Anda di halaman 1dari 38

KERANGKA ACUAN AMDAL

DESA PASIR HALANG


Diajukan untuk memenuhi Mata Kuliah Metodologi Penelitian yang diampu oleh :
Dr. Dra. Rina Marina Masri, M.P.
Dr. Ir. Drs. H. Iskandar Muda Purwaamijaya, M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
Anggota Kelompok 4

Mirza M. Haekal A Irfan Maulana Ahmad Fachri Alhadad


1903677 1900840 1904219

Sindy Astika Zaidan Rama Yudhistira


1900614 1900122
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
DAS SOLLEN (NORMATIF) DAS SEIN (FAKTUAL)
• Rumah merupakan salah satu hak dasar rakyat dan • Kebutuhan permukiman yang meningkat di sekitar
oleh karena itu setiap Warga Negara berhak untuk Kecamatan Cisarua – Ngamprah membawa dampak
bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup tumbuhnya permukiman kumuh dan tidak sehat
yang baik dan sehat

• Pembangunan perumahan dan pemukiman • Penyediaan lahan di pusat kota semakin terbatas dan
merupakan upaya untuk memenuhi salah satu mahal sehingga perkembangan perkotaan cenderung
kebutuhan manusia mengambil wilayah pinggiran perkotaan

• Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang • Komplek Perumahan Graha Isola merupakan sebuah
memiliki konstruksi gedung hunian diatas 10.000 permukiman yang terletak di Desa Pasirhalang -
m2 wajib memiliki AMDAL. Desa Cilame dengan luas lahan yang akan dibangun
sekitar 250.000 m2 sehingga perlu AMDAL.
TUJUAN DAN MANFAAT

01. Memperbanyak fasilitas perumahan bagi pegawai di internal


Universitas Pendidikan Indonesia
02. Meningkatkan pelayanan dan produktivitas pegawai Universitas
Pendidikan Indonesia
03. Meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian pegawai dan
masyarakat sekitar perumahan
Tujuan dan Manfaat

Manfaat dari pembangunan kompleks perumahan ini


adalah untuk meningkatkan jumlah fasilitas
perumahan yang tersedia seiring dengan
membangun kualitas perekonomian masyarakat
dengan menarik minat investor serta penghuni.
Peraturan Penyusunan Kerangka Acuan

1.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup
2.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
P.38/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Memiliki Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup
3.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
4.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
5.Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan
Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis mengenai Dampak Lingkungan
Deskripsi Rencana Studi
Kegiatan
• Status Studi Amdal
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan, AMDAL merupakan bagian studi kelayakan
rencana kegiatan

• Lokasi Kegiatan
DesaPasirhalang, KecamatanNgamprah-Cisarua, Kabupaten Bandung
Barat, Provinsi Jawa Barat.

• Rincian Kegiatan
1.Perumahan Kavling Graha Isola direncanakan memiliki beberapa tipe
perumahan seperti, tipe A, B, C, D, E, JT, dan GII.
2.Total luas bangunan direncanakan 72.651 m2.
3.Kegiatan di Graha Isola diperkirakan membutuhkan air bersih mencapai
184,2 m3/hari yang akan difasilitasi oleh PDAM TirtaR aharja.
4.Kegiatan di perumahan ini juga akan menimbulkan limbah, baik limbah padat
maupun limbah cair.
Tahapan Kegiatan
KESESUAIAN LOKASI RENCANA KEGIATAN DENGAN
RENCANA TATA RUANG (RT/RW)

Pembangunan Kavling Graha Isola secara administrasi berada di wilayah Kecamatan Cisarua-Ngamprah, Kabupaten
Bandung Barat. Menurut RT/RW Kabupaten Bandung Barat 2009-2039, rencana usaha sebagian sudah sesuai dengan RT/RW
di wilayah tersebut. Kecamatan Ngamprah direncanakan sebagai kawasan permukiman perkotaan dengan alokasi luas kurang
lebih 2.823 hektar sedangkan pada Kecamatan Cisarua direncanakan sebagai kawasan permukiman Pedesaan. Pada lokasi
rencana usaha juga direncanakan sebagai kawasan pertanian dan holtikultura selain itu terdapat juga sebagian wilayah
Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Cisarua seluas 1.309 hektar.

Fasilitas pelayanan publik yang terdapat pada Kecamatan Cisarua-Ngamprah menurut data dari BPS Kabupaten Bandung Barat tahun
2019 meliputi :
Pendidikan : SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi
Kesehatan : Rumah sakit, puskesmas
Peribadatan : Masjid dan gereja
Olahraga/rekreasi : Lapang bola dan bola voli
Pemerintahan : Kantor kecamatan
Perbelanjaan/niaga : Bank, pasar
Transportasi : Terminal
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

Kualitas Udara Kualitas Air


Kualitas Udara di kecamatan ngamprah, Tren suhu Kecamatan
Kualitas Air di desa pasir halang mengalami krisik air bersih dan ketidak
Ngamprah Maksimumnya 31 C ͦ dan Minimum 22 C
ͦ sedangkan rata rata
meratanya pembagian air bersih dari PDM tirtawening
hariannya 22 C
ͦ -29 Cͦ dan Kelembapan Udara 65%-90%

Gambar . Prakiraan indeks Kualitas Udara Ngamprah Sumber : Dokumen RPJP Kabupaten Bandung Barat tahun 2005-2025
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
Kondisi Tanah
Kondisi geografis wilayah Kabupaten Bandung Barat mempunyai
ketinggian dan kemiringan yang variatif, perbukitan ketinggian dataran
terendahnnya 125 meter dpl dan dataran tertingginya 2.150 meter dpl.

Di Kabupaten Bandung Barat merupakan yang paling dominan yakni


Tanah Latosol 56.171 Ha (43%) dari luas keseluruhan Kabupatan Bandung
Barat. Tanah Latosol merupakan tanah yang terletak pada ketinggian 300-
900 m dpl.
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
Kebisingan
Rona awal tingkat kebisingan di sekitar lokasi Desa Pasirhalang
LIMBAH
digambarkan berdasarkan Peta dan Bnagunan yang ada di lokasi 1. LIMBAH PADAT
terdapat nilai tingkat kebisingan yang tinggi terutama pada jam kerja Limbah padat dikelola oleh DLH Kabupaten Bandung Barat dan akan
(09.00 – 22.00) ditampung di TPSA Cipatat. TPSA ini seluas 21,2 hektar. Limbah padat yang
dihasilkan mayoritas merupakan limbah rumah tangga.

2. LIMBAH CAIR
Beberapa penelitian menyebutkan perkiraan air yang akan menjadi air
limbah dari hasil kegiatan manusia yaitu sebesar 70%-80%. Sistem
pengelolaan air limbah domestik yang terdapat di Kabupaten Bandung
Barat menggunakan sistem setempat dengan menggunakan tangki
septik baik komunal maupun non komunal.. Sistem sanitasi setempat
jika tidak diperasikan tidak sesuai dengan standar rentan menyebabkan
pencemaran air tanah. Pembuangan air limbah domestik langsung ke
sungai menyebabkan air sungai tercemar oleh limbah domestik
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
Limbah
3. LIMBAH B3
VEGETASI
Limbah B3 dihasilkandarikegiatan/usaha baik dari sektor Vegetasi di daerah sekitar proyek pembangunan perumahan Kavling
industri, pariwisata, pelayanan kesehatan maupun dari domestik Graha Isola yaitu di Jalan Ciloa Desa Pasirhalang Kecamatan Padalarang
rumah tangga. Kabupaten Bandung Barat sebagian besar berupa:
Pengelolaan Limbah B3 diatur dalam Peraturan Pemerintah 1.Lahan pekarangan
Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 yang 2.Perkebunan: perkebunan kol, tomat, pisang, singkong, jagung dan
mana dalam peraturan ini juga tercantum daftar lengkap limbah tanaman sayur lainnya.
B3 baik dari sumber tidak spesifik, limbah B3 dari sumber 3.Tanaman-tanaman liar berupa rumput, alang-alang dan pohon-pohon
spesifik, serta limbah B3 dari B3 kadaluwarsa, B3 yang
besar seperti pohon kelapa, pohon nangka, pohon sengon dan lain-lain.
tumpah, B3 yang tidak memenuhi spesifikasi produk dan bekas
kemasan B3.
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
FAUNA
PENDUDUK
Keberadaan fauna di sekitar lokasi kegiatan Berdasarkan batas administrasipemerintahan, rencana Pembangunan
Pembangunan Graha ISOLA memiliki keterkaitan yang Graha Isola terdapat di desa pasir halang kecamatan cisarua kabupaten
sangat erat dengan habitat yang tersedia. Tipe-tipe bandung barat dengan luas wilayah 2.92 km2 / 5,3 % dari jumlah
habitat yang tersedia sepanjang Pembangunan Graha wilayah.
ISOLA adalah lahan pekarangan, kebun, dan habitat
terestrial, yaitu hutan alami.

Jumlah persentase Penduduk yang terdapat di desa pasir haling sebesar


8,7 % atau 6.514 jiwa . Sedangkan kepadatan penduduknya adalah 2.231
orang/km2.
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
MATA PENCAHARIAN

a
HASIL KETERLIBATAN MASYARAKAT
- Adanya kekhawatiran terhadap kebisingan pada saat konstruksi
pembangunan proyek
- Pengadaan air bersih dan pembuatan drainase yang lebih baik untuk
masyarakat
- Solusi untuk menanggulangi dampak negatif yang mungkin
ditimbulkan perlu dikaji dengan baik.
- Dampak dari pembangunan akan ada dampak positif dan dampak
negatifnya namun diharapkan pembangunan benar-benar
direalisasikan untuk mengatasi permasalahan di Kavling Graha isola.

- Masyarakat mendapatkan kompensasi untuk batas wilayah yang


terkena dampak pembangunan
DAMPAK PENTING HIPOTETIK
Tabel 13. Identifikasi dampak potensial
DAMPAK PENTING HIPOTETIK
Tabel 14. Identifikasi dampak hipotetik yang
ditelaah
BATAS WILAYAH STUDI
Batas Proyek
Batas wilayah proyek pembangunan merupakan batas lahan yang meliputi area rencana
pembangunan dan jalan akses yang akan berada disekitar lokasi kegiatan pembangunan
Komplek Perumahan Graha Isola Desa Pasirhalang, Kec. Cisarua dan Desa Cilame, Kec.
Ngamprah, Kabupaten Bandung.
Batas Ekologis
Batas ekologis merupakan ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha / kegiatan
menurut media transportasi limbah, dimana proses alami berlangsung di dalam ruang
tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Batas ekologi terkait
komponen udara sampai dengan radius 0,5 km dari lokasi kegiatan.
Batas Administrasi
Batas administratif pembangunan Komplek Perumahan Graha Isola ditetapkan
berdasarkan status administrasi wilayah dimana kegiatan proyek dilaksankan, yaitu di
Desa Pasirhalang Kec. Cisarua dan Desa Cilame Kec. Ngamprah Kabupaten Bandung.

Batas Sosial
Batas sosial merupakan ruang disekitar lokasi pembangunan Komplek Perumahan Graha
Isola dimana berlangsung berbagai interaksi sosial yang mencakup kampung, desa, yang
terkena dampak di Kec. Cisarua dan Kec. Ngamprah
BATAS WILAYAH KAJIAN

Direncanakan dalam 6 bulan

Tahap Operasional

Tahap Konstruksi

Direncanakan dalam 6 bulan


METODE
STUDI
Pada prinsipnya metode studi ini berisi tentang
penjelasan dan informasi mengenai:
• Metode pengumpulan dan analisis data
yang akan digunakan.
• Metode prakiraan dampak penting yang
akan digunakan
• Metode evaluasi secara holistik terhadap
dampak lingkungan.
METODE PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA

Data Primer
Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan langsung di lapangan (metode sigi),
pengambilan contoh (sampling) dan analisis di laboratorium serta wawancara dengan masyarakat.
Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk memperoleh data parameter lingkungan pada saat ini secara
langsung di lapangan.

Data Sekunder
METODE PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA

• KOMPONEN LINGKUNGAN GEOFISIK – KIMIA


a. Iklim
b. Kualitas Udara dan Kebisingan
Pengamatan kualitas udara dan kebisingan ini dilakukan dengan melakukan
pengamatan langsung di lapangan kemudian dianalisis lebih lanjut di laboratorium.
sedangkan kebisingan diukur secara langsung dan hasilnya dapat langsung diketahui
(direct reading) dengan menggunakan alat sound level meter.
Tabel Metode Pengukuran Kualitas Udara dan Kebisingan
c. Kuantitas Air Sungai
d. Kualitas Air Sungai
d. Kualitas Air Sungai
Tabel Analisis Data
2. KOMPONEN SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA
Tabel Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya
METODE PERKIRAAN DAMPAK PENTING

Sasaran Perkiraan Dampak Penting


Prakiraan dampak merupakan salah satu kegiatan dalam studi AMDAL yang bertujuan untuk
menduga besarnya perubahan kualitas lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan yang akan
dilaksanakan. Ukuran dampak penting mengacu pada Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan RI Nomor 056 Tahun 1994 tentang Pedoman mengenai Ukuran Dampak
Penting.

Berdasarkan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis yang berlaku, maka sasaran prakiraan
dampak penting adalah
• Memprakirakan besarnya perubahan yang terjasi terhadap komponen lingkungan pada
“kondisi tanpa proyek (Rona Awal)” dan pada “kondisi setelah ada proyek (Rona Proyek)”.
• Menjelaskan mengenai mekanisme aliran dampak yang bersifat langsung maupun tidak
langsung
METODE PERKIRAAN DAMPAK PENTING

Prakiraan Sifat Penting Dampak


Sifat penting dampak akan ditetapkan dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No.
27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dampak besar dan penting
merupakan satu kesatuan makna “dampak penting”. Hal ini berarti bahwa tidak selalu yang
hanya mempunyai dampak besar saja yang bersifat penting, tetapi dampak yang kecil pun
dapat bersifat penting. Penentuan Tingkat kepentingan dampak dilakukan pada semua
dampak-dampak hipotesis dengan mengacu pada kriteria penentu dampak penting sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), yaitu:
• ·Jumlah manusia yang terkena dampak
• ·Luas wilayah persebaran dampak
• ·Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
• ·Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
• ·Sifat kumulatif dampak
• ·Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Prakiraan Besaran Dampak Penting

Berdasarkan Pedoman Umum dan Pedoman


Teknis yang berlaku, maka sasaran prakiraan
dampak penting adalah sebagai berikut:
• Memperkirakan besarnya perubahan
yang terjadi terhadap komponen
lingkungan pada “kondisi tanpa proyek
(Rona Awal)” dan pada “kondisi ada
proyek (Rona Proyek)”.
• Memberikan indikasi tentang sifat
penting dampak tersebut dengan
mengacu pada kriteria menurut Kep.
Baperdal No. Kep. 056 Tahun 1994.
• Menjelaskan mengenai mekanisme aliran
dampak yang bersifat langsung maupun
tidak langsung,
PENENTUAN DAMPAK PENTING
Dampak penting dilakukan terhadap masing-masing Dampak Penting Hipotetik (DPH) yang
telah diidentifikasi. Prakiraan dampak penting lingkungan mencakup prakiraan besaran
dampak dan sifat penting dampak. Berdasarkan PerMenLH No. 16 tahun 2012 terdapat dua
opsi dalam memprakirakan dampak, yaitu:
• Prakiraan dampak hanya membandingkan perubahan kondisi rona dengan adanya kegiatan dan rona
tanpa adanya kegiatan. Pada opsi ini, perubahan rona secara alamiah tidak diperhitungkan; dan
• Membandingkan kondisi tanpa kegiatan dengan adanya kegiatan, namun juga memperhitungkan
perubahan rona secara alamiah, sehingga untuk opsi ini wajib ada pula analisis/perhitungan
perubahan rona secara alamiah.

Untuk mengetahui hubungan keterkaitan dampak dari rencana kegiatan pada komponen
lingkungan akan disajikan dalam metode matrik yaitu bagan alir. Dalam bagan alir tersebut
akan terlihat keeratan interaksi antara sumber dampak dengan parameter terkena dampak,
sehingga dampak dapat dibedakan berdasarkan dampak primer, sekunder, tersier. Kegunaan
metode bagan alir salah satunya adalah dapat mengarahkan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan lebih tepat sasaran.
Pengukuran dan interpretasi
dampak
Khususnya evaluasi dampak dimaksud untuk dapat mencapai 2
sasaran :
• Memberikan informasi tentang komponen apa saja yang terkena
dampak dan seberapa besar nilai magnitude atau tingkat besaran
dampak itu terjadi.
• Memberi bahan untuk mengambil keputusan terutama
komponen apa saja yang terkena dampak.

Pemilihan Metode
Pemilihan metode sangat menentukan dalam studi Amdal. Tim
Amdal harus memilih metode Amdal mana yang harus
dipergunakan, untuk mendapatkan suatu kesimpulan akhir
tentang kelayakan lingkungan . dalam studi kasus ini, metode
Evaluasi dampak yang digunakan yaitu Evaluasi Dampak Metode
Flowchart (Bagan Alir).

Kelemahan dan metode Bagan alir atau Flowchart ini hanya


menunjukkan aliran dampak saja, tetapi macam dampak positif
atau negatif tidak dapat diberikan. Disamping itu informasi
tentang seberapa besar dampaknya juga tidak diberikan.
Pemrakarsa dan Penanggung Jawab Rencana
dan/atau Usaha

Kontraktor : PT Adhi Karya (Persero), Tbk


Konsultan Perancang : PT Adhi Karya (Persero), Tbk
Konsultan AMDAL : PT Himadin
Penanggung Jawab : Yan Arianto
Jabatan : Project Manager PT Adhi Karya (Persero), Tbk
Alamat Kantor : Jalan Cilaki Nomor 57, Cihapit, Kota Bandung
Telepon : (022) 7213346
Penyusunan Studi AMDAL

Tenaga Ahli Sipil dan Lingkungan : Irfan Maulana


Tenaga Ahli Transportasi dan Arsitektur : Achmad Fachri Alhaddad
Tenaga Ahli Sosial Ekonomi Budaya : Mirza Muhammad Haekal
Tenaga Ahli Kimia Lingkungan : Sindy Astika
Tenaga Ahli Lingkungan dan Biologi : Zaidan Rama Yudhistira
Biaya Studi dan Waktu Studi

Waktu yang dibutuhkan untuk


pelaksanaan pekerjaan ini adalah
empat bulan sampai dengan
tersusunnya draft ANDAL, RKL, RPL,
dan tidak termasuk waktu tunggu
proses penilaian dan pengesahan
dokumen oleh dosen penanggung
jawab
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai