Anda di halaman 1dari 37

PENGANTAR PERENCANAAN

WILAYAH KOTA
RIZKI KIRANA YUNIARTANTI

SESI PERKULIAHAN XIII


BASIS EKONOMI DAN EKONOMI
UNGGULAN

www.esaunggul.ac.id
OUTLINE
1. Analisis Basis Ekonomi
2. Analisis Sektor Unggulan

www.esaunggul.ac.id
ANALISIS GABUNGAN LQ DAN DLQ

1. Untuk mengetahui terjadinya pergeseran dan reposisi serta menilai


prospek keberadaaan sektor ekonomi wilayah pada masa mendatang
2. Tipe I: Sektor tetap menjadi basis dan diharapkan masih menjadi basis
ekonomi (unggulan) di masa yang akan datang
3. Tipe II: Suatu sektor tidak menjadi sektor basis unggulan, namun sektor
tela mengalami perkembangan pesat sehingga dapat diandalkan pada
masa yang akan datang
4. Tipe III: Tergolong basis unggulan, namun tetap mengalami reposisi dan
menurun perannya sehingga tidak bisa diharapkan untuk menjadi basis
ekonomi di masa yang akan datang
5. Tipe IV: Suatu sektorbukan sektor non basis dan mengalami kemunduran
peran, sehingga tidak bisa diandalkan sebagai penopang perekonomian
wilayah pada masa mendatang

www.esaunggul.ac.id
ANALISIS GABUNGAN LQ DAN DLQ

DLQ>1 DLQ<1
LQ>1 Tipe I Tipe III
Sektor Basis, Prospektif Sektor Basis, Tidak prospektif
LQ<1 Tipe II Tipe IV
Sektor non basis, Sektor Non Basis
Prospektif Tidak prospektif

www.esaunggul.ac.id
DAMPAK PENGGANDA ATAU MULTIPLIER EFFECT

1. Dalam pembangunan wilayah untuk mempercepat perkembangannya harus


diberikan penekanan pada sektor-sektor unggulan yang dapat memberikan
dampak lebih luas terhadap kesejahteraan serta memberikan efek pengganda
(multiplier effect) pada sektor lain
2. Dengan memberikan penekanan pada sektor-sektor tertentu secara stimulan
dapat dicapai peningkatan kesejahteraan dan pengembangan wilayah
3. Dalam teori basis ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan
oleh besarnya peningkatan eksport dan basis ekonomi dari wilayah tersebut
4. Permintaan eksport akan memberikan dampak pengganda yang besar (multiplier
effect) diantaranya menaikkan produksi dan investasi serta meningkatkan nilai
tambah, yang menyebabkan bertambahnya kesempatan dan lapangan kerja,
sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat dan pajak bagi negara dan pada
akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi

www.esaunggul.ac.id
DAMPAK PENGGANDA ATAU MULTIPLIER EFFECT

1. Berdasarkan Pendapatan atau Produksi 


PB = PT/PSB
Keterangan:
PB : Pengganda Basis
PT : Pendapatan Total (PDRB)
PSB : Pendapatan Sektor Basis (PDRB sektor basis)

Atau untuk data series


PB =
Keterangan:
PB = Pengganda Basis
PT = Perubahan Pendapatan Total (PDRB) dua waktu tn dan t0
PSB = Pendapatan Sektor Basis (PDRB sektor basis) dua waktu t n dan t0

www.esaunggul.ac.id
DAMPAK PENGGANDA ATAU MULTIPLIER EFFECT

2. Berdasarkan Tenaga Kerja  


PB = TK tot / TKB
Keterangan:
PB : Pengganda Basis
TK tot : Tenaga Kerja Total
TKb : Tenaga Kerja Sektor Basis

Atau untuk data series


PB =
Keterangan:
PB = Pengganda Basis
= Perubahan Tenaga Kerja Total dua waktu tn dan to
PSB = Pendapatan Tenaga Kerja Sektor Basis dua waktu t n dan to

www.esaunggul.ac.id
DAMPAK PENGGANDA ATAU MULTIPLIER EFFECT

1. Pengganda basis yang tnggi menunjukkan bahwa suatu wilayah memiliki sektor
basis yang banyak dan beragam sehingga mampu meingkatkan kinerja kegiatan
ekspor yang secara langsung akan meningkatkan produksi, pendapatan, dan
lapangan kerja, serta permintaan terhadap barang-barang yang dihasilkan oleh
sektor non basis, sehingga pertumbuhan wilayah tinggi
2. Hasil analisis dampak pengganda dapat dianalisis dengan mengkaitkan atau
menggabungkan dengan teknik metode lain, seperti pendapatan per kapita,
pertumbuhan ekonomi, Klassen Tipologi, LQ, MRP, shift share, dan sebagainya

www.esaunggul.ac.id
ANALISIS MODEL RASIO PERTUMBUHAN (MRP)

