Anda di halaman 1dari 13

Tata Guna dan Pengembangan Lahan

Pengaruhn aspek kependudukan terhadap


perencanaan guna lahan

Disusun oleh :
Muhammad Daffa Ghalyputra
20180203004

PROGRAM STUDI SURVEI DAN PEMETAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2019
Bab I
Pendahuluan

I. latar belakang

Penduduk merupakan aspek utama perencanaan. Perencanaan


dibuat untuk penduduk karena penduduk yang akan merasakan akibat
dari perencanaan itu sendiri. Oleh karena itu dalam seluruh lingkup
perencanaan wilayah, penduduk tidak mungkin diabaikan. Pada
wilayahdengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, tingkat
pertumbuhan aktivitasnya pun akan berbeda dengan wilayah yang
tingkat pertumbuhan penduduknya rendah. Karena pada hakekatnya,
yang mengisi aktivitas didalam kota adalah penduduk dalam wilayah
itu sendiri

Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu


fertilitas, mortalitas dan migrasi. Masing-masing komponen tersebut
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya angka pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol mengakibatkan berbagai
dampak dalam kaitannya dengan perencanaan wilayah baik dalam
bidang ekonomi, social masyarakat, maupun spasial.

II. Pembahasan

1. Perencanaan Guna Lahan (PGL)


Perencanaan tata guna lahan adalah inti praktek perencanaan
perkotaan. Sesuai dengan kedudukannya dalam prencanaan
fungsional, perencanaan tata guna lahan merupakan kunci untuk
mengarahkan pembangunan kota. Hal itu ada hubungannya
dengananggapan lama bahwa seorang perencana perkotaan adalah“
seorang yang berpengetahuan secara umum tetapi memiliki suatu
pengetahuan khusus.”

Pengetahuan khusus kebanyakan perencana perkotaan ialah


perencana tata guna lahan. Pengembangan tata guna lahan
yangdisesuaiakan dengan meningkatkan perekonomian suatu kota
atau wilayah

Guna lahan diperuntukkan untuk mewadahi manusia/penduduk


dengan segala aktivitasnya , salah satu ukuran keberhasilan PGL
adalah seberapa jauh tata guna lahan dapat mewadahi kehidupan
manusia

Pertimbangan kependudukan dalam PGL meliputi tidak saja jumlah,


tapi aspek komposisi, distribusi, dll

 Ada 3 Tahapan dalam Perencanaan Tata Guna Lahan: 


 
 
1. Melakukan survey pendahuluan atas data-data dasar yang
meliputi : 
 
- studi pustaka 
 
- survey lapangan 
 
- pekerjaan laboratorium (Memadukan Peta dasar dengan peta
tematik untuk digunakan laporan) 
 
 
1. Melakukan penilaian kapabilitas lahan dari hasil tahap pertama
untuk berbagai peruntukan lahan. 
 
2. Menyiapkan rencana lokasi dan tujuan dari peruntukan lahan 

2. Aspek-aspek penting kependudukan dalam


perencanaan guna lahan (PGL)

 Aspek jumlah : masa lalu, masa kini dan masa mendatang


(dengan berbagai teknik proyeksi)
 Aspek komposisi : berdasar umur, gender, gender, etnik, status
ekonomi dan sosial
 Aspek distribusi : kepadatan, dominasi, keseimbangan,
segregasi, marginalisasi
 Aspek kultural : mitos/kepercayaan, simbol, religi,
prilaku/kebiasaan, preferensi/kecenderungan
 Aspek ekonomi : daya beli, keuntungan/pemupukan
modal/kapitalisasi

Tata guna tanah/lahan perkotaan adalah suatu istilah yang


digunakan untuk menunjukkan pembagian dalam ruang dari peran
kota; kawasan tempat tinggal, kawasan tempat kerja, kawasan tempat
rekreasi dst.

Pola distribusi kegiatan guna lahan pada saat sekarang sangat


tidak teratur diakibatkan banyaknya rencana kota yang diabaikan
karena alasan ekonomi.

 Faktor yang mempengaruhi Guna lahan :

a. Faktor kependudukan,
Tingginya aktifitas perkotaan sangat dipengaruhi oleh
perkembangan jumlah penduduk; Perkembangan jumlah
penduduk tidak saja dipengaruhi oleh natural growth, akan tetapi
arus masuk (pergerakan penduduk) in migration
Pertumbuhan penduduk yang tinggi sangat berpengaruh pada
spasial perkotaan.

b. Faktor kegiatan penduduk,

kegiatan-kegiatan penduduk seperti ekonomi, industry,


perkantoran yang esensinya menggunakan lahan sangatlah
mempengaruhi tata guna lahan.

