HEMOROID
A. DEFINISI
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran
pembuluh darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana.
Hemoroid hampir mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah
yang melebar adalah pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh
darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah anorektal.
(Keperawatan delken kuswanto. 1999)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid
sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali
atau memperberat adanya hemoroid. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid
internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas spingter anal sedangkan yang muncul di
spingter anal disebut hemoroid eksternal. ( Suzanne C. Smeltzer, 2006 )
Hemoroid bisa mengalami peradangan, menyebabkan terbentuknya bekuan
darah (trombus), perdarahan atau akan membesar dan menonjol keluar. Wasir yang
tetap berada di anus disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir yang keluar
dari anus disebut hemoroid eksterna (wasir luar).
Berdasarkan letak terjadinya hemoroid dibedakan dalam dua klasifikasi,
yaitu :
1. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronis. Bentuk akut
berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
merupakan hematoma, bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung
– ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik
atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dan
jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
2. Hemoroid Interna
a. Derajat I : terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar
kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
b. Derajat II : pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau
masuk sendiri ke dalam anus secara spontan setelah selesai BAB.
c. Derajat III : pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke
dalam anus dengan bantuan dorongan jari.
d. Derajat IV : prolaps hemoroid yang permanen, rentan dan cenderung
untuk mengalami thrombosis atau infark
B. ANATOMI FISIOLOGI
Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rectum dan terbentang dari colon
sigmoid sampai anus, colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk
lekukan huruf S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu colon sigmoid
bersatu dengan rectum. Satu inci dari rectum dinamakan kanalis ani dan dilindungi
oleh sfingter eksternus dan internus. Panjang rectum dan kanalis ani sekitar 15 cm.
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai
dengan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior memperdarahi
belahan bagian kanan yaitu sekum, colon asendens dan dua pertiga proksimal colon
tranversum, dan arteria mesentrika inferior memperdarahi belahan kiri yaitu
sepertiga distal colon transversum, colon desendens, sigmoid dan bagian proksimal
rectum. Suplai darah tambahan untuk rectum adalah melalui arteria sakralis media
dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka
interna dan aorta abdominalis.
C. ETIOLOGI
Berbagai penyebab yang dipercaya menimbulkan terjadinya hemoroid,
antara lain sebagai berikut :
a. BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama.
BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan meningkatkan tekanan
vena yang akhirnya mengakibatkan pelebaran vena. Sedangkan BAB dengan posisi
duduk yang terlalu lama merupakan factor resiko hernia, karena saat duduk pintu
hernia dapat menekan.
b. Obtipasi atau konstipasi kronis
Obtipasi atau konstipasi kronis, konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami kesulitan saat Buang Air Besar (BAB) sehingga terkadang harus mengejan
dikarenakan feses yang mengeras, berbau lebih busuk dan berwarna lebih gelap dari
biasanya dan frekwensi BAB lebih dari 3 hari sekali. Pada obstipasi atau konstipasi
kronis diperlukan waktu mengejan yang lama. Hal ini mengakibatkan peregangan
muskulus sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan
maka akan membuat peregangannya bertambah buruk
c. Tekanan darah (Aliran balik venosa)
Tekanan darah (Aliran balik venosa), seperti pada hipertensi portal akibat sirosis
hepatis. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior,media dan
inferior, sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke
vena-vena ini dan mengakibatkan hemoroid
d. Faktor pekerjaan
Faktor pekerjaan. Orang yang harus berdiri,duduk lama, atau harus menggangkat
barang berat mempunyai predisposisi untuk terkena hemoroid.
e. Olah raga berat
Olah raga berat adalah olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik. Yang termasuk
olahraga berat antara lain mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda,
berkuda, latihan pernapasan, memanah, dan berenang. Seseorang dengan kegiatan
berolahraga yang terlalu berat seperti mengangkat beban berat/angkat besi,
bersepeda, berkuda, latihan pernapasan lebih dari 3 kali seminggu dengan waktu
lebih dari 30 menit akan menyebabkan peregangan . sphincter ani terjadi berulang
kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan membuat peregangannya
bertambah buruk.