1. Dapat digunakan untuk menganalisis sektor dan sub sektor ekonomi potensial
berdasarkan kriteria pertumbuhan PDRB
2. MRP adalah kegiatan membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan baik dalam
skala yang lebih kecil maupun dalam skala yang lebih luas

www.esaunggul.ac.id
ANALISIS MODEL RASIO PERTUMBUHAN (MRP)

Dalam analisis MRP, terdapat 2 (dua) macam  rasio pertumbuhan:


a. Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) yaitu merupakan perbandingan antara
pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di wilayah studi dengan pertumbuhan
pendapatan (PDRB) sektor i di wilayah referensi degan formulasi

RPs = [ PDRBij / PDRBij] / [ PDRBin / PDRBin]

b. Rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr) yaitu perbandingan rata-rata


pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di wilayah studi dengan rata-rata
pertumbuhan pendapatan (PDRB) di wilayah referensi dengan formulasi

RPr = [ PDRBin / PDRBin] / [ PDRBn / PDRBn]

www.esaunggul.ac.id
ANALISIS MODEL RASIO PERTUMBUHAN (MRP)

Dimana:    Keterangan:
PDRBij = PDRBijt - PDRBij PDRBij = Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di wilayah j
PDRBij = PDRB sektor (subsektor) i di wilayah j pada tahun
PDRBin = PDRBint - PDRBin dasar
PDRBijt = PDRB sektor/subsektor i di wilayah j pada tahun
akhir analisis
PDRBn = PDRBnt - PDRBn
PDRBin = Perubahan PDRB sektor (subsektor) i secara
nasional atau provinsi
PDRBin = PDRB sektor (subsektor) i secara nasional atau
provinsi pada tahun akhir dasar
PDRBint = PDRB sektor/subsektor i di nasional atau
provinspada tahun akhir analisis
PDRBn = Perubahan PDB/PDRB
PDRBn = PDB/PDRB tahun dasar
PDRBnt = Total PDB/PDRB pada tahun akhir analisis
www.esaunggul.ac.id
ANALISIS MODEL RASIO PERTUMBUHAN (MRP)

Analisis ini digunakan untuk melihat bagaimana potensi dan suatu sektor/subsektor
memberikan dampak pada perekonomian wilayah. Nilai RPs dan RPr diatas satu (>1)
mengindikasikan bahwa suatu sektor/subsektor memiliki potensi untuk
dikembangkan

Rasio Pertumbuhan Pertumbuhan Daerah Referensi (RPr)


Daerah Studi (RPs)
RPr>1 (Nilai +) RPr<1 (Nilai -)
RPs>1 (Nilai +) TUMBUH (Potensial prospektif) TUMBUH (Potensial prospektif)
RPs<1 (Nilai -) TERTINGGAL (Non potensial dan TERTINGGAL (Non potensial dan
menurun) menurun)

www.esaunggul.ac.id
ANALISIS KLASSEN TYPOLOGI

1. Digunakan sebagai dasar untuk gambaran pola dan struktur pertumbuhan masing-
masing komoditi
2. Pengklasifikasian berdasarkan laju pertumbuhan komoditi dan pengklasifikasian
berdasarkan tingkat perkembangan yaitu komoditi maju dan tumbuh cepat, komoditi
berkembang cepat, komoditi maju tetapi tertekan, dan komoditi yang relatif tertinggal

Kontribusi (y) Kki_Kab lebih besar daari KKi_Kab lebih kecil dari Kki_Prop
Kki_Prop (Yik>yi) (Yik<yi)

Pertumbuhan (r)
RPs>1 (Nilai +) Komoditas maju dan cepat Komoditas berkembang cepat
tumbuh
RPs<1 (Nilai -) Komoditas maju dan tertekan Komoditas relatif tertinggal

www.esaunggul.ac.id
ANALISIS KLASSEN TYPOLOGI

Keterangan:
rik = LPKi_Kab. Laju pertumbuhan komoditas (i) di kabupaten (k)
ri = LPKi_Prop. Laju pertumbuhan komoditas (i) di tingkat propinsi (atau dapat pula
tingkat nasinal)
yik = Kki_Kab. Kontribusi komuditas (i) terhadap nilai produksi total PDRB Kabupaten
(k)
yi = Kki_Prop. Kontribusi komunitas (i) terhadap nilai produksi total PDRB propinsi
(atau dapat pula menggunakan tingkat nasional)

www.esaunggul.ac.id
ANALISIS METODE ANALISIS SHIFT SHARE (SS)

1. Metode yang digunakan untuk menganalisis struktur perekonomian di suatu


wilayah dan melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian wilayah suatu
selama dua periode
2. Keunggulan utama dari analisis shift share analisis ini mendeteksi perubahan
berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja pada
dua titik waktu di suatu wilayah
3. Analisis ini juga bisa melihat perkembangan dari sektor perekonomian suau
wilayah terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas, juga melihat
perkembangan sektor-sektor perekonomianjika dibandingkan secara relatif
dengan sektor lain
4. Analisis ini dapat melihat perkembangan dalam membandingkan besar aktivitas
suatu sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antarwilayah

www.esaunggul.ac.id
ANALISIS SHIFT – SHARE
Konsepsi Dasar

Analisis Shift – Share menganalisis perubahan kegiatan ekonomi (mis:


produksi dan kesempatan kerja) pada periode waktu tertentu (> 1 tahun).

Hasil analisis utk mengetahui bagaimana perkembangan suatu sektor di


suatu daerah/wilayah dibandingkan secara relatif dengan sektor lainnya,
apakah tumbuh cepat atau lambat?

Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan produksi / kesempatan


kerja dipengaruhi oleh 3 komponen pertumbuhan wilayah.

www.esaunggul.ac.id
ANALISIS METODE ANALISIS SHIFT SHARE (SS)

Analisis ini bertitik tolak dari pertumbuhan ekonomi atau bilai tambah suatu daerah
(Dij) dipengaruhi oleh Regional Share (Regional Growth Component), Pertumbuhan
Sektoral (Proportional Shift), dan Pertumbuhan Daya Saing (Differential Shift):
1. Regional Share (Nij): Komponen pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara
menganalisis perubahan output agregat secara sektoral dibandingkan dengan
perubahan output dari sektor yang sama di wilayah yang besar yang digunakan
sebagai acuan yaitu nasional/provinsi
2. Proportional Shift (Mij) atau PS: Komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang
disebabkan oleh pergeseran (proportional shift) yang mengukur perubahan relatif
pertumbuhan atau penurunan pada suatu daerah dibandingkan perekonomian
nasional/propinsi
3. Differential hift (Cij) atau DS: Komponen atau unsur pertumbuhan ekonomi daerah
karena pergeseran diferensial (diferential shift) yang menentukan seberapa jauh
daya saing suatu sektor di daerah/kabupaten, dibandingkan sektor yang sama
secara nasional/propinsi. Jika pergeseran positif, maka ektor tersebutlebih tinggi
daya saingnya dari pada sektor yang sama pada perekonomian nasional/propinsi

www.esaunggul.ac.id
MODEL SHIFT – SHARE
Skematik

Komponen Pertumbuhan
Nasional
(KPN)

PERTUMBUHAN
SEKTOR EKONOMI

Komponen Pertumbuhan Komponen Pertumbuhan


Proporsional Pangsa Wilayah
(KPP) (KPPW)

www.esaunggul.ac.id
Komponen Pertumbuhan Nasional
(KPN)

 KPN merupakan komponen share dan sering disebut sebagai national


share.
 KPN adalah perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah
yg disebabkan oleh perubahan produksi atau KK secara umum,
kebijakan ekonomi nasional dan kebijakan lain yg mampu
mempengaruhi sektor perekonomian dalam suatu wilayah.
Contoh kebijakan dimaksud : kebijakan kurs, pengendalian inflasi dan masalah
pengangguran serta kebijakan dalam perpajakan.

www.esaunggul.ac.id
Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP)

 KPP merupakan komponen proportional shift ; yaitu penyimpangan


(deviation) dari national share dalam pertumbuhan wilayah.

 KPP adalah perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yg


disebabkan oleh komposisi sektor – sektor industri di wilayah tsb, perbedaan
sektor dalam permintaan produk akhir, serta perbedaan dalam struktur dan
keragaman pasar.

 KPP bernilai positif (KPP > 0) pada wilayah/daerah yang berspesialisasi


dalam sektor yg secara nasional tumbuh cepat.

 KPP bernilai negatif (KPP < 0) pada wilayah/daerah yang berspesialisasi


dalam sektor yg secara nasional tumbuh lambat .

www.esaunggul.ac.id
Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW)

 KPPW merupakan komponen differential shift, sering disebut komponen


lokasional atau regional atau sisa lebihan.

 KPPW adalah perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yg


disebabkan oleh keunggulan komparatif wilayah tsb, dukungan
kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan lokal di wilayah tsb.

 KPPW bernilai positif (KPPW > 0) pada sektor yang mempunyai keunggulan
komparatif (comparative advantage) di wilayah /daerah tsb (disebut juga
sebagai keuntungan lokasional) .
 KPPW bernilai negatif (KPPW < 0) pada sektor yang tidak mempunyai
keunggulan komparatif / tidak dapat bersaing.

www.esaunggul.ac.id
Rumus :

PE = KPN + KPP + KPPW

= (Yt/Yo – 1) + (Yit / Yio - Yt/Yo) + (yit / yio - Yit/Yio)

= [Ra – 1] + [ Ri - Ra ] + [ri - Ri]


Di mana
 PE = pertumbuhan ekonomi wilayah lokal
 Yt = indikator ekonomi wil. Nasional, akhir tahun analisis.
 Yo = indikator ekonomi wil. Nasional, awal tahun analisis.
 Yit = indikator ekonomi wil. Nasional sektor i, akhir tahun analisis.
 Yio = indikator ekonomi wil. Nasional sektor i ,awal tahun analisis.
 yit = indikator ekonomi wil. Lokal sektor i , akhir tahun analisis.
 yio = indikator ekonomi wil. Lokal sektor i , awal tahun analisis.

www.esaunggul.ac.id
Rumus Pergeseran Bersih (PB) :

PB = KPP + KPPW
Di mana
 Jika PB ≥ 0  sektor tersebut progresif
 Jika PB < 0  sektor tersebut mundur

www.esaunggul.ac.id
Contoh Perhitungan :

www.esaunggul.ac.id
Lihat MS Excell
CARA MENGKOREKSI PERHITUNGAN
1. (KPN+KPP+KPPW) = PERTUMBUHAN EKONOMI
SECARA MANUAL
PERTUMBUHAN
KPN KPP KPPW EKONOMI
N KPN+
O SEKTOR Ra - 1 Ri - Ra ri - Ri KPP+KPPW MANUAL
1 Pertanian 8,68% -2,72% -5,57% 0,39% 0,39%
Pertambangan &
2 Penggalian 8,68% 8,15% 58,17% 75,00% 75,00%
3 Industri 8,68% 0,84% 6,42% 15,94% 15,94%
4 Listrik, Gas & Air Minum 8,68% 3,73% 37,59% 50,00% 50,00%
5 Konstruksi 8,68% 2,28% 0,01% 10,98% 10,98%
Perdagangan, Hotel &
6 Restoran 8,68% 0,13% 4,31% 13,12% 13,12%
7 Transportasi & Komunikasi 8,68% 6,91% -7,37% 8,22% 8,22%
8 Keuangan 8,68% -2,04% 1,30% 7,94% 7,94%
9 Jasa - Jasa 8,68% -1,02% -3,72% 3,94% 3,94%

www.esaunggul.ac.id
HASIL PERHITUNGAN
MASING – MASING KOMPONEN (KPN, KPP, KPPW)

KPN KPP KPPW


N PERTUMBUHAN
O SEKTOR Ra - 1 Ri - Ra ri - Ri EKONOMI
1 Pertanian 8,68% -2,72% -5,57% 0,39%
2 Pertambangan & Penggalian 8,68% 8,15% 58,17% 75,00%
3 Industri 8,68% 0,84% 6,42% 15,94%
4 Listrik, Gas & Air Minum 8,68% 3,73% 37,59% 50,00%
5 Konstruksi 8,68% 2,28% 0,01% 10,98%
Perdagangan, Hotel &
6 Restoran 8,68% 0,13% 4,31% 13,12%
7 Transportasi & Komunikasi 8,68% 6,91% -7,37% 8,22%
8 Keuangan 8,68% -2,04% 1,30% 7,94%
9 Jasa - Jasa 8,68% -1,02% -3,72% 3,94%
  Total 8,68% 0,00% 0,75% 9,43%

www.esaunggul.ac.id
INTEPRETASI KOMPONEN PERTUMBUHAN
SEKTOR EKONOMI CONTOH : PERTUMBUHAN SEKTOR
INDUSTRI = 15,94%
Komponen Pertumbuhan
Nasional
(KPN) = 8,68%

PERTUMBUHAN
SEKTOR INDUSTRI
= 15,94%

Komponen Pertumbuhan Komponen Pertumbuhan


Proporsional Pangsa Wilayah
(KPP) = 0,84% (KPPW) = 6,42%

www.esaunggul.ac.id
INTEPRETASI KOMPONEN KPP

- KPP bernilai positif (KPP > 0) pada wilayah/daerah yang


berspesialisasi dalam sektor yg secara nasional tumbuh
cepat.

- KPP bernilai negatif (KPP < 0) pada wilayah/daerah


yang berspesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh lambat .

www.esaunggul.ac.id
INTEPRETASI KOMPONEN KPP
KPP
N
O SEKTOR +/- KETERANGAN
SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA
1 Pertanian -2,72% NASIONAL TUMBUH LAMBAT
SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA
2 Pertambangan & Penggalian 8,15% NASIONAL TUMBUH CEPAT
SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA
3 Industri 0,84% NASIONAL TUMBUH CEPAT
SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA
4 Listrik, Gas & Air Minum 3,73% NASIONAL TUMBUH CEPAT
SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA
5 Konstruksi 2,28% NASIONAL TUMBUH CEPAT
Perdagangan, Hotel & SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA
6 Restoran 0,13% NASIONAL TUMBUH CEPAT
SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA
7 Transportasi & Komunikasi 6,91% NASIONAL TUMBUH CEPAT
SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA
8 Keuangan -2,04% NASIONAL TUMBUH LAMBAT
SPESIALISASI DALAM SEKTOR YG SECARA
9 Jasa - Jasa -1,02% NASIONAL TUMBUH LAMBAT
www.esaunggul.ac.id
INTEPRETASI KPPW
-KPPW bernilai positif (KPPW > 0) pada sektor yang mempunyai keunggulan komparatif
(comparative advantage) di wilayah /daerah tsb (disebut juga sebagai keuntungan lokasional)
- KPPW bernilai negatif (KPPW < 0) pada sektor yang tidak mempunyai keunggulan komparatif /
tidak dapat bersaing.
KPPW
N
O SEKTOR +/- KETERANGAN
1 Pertanian -5,57% TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING
2 Pertambangan & Penggalian 58,17% MEMPUNYAI DAYA SAING
3 Industri 6,42% MEMPUNYAI DAYA SAING
4 Listrik, Gas & Air Minum 37,59% MEMPUNYAI DAYA SAING
5 Konstruksi 0,01% MEMPUNYAI DAYA SAING
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 4,31% MEMPUNYAI DAYA SAING
7 Transportasi & Komunikasi -7,37% TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING
8 Keuangan 1,30% MEMPUNYAI DAYA SAING
9 Jasa - Jasa -3,72% TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING
www.esaunggul.ac.id
INTEPRETASI PERGESERAN BERSIH (PB)
- Jika PB ≥ 0  sektor tersebut progresif
- Jika PB < 0  sektor tersebut mundur

N KPP + KPPW
O SEKTOR KPP KPPW (PB) KET.
1 Pertanian -2,72% -5,57% -8,29% MUNDUR
2 Pertambangan & Penggalian 8,15% 58,17% 66,32% PROGRESIF
PROGRESIF
3 Industri 0,84% 6,42% 7,26%
PROGRESIF
4 Listrik, Gas & Air Minum 3,73% 37,59% 41,32%
5 Konstruksi 2,28% 0,01% 2,29% PROGRESIF

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,13% 4,31% 4,44% PROGRESIF


7 Transportasi & Komunikasi 6,91% -7,37% -0,46% MUNDUR
8 Keuangan -2,04% 1,30% -0,74% MUNDUR
9 Jasa - Jasa -1,02% -3,72% -4,74% MUNDUR

www.esaunggul.ac.id
TIPOLOGI SEKTOR BERDASARKAN KOMPONEN KPP - KPPW
5 Pertambangan &
Penggalian(S.Basis)

KPPW(+)
4 Industri Pengolahan (Sektor basis)
 Keuangan
Listrik,Gas dan Air Minum
3 Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
•KPP adalah perubahan produksi atau2 kesempatan kerja suatu wilayah yg
disebabkan oleh komposisi sektor – sektor industri di wilayah tsb,
perbedaan sektor dalam permintaan 1produk akhir, serta perbedaan
KPP (-) dalam struktur dan keragaman pasar
KPP (+)
0
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
KPPW adalah perubahan produksi atau -1 kesempatan kerja suatu wilayah yg
disebabkan oleh keunggulan komparatif wilayah tsb, dukungan kelembagaan,
prasarana sosial ekonomi serta kebijakan
-2 lokal di wilayah tsb.

-3
KPPW (-)

 Pertanian (Sektor basis) -4  Transportasi & Komunikasi


 Jasa - Jasa
-5
www.esaunggul.ac.id
ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN

Pendekatan LQ 
sektor yang mempunyai nilai LQ >1
adalah sektor unggulan ; sehingga dijadikan prioritas
pengembangan sektor ekonomi wilayah/kota .

Pendekatan Input – Output  sektor yang


mempunyai nilai bacward linkage dan forward
linkage yang tinggi adalah sektor unggulan ;
sehingga dijadikan prioritas pengembangan . sektor
ekonomi wilayah/kota .

www.esaunggul.ac.id
Tipologi Sektor Berdasarkan Gabungan
Nilai LQ & Komponen KPPW

NO SEKTOR RATA – RATA KOMPONEN KPPW


LQ
1 Pertanian LQ > 1 TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING
2 Pertambangan & Penggalian LQ > 1 MEMPUNYAI DAYA SAING
3 Industri LQ > 1 MEMPUNYAI DAYA SAING
4 Listrik, Gas & Air Minum LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING
5 Konstruksi LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING
Perdagangan, Hotel &
6 Restoran LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING
7 Transportasi & Komunikasi LQ < 1 TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING
8 Keuangan LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING
9 Jasa - Jasa LQ < 1 TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING

www.esaunggul.ac.id
TIPOLOGI SEKTOR BERDASARKAN GABUNGAN
NILAI LQ & KOMPONEN KPPW (SEKTOR EKONOMI UNGGULAN)
KPPW > 0
SEKTOR NON-BASIS & SEKTOR BASIS &
BERDAYA SAING BERDAYA SAING

• Listrik, Gas & Air Minum • Industri (LQ = 1,721)


• Konstruksi • Pertambangan & Penggalian (LQ = 1,092)
• Perdagangan, Hotel & Restoran
Sektor BASIS & didukung oleh kebijakan lokal/daerah,
• Keuangan sarpras daerah dan kelembagaan lokal
Sektor
Sektorekonomi
ekonomiyang
yangdikembangkan
dikembangkan LQ ≥ 1
LQ < 1 (UNGGULAN)
(UNGGULAN)adalah
adalah (1)
(1)Industri,
Industri, (2)
(2)
Pertambangan & Penggalian dan (3)
Pertambangan & Penggalian dan (3)
Pertanian
Pertanian
• Pertanian (LQ = 1,054) KPPW < 0
• Transportasi & Komunikasi
• Jasa - Jasa
Meskipun dlm kategori sektor basis (nilai LQ > 1)
namun tidak berdaya saing ; karena tidak didukung
kebijakan lokal/daerah didukung oleh kebijakan
lokal/daerah, sarpras daerah dan kelembagaan lokal
SEKTOR NON-BASIS & SEKTOR BASIS &
TIDAK BERDAYA SAING KPPW < 0 TIDAK BERDAYA SAING
www.esaunggul.ac.id
TUGAS
Implementasikan dalam tugas kelompok

www.esaunggul.ac.id
TERIMAKASIH

www.esaunggul.ac.id

Anda mungkin juga menyukai