Mendulang Faidah Tauhid Dari Wabah Penyakit

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Zulfani Najmi

Pembimbing : Ustadz Ikrimah

Mendulang Faidah Tauhid dari Wabah Penyakit


Tidak sedikit manusia yang takut akan wabah penyakit. Terlebih, penyakit tersebut
adalah penyakit yang sangat infeksius dan cukup mematikan bagi manusia. Manusia
berbondong-bondong mencari keselamatan atas dirinya dengan berbagai cara agar tidak
terinfeksi dari wabah penyakit. Baru-baru ini dunia sedang gempar akan adanya wabah
penyakit yang berbahaya. Wabah penyakit yang disebut dengan COVID-19, penyakit yang
disebabkan oleh virus SARS-Cov-2. Wabah ini telah menyebabkan kegelisahan yang besar bagi
masyarakat dunia dan menyebabkan dampak yang luas, tidak terkecuali di Indonesia. Berbagai
cara dilakukan oleh orang-orang agar selamat dari wabah penyakit ini. Mulai dari membeli
peralatan perlindungan diri, obat-obatan, makanan, minuman, memperbanyak doa dan ibadah,
serta cara-cara yang lain. Sebagian dari mereka ada yang kalap, memborong sesuatu yang
dianggap dapat melindungi dirinya hingga habis tak bersisa. Sebagian lagi ada yang
memanfaatkan kesempatan untuk berbuat dzhalim kepada sesama. Namun sebagai seorang
muslim, selayaknya kita menyikapi wabah penyakit ini dengan apa yang telah disyariatkan oleh
Allah ‫ سبحانه و تعالى‬dan Rasul-Nya ‫ ﷺ‬di dalam Al Qur’an dan Assunnah. Lalu,
bagaimana sikap yang tepat bagi seorang muslim dalam menyikapi wabah penyakit?
Sikap yang selayaknya ada di dalam diri seorang muslim adalah sabar. Sabar atas segala
takdir Allah, dan wabah penyakit merupakan takdir dari Allah ‘Azza wa Jalla. Allah ‫سبحانه و تعالى‬
berfirman di dalam Al Qur’an “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa kecuali dengan
izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk
kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun [64]: 11)
Kemudian, tawakkal kepada Allah. Tawakkal kepada Allah merupakan sebab yang paling
besar untuk mendatangkan manfaat dan menolak mudharat. Allah ‫ سبحانه و تعالى‬berfirman: “Dan
barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya …”
(QS. Ath-Thalaq [65]:3)
Seorang muslim semestinya hanya takut kepada Allah ‫سبحانه و تعالى‬, karena takut kepada
Allah termasuk salah satu jenis ibadah yang paling utama, paling agung, dan tinggi
kedudukannya di dalam agama. Maka jenis ibadah ini wajib diikhlaskan hanya kepada Allah
‫الى‬E‫سبحانه و تع‬, yaitu khauful ‘ibadah. Barangsiapa yang menjadikan jenis ibadah ini ditujukan
kepada selain Allah, maka dia telah terjatuh dalam kesyirikan yang dapat membatalkan
keislaman pelakunya. Allah ‫الى‬EE‫بحانه و تع‬EE‫ س‬berfirman: “Sesungguhnya mereka itu tidak lain
hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik
Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu
benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 175). Lalu, bagaimana dengan takut
akan adanya wabah penyakit yang berbahaya? Apakah pelakunya terjatuh ke dalam kesyirikan?
Maka jawabannya adalah tidak. Takut akan adanya wabah penyakit yang dapat membahayakan
seseorang, bukanlah termasuk ke dalam takut ibadah, melainkan takut secara tabiat.
Penting bagi seorang muslim untuk bersikap atas sesuatu dengan landasan syariat supaya
tidak terjatuh ke dalam perkara-perkara yang menimbulkan dosa bagi pelakunya, baik dosa kecil
hingga dosa kesyirikan yang dapat membatalkan keislaman dari pelakunya. Semoga Allah ‫سبحان‬
‫ و تعالى‬selalu menjaga kita semua dari wabah penyakit COVID-19 yang berbahaya dan menjaga
kita agar tetap senantiasa istiqamah berjalan di jalan yang lurus hingga akhir kelak.

Anda mungkin juga menyukai