Pola penggunaan lahan di kawasan perkotaan, umumnya


terbentuk polarisasi yaitu munculnya kutub-kutub pertumbuhan,
atau meningkatnya daerah lain akibat dari aktifitas yang berbeda
dalam sebuah kota sehingga pergerakan penduduk di dasari
kebutuhan akan pekerjaan, tempat tinggal, fasilitas, dll.

3. Pengaruh aspek kependudukan dalam


perencanaan guna lahan (PGL)

Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan


pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya
jumlah penduduk dansemakin intensi!nya aktivitas penduduk di
suatu tempat berdampak pada makinmeningkatnya perubahan
penggunaan lahan. Pertumbuhan dan aktivitas pendudukyang tinggi
terutama terjadi di daerah perkotaan, sehingga daerah perkotaan
padaumumnya mengalami perubahan penggunaan lahan yang cepat

 Contoh pengaruh aspek kependudukan dalam PGL


Dampak pertumbuhan penduduk di kota surakarta da sekitarnya
dengan perencanaan wilayah ditinjau dari aspek penggunaan lahan

Kota Surakarta merupakan salah satu pemerintah daerah


tingkat II yang ada di Jawa Tengah. Pada tahun 2009 dari total
luasarea Kota Surakarta terbagi menjadi lahan sawah teririgasi
18,94 Ha (0,43%), sawah tadah hujan seluas 126,52 Ha (2,87%) dan
luas ladang (tegalan) seluas 84,73 Ha (1,92%) . Kota Surakarta
sebagian besar berupa tanah kering dengan penggunaan sebagian
besar adalah lahan pemukiman seluas 2.715,61 Ha (61,66%), lahan
untuk usaha lainsebesar 399,44 Ha (9,07%) dan untuk lahan industri
sebesar 101,42 Ha (2,3%)

meskipun demikian secara periodik telah terjadi alih !


ungsidari lahan sawah menjadi lahan bukan sawah yang
ditunjukkandengan luas sawah irigasi pada tahun 2005 seluas
29,97 ha dan tanah sawah non irigasi seluas 136,27 Ha berubah
fungsi sehingga pada tahun 2009 tinggal 18,94 Ha untuk lahan
sawah irigasi dan 126,52 Ha sawah non irigasi. Hal ini diduga
disebabkan karena desakan jumlah penduduk yang terus
meningkat sehingga kebutuhan akan tempat tinggal, fasilitas
umum maupun sarana kerja yang terkait dengan penggunaan
lahan di luar sektor pertanian. Luas lahan kelima kecamatan,
sebagian besar sebagian besar bahkan lebih dari
separuhlahannya digunakan untuk lahan perumahan.

Perubahan fungsi lahan menjadi suatu kawasan terbangun


memberi dampak terhadap lingkungan hidup dan tata ruang
bangunan, sehingga untuk menjaga kualitas lingkungan hidup di
wilayah Kota Surakarta, Badan Lingkungan Hidup melaksanakan
pemantauan terhadap baku mutu lingkungan antara lain untuk
kualitas air limbah sebagai dampak pembangunan
yangdilaksanakan. Pemantauan ini dilaksanakan di 22 lokasi
yang menghasilkan data base air sungai dan air minum di sekitar
wilayah Surakarta. Namun terdapat kendala yang dihadapi dalam
kegiatan pemantauan baku mutu lingkungan ini yaitu
keterbatasan biaya untuk pemeliharaan alat - alat laboratorium
yang digunakan untuk pengujian sampel kualitas air. Selain itu
dengan berkembangnya pembangunan di wilayah Kota Surakarta,

Contoh lain alih fungsi lahan yang ada di Surakarta adalah


alih fungsi lahan di bantaran sungai bengawan Solo menjadi
permukiman dan alih fungsi lahan pertanian menjadi pusat
perbelanjaan di Solo baru.
a. Alih fungsi lahan di bantaran sungai bengawan Solo
menjadi permukiman.

Di kota Surakarta dapat dilihat adanya alih !ungsi


lahan di bantaran sungai bengawan Solo menjadi
permukiman – permukiman illegal di kelurahan puncang
sawit. Sungai Bengawan Solo memiliki peranan dan !
ungsi yang sangat strategis sebagai penyangga
kehidupan masyarakat terutama bagi penduduk yang
tinggal di sekitarnya. Pertumbuhan penduduk dan
pembangunan yang pesat yang terjadi di kota Surakarta
dan sekitarnya khususnya bidang pemukiman,
membutuhkan areal yang sangat luas. Hal ini berdampak
terjadinya perubahan penggunaan lahan

b. Pengalih fungsian lahan pertanian menjadi pusat belanja


Hartono mall di kawasan Solo baru

Pertumbuhan penduduk di kota Surakarta yang


semakin meningkat tentunya akan mengakibatkan
kebutuhan yang diperlukan masyarakat juga akan
semakin banyak. untuk itu diperlukan fasilitas untuk
menunjang kebutuhan mereka, salah satunya adalah
mendirikan pusat perbelanjaan seperti di Solo baru yaitu
berdirinya Hartono mall.

Hartono mall yang berdiri di Solo baru sekarang ini


dahulunya adalah lahan pertanian, karena
berkembangnya kondisidan kebutuhan yang semakin
beraneka ragam maka di buatlah pusat perbelanjaan di
sana

berikut ini ada gambaran Hartono mall yang dahulu lahan


pertanian.
Dalam perencanaan pembangunan pusat perbelanjaan Hartono mall
tersebut tentunya juga membutuhkan perencanaan. Apakah
pembangunan di lokasi tersebut sudah sesuai atau belum caranya
dengan analisis perencanaan yang baik sebelum mendirikan bangunan
tersebut

4. Manfaat mengintegrasikan Dimensi


Kependudukan Dalam Perencanaan Guna Lahan

Dalm hal mengintegrasikan dimensi kependudukan dalam


perencanaan (baik nasional maupun daerah) maka manfaat paling
mendasar yang diperoleh adalah besarnya harapan bahwa penduduk
yang ada didaerah tersebut menjadi pelaku pembangunan dan
penikmat hasil pembangunan. Itu berarti pembangunan berwawasan
kependudukan lebih berdampak besar pada peningkatan
kesejahteraan penduduk secara keseluruhan dibanding dengan
orientasi pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan
(growth). Dalam pembangunan berwawasan kependudukan ada suatu
jaminan akan berlangsung proses pembangunan itu sendiri.
Pembangunan berwawasan kependudukan menekankan pada
pembangunan lokal, perencanaan berasal dari bawah (bottom up
planning), disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat
lokal, dan yang lebih penting adalah melibatkan seluruh lapisan
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan

Sebaliknya orientasi pembangunan pada pertumbuhan ekonomi


yang tinggi akan membawa pada peningkatan ketimpangan
pendapatan. Industrialisasi dan liberalisasi yang terlalu cepat memang
akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas namun sekaligus juga
meningkatkan pengangguran dan setengah menganggur. Sebagaimana
yang terlihat selam ini di Indonesia. Demikian pula dalam pertumbuhan
(growth) ada yang dinamakan dengan ‘limit to growth’. Konsep ini
mengacu pada kenyataan bahwa suatu pertumbuhan ada batasnya.
Jika batas dari terlampaui maka yang kemudian terjadi adalah
terjadinya ‘pemusnahan’ atas hasil-hasil pembangunan tersebut.
Nampaknya ini yang sedang berlangsung di Indonesia dengan
terjadinya krisis ekonomi sekarang ini. Jika diingat beberapa tahun
yang lalu selalu ada peringatan bahwa perekonomian kita terlalu
memanas dan lain sebagainya. Itu tidak lain adalah kata lain bahwa
pertumbuhan ekonomi kita sedang memasuki apa yang disebut dengan
“limit to growth’. Bnahwa pertumbuhan ekonomi tersebut tidak dapat
dipacu lebih tinggi lagi dengan melihat pada kondisi fundamental yang
ada.

Ada beberapa ciri kependudukan Indonesia dimasa depan yang


harus dicermati dengan benar oleh para perencana pembangunan baik
di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Beberapa ciri tersebut
antara lain adalah:

1. Penduduk Dimasa Depan Akan Semakin Tinggi Pnedidikannya.


Penduduk yang makin berpendidikan dan sehat akan membentuk
sumber daya manusia yang makin produktif. Tantangannya
adalah menciptakan lapangan kerja yang memadai. Sebab bila
tidak, jumlah penganggur yang makin berpendidikan akan
bertambah. Keadaan ini dengan sendirinya merupakan
pemborosan terhadap investasi nasional. Karena sebagian besar
dana tercurah dalam sektor pendidikan, disamping kemungkinan
terjadinya implikasi sosial lainnya yang mungkin timbul.
2. Penduduk Yang Makin Sehat Dan Angka Harapan Hidup Naik.
Usia harapan hidup yang tinggi dan jumlah penduduk lanjut
semakin besar akan juga menuntut kebijaksanaan-kebijaksanaan
yang serasi dan sesuai dengan perubahan tersebut. Suatu
tantangan pula untuk dapat memanfaatkan panduduk usia lanjut
yang masih potensial agar dapat dimanfaatkan sesuai
pengetahuan dan pengalamannya.

3. Penduduk Akan Bergeser Ke Usia Yang Lebih Tua. Pada saat ini
di Indonesia telah terjadi proses transisi umur penduduk
Indonesia dari penduduk muda ke pensusuk tua (ageing process).
Pergeseran struktur umur muda ke umur tua produktif akan
membawa konsekuensi peningkatan pelayanan pendidikan
terutama pendidikan tinggi dan kesempatan kerja. Sedang
pergeseran struktur umur produktif ke umur tua pada akhirnya
akan mempunyai dampak terhadap persoalan penyantunan
penduduk usia lanjut. Bersamaan dengan perubahan sosial
ekonomi diperkirakan akan terjadi pergeseran pola penyantunan
usia lanjut dari keluarga kepada institusi. Apabila hal ini terjadi,
maka tanggung jawab pemerintah akan semakin berat.

4. Penduduk Yang Tinggal di Perkotaan Semakin Banyak. Seiring


dengan peningkatan status sosial ekonomi masyarakat,
presentase penduduk yang tinggal diperkotaan meningkat dari
tahun ke tahun. Masalah urbanisasi akan menjadi masalah yang
semakin meninjol. Penduduk perkotaan akan bertambah terus
sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Dengan demikian,
tuntutan fasilitas perkotaan akan bertambah pula. Tambahan
volume fasilitas perkotaan akan sangat berpengaruh terhadap
keadaan dan perkembangan fisik kota yang bersangkutan.
Meningkatnya sarana perhubungan dan komunikasi antar daerah,
termasuk di daerah perdesaan, menyebabkan orang dari
perdesaan tidak perlu lagi melakukan migrasi dan berdiam di
daerah perkotaan. Mereka cukup menuju daerah perkotaan
manakala diperlukan. Hal ini dapat dilakukan dalam kurun waktu
harian, mingguan, bahkan bulanan. Dengan semakin
berkembangnya sarana transportasi dan komunikasi, pola
mobilitas penduduk seperti itu akan semakin banyak dilakukan,
sementara migrasi permanen cenderung akan makin menurun.
5. Jumlah Rumahtangga akan Meningkat namun Ukurannya Makin
Kecil. Perubahan pola kelahiran dan kematian akan berpengaruh
pada struktur rumahtangga. Dimasa depan ukuran rumahtangga
akan semakin mengecil, namun jumlahnya akan semakin banyak.
Dengan makin sedikitnya jumlah anak yang dimiliki dan disertai
dengan peningkatan kesehatan penduduk, seiring tingkat
pendidikan dan keterampilan yang lebih baik, memberikan
kesempatan pula bagi individu maupun keluarga untuk
melakukan mobilitas kedaerah lain. Apalagi bilamana otonomi
daerah dilaksanakan sesuai aturan dan keperluannya.
6. intensitas Mobilitas Penduduk Yang Makin Tinggi. Mobilitas
penduduk yang makin tinggi baik secara internal maupun
internasional menuntut jaringan prasarana yang makin baik dan
luas. Selain itu akan membawa kepada pergeseran norma-norma
masyarakat, seperti ikatan keluarga dan kekerabatan.
Kesemuanya ini dapat membawa dampak yang berjangka
panjang terhadap perubahan sosial budaya masyarakat.

7. Masih Tingginya Pertumbuhan Angkatan Kerja. Sejalan dengan


pertumbuhan penduduk yang tinggi, maka laju pertumbuhan
angkatan kerjanya pun cukup tinggi. Permasalahan yang
ditimbulkan oleh besarnya jumlah dan pertumbuhan angkatan
kerja tersebut disatu pihak menuntut kesempatan kerja yang
lebih besar. Dipihak lain menuntut pembinaan angkatan kerja itu
sendiri agar mampu menghasilkan keluaran yang lebih tinggi
sebagai prasyarat untuk memasuki era globalisasi dan
perdagangan bebas.

8. Terjadi Perubahan Lapangan Kerja. Sejalan dengan


perkembangan ekonomi dan pembangunan pada umunmnya,
lapangan pekerjaan penduduk berubah dari yang bersifat primer,
seperti pertanian, pertambangan, menuju lapangan pekerjaan
sekunder atau bangunan. Lalu pada akhirnya akan menuju
lapangan kerja tersier atau sektor jasa. Berbagai ciri dan
fenomena diatas sudah sepantasnya diamati secara seksama,
dalam rangka menetapkan alternatif kebijaksanaan selanjutnya.

5. Kesimpulan
Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan
pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya
jumlah penduduk dan semakin intensif nya aktivitas penduduk di
suatu tempat berdampak pada makin meningkatnya perubahan
penggunaan lahan. Pertumbuhan dan aktivitas pendudukyang tinggi
terutama terjadi di daerah perkotaan, sehingga daerah perkotaan
padau mumnya mengalami perubahan penggunaan lahan yang cepat

untuk menanggulangi terjadinya ketimpangan penggunaan


lahan,diperlukan peran perencana untuk mengatur tata guna lahan.
Agar tercipta kehidupan wilayah yang sinergis, harmonis, aman dari
bencana, dan menunjang segala aktivitas di atas lahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai