PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
jantung koroner dan kanker baik di negara maju maupun negara berkembang. Satu
American Heart Association, 2014; Stroke forum, 2015). Secara global, 15 juta orang
terserang stroke setiap tahunnya, satu pertiga meninggal dan sisanya mengalami
kecacatan permanen (Stroke forum, 2015). Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi
ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-
sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau
pecahnya pembuluh darah otak. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah
sel-sel saraf otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang
dikendalikan oleh jaringan itu. Aliran darah yang berhenti membuat suplai oksigen
dan zat makanan ke otak berhenti, sehingga sebagian otak tidak bisa berfungsi
macam faktor risiko, diantaranya ada faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti
umur, jenis kelamin,berat lahir rendah, ras, faktor keturunan dan kelainan pembuluh
darah bawaan. Risiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setelah usia 50
tahun, setiap penambahan usia tiga tahun meningkatkan risiko stroke sebesar 11-
20%. Orang berusia lebih dari 65 tahun memiliki risiko paling tinggi, walaupun
hampir 25% dari semua stroke terjadi sebelum usia tersebut, dan hampir 4% terjadi
pada orang berusia antara 15 dan 40 tahun (Feigin, 2004). Penelitian berskala cukup
1
besar dilakukan oleh survey ASNA (Asean Neurologic Association) di 28 rumah
sakit di seluruh Indonesia pada penderita stroke akut yang dirawat di rumah sakit,
hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan
dan profil usia dibawah 45 tahun cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun
berjumlah 54,7% dan diatas usia 65 tahun sebanyak 33,5% (Misbach, 2001).
Menurut penelitian Badan Pusat Statistik [BPS] pada tahun 2013, prevalensi penyakit
stroke pada kelompok yang didiagnosis oleh nakes gejala meningkat seiring dengan
bertambahnya umur, tertinggi pada umur ≥75 tahun yaitu, laki-laki sebanyak 43,1%
Stroke telah terbukti menjadi penyebab utama kecacatan kronik di semua lapisan
otak. Namun demikian, gangguan-gangguan yang muncul juga tidak lepas dari
dimana lokasi terjadinya lesi atau penyumbatan pada pembuluh darah otak terjadi,
ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, serta jumlah aliran darah kolateralnya
(Dewi, 2004).
kognitif ini tentu saja dipengaruhi oleh lokasi dari kerusakan otak. Misalnya saja
stroke sumbatan pada otak kiri dapat menyebabkan adanya gangguan kognitif
2
Gangguan fungsi kognitif juga menjadi salah satu parameter kualitas hidup
masyarakat Indonesia. Apabila tidak ditangani dengan baik, gangguan pada fungsi
kualitas hidup penderitanya akan menurun. Salah satu contoh yang paling sederhana
adalah akan terjadinya kepikunan setelah mengalami stroke, yang tentu saja sangat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan penelitian dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif pasien stroke di beberapa Rumah Sakit
2) Tujuan Khusus
3
d. Mengidentifikasi gambaran fungsi kognitif pasien stroke berdasarkan waktu
D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Stroke ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam proses belajar mengajar dan
2. Manfaat Praktis
b. Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa yang ingin meneliti masalah Fungsi
Stroke.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stroke
1. Pengertian
Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah ke otak yang dapat timbul secara mendadak atau secara cepat dengan gejala
atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu (Rosjidi, 2007).
2. Klasifikasi Stroke
a. Stroke Hemoragik
5
meningkatkan tekanan intrakranial, yang memperburuk cedera otak yang
dihasilkannya.
Menurut Price (2006) definisi dari stroke non hemoragik adalah gangguan
serebral yang dapat timbul sekunder dari proses patologis pada pembuluh darah
misalnya trombus, embolus, atau penyakit vaskuler dasar seperti arterosklerosis atau
arteritis yang mengganggu aliran darah serebral sehingga suplai nutrisi dan oksigen
iskemik dapat terjadi akibat trombus (bekuan darah di arteri serebri) atau embolus
(bekuan darah yang berjalan ke otak dari tempat lain di tubuh). Ada dua penyebab
1) Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi akibat oklusi aliran darah, biasanya karena aterosklerosis
berat. TIA adalah gangguan fungsi otak singkat yang reversibel akibat hipoksia
spasme, atau saat kebutuhan oksigen otak meningkat dan kebutuhan ini tidak dapat
kurang dari 24 jam. Stroke trombotik biasanya berkembang dalam 24 jam. Selama
(completed stroke)
6
2) Stroke Embolik
Stroke embolik berkembang setelah oklusi arteri oleh embolus yang terbentuk di luar
otak. Sumber umum embolus yang menyebabkan stroke adalah jantung setelah infark
miokardium atau fibrilasi atrium, dan embolus yang merusak arteri karotis komunis
atau aorta.
3. Etiologi Stroke
a. Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
a. Hipertensi
pembuluh darah otak akan menimbulkan perdarahan, dan ini sangat fatal karena akan
7
terjadi interupsi aliran darah ke bagian distal disamping itu darah ekstravasal akan
b. Diabetes Mellitus
pembuluh darah sehingga akan mengganggu aliran darah serebral dengan akibat
c. Penyakit Jantung
Penyakit jantung pada umumnya akan melepas gumpalan darah atau sel-sel
jaringan yang telah mati ke dalam aliran darah menuju ke otak. Emboli ini akan
satu faktor risiko yang paling penting adalah Fibrilasi Atrium. Fibrilasi Atrium yang
Berbagai faktor risiko stroke yang ada pada seseorang, dapat mengakibatkan
sementara (kurang dari 24 jam). Gejala yang sering muncul seperti: Hemiparesis,
Makin sering seseorang mengalami serangan sepintas ini maka akan semakin besar
8
Sepersepuluh pasca setangan TIA jika tidak mendapatkan pengobatan yang
tepat akan mengalami stroke dalam tiga bulan dan sepertiga akan mengalami stroke
dalam lima tahun pasca serangan TIA yang pertama. Terus akan meningkat
kemungkinan serangan stroke seiring bertumbuhnya usia dan akan lebih tinggi lagi
e. Hiperkolesterolemi
kadar lemak darah merupakan masalah pada masyarakat modern. Peningkatan kadar
lemak darah merupakan cerminan dari tingginya asupan lemak dalam makanan.
darah dan memperlihatkan bagaimana peran lemak yang sangat besar pada proses
tersebut.
pembuluh darah arteri secara berulang akan menimbulkan lesi secara perlahan-
pengikat dan lipid secara bertahap. Lesi-lesi ini akan terus berkembang dan
mengontrol ini hilang atau mati dan tidak diganti secara cukup.
4) Hipotesis lipid, menjelaskan peran serum lipid terutama serum kolesterol sebagai
penyebab ateroma.
9
f. Infeksi
g. Obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas akan meningkatkan risiko stroke 15%
berat badan seseorang, apakah individu mengalami overweight atau kelebihan berat
badan. IMT dihitung dengan cara membagi berat badan individu dalam kilogram
h. Merokok
Merokok meningkatkan risiko stroke empat kali lipat, hal ini berlaku untuk
semua jenis rokok, sigaret, pipa atau cerutu (Feign, 2004). Merokok dapat
trombosit, dan yang lebih berbahaya daya angkut oksigen ke jaringan perifer menjadi
berkurang.
10
i. Kelainan Pembuluh Darah Otak
Pada umumnya kelainan pembuluh darah otak bersifat bawaan atau karena
infeksi dan ruda paksa. Pembuluh darah yang abnormal tadi dapat pecah, robek atau
mengganggu aliran darah spontan sehingga akan menimbulkan perdarahan otak atau
infark.
j. Lanjut usia
darah otak.
Asam urat yang berlebih akan menimbulkan masalah pada persendian dan
ginjal. Tidak sedikit penderita stroke yang kadar asam uratnya sangat tinggi.
5. Patofisiologi Stroke
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan
dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit permanen.
Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang
terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik adalah arteri
serebral tengah dan arteri karotis interna. Defisit fokal permanen dapat tidak
diketahui jika klien pertama kali mengalami iskemik otak total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli,
maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan oksigen
dalam satu menit dapat menunjukkan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan
disebut infark.
glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan oksigen yang
dan degeneratif pembuluh darah yang dapat menyebabkan rupturnya arteri serebral
12
Peredaran biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh fibrin
trombosit dan oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai direabsorbsi.
Ruptur ulangan merupakan risiko serius yang terjadi sekitar 7-10 hari setelah
perdarahan pertama.
menimbulkan iskemik fokal, dan infark jaringan otak. Hal tersebut dapat
serabut). Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan otak.
gangguan pernafasan.
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi hemodialisa, darah
dapat mengiritasi pembuluh darah, meningen, dan otak. Darah dan vasoaktif yang
Spasme serebri atau vasospasme biasa terjadi pada hari ke-4 sampai ke-10 setelah
6. Akibat Stroke
13
Stroke dapat mengakibatkan berbagai defisit neurologis bagi penderitanya,
bergantung pada lokasi lesi, ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah
aliran darah kolateral. Beberapa gangguan yang ditimbulkan oleh stroke antara lain
a. Kehilangan Motorik
kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas,
gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan
kerusakan pada neuron motor atas pada sisi berlawanan dari otak. Disfungsi motor
paling umum adalah hemiplegia karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis, atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain.
b. Kehilangan Komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan
komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa adalah
penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dimanifestasikan oleh tiga hal yaitu
disartia (kesulitan bicara), disfasia atau afasia (bicara detektif atau kehilangan
dipelajari sebelumnya).
c. Gangguan Persepsi
lapang pandang, dapat permanen atau sementara. Pada kasus ini klien hanya mampu
antara dua hal atau objek dalam area spasial. Sering terlihat pada klien yang
mengalami hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa
bagian tubuh), serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil, dan
auditorius.
karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kandung kemih menjadi atonik
memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi
ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman,
lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi masalah
15
frustasi dalam program rehabilitasi mereka. Depresi umum terjadi dan mungkin
diperberat oleh respons alamiah pasien terhadap penyakit katastrofik ini. Masalah
psikologik lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh labilitas emosional,
B. Fungsi Kognitif
1. Pengertian
dan memperhatikan.
rentang perhatian, dan kesulitan berfikir logis. Respon tersebut dapat terjadi secara
episodik atau terjadi terus menerus. Suatu kondisi dapat reversibel atau ditandai
dengan penurunan fungsi secara progresif, bergantung pada stresor. Rentang respon
16
Tegas Ketidaktegasan periodik Ketidakmampuan untuk
membuat keputusan
Memori utuh Mudah lupa
Kerusakan memori dan
Orientasi lengkap Kebingungan sementara penilaian
yang ringan
Persepsi akurat Disorientasi
Kadang salah persepsi
Perhatian terfokus Salah persepsi serius
Distraksibilitas
Pikiran koheren dan logis Ketidakmampuan untuk
Kadang berfikir tidak jelas memfokuskan perhatian
Kesulitan untuk berfikir
logis
Gambar 1
Rentang respon fungsi kognitif (Stuart and Sundeen 1995)
3. Faktor Predisposisi
dari gangguan biologis pada fungsi sistem saraf pusat. Faktor yang mempengaruhi
a. Gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat gizi dasar yang penting lainnya ke
serangan iskemik sementara, hemoragi serebral, dan infark otak kecil multipel.
c. Penyakit Alzheimer.
17
d. Virus imunodefisiensi manusia (HIV).
h. Malnutrisi.
i. Abnormalitas genetik.
4. Faktor Presipitasi
a. Hipoksia.
18
5. Gambaran Klinis Aspek Kognitif
perubahan sekitar yang kontinue. Bila orientasi pasien terganggu, hal ini dapat
disebutkan.
pada masalah yang dihadapi. Konsentrasi merupakan hal yang penting dalam
belajar. Hal ini memberikan kemampuan untuk memproses hal penting yang
lingkungannya.
d. Memori menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Memori membuat kita
mengacu kepada pengalaman lampau. Evaluasi yang akurat dan tepat dari fungsi
memori merupakan salah satu bidang yang paling penting dalam evaluasi fungsi
kognitif. Mereka mungkin lupa tanggal, lupa rincian pekerjaan atau gagal
terdapat gangguan pada bahasa, penilaian faktor kognitif yang lain agak sulit
merupakan hal yang sangat penting. Bila terdapat gangguan, hal ini akan
Secara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka seseorang akan
mengalami gejala yang berbeda, sesuai dengan yang terganggu yaitu (Stuart and
Sundeen, 1995):
memecahkan masalah berkurang, hilang rasa sosial dan moral, impilsif, regresi.
b. Gangguan pada lobus temporalis akan ditemukan gejala amnesia dan demensia.
c. Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala yang
d. Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi seperti
adalah menilai gangguan yang berkaitan dengan fungsi dan struktur otak tertentu
20
a. Stimulasi/rehabilitasi kognitif berkaitan erat dengan proses belajar dengan
kontrol diri.
ada dan merespon kebutuhan evaluasi objektif untuk menilai efektivitas terapi.
untuk lebih memahami kondisi saat ini sehingga dapat beradaptasi dengan
melalui partisipasi aktif dan berorientai pada tujuan yang terfokus untuk
lapisan masyarakat. Penderita yang selamat dari stroke dapat mengalami kecacatan
fungsi kognitif akibat kerusakan otak. Pada dasarnya semua kelainan yang mengenai
kondisi kesadaran secara umum. Pada stroke tahap awal hampir 50% kerusakan
menyebabkan perubahan tingkat kesadaran. Ada yang tidak sadar untuk jangka
kognitif penderita stroke adalah faktor usia dan tingkat pendidikannya. Usia lanjut
merupakan salah satu faktor risiko utama akan timbulnya berbagai penyakit yang
penyakit yang sering ditemukan pada usia lanjut. Pada awal penyakit demensia dapat
ditemukan gejala mudah lupa yang menyebabkan penderita tidak mampu menyebut
kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak
kognitif ini dapat diikitu gangguan perilaku seperti waham (curiga, sampai menuduh
ada yang mencuri barang), halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah,
mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan berkelana. Gejalanya antara
fungsi memori lebih berat sehingga penderita tidak dapat melakukan kegiatan sampai
selesai, tidak mengenal anggota keluarganya dan tidak dapat mengingat tindakan
yang sudah dilakukan sehingga dapat mengulanginya lagi. Selain itu penderita dapat
lingkungannya.
merupakan suatu hal yang propokatif (Santrock, 2004). David Wechsler (2000) yang
22
mengembangkan skala inteligensi menyimpulkan bahwa masa dewasa dicirikan
dengan penurunan kognitif karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang
pada hal ini stroke. Dari banyak penelitian diterima secara luas bahwa kecepatan
pada masa dewasa akhir. Penelitian lain membuktikan bahwa penderita stroke pada
dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan
dalam ingatannya. Ini berarti fungsi kognitif pada pasien stroke sangat erat
hubungannya dengan faktor usia. Semakin bertambahnya usia, fungsi kognitif pada
Selain umur, tingkat pendidikan juga diketahui sebagai salah satu faktor yang
komponen penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif individu berusia lanjut.
sekarang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari
generasi sebelumnya. Hal ini tentu sangat berdampak pada uji tes MMSE (Mini
Mental State Examination) untuk penderita stroke yang berusia lanjut. Kemampuan
intelektual seseorang berkorelasi positif dengan hasil skor pada test fungsi kognitif
Gangguan fungsi kognitif juga dipengaruhi dari lama stroke itu terjadi yaitu
23
Kerusakan pada lokasi otak tertentu menyebabkan gangguan kognisi yang
dan apraksia. Pada hemisfer non dominan gangguan kognitif dapat berupa neglect
(pengabaian) pada salah satu sisi obyek atau ruang. Gangguan kognisi tidak hanya
terjadi pada kerusakan di kortikal, namun dapat juga pada subkorteks karena
otak. Gangguan kognisi juga dapat sekunder akibat gangguan sensorik, visual dan
motorik.
(sampai 3 bulan setelah stroke) atau lebih awal. Pada fase subakut, proporsi
penelitian yang dipakai. Pada fase ini menentukan perkembangan fungsi kognitif
reperfusi dalam waktu 3 bulan stroke. Setelah 3 bulan ukuran kerusakan dan defisit
kognitif cenderung stabil. Rehabilitasi juga ikut menentukan perbaikan kognitif pada
fase ini.
24
BAB III
KERANGKA KONSEP
dalam kegiatan ilmu (Nursalam, 2003). Adapun kerangka konsep untuk penelitian ini
SH SNH
Gambar 2
Keterangan:
: Variabel diteliti
: Variabel tidak diteliti
Raffi dalam (Nursalam, 2003) menyatakan, variabel adalah suatu ciri yang
dimiliki oleh anggota suatu kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan
Dalam penelitian ini akan diteliti satu variabel yaitu fungsi kognitif pada
pasien stroke.
2. Definisi operasional
sebab setiap istilah (variabel) dapat diartikan secara berbeda-beda oleh orang yang
lengkap untuk menetapkan apa yang akan diukur dan bagaimana cara pengukurannya
Tabel 2
Cara
Definisi Skala
Variabel Parameter Mendapatkan Alat Ukur
Operasional Pengukuran
data
1 2 3 4 5 6
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan
gambaran tentang fungsi kognitif pasien stroke. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan one shot di mana dalam pengumpulan dilakukan secara bersamaan dalam
dipilih karena memenuhi kriteria sampel penelitian. Penelitian akan dilakukan pada
yang diteliti. Variabel tersebut bisa berupa orang, kejadian, perilaku atau sesuatu lain
orang.
2. Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan ”sampling” tertentu untuk
bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini peneliti
N
n=
1 + N (d)2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat signifikansi (d=0,05)
60
n=
1 + 60 (0,05)2
60 52,173
n= =
1,15
Dari rumus tersebut didapatkan jumlah sampel adalah 53 orang (hasil pembulatan
dari 52,73) yang terdiri dari seluruh pasien stroke yang dirawat di IRNA D RSUP
3. Kriteria sampel
a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dan terjangkau yang
29
3) Pasien yang bersedia menjadi responden
4. Teknik sampling
Sampling adalah proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk mewakili
populasi. Teknik sampling adalah suatu cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan
menjadi responden sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah responden yangg
1. Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh
langsung dari responden dengan menggunakan instrumen MMSE (Mini Mental State
Examination).
30
Data dikumpulkan langsung dengan cara wawancara dan observasi. Langkah-
Sanglah Denpasar, Selanjutnya meminta izin kepada kepala ruangan rawat inap di
lingkungan IRNA D.
sampel yang memenuhi kriteria inklusi, sampel yang bersedia menjadi responden
penelitian. Yang terahir adalah memberikan lembar persetujuan dan jika subyek
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah MMSE (Mini Mental State
d. MMSE telah diuji validitas dan reabilitas di berbagai populasi. Skor 24-30
31
e. Tehnik yang dipakai dalam instrumen ini yaitu wawancara dan observasi
Instrumen pengumpulan data MMSE (Mini Mental State Examination) terdiri dari:
a. Orientasi
1) Pasien diminta menyebutkan hari, tanggal, bulan, tahun, dan musim sekarang
dengan skor masing-masing jawaban jika benar 1 dan salah 0, jumlah skor 5.
2) Pasien diminta menyebutkan negara, provinsi, kota, RS, dan bagian RS dengan
b. Registrasi
nama benda tersebut diantaranya garputala, reflek hummer, tongue spatel. Setelah
selesai menyuruh penderita menyebutkan, memberi skor 1 untuk tiap benda yang
pasien disuruh mengeja kata “WAHYU” secara terbalik (UYHAW). Skor 1 untuk
setiap jawaban yang benar, dan 0 untuk yang salah, jumlah skor 5.
d. Mengingat Kembali
Menanyakan kembali nama benda yang telah disebutkan pada pertanyaan nomor 3.
Beri skor 1 bagi jawaban yang benar, salah dengan skor 0. Jumlah skor 3.
32
e. Bahasa
yang ditunjuk. Beri skor 1 untuk jawaban yang benar dan skor 0 untuk jawaban
2) Menyuruh pasien mengulang kalimat berikut “Tanpa kalau, dan atau tetapi”.
Beri skor 1 untuk pernyataan kalimat yang benar dan skor 0 untuk kalimat yang
Beri skor 1 untuk setiap tindakan pasien yang benar dan skor 0 untuk setiap
mengandung subyek dan obyek serta mempunyai makna, sallah eja tidak
diperhitungkan bila memberi skor). Skor 1 untuk tulisan yang sesuai, dan skor 0
Beri skor 1 bila semua sisi digambar dan potongan antara segi lima tersebut
menyiapkan data sedemikian rupa agar dapat dianalisis lebih lanjut dan mendapatkan
data yang siap untuk disajikan. Data yang terkumpul diolah melalui cara :
a. Editing
Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para
pengumpul data (Setiadi, 2004). Adapun prosesnya adalah mengecek kembali data
yang telah terkumpul untuk memvalidasi data, bila ada instrumen MMSE belum
lengkap diisi oleh peneliti, instrumen akan dikembalikan kepada responden untuk
b. Koding
dalam kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberikan tanda / kode
kode pada setiap responden, berdasarkan kode yang telah disiapkan peneliti.
34
c. Entry
Jawaban- jawaban yang sudah diberi skor akan diolah secara manual
d. Cleaning
Data yang dikumpulkan diolah dan disajikan secara deskriptif sesuai dengan
tujuan yang diinginkan, dengan menggunakan tabel distribusi atau grafik yang
35
LAMPIRAN I
MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE)
(modifikasi FOLSTEIN)
Nama Pasien:………………..( Lk / Pr )
Umur:………………Pendidikan……...........……Pekerjaan:........…………
Pemeriksa:………………
Tgl………………
REGISTRASI
Ssko 30
r
Tota
l
37
38