f. Diet rendah serat sehingga menimbulkan obstipasi.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Pembengkakan pada area anus
2. Timbulnya rasa gatal dan nyeri akibat inflamasi
3. Perdarahan pada faeces berwarna merah terang
4. Keluar selaput lender, timbul karena iritasi mukosa rectum.
5. Prolaps hemoroid (benjolan tidak dapat kembali)
a. Grade I : prolaps (-), perdarahan (+)
b. Grade II : prolaps (+), masuk spontan
c. Grade III : prolaps (+), masuk dengan manipul
d. Grade IV : prolaps (+), inkarserata
E. PATOFISIOLOGI
Drainase daerah anorektal adalah melalui vena-vena hemoroidalis superior
dan inferior. Vena hemoridalis superior mengembalikan daerah ke v. mesenterika
inferior dan berjalan submukosa dimulai dari daerah anorektal dan berada dalam
bagian yang disebut kolumna morgagni, berjalan memanjang secara radier sambil
mengadakan anostomosis. Ini menjadi varices disebut hemoroid interna. Lokasi
primer hemoroid interna (pasien berada dalam posisi litotomi) terdapat pada tiga
tempat yaitu anterior kanan, posterior kanan dan lateral kiri. Hemoroid yang lebih
kecil terjadi diantara tempat-tempat tersebut. V. hemoroidales inferior memulai
venular dan pleksus – pleksus kecil di daerah anus dan distal dari garis anorektal.
Pleksus ini terbagi menjadi dua dan pleksus inilah yang menjadi varices dan disebut
hemoroid eksterna (Mansjoer, 2000 : 321).
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik
dari vena hemoroidalis. Beberapa faktor etiologi telah diajukan termasuk konstipasi
atau diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat,
fibroma uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal
sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan
darah ke dalam sistem portal. Selain itu, sistem portal tidak mempunyai katub,
sehingga mudah terjadi aliran balik. (Price, 1995 : 420).
Hemoroid adalah pelebaran vena hemoroidalis. Pada saat terdapat
penekanan, hemoroid internal akan terdorong melewati pintu anus dan membentuk
penonjolan (prolap). Prolap pada hemoroid derajat II dapat masuk kembali dengan
sendirinya, pada derajat III dapat masuk dengan bantuan dari luar ( tekanan tangan )
dan pada derajat IV tidak dapat masuk kembali ke dalam (menetap). Prolap yang
menetap mengandung gumpalan darah (thrombus) yang dapat menimbulkan
pembengkakan dan peradangan. Prolap yang mendapat gesekan dapat
menimbulkan nyeri. Selain itu prolap yang mendapat gesekan dapat menimbulkan
iritasi kulit perianal. Bila penderita tidak dapat menjaga kebersihan tubuhnya, maka
dapat menimbulkan rasa gatal dan mengeluarkan lendir. Adanya lendir
menyebabkan kelembaban di daerah anus.
Bila prolap tersebut terus mendapat tekanan dari feses yang keras maka
dapat merusak permukaan halus hemoroid dan menyebabkan perdarahan.
Pendarahan yang terjadi kadang hanya menetes dan kadang dapat memancar deras.
Pendarahan yang berulang dapat menimbulkan anemia.
F. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang terjadi akibat penyakit ini adalah :
1. Anemia yang disebabkan karena perdarahan hebat oleh traumapada saat defekasi.
2. Hipotensi disebabkan karena perdarahan yang keluar menyebabkan kerja jantung
menurun.
G. PATHWAYS
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin, mengalami penurunan < 12 mg%.
2. Anoscopy, pemeriksaan dalam rektal dengan menggunakan alat, untuk
mendeteksi ada atau tidaknya hemoroid.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam
posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam
mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang.
Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam
lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid
akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata
3. Digital rectal examination, pemeriksaan dalam rektal secara digital.
4. Sigmoidoscopy dan barium enema, pemeriksaan untuk hemoroid yang disertai
karsinoma.
5. Inspeksi Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi thrombus.
Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan caramenyuruh pasien
mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
6. Rectal Toucher (RT)
Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, hemoroid ini
dapat teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila hemoroid sering
prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa
padat dengan dasar yang lebar. Rectal toucher (RT) diperlukan untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya karsinoma recti.
7. Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps.
Anaskopi dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan akan terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita diminta
mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau
prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya, dan
keadaan lain seperti polip, fissure ani, dan tumor ganas harus diperhatikan
I. PENATALAKSANAAN
1. Terapi konservatif
a) Pengelolaan dan modifikasi diet
Diet berserat dan rendah sisa, buah-buahan dan sayuran, dan intake air
ditingkatkan. Diet serat yang dimaksud adalah diet dengan kandungan
selulosa yang tinggi. Selulosa tidak mampu dicerna oleh tubuh tetapi selulosa
bersifat menyerap air sehingga feses menjadi lunak. Makanan-makanan
tersebut menyebabkan gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak
sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan
secara berlebihan.
b) Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid derajat awal.
Obat-obatan yang sering digunakan adalah:
1. Stool Softener, untuk mencegah konstipasi sehingga mengurangi
kebiasaan mengejan, misalnya Docusate Sodium.
2. Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya Liidocaine
ointmenti 5% (Lidoderm, Dermaflex). Yang penting untuk diperhatikan
adalah penggunaan obat-obatan topikal per rectal dapat menimbulkan
efek samping sistematik.
3. Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada daerah perianalyang
timbul akibat iritasi karena kelembaban yang terus-menerus dan
rangsangan usus, misalnya Hamamelis water (Witch Hazel)
4. Analgesik, misalnya Acetaminophen (Tylenol, Aspirin Free Anacin dan
Feverall) yang merupakan obat anti nyeri pilihan bagi pasien yang
memiliki hiperensitifitas terhadap aspirin atau NSAID, atau pasien
dengan penyakit saluran pencernaan bagian atas atau pasien yang
sedang mengkonsumsi antikoagulan oral.
5. Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat supositorial
anti hemoroid masih diragukan khasiatnya karena hasil yang mampu
dicapai hanya sedikit. Obat terbaru di pasaran adalah Ardium. Obat ini
mampu mengecilkan hemoroid setelah dikonsumsi beberapa bulan.
Namun bila konsumsi berhenti maka hemoroid tersebut akan kambuh
lagi.
2. Terapi Tindakan Non Operatif Elektif
a) Skleroterapi
Vasa darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5 % dalam minyak
nabati sehingga terjadi nekrosis lalu fibrosis. Akibatnya, vasa darah yang
menggelembung akan berkontraksi / mengecil. Untuk itu injeksi dilakukan ke
dalam submukosa pada jaringan ikat longgar di atas hemoroid interna agar
terjadi inflamasi dan berakhir dengan fibrosis. Untuk menghindari nyeri yang
hebat, suntikan harus di atas mucocutaneus juction (1-2 ml bahan
diinjeksikan ke kuadran simptomatik dengan alat hemoroid panjang dengan
bantuan anoskopi). Komplikasi : infeksi, prostitis akut dan reaksi
hipersensitifitas terhadap bahan yang disuntikan. Skleroterapi dan diet serat
merupakan terapi baik untuk derajat 1 dan 4.
b) Ligasi dengan cincin karet (Rubber band Ligation)
Teknik ini diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan biasa dilakukan
untuk hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps. Tonjolan ditarik
dan pangkalnya (mukosa pleksus hemoroidalis) diikat denga cincin karet.
