Anda di halaman 1dari 20

BAHAN TAMBANG NIKEL PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN

DALAM INDUSTRI
Pendahuluan

Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam


meteorit dan menjadi ciri komponen yang membedakan
meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat
mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel
diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di
kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan
30% kebutuhan dunia akan nikel.

Unsur nikel berhubungan dengan batuan basa yang disebut


norit. Nikel ditemukan dalam mineral pentlandit, dalam bentuk
lempeng-lempeng halus dan butiran kecil bersama pyrhotin
dan kalkopirit. Nikel biasanya terdapat dalam tanah yang
terletak di atas batuan basa. Nikel yang dijumpai berhubungan
erat dengan batuan peridotit. Logam yang tidak ditemukan
dalam peridotit itu sendiri, melainkan sebagai hasil lapukan
dari batuan tersebut. Mineral nikelnya adalah garnerit.

Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751,


merupakan logam berwarna putih keperak-perakan yang
berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam logam peralihan,
sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadapoksidasi
dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu
yang ekstrim (Cotton  dan Wilkinson, 1989). Nikel digunakan
dalam berbagai aplikasi komersial dan industri, seperti
:pelindung baja (stainless steel), pelindung tembaga, industri
baterai, elektronik, aplikasi industri pesawat terbang, industri
tekstil, turbin pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat
magnet kuat,pembuatan alat-alat laboratorium (nikrom), kawat
lampu listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian, dan berbagai
fungsi lain (Gerberding J.L., 2005).

1. Tambang Nikel di Indonesia

Tambang Nikel di Indonesia terdapat di Kalimantan Barat,


Maluku, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan
Sulawesi Tenggara. Di alam, proses penambangan nikel
dimulai dengan mengupas tanah permukaan (10-20 meter)
kemudian dibuang ketempat tertentu atau digunakan untuk
menutup lokasi purnatambang. Lapisan tanah mengandung
nikel berkadar tinggi selanjutnya diambil dengan
menggunakan alat mekanis atau non mekanis dan diangkut
untuk diolah di pabrik dan sebagaianditimbun di sekitar
wilayah perairan pesisir untuk selanjutnya dalam bentuk
mentah di ekspor keluar negeri. Nikel terbentuk bersama
dengan belerang dalam millerite (NiS), dengan arsenikdalam
galian nikolit (NiAs), dan dengan arsenik dan belerang dalam
(nikel glance). Nikel juga terbentuk bersama-sama dengan
chrom dan platina dalam batuan ultrabasa. Terdapat dua
jenisendapan nikel, yaitu sebagai hasil konsentrasi residu
silika dan pada proses pelapukan batuan beku ultra basa serta
sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya
berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalko pirit.

Di perairan nikel ditemukan dalam bentuk koloid. Garam-


garam nikel misalnya nikelamonium sulfat, nikel nitrat, dan
nikel klorida bersifat larut dalam air. Pada kondisi aerob dan
pH< 9, nikel membentuk senyawa kompleks dengan
hidroksida, karbonat, dan sulfat dan selanjutnya mengalami
presipitasi. Demikian juga pada kondisi anaerob, nikel bersifat
tidak larut(Moore, 1990dalam Effendi, 2003). Di muara sungai,
nikel menunjukan konsentrasi yang semakin meningkat
dengan peningkatan kekeruhan. Peningkatan konsentrasi nikel
terlarut pada tingkat kekeruhan yang tinggi terjadi karena
proses desorpsi dari partikel-partikel yang ada dimuara sungai
dan proses resuspensi.

 Proses Pengolahan dan Sistem Penambangan Nikel

Sumber daya (resouces) dan cadangan (reserve) nikel


umumnya keterdapatannya di alam terletak tidak terlalu
dalam dari permukaan. Oleh karena itu, sistem penambangan
yang yang biasa digunakan pada penambangan nikel di
indonesia adalah dengan sistem tambang terbuka seperti
sistem open cast dan atau sistem open pit. Pada kedua
sistem tersebut terdiri beberapa tahapan, antara lain.

1. Land Clearing

Proses land clearing merupakan proses awal sebelum


penggalian mareial bijih nikel dilakukan. Pada proses ini,
vegetasi yang terdapat diatas cadangan nikel dibersihkan
terlebih dahulu untuk memudahkan pembongkaran dan
penggalian material tanah penutup dan bijih nikel yang akan
dilakukan kemudian.

