DALAM INDUSTRI
Pendahuluan
1. Land Clearing
1. Top soiling
1. Pengangkutan
1. Pirometalurgi
1. Hidrometalurgi
Proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas
dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan disintegrasi dan
dekomposisi pada batuan induk. Pada pelapukan kimia
khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara
dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-
mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan
ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si cenderung
membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat
halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap
sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-
mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat
permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta
unsur cobalt dalam jumlah kecil.
Kondisi Mineralogy
Endapan nikel laterite terbentuk baik pada mineral
jenis silicate atau oxide. Kemiripan radius ion Ni2+ dan
Mg2+ memungkinkan substitusi ion diantara keduanya.
Umumnya, mineral bijih dari jenis hidrous silicate seperti talc,
smectite, sepiolite, dan chlorite terbentuk selama proses
metamorphisme temperature rendah dan selama proses
pelapukan dari batuan induk. Umumnya, mineral – mineral
tersebut mempunyai variasi ratio Mg dan Ni.
Mineral garnierite dari jenis silicate mempunyai ciri poor
kristalin, texture afanitik, dan berstuktur seperti serpentinite
(Brindley,1978).
Pengaruh Iklim
1. Sifat-Sifat Nikel
1. Sifat Fisik
Nikel merupakan unsur logam dengan fasa padat, memiliki
massa jenis sekitar 8,908 g/cm3 serta massa jenis cair saat
melewati titik didihnya 7,81 g/cm3. Titik lebur dari Nikel adalah
1455oC, sedangkan titik didihnya adalah 2913oC. Kalor
peleburan Nikel adalah 14,48 kJ/mol, sedangkan kalor
penguapan Nikel adalah 377,5 kJ/mol, dan kapasitas kalor
saat suhu ruang adalah 26,07 J/(molK).
1. Sifat Kimia
Informasi dasar
Nama :
Nikel
Simbol :
Ni
Nomor Atom : 28
Jumlah Protons/Elektron : 28
Jumlah Neutron : 31
Warna :
Putih dasar
Ni-56 6.1 days
Ni-57 35.6 hours
Ni-58 Stable
Ni-59 76000.0 years
Ni-60 Stable
Ni-61 Stable
Ni-62 Stable
Ni-63 100.0 years
Ni-64 Stable
Ni-65 2.51 hours
Fakta.
Keterangan unsur:
Volume Atom : 6.6 cm3/mol
Struktur Kristal : fcc
Massa Jenis : 8.9 g/cm3
Konduktivitas Listrik : 14.6 x 106 ohm-1cm-1
Elektronegativitas : 1.91
Konfigurasi Elektron : [Ar]3d8 4s2
Formasi Entalpi : 17.2 kJ/mol
Konduktivitas Panas : 90.7 Wm-1K-1
Potensial Ionisasi : 7.635 V
Bilangan Oksidasi : 2,3
Kapasitas Panas : 0.444 Jg-1K-1
Entalpi Penguapan : 377.5 kJ/mol
Paduan Nikel
1. Superalloy
Superalloy sangat penting untuk aplikasi temperatur tinggi,
oleh karena itu, mereka juga dikenal sebagai paduan tahan
suhu panas atau tinggi. Superaloy umumnya memiliki
ketahanan yang baik terhadap korosi, kelelahan mekanis dan
termal, getaran mekanik dan termal, rambatan, dan erosi pada
temperatur tinggi. Aplikasi utama dari superalloy adalah untuk
mesin jet dan turbin gas. Aplikasi lain mesin torak, mesin
roket, alat-alat dan cetakan untuk perlakuan panas logam,
nuklir, kimia, dan industri petrokimia. Secara umum,
superalloy diidentifikasi dengan nama dagang atau sistem
penomoran khusus, dan mereka tersedia dalam berbagai
bentuk. Kebanyakan superalloy memiliki ketahanan suhu
maksimum sekitar 1000o C dalam aplikasi struktural. Suhu
dapat setinggi 1.200o C untuk komponen bantalan non beban.
1. Stainless Steel
Stainless Steel (SS) adalah baja dengan sifat ketahanan korosi
yang sangat tinggi di berbagai kondisi lingkungan. Nikel
digunakan sebagai unsur penstabil austenit, yang berarti
penambahan nikel pada besi paduan mempromosikan
perubahan struktur kristal dari BCC (ferritic) ke fcc
(austenitic). Jadi nikel digunakan untuk menaikkan kekuatan,
memperbaiki sifat kelelahan dan meningkatkan keuletan besi.
1. Copper-Nikel-Silikon Alloys
1. Nikel – Silver
1. Keunggulan Inovasi:
1. Potensi Aplikasi
Bijih nikel dibagi dalam dua tipe, bijih sulfida dan oksida atau
laterit. Hingga saat ini, sebagian besar nikel yang digunakan di
dunia bersumber dari pengolahan bijih nikel sulfida.
Pengolahan nikel dari bijih laterit membutuhkan energi yang
tinggi dikarenakan kadarnya yang relatif rendah (1-2% Ni), di
mana bijih nikel laterit ini sangat sulit untuk dikonsentrasi
sebagaimana bijih sulfida. Kenyataannya, cadangan bijih nikel
terbesar di bumi adalah bijih nikel laterit, termasuk di
Indonesia. Secara konvensional, proses ekstraksi nikel dari
bijih nikel laterit dilakukan melalui jalur pirometalurgi dan
hidrometalurgi. Secara umum, pengolahan dengan cara
konvensional tersebut membutuhkan biaya investai yang
tinggi dan biaya operasi yang mahal serta dampak lingkungan
yang harus dikendalikan dengan ketat. Hingga saat ini,
teknologi yang efektif dan efisien serta ramah lingkungan
masih terus diteliti.