Akibatnya timbul iskemik yang menjadi nekrosis dan akhirnya terlepas. Pada
bekasnya akan mengalami fibrosis dalam beberapa hari. Pada satu kali
terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid sedangkan ligasi selanjutnya
dilakukan dalam jangka waktu dua sampai empat minggu. Komplikasi yang
mungkin timbul adalah nyeri yang hebat terutama pada ligasi mucocutaneus
junction yang kaya reseptor sensorik dan terjadi perdarahan saat polip lepas
atau nekrosis (7 sampai 10 hari) setelah ligasi.
c) Bedah Beku (Cryosurgery)
Tonjolan hemoroid dibekukan dengan CO2 atu NO2 sehingga terjadi nekrosis
dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai karena mukosa yang akan
dibekukan (dibuat nekrosis) sukar untuk ditentukan luasnya. Cara ini cocok
untuk terapi paliatif pada karsinoma recti inoperabel.
d) IRC (Infra Red Cauter)
Tonjolan hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra merah. Sehingga
terjadilah nekrosis dan akhirnya fibrosisTerapi ini diulang tiap seminggu
sekali.
3. Terapi Operatif
Pada operasi wasir yang membengkak ini dipotong dan dijahit biasanya dalam
anaestesie spinal (pembiusan hanya sebatas pusar kebawah) sehingga pasien
tidak merasa sakit, tapi tetap sadar.
Ada dua metode operasi : yang pertama setelah hemoroid dipotong, tepi
sayatan dijahit kembali. Pada metode yang kedua dengan alat stapler
hemoroid dipotong dan dijahit sekaligus. Keuntungan dari metode kedua ini
adalah rasa sakit yang jauh berkurang dari pada metode pertama meskipun
pada operasi wasir dengan metode pertama pun rasa sakit sudah berkurang
dibandingkan cara operasi 10-20 tahun yang lalu.
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien
- Nama
- Umur
- Jenis Kelamin
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Agama
- Alamat
- No. Medical Record
- Tanggal masuk
- Tangga Pengkajian
- Diagnosa Medis
2. Identitas Penanggungjawab
- Nama
- Umur
- Jenis Kelamin
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Hubungan dengan Klien
- Alamat
3. Riwayat Penyakit
- Keluhan Utama
- Riwayat Penyakit Sekarang
- Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Penyakit Keluarga
- Genogram
4. Riwayat aktivitas sehari-hari
Selama di Rumah Sakit dan selama di Rumah
5. Data Psikologis
Jelaskan keadaan psikologis pasien dari mulai keadaan umum, kecemasan,
tanda-tanda kecemasan (verbal dan nonverbal), konsep diri pasien
6. Data Sosial
Bagaimana cara pasien berhubungan dengan orang sekitar (perawat, dokter,
dan keluarga)
7. Data Spiritual
Bagaimana kepercayaan pasien kaitannya dengan penyakit yang sedang
diderita?
Apakah pasien masih menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya?
Bagaimana keyakinan pasien akan kesembuhan dari penyakitnya?
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum pasien
b. Tanda vital pasien (suhu,nadi,pernafasan,tekanan darah)
c. Kesadaran (kualitatif, kuantitatif)
d. Sistem Pennafasan
Jelaskan bentuk pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan, batuk,
sputum, batuk berdarah, pemeriksaan fisik dengan cara:
- Inspeksi : bentuk dada
- Palpasi : kesimetrisan pergerakan dada, premitus taktil, clubbing finger
- Perkusi : suara perkusi paru, batas paru
- Auskultasi : jenis suara nafas, kelainan suara nafas, wheezing, stridor
e. Sistem Kardiovaskuler
Jelaskan apakah ada nyeri dada, nafas pendek, sesak nafas, berkeringat,
palpitasi, toleran terhadap aktivitas, dan pemeriksaan fisik dengan cara :
- Inspeksi : sehat/tidak sehat, nyeri, sianosis, anemia, nafas,pucat, keringat,
clubbing finger
- Palpasi : nadi (regular/irregular, kekuatan, frekuensi, irama), oedema, asites
- Perkusi : batas jantung
- Auskultasi : suara jantung, suara tambahan, murmur, gallop
f. Sistem Persyarafan
Tingkat kesadaran, fungsi koordinasi, reflek (fisiologis dan patologis),
postur, kemampuan bergerak, kelumpuhan, nyeri kepala, muntah
proyektil, pemeriksaan syaraf kranial
g. Sistem Pencernaan
Jelaskan nyeri, mual, muntah, kembung, pemeriksaan fisik dengan cara;
- Inspeksi : distensi, kesimetrisan
- Auskultasi : suara peristaltic, BU
- Perkusi : Distensi
- Palpasi : asites, nyeri tekan, batas organ
h. Sistem Muskuloskeletal
Jelaskan adanya deformitas, postur, kelemahan, nyeri, bengkak,
penurunan kemammpuan mobilitas, penurunan fungsi, ROM.
i. Sistem Integumen
Warna kulit, sianosis, oedema, status hidrasi, kelembaban kulit, keutuhan
kulit, luka, alergi, gatal
j. Sistem Endokrin
Rambut, keringat, demam, palpitasi
k. Sistem Genitourinaria
Periksa keadaan alat kelamin, nyeri, pemeriksaan rektal
2. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sarung tangan dan vaselin dengan
melakukan rektal taucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus.
Apakah ada benjolan, apakah benjolan tersebut lembek, lihat apakah ada
perdarahan.
K. ANALISA DATA
DO :
- Saat dilakukan pemeriksaan anus, Terjadi benjolan
ada benjolan di daerah anus
- Klien tampak meringis menahan
nyeri
- Klien tampak memegangi daerah
Nyeri pada saat
yang terasa nyeri
BAB
-
DS2.: - DS : Feses yang Perdarahan
- Klien mengeluh fesesnya keras pada keras di anus
saat BAB
- Klien mengeluh adanya perdarahan
pada saat BAB pecahnya vena
hemoroidalis
DO :
- Tampak ada perdarahan pada saat perdarahan pada
klien BAB saat
- Konjungtiva pucat BAB/perdarahan
di anus
DS3.: - DS : Feses yang keras Konstipasi
- Klien mengeluh pola BAB tidak
normal Adanya
- Klien mengatakan tidak BAB karena benjolan di anus
takut anusnya nyeri
- Klien mengeluh BAB keras sehingga
harus mengedan nyeri
Post Operasi
DO :
a. Pasien tampak meringis saat ditanya
seberapa berat nyerinya.
b. Pasien post op hemoroidectomy
interna
c. Nyeri tekan pada daerah post op
hemoroidectomy
d. Karakteristik nyeri:
P : luka post op hemoroidectomy
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : daerah anus
S : skala nyeri 4-6 (sedang)
T : kadang-kadang
e. Tanda-tanda vital;
T : 36,2oC, N : 78x /menit,
R : 20x /menit, TD : 100/80 mmHg
2. DS :
a. Pasien mengatakan sebelum operasi,
pasien bab setiap hari dan campur Faktor mekanis Konstipasi
darah menetes. (post op
b. Pasien mengatakan belum ada bab hemoroidectomy)
selama 2 hari setelah operasi
c. Pasien mengatakan ada sedikit rasa
takut untuk mengejan
DO :
a. Pasien post op hemoroidectomy
interna
b. Pasien tampak 2x ke toilet tetapi belum
ada bab
c. Bising usus 15 x/menit
a. Tanda-tanda vital;
T : 36,2oC, N : 78x /menit,
R : 20x /menit, TD : 100/80 mmHg
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
PRE OPERATIF
1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang
ditandai dengan perdarahan waktu BAB.
POST OPERATIF
1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka post op)
2. Konstipasi berhubungan dengan faktor mekanis (post operasi
hemoroidectomy)
NIC
Dx NOC
No (Nursing Intervention
Keperawatan (Nursing Outcome)
Classification )
DO:
- Feses dengan darah
segar
- Perubahan pola BAB
- Feses berwarna
gelap
- Penurunan frekuensi
BAB
- Penurunan volume
feses
- Distensi abdomen
- Feses keras
- Bising usus
hipo/hiperaktif
- Teraba massa
abdomen atau rektal
- Perkusi tumpul
- Sering flatus
- Muntah
2. Nyeri Akut Setelah dilakukan a. Pain Management
Batasan Karakteristik: tindakan keperawatan - Lakukan
a. Laporan secara selama….. diharapkan pengkajian nyeri
verbal atau Nyeri Akut secara
nonverbal dapat teratasi. komprehensif
b. Fakta dari observasi Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
c. Posisi antalgik Indikator IR ER karakteristik,
(menghindari nyeri) 1. Melapork durasi, frekuensi,
d. Gerakan melindungi an kualitas dan
e. Tingkah laku berhati- adanya faktor presipitasi
hati nyeri. R/ mengetahui
f. Muka topeng (nyeri) 2. Luas tindakan dan
g. Gangguan tidur bagian obat yang akan
(mata sayu, tampak tubuh diberikan
capek, sulit atau yang - Observasi reaksi
gerakan kacau, terpengar nonverbal dari
menyeringai) uhi. ketidaknyamana
h. Terfokus pada diri 3. Frekuensi n
sendiri nyeri. R/ mengetahui
i. Fokus menyempit 4. Pernyata tingkat nyeri
(penurunan persepsi an nyeri. pasien
waktu, kerusakan 5. Perubaha - Gunakan teknik
proses berpikir, n tekanan komunikasi
penurunan interaksi darah. terapeutik untuk
dengan orang lain 6. Posisi mengetahui
dan lingkungan) tubuh pengalaman
j. Tingkah laku protektif. nyeri pasien
distraksi, contoh Keterangan: R/membantu
jalan-jalan, menemui 1. Kuat pasien
orang lain dan atau 2. Berat mengungkapkan
aktivitas berulang- 3. Sedang perasaan
ulang 4. Ringan nyerinya
k. Respon autonom 5. Tidak ada - Evaluasi bersama
(seperti berkeringat, pasien dan tim
perubahan tekanan kesehatan lain
darah, perubahan tentang
nafas, nadi dan ketidakefektifan
dilatasi pupil kontrol nyeri
l. Perubahan otonom masa lampau
dalam tonus otot R/untuk
(mungkin dalam memberikan
rentang dari lemah intervensi yang
ke kaku) tepat
m. Tingkah laku - Kontrol
ekspresif (contoh lingkungan yang
gelisah, merintih, dapat
menangis, waspada, mempengaruhi
iritabel, nafas nyeri seperti
panjang/berkeluh suhu ruangan,
kesah pencahayaan
n. Perubahan dalam dan kebisingan
nafsu makan dan R/membantu
minum mengurangi
nyeri pasien
- Kurangi faktor
Faktor Yang
presipitasi nyeri
Berhubungan :
R/ mengurangi
Agen injury (biologi,
nyeri pasien
kimia, fisik, psikologis)
- Pilih dan lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non farmakologi
dan inter
personal)
R/ membantu
mengurangi rasa
nyeri pasien
- Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
R/ memberikan
intervensi yang
tepat
- Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
R/mengurangi
nyeri dengan
cara pengobatan
non farmakologis
- Berikan analgetik
untuk
mengurangi
nyeri
R/ nyeri dapat
berkurang
- Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
R/ nyeri
terkontrol
- Tingkatkan
istirahat
R/ menguragi
nyeri
b. Analgesic
Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
R/ untuk
memberikan
intervensi yang
tepat
- Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
R/ benar dalam
pemberian obat
- Cek riwayat
alergi Pilih
analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih
dari satu
R/ menentukan
obat yang tidak
alergi untuk
pasien
- Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri
R/ memberikan
obat yang sesuai
dengan keluhan
- Monitor vital
sign sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
R/ mengetahui
kondisi pasien
- Berikan analgesik
pada saat nyeri
R/ membantu
mengurangi
nyeri
NIC
Dx NOC
No (Nursing Intervention
Keperawatan (Nursing Outcome)
Classification )
http://apreliavero.blogspot.co.id/2012/09/laporan-pendahuluan-hemoroid_30.html
diakses tanggal 25 Mei 2017.
http://seaparadisee.blogspot.co.id/2014/10/asuhan-keperawatan-hemoroid.html
diakses tanggal 25 Mei 2017.
http://fachrudinzaenury.blogspot.co.id/2012/09/askep-hemoroid.html
diakses tanggal 25 Mei 2017.
Prince, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta. EGC.
Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta.
EGC.