1. Top soiling

Top soiling merupakan tahapan selanjutnya yang akan


dilakukan setelah tahap land clearing telah selesai dilakukan.
Pada tahap ini, lapisan tanah pucuk (top soil) yang
mengandung humus dan unsur hara yang penting untuk
kesuburan tanah dikupas, diangkut lalu ditimbun pada suatu
lokasi khusus (dipisahkan dari mateial tanah
penutup/overburden) yang telah dipersiapkan untuk menimbun
tanah pucuk ini (top soil bank).

Hal ini dilakukan dengan harapan kondisi dan komposisi tanak


pucuk tersebut tidak berubah dan dapat digunakan kembali
ketika proses reklamasi dan revegetasi dilakukan setelah
operrasi penambangan selesai dilakuakan.

1. Pengupasan dan pengangkutan tanah penutup


(Overburden)

Tahapan ini dilakukan bila tahapan land clearing dan top


soiling telah selesai dilakukan. Endapan cadangan timah
(saprolit dan limonit) biasanya terletak dibawah lapisan tanah
yang tidak mengandung atau memiliki kadar nikel yang
rendah. Sehingga untuk menambangnya diperlukan
pengupasan dan pengangkutan lapisan tanah penutup
(overburden) terlebih dahulu. Proses ini akan menggunkan
kombinasi peralatan tambang berupa back hoe dan dump truk.
Tanah penutup yang telah dikupas tersebut kemudian akan
ditimbun pada lokasi penimbunan (disposal area).

1. Pengupasan dan penganguktan bijih nikel

Setelah pengupasan lapisan tanah penutup selesai dilakukan,


maka penambangan nijih nikel (saprolit dan limonit) dapat
dilakuakn. Tahapan penambangan ini dikakukan dengan
dengan mengunakan kombinasi peralatan back
hoe dan dump truk. Bijih nikel yang telah ditambnag
kemudian akan diangkut ke stock pile untuk di timbun
sementara pada lokasi tambang, atau langsung menuju lokasi
pabrik pengolahan maupun dikirim ke pelabuhan untuk dikrim
ke lokasi yang telah ditentukan.
1. Penimbunan

Kegiatan penambangan akan menghasilkan perubahan bentuk


muka bumi jika yang berupa cekungan-cekungan pada bekas
lokasi penambangan. Oleh karena itu, perusahaan tambnagn
memiliki kewajiban untuk melakukan kegiatan penimbunan
pada lokasi bekas tambang sehingga berubahan bentang alam
yang terjadi dapat diminimalisasi. Kegiatan penimbunan
menggunakan kombinasi peralatan back hoe dan bulldozer.

1. Pengangkutan

Setelah ditambang, mateial bijih nikel selanjutnya akan


diangkut menuju lokasi pengolahan untuk diolah untuk
menghasilkan bahan olahan nikel maupun pelabuhan untuk
dikirm meuju pihak pembeli. Proses pengangkutan bijih nikel
maupun bahan olahan nikel menggunakan kombinasi peralatan
dump truck dan kapal tongkang (tug boat).

1. Teknologi Pengolahan Bijih Nikel

Secara umum teknologi pengolahan bijih bikel untuk menjadi


bahan olahan nikel dapat dibagi menjadi dua macam yang
terdiri dari Pirometalurgi dan Hidrometalurgi, yang dijelaskan
sebagai berikut :

1. Pirometalurgi

Proses pengolahan bijih nikel dengan menggunakan teknologi


pengolahan pirometalurgi yaitu proses ekstraksi bijih nikel
dengan menggunakan suhu tinggi. Biasanya teknologi ini
digunakan untuk kriteria bijih dengan kadar nikel yang tinggi
(kadar Ni > 1,5 %). Hasil akhir pengolahan dengan
menggunkan teknologi ini berupa ferronikel dalam bentuk
ingot danatau granular nikel matte.

1. Hidrometalurgi

Proses pengolahan bijih nikel dengan penggunkan teknologi


hidrometalurgi adalah proses ekstraksi bijih nikel dengan
menggunakan proses pelindian (leaching) dengan
menggunakan reagent-reagent tertentu. Teknologi ini
biasanya digunakan untuk pengelohan bijih nikel dengan kadar
rendah. Hasil akhir pengolahan ini berupa nikel (Ni).

Diagram Alir Pengolahan Bijih Nikel

Diagram alir pengolahan bijih nikel dengan metode


pirometalurgi dapat dilihat pada skema sebagai berikut ini :

source image : bahan presentasi kuliah program studi t.


metalurgi itb

Sedangkan pengolahan bijih nikel dengan menggunakan


metode hidrometalurgi dapat dilihaat pada skema berikut:

source image : bahan presentasi kuliah program studi t.


metalurgi itb

1. Proses Kimia Pembentukan Nikel

Nikel terbentuk bersama mineral silikat kaya akan unsur Mg


(ex: olivin). Olivin adalah jenis mineral yang tidak stabil
selama pelapukan berlangsung. Saprolite adalah produk
pelapukan pertama, meninggalkan sedikitnya 20% fabric dari
batuan aslinya (parent rock). Batas antara batuan
dasar, saprolite  dan  wathering front tidak jelas dan bahkan
perubahannya gradasional. Endapan nikel laterite dicirikan
dengan adanya speroidal weathering
sepanjang joints dan fractures ( boulder saprolite). Selama
pelapukan berlangsung, Mg larut dan Silika larut bersama
groundwater. Ini menyebabkan fabric dari batuan induknya is
totally change. Sebagai hasilnya, Fe-Oxide mendominasi
dengan membentuk lapisan horizontal diatas saprolite yang
sekarang kita kenal sebagai Limonite. Benar bahwa Nikel
berasosiasi dengan Fe-Oxide terutama dari jenis Goethite.
Rata-rata nikel berjumlah 1.2 %.

Proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas
dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan disintegrasi dan
dekomposisi pada batuan induk. Pada pelapukan kimia
khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara
dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-
mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan
ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si cenderung
membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat
halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap
sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-
mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat
permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta
unsur cobalt dalam jumlah kecil.

Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus


kebawah selama larutannya bersifat asam, hingga pada suatu
kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak
dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk
membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung
dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang
mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-
celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat
garnierit dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan
membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang
berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya
seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan
terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan
diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi
celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan induk. Di
lapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara
zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut
dengan akar pelapukan (root of weathering)

 Kondisi Mineralogy
Endapan nikel laterite terbentuk baik pada mineral
jenis silicate  atau oxide. Kemiripan radius ion Ni2+ dan
Mg2+  memungkinkan substitusi ion diantara keduanya.
Umumnya, mineral bijih dari jenis hidrous silicate seperti talc,
smectite, sepiolite, dan chlorite terbentuk selama proses
metamorphisme temperature rendah dan selama proses
pelapukan dari batuan induk. Umumnya, mineral – mineral
tersebut mempunyai variasi ratio Mg dan Ni.
Mineral garnierite dari jenis silicate mempunyai ciri poor
kristalin, texture afanitik, dan berstuktur seperti serpentinite
(Brindley,1978).

 Kondisi Topografi dan Morfologi

Dua faktor tersebut sangat penting dalam endapan nikel laterit


karena kaitannya dengan posisi water table, stuktur dan
drainage. Zona enrichment nikel laterite berada di topografi
bagian atas (upper hill slope,crest, plateau, atau terrace).
Kondisi water table pada zona ini dangkal,apalagi ditambah
dengan adanya zona patahan n shear or joint. In
consequence, akan mempercepat proses palarutan kimia
(leaching processes) yang pada akhirnya akan terbentuk
endapan saprolite mengandung nikel yang cukup tebal.
Kondisi seperti ini dapat dijumpai di beberapa tempat sepeti
Indonesia, New Caledonia, Ural (Russia) dan Columbia.
Sebaliknya, pada topografi yang rendah, water table yang
dalam akan menghambat proses pelarutan unsur – unsur dari
batuan induk (baca: enrichment proses).

 Pengaruh Iklim

Tempat – tempat yang beriklim tropis seperti Indonesia,


Columbia memungkinkan untuk terjadinya endapan Nikel
laterite. Kondisi curah hujan yang tinggi,temperatur yang
hangat ditambah dengan aktivitas biogenic akan
mempercepat proses pelapukan kimia, dimana Nikel laterite
bisa mudah terbentuk.

1. Produk Olahan Nikel

Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa teknologi


pengolahan bijih nikel dapat dibagi menjadi dua macam
teknologi yang mempunyai produk akhir yang berbeda-beda.
Produk olahan dari bijih nikel yang umumnya dihasilkan
diindonesia adalah sebagai berikut.

 Ferronikel (menggunakan teknologi pirometalurgi)


 Nikel Matte (menggunakan teknologi pirometalurgi)
 Nikel (menggunakan teknologi hidrometalurgi)

Proses pengolahan biji Nikel dilakukan untuk menghasilkan


Nikel matte yaitu produk dengan kadar Nikel di atas 75 %.
Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan adalah sebagai
berikut:

 Pengeringan di Tanur Pengering bertujuan untuk


menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok dari
bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran 25
mm.
 Kalsinasi dan Reduksi di Tanur untuk menghilangkan
kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian Nikel
oksida menjadi Nikel logam, dan sulfidasi.
 Peleburan di Tanur Listrik untuk melebur kalsin hasil
kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan matte
dan terak
 Pengkayaan di Tanur Pemurni untuk menaikkan kadar Ni
di dalam matte dari sekitar 27 % menjadi di atas 75 %
 Granulasi dan Pengemasan untuk mengubah bentuk
matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap
diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.

1. Sifat-Sifat Nikel

Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang


memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai
sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek,
tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya,
dapat membentuk baja tahan karat yang keras, mudah
ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor
yang agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong
dalam grup logam besi-kobal,  yang dapat menghasilkan alloy
yang sangat berharga.

1. Sifat Fisik
Nikel merupakan unsur logam dengan fasa padat, memiliki
massa jenis sekitar 8,908 g/cm3 serta massa jenis cair saat
melewati titik didihnya 7,81 g/cm3. Titik lebur dari Nikel adalah
1455oC, sedangkan titik didihnya adalah 2913oC. Kalor
peleburan Nikel adalah 14,48 kJ/mol, sedangkan kalor
penguapan Nikel adalah 377,5 kJ/mol, dan kapasitas kalor
saat suhu ruang adalah 26,07 J/(molK).

1. Sifat Kimia

Informasi dasar

Nama                                               :
Nikel

Simbol                                             :
Ni

Nomor Atom                                   : 28

Massa Atom                        : 58.6934 amu

Titik Leleh                           : 1453.0 °C (1726.15


K, 2647.4 °F)

Titik Didih                           : 2732.0 °C (3005.15


K, 4949.6 °F)

Jumlah Protons/Elektron     : 28

Jumlah Neutron                   : 31

Klasifikasi                            : Transition Metal

Struktur kristal                     : Cubic

Massa jenis @ 293 K                       : 8.902 g/cm3

Warna                                              :
Putih dasar

Jumlah Tingkat Energi         : 4

Energi pertama level                        : 2

Energi Kedua Level            : 8

Energi Ketiga Level            : 16

Energi Keempat Level         : 2


Isotopes
Isotope Half Life

Ni-56 6.1 days

Ni-57 35.6 hours

Ni-58 Stable

Ni-59 76000.0 years

Ni-60 Stable

Ni-61 Stable

Ni-62 Stable

Ni-63 100.0 years

Ni-64 Stable

Ni-65 2.51 hours

Fakta.

Tanggal Penemuan      : 1751

Penemu                       : Alex Cronstedt

Nama Asal                  : Dari kata kupfernickel


Jerman (Tembaga Palsu)

Kegunaan        : Paduan Logam Elektroplating, nikel-


kadmium baterai
Di peroleh dari            : pentlandit

Keterangan unsur:
 Volume Atom : 6.6 cm3/mol
 Struktur Kristal : fcc
 Massa Jenis : 8.9 g/cm3
 Konduktivitas Listrik : 14.6 x 106 ohm-1cm-1
 Elektronegativitas : 1.91
 Konfigurasi Elektron : [Ar]3d8 4s2
 Formasi Entalpi : 17.2 kJ/mol
 Konduktivitas Panas : 90.7 Wm-1K-1
 Potensial Ionisasi : 7.635 V
 Bilangan Oksidasi : 2,3
 Kapasitas Panas : 0.444 Jg-1K-1
 Entalpi Penguapan : 377.5 kJ/mol

 Manfaat dan Penggunaan Nikel

Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial dan


industri, seperti : pelindung baja (stainless steel), pelindung
tembaga, industri baterai, elektronik, aplikasi industri pesawat
terbang, industri tekstil, turbin pembangkit listrik bertenaga
gas, pembuat magnet kuat,pembuatan alat-alat laboratorium
(nikrom), kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk
pertanian, dan berbagai fungsi lain (Gerberding J.L., 2005)

 Paduan Nikel

Nikel (Ni) adalah logam perak-putih yang ditemukan pada


tahun 1751 dan unsur paduan utama yang memberikan
kekuatan, ketangguhan, dan ketahanan korosi. Yang biasanya
digunakan secara luas pada baja stainless dan paduan
berbasis nikel (yang biasa disebut superalloy). Paduan nikel
digunakan pada aplikasi temperatur tinggi (seperti komponen
mesin jet, roket, dan pembangkit listrik tenaga nuklir), dalam
penanganan makanan dan peralatan pengolahan kimia, koin,
dan dalam perangkat kapal laut. Karena nikel mempunyai sifat
magnetik, paduan nikel juga digunakan dalam aplikasi
elektromagnetik, seperti solenoida. Penggunaan utama nikel
yaitu sebagai logam untuk electroplating dari part untuk
permukaannya dan untuk peningkatan ketahanannya terhadap
korosi dan keausan. Paduan nikel memiliki kekuatan tinggi
dan tahan korosi pada temperatur tinggi. Pemaduan unsur
nikel kromium, kobalt, dan molibdenum. Sifat paduan nikel
dalam mesin, pembentuk, casting, dan pengelasan dapat
dimodifikasi dengan berbagai unsur paduan lainnya.

Berbagai paduan nikel, memiliki berbagai kekuatan pada


temperatur yang berbeda, telah dikembangkan .Meskipun
nama dagang masih digunakan secara umum, paduan nikel
sekarang diidentifikasi dalam sistem UNS  dengan huruf N.
Jadi, hastelloy G yang sekarang adalah
N06007. Monel adalah paduan nikel-tembaga. Inconel adalah
paduan nikel-kromium  dengan tegangan tarik hingga 1400
MPa.

Hastelloy (paduan nikel-kromium) memiliki ketahanan korosi


yang baik dan kekuatan tinggi pada suhu yang
tinggi. Nichrome (paduan nikel, kromium, dan besi) memiliki
ketahanan listrik tinggi dan ketahanan yang tinggi terhadap
oksidasi dan digunakan untuk elemen pemanas listrik. Invar
dan kovar (paduan besi dan nikel) memiliki sensitivitas yang
relatif pada suhu rendah

1. Superalloy
Superalloy sangat penting untuk aplikasi temperatur tinggi,
oleh karena itu, mereka juga dikenal sebagai paduan tahan
suhu panas atau tinggi. Superaloy umumnya memiliki
ketahanan yang baik terhadap korosi, kelelahan mekanis dan
termal, getaran mekanik dan termal, rambatan, dan erosi pada
temperatur tinggi. Aplikasi utama dari superalloy adalah untuk
mesin jet dan turbin gas. Aplikasi lain mesin torak, mesin
roket, alat-alat dan cetakan untuk perlakuan panas logam,
nuklir, kimia, dan industri petrokimia. Secara umum,
superalloy diidentifikasi dengan nama dagang atau sistem
penomoran khusus, dan mereka tersedia dalam berbagai
bentuk. Kebanyakan superalloy memiliki ketahanan suhu
maksimum sekitar 1000o C dalam aplikasi struktural. Suhu
dapat setinggi 1.200o C untuk komponen bantalan non beban.

Superaloy  terdiri dari berbasis besi, berbasis kobalt, atau


berbasis nikel:

Superalloy berbasis Besi pada umumnya mengandung 32-67%


Fe, dari 15 sampai dengan 22% Cr, dan 9-38% Ni. Paduan
umum dalam kelompok ini adalah seri incoloy.

Superalloy berbasis Cobalt pada umumnya mengandung 35-


65% Co, dari 19 menjadi 30% Cr, dan naik 35%
Ni. Superalloy ini tidak sekuat superalloy berbasis nikel,
tetapi mereka mampu mempertahankan kekuatan mereka
pada suhu yang lebih tinggi.

Superalloy berbasis Nikel adalah yang paling umum dari


superalloy, dan mereka tersedia dalam berbagai macam
komposisi (tabel 6.9). komposisi nikel adalah 38-76%. Mereka
juga mengandung 27% Cr dan 20% paduan Co. Biasanya
paduan dalam kelompok ini adalah Hastelloys, Inconel,
Nimonic, Rene, udimet, astroloy, dan seri waspaloy.

1. Stainless Steel
Stainless Steel (SS) adalah baja dengan sifat ketahanan korosi
yang sangat tinggi di berbagai kondisi lingkungan. Nikel
digunakan sebagai unsur penstabil austenit, yang berarti
penambahan nikel pada besi paduan mempromosikan
perubahan struktur kristal dari BCC (ferritic) ke fcc
(austenitic). Jadi nikel digunakan untuk menaikkan kekuatan,
memperbaiki sifat kelelahan dan meningkatkan keuletan besi.

Penambahan nikel menunda pembentukan fasa intermetalik


yang merusak pada austenitic SS tetapi nikel kurang efektif
dibanding nitrogen pada DSS. Sruktur fcc membuat austenitic
stainless steels memiliki ketangguhan tinggi. Kehadirannya
dari sekitar setengah struktur mikro duplex meningkatkan
ketangguhan duplex dibanding Ferritic SS.

1. Copper-Nikel-Silikon Alloys

“Nickel Silicon Bronze Alloys, which is an age-hardening alloy,


higher alloyed in comparison with CuNi1.5Si, for current-
carrying formed parts. It has an a-structure with very fine
precipitations and recommends itself both for lead frames
which require a high rigidity of the pins and for connector with
high demands on the electrical conductivity, strength and
relaxation behavior. In addition, the CuNi2Si can also be used
for current-carrying formed parts and contact springs due to
its good fatigue strength, forming and spring
properties.”(ecplaza.com,2010)
Jika Nikel dan Silikon dalam perbandingan 4 : 1, yaitu 4 bagian
Nikel dan 1 bagian Silikon dipadukan di
dalam Copper (Tembaga) pada Temperatur tinggi maka akan
terbentuk sebuah unsur yang disebut Nikel Silicide (Ni2Si)
dan pada Temperatur rendah paduan ini akan sesuai untuk
pengendapan dalam perlakuan panas, dimana proses
pelarutan akan diperoleh dalam proses Quenching dari
Temperatur 7000C dan akan diperoleh sifat paduan Tembaga
yang lunak dan ulet, kemudian dilanjutkan dengan
memberikan pemanasan pada Temperatur 4500C maka akan
meningkatkan kekerasan serta tegangan dari paduan
Tembaga tersebut. %tase kadar Nikel dan Silikon ini
disesuaikan dengan kebutuhan dari sifat yang dihasilkannya,
biasanya diberikan antara 1 % hingga 3 % . Paduan Tembaga
Sehingga akan memiliki sifat Thermal dan electrical
Conductivity yang baik dan tahan terhadap pembentukan kulit
dan oxidasi serta dapat mempertahankan sifat mekaniknya
pada Temperatur tinggi dalam jangka waktu yang lama.

1. Nikel – Silver

“Nickel silver,also known as  German


silver,  paktong,  newsilver  or  alpacca  (or  alpaca), is
a  copper  alloy  with  nickel  and often  zinc. The usual
formulation is 60% copper, 20% nickel and 20% zinc.”
(wikipedia.org,2010).

Nikel – Silver sebenarnya tidak mengandung unsur Silver,


penamaan ini dikarenakan    penampilan dari paduan ini
menyerupai  silver. Komposisinya terdiri atas Copper, Nikel
dan Seng (Zinc). Semua paduan dari jenis ini dapat dikerjakan
atau dibentuk dengan pengejaan dingin (cold working), akan
tetapi dengan meminimalkan tingkat kemurniannya paduan ini
juga memungkinkan untuk pengerjaan panas (hot working).
Nikel Silver mengandung kadar Tembaga antara 55 % sampai
68 % dan paduan dengan kadar Nikel antara 10 % hingga 30 %
banyak digunakan dalam pembuatan sendok dan garpu.
Paduan yang dibuat dalam bentuk plat dengan type EPNS
sebagai derajat kesatu dengan kadar Nikel 18 % digunakan
sebagai bahan pegas pada kontaktor peralatan listrik.

1. Bahaya Toksik Nikel

Logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum


untuk kelompok logam berat dan metaloid yang densitasnya
lebih besar dari 5 g/cm3 (Hutagalung et al., 1992). Logam
beratadalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar
dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kananbawah sistem periodik,
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya
bernomoratom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7
(Miettinen, 1977). Afinitas yang tinggi terhadap unsur S
menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam
enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus
karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan
logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-
sel membran yang menghambat proses transformasi melalui
dinding sel (Manahan, 1977).

Di perairan, logam berat dapat ditemukan dalam bentuk


terlarut dan tidak terlarut. Logamberat terlarut adalah logam
yang membentuk senyawa kompleks dengan senyawa organik
dan anorganik, sedangkan logam berat yang tidak terlarut
merupakan partikel-partikel yang berbentuk koloid dan
senyawa kelompok metal yang teradsorbsi pada
partikelpartikel yang tersuspensi.

Sedikitnya terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka


bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat.
Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam beratdapat
dibagi dalam dua jenis.Pertama, logam berat esensial, di mana
keberadaannya dalamjumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh
organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat
menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Ni,
Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis
kedua, logam berat tidak esensial atau beracun, dimana
keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui
manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun,seperti Hg, Cd,
Pb, Cr dan lain-lain (Connel dan Miller 1995).

Logam berat umumnya ditemukan dalam bentuk %yawaan


dengan unsur lain, dan sangat jarang ditemukan dalam elemen
tunggal. Unsur ini dalam kondisi suhu kamar tidak selalu
berbentuk padat melainkan ada yang berbentuk cair. Logam
berat di perairan memiliki sifat konserfatif dan nonkonservatif.
Sifat konservatif menunjukan kestabilan konsentrasi suatu
komponen, hal ini berarti bahwa konsentrasi suatu komponen
cenderung tetap dan tidakterpengaruh dengan proses-proses
fisik dan biologi yang ada di perairan, ditunjukkan dengan
proses pergerakan (removal), peningkatan konsentrasi
(addition), dan pergerakan sekaligus peningkatan konsetrasi
(removal dan addition) (Hutagalung dan Razak, 1992).

Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme


air untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya, antara
lain dalam pembentukan haemosianin dalam sistem darah dan
enzimatik pada biota (Darmono, 1995). Berdasarkan sifat kimia
dan fisikanya, maka tingkat ataudaya racun logam berat
terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah)
sebagai berikut merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah
hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co) (Sutamihardja
dkk, 1982). Menurut Darmono (1995) daftar urutan toksisitas
logam paling tinggi ke paling rendah terhadap manusia yang
mengkomsumsi ikan adalah sebagai berikut Hg2+ >
Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ Sn2+ > Zn2+.
Sedangkan menurut Kementrian Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas logam beratdapat
dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu:

 Bersifat toksik tinggi (Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn)


 Bersifat toksik sedang (Cr, Ni, dan Co)
 Bersifat tosik rendah (Mn dan Fe).

Kadar nikel di perairan tawar alami adalah 0,001 – 0,003


mg/liter (Scoullos dan Hatzianestis, 1989,in Moore,1990
in Effendi 2003); sedangkan pada perairan laut berkisar
antara 0,005 – 0,007 mg/liter (Mc Neely et al., 1979).

Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara


langsung terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya
secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini
berkaitandengan sifat-sifat logam berat ( PPLH-IPB, 1997;
Sutamihardja dkk, 1982) yaitu :

 Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam


lingkungan perairan dan   keberadaannya secara alami
sulit terurai (dihilangkan)
 Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang
dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia
yang mengkomsumsi organisme tersebut
 Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga
konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam
dalam air
 Mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang
akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke
dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar
potensial dalamskala waktu tertentu

Walaupun terjadi peningkatan sumber logam berat, namun


konsentrasinya dalam air dapat berubah setiap saat. Hal ini
terkait dengan berbagai macam proses yang dialami oleh
senyawa tersebut selama dalam kolom air. Parameter yang
mempengaruhi konsentrasi logam berat di perairan adalah
suhu, salinitas, arus, pH dan padatan tersuspensi total atau
seston.

Nikel dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh, tetapi bila


terdapat dalam jumlah yang terlalu tinggi dapat berbahaya
untuk kesehatan manusia, Yaitu : menyebabkan kanker paru-
paru, kanker hidung, kanker pangkal tenggorokan dan kanker
prostat, merusak fungsi ginjal,meyebabkan kehilangan
keseimbangan, menyebabkan kegagalan respirasi, kelahiran
cacat,menyebabkan penyekit asma dan bronkitis kronis serta
merusak hati.

Gerberding J.L (2005) melaporkan bahwa dalam konsentrasi


tinggi nikel di tanah berpasir merusak tanaman dan di
permukaan air dapat mengurangi tingkat pertumbuhan algae.
Lebih lanjut dikatakan bahwa nikel juga dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme, tetapimereka biasanya
mengembangkan perlawanan terhadap nikel setelah beberapa
saat. Ketoksikan nikel pada kehidupan akuatik bergantung
pada spesies, pH, kesadahan dan faktor lingkungan lain
(Blaylock dan Frank, 1979).

1. Inovasi Produk atau Manfaat dari Bahan Dasar Nikel

Teknologi pengolahan biji nikel menjadi sponge iron content


nickel. Cadangan biji nikel Indonesia mencapai lebih dari 1
milyar ton. Biji nikel tersebut saat ini sebagian besar dijual
dalam bentuk raw material sebanyak lebih dari 6.5 juta
ton/tahun dengan harga hanya ± 30 US$/ton. Padahal setelah
menjadi nickel matt harganya lebih dari 24.000 US$/ton. Untuk
bisa memproduksi nickel matt diperlukan investasi yang
mencapai milyaran dolar dan didukung Power Plant dengan
daya lebih dari 200 megawatt.

Karena itulah diperlukan inovasi pengolahan biji nikel menjadi


sponge iron content nickel dengan peralatan yang dibuat di
dalam negeri dan berbasis bahan bakar batubara. Biji nikel
diolah dengan menggunakan tepung batubara untuk menjadi
sponge iron lalu bisa diolah lagi menjadi nickle matt dengan
kopula hot blast batubara.
1. Perspektif:

Dengan pasokan persediaan biji nikel yang sangat besar di


Indonesia maka industri pengolahan barang jadi dari nikel
sangat potensial untuk digarap karena bisa mendatangkan
added value sampai ribuan kali

1. Keunggulan Inovasi:

 Teknologi kopula hot blast bisa dibuat di dalam negeri.


 Menggunakan batubara yang tersedia banyak di
Indonesia.
 Hasil produk memiliki nilai tambah sangat tinggi.

1. Potensi Aplikasi

Inovasi metode pengolahan biji nikel alternatif ini dapat


dikembangkan, untuk membangun kemampuan nasional dalam
mengolah hasil-hasil tambang bernilai tinggi, tapi dengan
investasi yang tidak terlalu besar.

1. Ide lain dari bahan Nikel

Bijih nikel dibagi dalam dua tipe, bijih sulfida dan oksida atau
laterit. Hingga saat ini, sebagian besar nikel yang digunakan di
dunia bersumber dari pengolahan bijih nikel sulfida.
Pengolahan nikel dari bijih laterit membutuhkan energi yang
tinggi dikarenakan kadarnya yang relatif rendah (1-2% Ni), di
mana bijih nikel laterit ini sangat sulit untuk dikonsentrasi
sebagaimana bijih sulfida. Kenyataannya, cadangan bijih nikel
terbesar di bumi adalah bijih nikel laterit, termasuk di
Indonesia. Secara konvensional, proses ekstraksi nikel dari
bijih nikel laterit dilakukan melalui jalur pirometalurgi dan
hidrometalurgi. Secara umum, pengolahan dengan cara
konvensional tersebut membutuhkan biaya investai yang
tinggi dan biaya operasi yang mahal serta dampak lingkungan
yang harus dikendalikan dengan ketat. Hingga saat ini,
teknologi yang efektif dan efisien serta ramah lingkungan
masih terus diteliti.

Salah satu alternatif teknologi pengolahan bijih nikel laterit


adalah dengan bioleaching. Bioleaching  merupakan proses
ekstraksi nikel dengan memanfaatkan aktivitas bakteri.
Dengan metode ini, tidak diperlukan asam sulfat anorganik
sehingga tidak diperlukan pendirian pabrik asam sulfat (acid
plant) yang akan dengan sendirinya menurunkan biaya modal
dan biaya operasi pabrik. Selain itu, bakterinya pun mudah
untuk dikembangbiakkan dengan bioteknologi yang ada
sekarang. Dari aspek lingkungan, bioleaching juga lebih
ramah lingkungan karena kuantitas limbahnya sedikit dan
bersifat organik. Bakteri yang dimanfaatkan untuk pelindian
(leaching) dikembangkan dari daerah asal bijih. Bila
teknologi bioleaching berhasil diterapkan pada ekstraksi
nikel dari bijih laterit maka akan memberikan keuntungan
berupa reduksi kebutuhan energi, reduksi biaya dan ramah
lingkungan.

Tahap-tahap yang dilakukan untuk implementasi teknologi ini


dimulai dengan uji berskala laboratorium. Dari serangkaian
percobaan yang dilakukan, akan didapatkan beberapa
parameter yang terkait dengan proses bioleaching, seperti
media dan nutrisi yang paling cocok untuk bakteri,  ukuran
partikel bijih, persen padatan, suhu, dan laju pengadukan yang
paling optimal, spesies bakteri, serta persen ekstraksi nikel.
Setelah tahap ini dilalui, maka dilanjutkan dengan pilot
project yang merupakan uji yang berskala lebih besar dari
laboratorium (scale up). Teknologi ini dapat diterapkan di
industri setelah dinyatakan layak melalui studi aspek teknis,
ekonomi dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai