat.
• Rincian Kegiatan
1.Perumahan Kavling Graha Isola direncanakan memiliki beberapa tipe
perumahan seperti, tipe A, B, C, D, E, JT, dan GII.
2.Total luas bangunan direncanakan 72.651 m2.
3.Kegiatan di Graha Isola diperkirakan membutuhkan air bersih mencapai
184,2 m3/hari yang akan difasilitasi oleh PDAM TirtaR aharja.
4.Kegiatan di perumahan ini juga akan menimbulkan limbah, baik limbah padat
maupun limbah cair.
Tahapan Kegiatan
KESESUAIAN LOKASI RENCANA KEGIATAN DENGAN
RENCANA TATA RUANG (RT/RW)
Pembangunan Kavling Graha Isola secara administrasi berada di wilayah Kecamatan Cisarua-Ngamprah, Kabupaten
Bandung Barat. Menurut RT/RW Kabupaten Bandung Barat 2009-2039, rencana usaha sebagian sudah sesuai dengan RT/RW
di wilayah tersebut. Kecamatan Ngamprah direncanakan sebagai kawasan permukiman perkotaan dengan alokasi luas kurang
lebih 2.823 hektar sedangkan pada Kecamatan Cisarua direncanakan sebagai kawasan permukiman Pedesaan. Pada lokasi
rencana usaha juga direncanakan sebagai kawasan pertanian dan holtikultura selain itu terdapat juga sebagian wilayah
Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Cisarua seluas 1.309 hektar.
Fasilitas pelayanan publik yang terdapat pada Kecamatan Cisarua-Ngamprah menurut data dari BPS Kabupaten Bandung Barat tahun
2019 meliputi :
Pendidikan : SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi
Kesehatan : Rumah sakit, puskesmas
Peribadatan : Masjid dan gereja
Olahraga/rekreasi : Lapang bola dan bola voli
Pemerintahan : Kantor kecamatan
Perbelanjaan/niaga : Bank, pasar
Transportasi : Terminal
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
Gambar . Prakiraan indeks Kualitas Udara Ngamprah Sumber : Dokumen RPJP Kabupaten Bandung Barat tahun 2005-2025
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
Kondisi Tanah
Kondisi geografis wilayah Kabupaten Bandung Barat mempunyai
ketinggian dan kemiringan yang variatif, perbukitan ketinggian dataran
terendahnnya 125 meter dpl dan dataran tertingginya 2.150 meter dpl.
2. LIMBAH CAIR
Beberapa penelitian menyebutkan perkiraan air yang akan menjadi air
limbah dari hasil kegiatan manusia yaitu sebesar 70%-80%. Sistem
pengelolaan air limbah domestik yang terdapat di Kabupaten Bandung
Barat menggunakan sistem setempat dengan menggunakan tangki
septik baik komunal maupun non komunal.. Sistem sanitasi setempat
jika tidak diperasikan tidak sesuai dengan standar rentan menyebabkan
pencemaran air tanah. Pembuangan air limbah domestik langsung ke
sungai menyebabkan air sungai tercemar oleh limbah domestik
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
Limbah
3. LIMBAH B3
VEGETASI
Limbah B3 dihasilkandarikegiatan/usaha baik dari sektor Vegetasi di daerah sekitar proyek pembangunan perumahan Kavling
industri, pariwisata, pelayanan kesehatan maupun dari domestik Graha Isola yaitu di Jalan Ciloa Desa Pasirhalang Kecamatan Padalarang
rumah tangga. Kabupaten Bandung Barat sebagian besar berupa:
Pengelolaan Limbah B3 diatur dalam Peraturan Pemerintah 1.Lahan pekarangan
Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 yang 2.Perkebunan: perkebunan kol, tomat, pisang, singkong, jagung dan
mana dalam peraturan ini juga tercantum daftar lengkap limbah tanaman sayur lainnya.
B3 baik dari sumber tidak spesifik, limbah B3 dari sumber 3.Tanaman-tanaman liar berupa rumput, alang-alang dan pohon-pohon
spesifik, serta limbah B3 dari B3 kadaluwarsa, B3 yang
besar seperti pohon kelapa, pohon nangka, pohon sengon dan lain-lain.
tumpah, B3 yang tidak memenuhi spesifikasi produk dan bekas
kemasan B3.
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
FAUNA
PENDUDUK
Keberadaan fauna di sekitar lokasi kegiatan Berdasarkan batas administrasipemerintahan, rencana Pembangunan
Pembangunan Graha ISOLA memiliki keterkaitan yang Graha Isola terdapat di desa pasir halang kecamatan cisarua kabupaten
sangat erat dengan habitat yang tersedia. Tipe-tipe bandung barat dengan luas wilayah 2.92 km2 / 5,3 % dari jumlah
habitat yang tersedia sepanjang Pembangunan Graha wilayah.
ISOLA adalah lahan pekarangan, kebun, dan habitat
terestrial, yaitu hutan alami.
a
HASIL KETERLIBATAN MASYARAKAT
- Adanya kekhawatiran terhadap kebisingan pada saat konstruksi
pembangunan proyek
- Pengadaan air bersih dan pembuatan drainase yang lebih baik untuk
masyarakat
- Solusi untuk menanggulangi dampak negatif yang mungkin
ditimbulkan perlu dikaji dengan baik.
- Dampak dari pembangunan akan ada dampak positif dan dampak
negatifnya namun diharapkan pembangunan benar-benar
direalisasikan untuk mengatasi permasalahan di Kavling Graha isola.
Batas Sosial
Batas sosial merupakan ruang disekitar lokasi pembangunan Komplek Perumahan Graha
Isola dimana berlangsung berbagai interaksi sosial yang mencakup kampung, desa, yang
terkena dampak di Kec. Cisarua dan Kec. Ngamprah
BATAS WILAYAH KAJIAN
Tahap Operasional
Tahap Konstruksi
Data Primer
Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan langsung di lapangan (metode sigi),
pengambilan contoh (sampling) dan analisis di laboratorium serta wawancara dengan masyarakat.
Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk memperoleh data parameter lingkungan pada saat ini secara
langsung di lapangan.
Data Sekunder
METODE PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA
Berdasarkan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis yang berlaku, maka sasaran prakiraan
dampak penting adalah
• Memprakirakan besarnya perubahan yang terjasi terhadap komponen lingkungan pada
“kondisi tanpa proyek (Rona Awal)” dan pada “kondisi setelah ada proyek (Rona Proyek)”.
• Menjelaskan mengenai mekanisme aliran dampak yang bersifat langsung maupun tidak
langsung
METODE PERKIRAAN DAMPAK PENTING
Untuk mengetahui hubungan keterkaitan dampak dari rencana kegiatan pada komponen
lingkungan akan disajikan dalam metode matrik yaitu bagan alir. Dalam bagan alir tersebut
akan terlihat keeratan interaksi antara sumber dampak dengan parameter terkena dampak,
sehingga dampak dapat dibedakan berdasarkan dampak primer, sekunder, tersier. Kegunaan
metode bagan alir salah satunya adalah dapat mengarahkan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan lebih tepat sasaran.
Pengukuran dan interpretasi
dampak
Khususnya evaluasi dampak dimaksud untuk dapat mencapai 2
sasaran :
• Memberikan informasi tentang komponen apa saja yang terkena
dampak dan seberapa besar nilai magnitude atau tingkat besaran
dampak itu terjadi.
• Memberi bahan untuk mengambil keputusan terutama
komponen apa saja yang terkena dampak.
Pemilihan Metode
Pemilihan metode sangat menentukan dalam studi Amdal. Tim
Amdal harus memilih metode Amdal mana yang harus
dipergunakan, untuk mendapatkan suatu kesimpulan akhir
tentang kelayakan lingkungan . dalam studi kasus ini, metode
Evaluasi dampak yang digunakan yaitu Evaluasi Dampak Metode
Flowchart (Bagan Alir).