Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PBL BERBASIS SCIENCE,

TECHNOLOGY, ENGINEERING, AND MATHEMATICS (STEM)


TERHADAP LITERASI SAINS KOMPETENSI PESERTA DIDIK
PADA MATERI TEKANAN ZAT

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
ALVITA KARTIKA PRYADIANI
NIM 150351604467

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEPTEMBER 2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................3

1.3 Hipotesis Masalah.................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................4

1.5 Asumsi Penelitian..................................................................................4

1.6 Ruang Lingkup Penelitian....................................................................5

1.7 Definisi Operasional..............................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA.........................................................................7


2.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)......................7

2.2 STEM (Science, Technology. Engineering and Mathematics).........9

2.3 Problem Based Learning (PBL) berbasis STEM.............................10

2.4 Literasi Sains Kompetensi..................................................................12

BAB III METODE PENELITIAN...............................................................13


3.1 Rancangan Penelitian..........................................................................13

3.2 Populasi dan Sampel...........................................................................14

3.3 Prosedur Penelitian..............................................................................14

3.4 Variabel Penelitian..............................................................................15

3.5 Instrumen Penelitian............................................................................16

3.6 Pengumpulan Data...............................................................................18

3.7 Analisis Data........................................................................................19

DAFTAR RUJUKAN...................................................................................23

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan alam atau IPA merupakan kumpulan teori yang


sistematis, penerapan IPA terbatas pada gejala-gejala alam, kelahiran dan
perkembangannya melalui proses ilmiah seperti observasi dan percobaan
yang menuntut rasa ingin tahu, terbuka, dan jujur. Sehingga dapat dikatakan
IPA atau sains bermula dari rasa ingin tahu manusia yang membuat manusia
berusaha untuk selalu mengamati gejala-gejala alam disekitarnya dan
mencoba memahaminya (Trianto, 2013). Pembelajaran IPA bertujuan agar
peserta didik dapat memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan
teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan
mandiri (BNSP, 2006).

Sejak berpartisipasi dalam Programe for International Student


Assessment (PISA) pendidikan IPA di Indonesia mengalami perubahan
kearah yang lebih baik. Peningkatan ini menciptakan landasan bagi
kemakmuran dan pembangunan berkelanjutan. Pengetahuan tentang IPA
dikalangan peserta didik usia 15 tahun naik 21 poin skor pada tahun 2012
hingga 2015. Akan tetapi, kemampuan literasi sains peserta didik di
Indonesia masih dibawah rata-rata ditinjau dari skor Indonesia yakni 397
jika dibandingkan dengan rerata skor internasional yakni 493 (PISA, 2015).
Fenomena terkait rendahnya literasi anak Indonesia pada ketiga jenis literasi
menunjukkan masih perlunya dunia pendidikan di Indonesia berbenah diri
(Permanasari, 2016).

1
2

Secara harfiah, literasi sains terdiri dari dua kata yaitu literatus yang
berarti melek huruf dan scientia yang berarti memiliki pengetahuan. Literasi
sains merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi
atau ilmu pengetahuan untuk aktivitas sehari-hari, baik itu di rumah, di
tempat kerja dan di masyarakat. Penggunaan ilmu pengetahuan bertujuan
untuk mencapai suatu sasaran dan mengembangkan pengetahuan serta
potensi seseorang (OEDC, 2016).

Pembelajaran terpadu dikembangkan menurut paham


Konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh
individu dan pengalaman adalah kunci utama dari belajar yang bermakna.
Belajar bermakna tidak terwujud dari mendengarkan ceramah saja, tapi juga
melalui proses pembelajaran secara nyata yang dialami peserta didik
(Trianto, 2013). Guru berperan dalam proses pembelajaran menurut teori
behaviorisme adalah membuat stimulus yang dapat menciptakan respons
pesesrta didik agar tertarik dengan konsep IPA. Stimulus yang diharapkan
yaitu berupa penyajian materi yang menarik, pengembangan eksperimen-
eksperimen, aplikasi, dan pengoptimalisasian peserta didik agar terlibat aktif
dalam pembelajaran (Wisudawati dan Sulistyowati, 2014).

Pada penelitian yang dilakukan Agustami, dkk. (2017) pembelajaran


IPA terpadu dijenjang SMP berdasarkan persepsi guru, pelaksanaannya
masih belum maksimal. Beberapa kendala dalam pelaksanaannya yakni latar
belakang pendidikan guru yang tidak semua berasal dari pendidikan IPA,
ketersediaan bahan ajar yang benar-benar terpadu belum memadai, dan
waktu yang terbatas dalam penyampaian materi apabila dilakukan secara
terpadu. Guru hendaknya menggali informasi dan mengidentifikasi materi
IPA yang dapat dipadukan, sehingga dapat menentukan desain pembelajaran
yang sesuai untuk menjelaskan IPA secara terpadu.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor


41 Tahun 2007 bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan
dasar dan menengah diharuskan interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
3

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian


sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan peserta didik
untuk belajar secara aktif dan kolaboratif. Peserta didik diharapkan mampu
mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara mandiri
(Suyadi, 2015). Pembelajaran berbasis masalah memerlukan kerja sama
antar peserta didik dalam kelompok sehingga dapat menyelesaikan masalah
yang kompleks menjadi lebih mudah (Wisudawati dan Sulistyowati, 2015).

PBL perlu untuk dikembangkan dengan ditambahkan pendekatan


yang sesuai. Abad ini, telah berkembang pendekatan Science, Technology.
Engineering and Mathematics (STEM). Sains memerlukan matematika
sebagai alat dalam mengolah data, sedangkan teknologi dan teknik
merupakan aplikasi dari sains. Pendekatan STEM dalam pembelajaran
diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa
melalui integrasi pengetahuan, konsep, dan keterampilan secara sistematis.
Beberapa manfaat dari pendekatan STEM membuat siswa mampu
memecahkan masalah menjadi lebih baik, inovator, inventors, mandiri,
pemikir logis, dan literasi teknologi (Permanasari, 2016).

Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian untuk


mengetahui pengaruh model pembelajaran PBL berbasis STEM terhadap
peningkatan literasi sains kompetensi peserta didik kelas VIII pada materi
tekanan zat.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam peneltian ini adalah sebagai berikut:


Apakah literasi sains kompetensi peserta didik kelas VIII yang belajar
dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis
STEM lebih tinggi daripada peserta didik yang belajar dengan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis scientific approach?
4

1.3 Hipotesis Masalah

Hipotersis dalam peneltian ini adalah sebagai berikut, literasi sains


kompetensi peserta didik kelas VIII yang belajar dengan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis STEM lebih tinggi
daripada peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) berbasis scientific approach.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam peneltian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi peserta didik, dapat memahami materi tekanan zat dan


penerapannya.
2. Bagi guru, hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi model
pembelajaran untuk meningkatkan literasi peserta didik.
3. Bagi peneliti, memperoleh pengalaman berharga dalam
mengimplementasikan model pembelajaran berbasis STEM.
4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai rujukan yang relevan atau
dapat dikaji ulang dalam penelitian berikutnya.

1.5 Asumsi Penelitian

Asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Interaksi antara kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol sangat kecil,
sehingga diabaikan.

2. Kondisi psikologis dan fisiologis dari peserta didik pada saat proses
pembelajaran dan pelaksanaan postest dalam kondisi yang normal.
5

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian dilakukan pada peserta didik kelas VIII SMPN X pada


semester Genap tahun ajaran 2018/2019 pada materi sistem tekanan zat
dan penerapannya.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah Problem Based Learning
(PBL) berbasis STEM dan Problem Based Learning (PBL) berbasis
scientific approach.

1.7 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan


bimbingan/petunjuk yang cukup luas untuk peserta didik. Petunjuk yang
diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing peserta
didik agar mampu menemukan sendiri arah serta tindakan apa yang harus
dilakukan untuk memecahkan masalah. Siktaks PBL meliputi; (1)
mengorientasikan peserta didik pada masalah, (2) mengorganisasikan
peserta didik untuk belajar, (3) membantu penyelidikan mandiri dan
kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan artefak (hasil karya) dan
mempamerkannya, dan (5) analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.

2. STEM (Science, Technology. Engineering and Mathematics)

STEM merupakan pembelajaran yang terintegrasi antara sains,


teknologi, teknik, dan matematika untuk mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pemecahan masalah. Penelitian ini
menggunakan STEM sebagai pendekatan pembelajaran yaitu science yang
mewakili pengetahuan mengenai konsep tekanan zat, technology yang
6

mewakili alat buatan yang memudahkan pekerjaan manusia menggunakan


konsep tekanan zat, engineering yang ditunjukkan pada proses bagaimana
siswa dapat merancang suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah
dengan sebuah produk, serta mathematics yang diwakili hubungan antara
besaran-besaran pada materi tekanan zat.

3. Problem Based Learning (PBL) berbasis STEM

Problem Based Learning (PBL) berbasis STEM merupakan


pembelajaran dimana guru menyisipkan keempat aspek STEM dalam setiap
tahapan model pembelajaran PBL. Siktaks PBL berbasis STEM meliputi:
(1) mengorientasikan peserta didik pada masalah (science, technology), (2)
mengorganisasikan peserta didik untuk belajar (science, technology), (3)
membantu penyelidikan mandiri dan kelompok (science, technology,
mathematics), (4) mengembangkan dan menyajikan artefak (hasil karya)
dan mempamerkannya (science, technology, engineering, mathematics), dan
(5) analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah (science, technology ,
mathematics).

4. Literasi Sains Kompetensi

Literasi Sains kompetensi merupakan salah satu dimensi dalam


literasi sains yang mencakup tiga indikator, yaitu: (1) menjelaskan
fenomena ilmiah, (2) mengevaluasi dan merancang penyelidikan, dan (3)
menafsirkan data bukti ilmiah. Penilaian literasi sains siswa ditinjau dari
tingkat cognitive demand meliputi tiga kategori yaitu low, medium, dan
high. Instrumen pengukuran berupa produk pengembangan instrumen
literasi sains siswa kelas VIII SMP pada materi tekanan zat dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang telah divalidasi sebanyak
21 soal valid berupa soal pilihan ganda.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Arends (2012) dalam bukunya yang berjudul Learning to


Teach, pembelajaran PBL mengacu pada situasi kehidupan sehari-hari yang
menghindari jawaban sederhana, tetapi menghasilkan solusi yang mampu
memecahkan masalah. PBL membantu peserta didik mengembangkan pola
pikirnya dan kemampuan menyelesaikan masalah, belajar tentang
membuktikan suatu teori, dan menjadi pembelajar yang mandiri.
Lingkungan pembelajaran PBL yaitu berfokus pada peserta didik dan
mendorong mereka untuk mengungkapkan pertanyaan dari pemikiran yang
terbuka. Secara keseluruhan, guru menggunakan PBL untuk meningkatkan
keterlibatan peserta didik secara aktif, menunjukkan bahwa orientasi
induktif lebih baik daripada deduktif, dan peserta didik mampu menemukan
dan membangun pengetahuannya sendiri. Proses ini menjadi alternatif dari
sekedar hanya memberikan teori yang sudah ada melalui presentasi yang
dilakukan oleh guru.

Guru menggunakan penyelidikan agar mendorong peserta didik


menemukan sebuah pertanyaan dan mempersilahkan mereka untuk
mencapai ide dan teori hasil pemikiran mereka sendiri (Arends, 2012).
Pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik berupa permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Permasalahan yang dimaksudkan yaitu kesenjangan
antara situasi nyata dan apa yang diharapkan (Rusmono, 2014). Sehingga
pembelajaran dapat dikatakan tercapai apabila kegiatan pembelajaran

7
8

berpusat pada tugas atau pemasalahan otentik, relevan, serta dipresentasikan


dalam satu konteks yang bertujuan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari (Suyadi, 2015).

Pembelajaran berbasis masalah melibatkan peserta didik untuk


belajar secara aktif dan kolaboratif. Peserta didik diharapkan mampu
mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara mandiri
(Suyadi, 2015). PBL memerlukan kerja sama antar peserta didik dalam
kelompok sehingga dapat menyelesaikan masalah yang kompleks menjadi
lebih mudah (Wisudawati dan Sulistyowati, 2015). Tahapan pembelajaran
PBL menurut Arends (2012) ditunjukkan dalam tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran PBL

Tahap Pembelajaran Aktivitas Guru


Tahap 1 : Guru menyampaikan tujuan
Mengorientasikan peserta didik pembelajaran, mendeskripsikan
kepada masalah. kebutuhan-kebutuhan logistic yang
penting, dan memotivasi peserta
didik agar terlibat dalam kegiatan
pemecahan masalah yang mereka
pilih sendiri.
Tahap 2: Guru membantu peserta didik
Mengorganisasikan peserta didik menentukan masalah dan mengatur
untuk belajar. tugas-tugas pembelajaran yang
terkait.
Tahap 3: Guru mendorong peserta didik
Membantu penyelidikan mandiri untuk mengumpulkan penyelidikan.
dan kelompok. informasi yang sesuai, melakukan
eksperimen, dan mencari
penjelasan dan solusi
Tahap 4: Guru membantu peserta didik
Mengembangkan dan dalam perencanaan dan pameran.
mempresentasi hasil karya, serta menyiapkan artefak yang sesuai
memfasilitasi pameran. seperti laporan, video, dan model,
serta membantu peserta didik
melakukan pameran karya.
Tahap 5: Guru membantu peserta didik
Menganalisis dan mengevaluasi untuk merefleksikan penyelidikan
proses pembelajaran. mereka dan mengevaluasi proses
yang dilakukan dalam pemecahan
masalah.
9

2.2 STEM (Science, Technology. Engineering and Mathematics)

STEM telah diterapkan di sejumlah negara maju seperti Amerika


Serikat, Jepang, Finlandia, Australia dan Singapura. STEM merupakan
inisiatif dari National Science Foundation. Tujuan dari penerapan STEM di
Amerika Serikat ialah untuk menjadikan keempat bidang ini (science,
technology, engineering, and mathematics) menjadi pilihan karir utama bagi
peserta didik. STEM adalah suatu pembelajaran secara terintegrasi antara
sains, teknologi, teknik dan matematika untuk mengembangkan kreativitas
peserta didik melalui proses pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-
hari (Winarni, Zubaidah, & Koes, 2016).

Defenisi STEM djabarkan oleh Torlakson (2014) yakni: (1) sains


adalah kajian ilmu tentang alam termasuk pengetahuan mengenai hukum-
hukum dan konsep-konsep yang berlaku di alam; (2) teknologi adalah
sebuah sistem dan organisasi, pengetahuan, proses, dan perangkat yang
menciptakan suatu artefak teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia;
(3) teknik adalah kumpulan pengetahuan tentang penciptaan produk atau
mendesain sebuah prosedur untuk memecahkan sebuah masalah yang
menggunakan konsep dari sains dan matematika serta alat teknologi; dan (4)
matematika adalah ilmu tentang pola dan hubungan antara jumlah, angka,
dan ruang, serta diperlukan bukti empiris demi menjamin kebenarannya.
Seluruh aspek ini dapat membuat pengetahuan menjadi lebih bermakna jika
diintegrasikan dalam proses pembelajaran.

Beberapa penelitian di Indonesia yang telah dilakukan menunjukkan


bahwa pembelajaran STEM dapat meningkatkan literasi sains, kreativitas,
dan kemampuan memecahkan masalah. Penerapan inkuiri terbimbing
berbasis STEM dapat meningkatkan ketrampilan berfikir kreatif peserta
didik. Selain itu, penggunaan lembar kerja berbasis STEM dapat secara
efektif meningkatkan literasi sains peserta didik. Peserta didik memiliki
respon yang baik atau positif terhadap pembelajaran menggunakan
pembelajaran dan lembar kerja berbasis STEM (Dewi, Mayasari, & Jeffry,
2017; Sulistiyowati, Abdurrahman, & Jalmo, 2018)
10

2.3 Problem Based Learning (PBL) berbasis STEM

Kemendikbud (2013b) memiliki pandangan bahwa model PBL


merupakan suatu model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik
untuk “belajar bagaimana belajar”, peserta didik bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah
yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin
tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta
didik sebelum peserta didik sebelum mempelajari konsep atau materi yang
berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Akan tetapi, Problem
Based Learning (PBL) seringkali hanya berpusat pada satu masalah saja
(misalkan IPA, matematika, dan sosial). Sedangkan pada penerapannya PBL
dapat dihubungkan dengan masalah aktual yang sedang terjadi, dikarekan
hal tersebut dapat saling berkaitan (Wisudawati dan Sulistyowati, 2014).

PBL dapat memberi kesempatan pada siswa untuk menerapkan


pengetahuan pada isu/permasalahan sebagai bentuk pemecahan masalah.
Secara tidak langsung, penggunaan PBL juga mendorong siswa untuk
menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk memecahkan masalah
tersebut. Pengetahuan ini dapat berupa informasi atau pun data yang
kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih cara
penyelesaian yang tepat untuk permasalahan tersebut melalui pemikiran
yang logis, kritis, dan sistematis (Afriana, Permanasari, & Fitriani, 2016)

PBL perlu untuk dikembangkan dengan ditambahkan pendekatan


yang sesuai. Abad ini, telah berkembang pendekatan science, technology,
engineering, and mathematics (STEM). Sains memerlukan matematika
sebagai alat dalam mengolah data, sedangkan teknologi dan teknik
merupakan aplikasi dari sains. Pendekatan STEM dalam pembelajaran
diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa
melalui integrasi pengetahuan, konsep, dan keterampilan secara sistematis.
Beberapa manfaat dari pendekatan STEM membuat siswa mampu
memecahkan masalah menjadi lebih baik, inovator, inventors, mandiri,
pemikir logis, dan literasi teknologi (Permanasari, 2016).
11

Pembelajaran STEM yang kuat harus diajarkan sejak dini sehingga


dapat dibudidayakan secara responsif. Pembelajaran STEM sesuai
menggunakan pendekatan dan pertanyaan berbasis masalah serta melibatkan
siswa dalam kegiatan langsung dalam pembelajaran (The United States
Department of Education, 2016). Sintaks pembelajaran PBL berbasis STEM
dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Sintaks PBL berbasis STEM

Sintaks PBL berbasis STEM Kegiatan PBL berbasis STEM


Mengorientasikan peserta didik a. Menyampaikan dan menjelaskan
pada Masalah tujuan utama pengajaran.
(Science, Technology) b. Mengusulkan permasalahan atau
pertanyaan.
c. Proses penyelidikan oleh peserta
didik.
Mengorganisasikan peserta didik a. Mendorong peserta didik belajar
untuk Belajar berkolaborasi.
(Science, Technology) b. Membentuk kelompok-
kelompok peserta didik yang
masing-masing memilih masalah
yang berbeda.
Membantu Penyelidikan Mandiri a. Mendorong peserta didik
dan Kelompok melakukan eksperimen.
(Science, Technology, b. Proses pengumpulan dan
Mathematics) pengolahan data eksperimen.
Mengembangkan dan Menyajikan a. Menciptakan artefak (hasil
Artefak (Hasil Karya) dan karya) dan pameran.
Mempamerkannya b. Mempamerkan hasil karyanya
(Science, Technology, dan guru berperan sebagai
Engineering, Mathematics) organisator pameran.
Analisis dan Evaluasi Proses a. Membantu peserta didik
Pemecahan Masalah menganalisis dan mengevaluasi
(Science, Technology , proses mereka sendiri dan
Mathematics) keterampilan penyelidikan dan
intelektual yang mereka
gunakan.
b. Merekonstruksi pemikiran dan
aktivitas yang telah dilakukan
selama proses kegiatan
belajarnya.
12

2.4 Literasi Sains Kompetensi

Secara harfiah, literasi sains terdiri dari kata yaitu literatus yang
berarti melek huruf dan scientia yang diartikan memiliki pengetahuan.
Literasi sains merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan
informasi atau ilmu pengetahuan untuk aktivitas sehari-hari, baik itu di
rumah, di tempat kerja dan di masyarakat. Penggunaan ilmu pengetahuan
bertujuan untuk mencapai suatu sasaran dan untuk mengembangkan
pengetahuan serta potensi seseorang (OEDC, 2016).

Penilaian literasi sains menilai pemahaman peserta didik terhadap


konten sains, proses sains, dan konteks aplikasi sains. Konten dalam literasi
sains meliputi materi yang terdapat dalam kurikulum dan materi yang
bersifat lintas kurikulum dengan penekanan pada pemahaman konsep dan
kemampuan untuk menggunakannya dalam kehidupan. Proses sains
merujuk pada proses mental yang terlibat ketika peserta didik memecahkan
permasalahan. Sedangkan konteks adalah area aplikasi dari konsep-konsep
sains (Yuliati, 2017).

Siswa yang memiliki kompetensi literasi sains adalah siswa yang


dapat:

 mengetahui dan memahami konsep dan proses ilmiah yang diperlukan


untuk berperan serta dalam aktivitas kemasyarakatan;
 mengajukan pertanyaan, menemukan atau menentukan jawaban atas
pertanyaan yang berasal dari rasa ingin tahu tentang dunia mereka;
 mendeskripsikan, menjelaskan, dan meramal gejala alam;
 membaca dengan pemahaman artikel-artikel sains terbitan populer dan
terlibat dalam pembicaraan tentang validitas suatu kesimpulan;
 mengidentikasi isu-isu ilmiah yang terkait dengan keputusan-keputusan
nasional dan lokal;
 menyatakan posisi yang dibenarkansecara ilmiah dan teknologi;
 mengevaluasi kualitas informasi ilmiah berdasarkan pada sumbernya
dan metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi itu;
 mengemukakan dan mengevaluasi argumen berdasarkan bukti dan
menerapkan kesimpulan-kesimpulan dari argumen seperti itu secara
memadai.

(Toharudin, dkk., 2010)


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis quasi


experiment yang menggunakan desain penelitian pretest posttest group
design. Penggunaan desain dapat menghasilkan kelompok eksperimen dan
kontrol yang diambil secara acak (random). Kelompok eksperimen diberi
perlakuan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) berbasis STEM, sedangkan untuk kelas kontrol diberi perlakuan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis
scientific approach. Sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan model
yang sudah ditentukan, kedua kelompok diberikan instrument sebagai test
awal (pretest). Setelah dilakukan pretest, kedua kelompok diberikan
perlakuan sesuai kelompoknya dan diakhiri dengan tes akhir (posttest)
menggunakan instrumen yang sama untuk tes awal (pretest). Hasil dari tes
awal dan tes akhir masing-masing kelompok, serta hasil tes dari kedua
kelompok dibandingkan. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini tersaji pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Kelas Pretest Treatment Posttest


Eksperiment O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2
Sumber : Arikunto (2013)

13
14

Keterangan :
X1 = Pembelajaran menggunakan Problem Based Learning (PBL)
berbasis STEM.
X2 = Pembelajaran menggunakan Problem Based Learning (PBL)
berbasis scientific approach.
O1 = Pretest literasi sains kompetensi pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
O2 = Posttest literasi sains kompetensi pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh peserta didik kelas


VIII SMP X semester genap tahun ajaran 2018/2019. Berdasarkan populasi
tersebut juga ditentukan sampelnya. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah cluster random sampling. Sehingga diperoleh sample
yaitu kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelas
kontrol yang masing-masing beranggotakan y peserta didik.

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 3.2 berikut.


15

Tabel 3.2 Prosedur Penelitian

Tahap Kegiatan
Perencanaan a. Mengkaji kompetensi yang dimiliki peserta
didik untuk mata pelajaran IPA kelas VIII
semester genap.
b. Observasi awal, melalui wawancara
dengan guru pelajaran IPA SMP X.
c. Menyusun instrumen penelitian (meliputi
Silabus,RPP, LKPD, lembar observasi, dan
soal literasi sains kompetensi).
d. Validasi instrumen penelitian kepada
dosen ahli.
Pelasanaan a. Menentukan kelas yang akan digunakan
dalam penelitian secara random.
b. Pemberian pretest literasi sains kompetensi
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
dalam waktu yang bersamaan.
c. Memberikan perlakuan kepada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
d. Pelaksanaan pengisian lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran di kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
e. Pemberian posttest literasi sains
kompetensi pada kelas eksperimen dan
kelas control dalam waktu yang
bersamaan.
Pelaporan a. Menganalisis data dari hasil pretest-
posttest literasi sains kompetensi pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Membahas hasil analisis.
c. Menarik kesimpulan dari penelitian yang
dilakukan.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran.


Terdapat dua kelas yang diberi perlakuan berbeda, kelas eksperimen
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis
16

STEM dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran Problem Based


Learning (PBL) berbasis scientific approach.

2. Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah instrumen soal untuk


pretest dan posttest.

3. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah literasi sains kompetensi


peserta didik.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen perlakuan dan


instrumen pengukuran.

1. Instrumen Perlakuan
a. Silabus

Silabus yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus kelas


VIII semester genap pada KD 3.8 Kelas VIII kurikulum 2013 revisi, yaitu
menjelaskan tekanan zat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk tekanan darah, osmosis, dan kapilaritas jaringan angkut pada
tumbuhan. Serta KD 4.8 yaitu menyajikan data hasil percobaan untuk
menyelidiki tekanan zat cair pada kedalaman tertentu, gaya apung, dan
kapilaritas, misalnya dalam batang tumbuhan

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan dalam


penelitian ini digunakan sebagai pedoman pembelajaran di kelas. RPP yang
dibuat ada dua jenis. RPP yang digunakan untuk kelas eksperimen
mengimplementasikan pendekatan STEM dalam model pembelajaran
17

Problem Based Learning (PBL), sedangkan RPP yang digunakan untuk


kelas kontrol mengimplementasikan pendekatan scientific approach dalam
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Masing-masing kelas
menggunakan tiga RPP untuk lima kali pertemuan.

c. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)

LKPD yang digunakan dalam penelitian ini digunakan sebagai


pedoman pembelajaran di kelas. LKPD yang dibuat ada dua jenis. LKPD
yang digunakan untuk kelas eksperimen mengimplementasikan pendekatan
STEM dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL),
sedangkan LKPD yang digunakan untuk kelas kontrol
mengimplementasikan pendekatan scientific approach dalam model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pada LKPD terdapat alat
yang digunakan dan masalah yang akan diselidiki oleh peserta didik.
Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran, LKPD dikonsultasikan terlebih
dahulu kepada validator.

2. Instrumen Pengukuran
a. Lembar Observasi

Lembar observasi berisi rubrik pengamatan untuk melihat tingkat


keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model STEM dalam model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Lembar observasi ini
digunakan oleh pengamat selama kegiatan pembelajaran untuk mengamati
proses yang dilakukan peserta didik selama pembelajaran. Pengolahan data
observasi pada kelas eksperimen dan kelas control dilakukan dengan cara
mencari presentase keterlaksanaan model pembelajaran tersebut.
Perhitungan persentase keberhasilan (PK) tersebut menggunakan persamaan
berikut.

skor dariobserver
PK = × 100 %
skor maksimal

Presentase yang diperoleh menjadi bahan acuan terhadap kelebihan


dan kekurangan selama pembelajaran berlangsung agar guru dapat
18

melaksanakan pembelajaran yang lebih baik dari pertemuan sebelumnya.


Kemudian untuk mengetahui kategori persentase keterlaksanaan
pembelajaran digunakan interpretasi pada tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3 Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran


Persentase Keterlaksanaan Kategori Keberhasilan
85 ≤ PK ≤ 100 Sangat baik
70 ≤ PK ≤ 85 Baik
55 ≤ PK ≤ 70 Cukup
40 ≤ PK ≤ 55 Kurang
0 ≤ PK ≤ 40 Sangat kurang
(Sumaryono, 2010)

b. Tes Literasi Sains Kompetensi

Pengukuran kompetensi literasi sains menggunakan produk


pengembangan instrumen literasi sains siswa kelas VIII SMP pada materi
tekanan zat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Instrumen
literasi sains berupa soal pilihan ganda yang disusun berdasarkan indikator
tingkatan literasi sains PISA level 1-5. Berdasarkan hasil analisis uji empiris
diperoleh hasil validitas sebanyak 21 soal valid dengan persentase rata-rata
hasil validasi sebesar 94,6% dan tingkat reliabilitas yang sangat tinggi
sebesar 0,829.

Tes digunakan sebagai instrumen pengumpul data kuantitatif hasil


literasi sains kompetensi peserta didik yang dilakukan sebelum dan sesudah
pelaksanaan pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol. Soal tes yang digunakan merupakan instrumen soal literasi sains
kompetensi yang sama untuk pretest dan posttest.

3.6 Pengumpulan Data

Tahap dan jadwal pengumpulan data dalam penelitian ini disajikan


dalam tabel 3.4 berikut.
19

Tabel 3.4 Tahap Pengumpulan Data

Tahap Jadwal
Tahap persiapan September-Desember 2018
Tahap pelaksanaan Januari-Februari 2018
Tahap evaluasi dan pelaporan Maret 2018

3.7 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dengan menguji hipotesis, literasi


sains kompetensi peserta didik kelas VIII yang belajar dengan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis STEM lebih tinggi
daripada peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) berbasis scientific approach. Sebelum dilakukan uji
prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu.

1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang


diambil adalah data yang sudah terdistribusi normal. Data yang terdistribusi
normal yaitu ketika data akan mengikuti bentuk distribusi normal dimana
datanya memusat pada nilai rata-rata dan median. Pengujian normalitas
dalam penelitian ini menggunakan uji liliefors. Uji liliefors dilakukan
dengan membandingkan nilai L hitung (Lo) dengan Ltabel (Lt) dengan kriteria
apabila Lo lebih kecil daripada Lt maka data terdistribusi normal. Uji
normalitas menggunakan data nilai pretest dan posttest literasi sains
kompetensi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rumus uji liliefors adalah
sebagai berikut.

Lo = |F(zi) ― S(zi)|

(Supardi, 2013)
20

Keterangan :
Lo = nilai L uji liliefors
F(zi) = peluang distribusi normal
S(zi) = proporsi angka baku
b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dalam penelitian ini bertujuan untuk


memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari
populasi yang memiliki variasi yang sama. Pengujian homogenitas
menggunakan uji Fisher (F). Rumus uji Fisher adalah sebagai berikut.

varians terbesar
F=
varians terkecil

varians=
∑ (x i− x́ )2
(n−1)

(Sugiyono, 2014)

Keterangan :
x i = data ke-1 dari suatu kelompok data
x́ = rata-rata skor yang dicapai
n = jumlah sampel
Data homogen apabila nilai Fhitung < Ftabel. Jika Fhitung ≥ Ftabel maka data tidak
homogen.

2. Uji Kesamaan Keadaan Awal

Uji kesamaan keadaan awal literasi sains kompetensi sebelum


perlakuan diperlukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan literasi sains
kompetensi peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai
rata-rata yang digunakan untuk kedua kelas adalah nilai rata-rata pretest
literasi sains kompetensi peserta didik. Uji kesamaan keadaan awal peserta
didik pada kelas eksperimen dan kelas control dilakukan dengan uji-t dua
pihak tidak berhubungan (Independent Sample t-test) pada data normal dan
homogeny. Rumus uji-t adalah sebagai berikut.
21

x́ 1− x́ 2
t=
Sd21 Sd 22
√ +
n1 n2

(Sugiyono, 2014)

Keterangan :
x́ 1 = rata-rata skor pretest yang dicapai pada kelas eksperimen
x́ 2 = rata-rata skor pretest yang dicapai pada kelas kontrol
Sd21 = standar deviasi pretest yang dicapai pada kelas eksperimen
Sd21 = standar deviasi pretest yang dicapai pada kelas kontrol
n1 = jumlah sampel pada kelas eksperimen
n2 = jumlah sampel pada kelas eksperimen
Apabila nilai thitung < ttabel maka keadaan awal kedua kelas sama. Jika thitung ≥
ttabel maka keadaan kedua kelas tidak sama.

3. Uji Hipotesis

Analisi uji hipotesis dalam percobaan ini menggunakan uji-T apabila


data sudah terdidtribusi normal. Uji-T digunakan untuk menguji adanya
perbedaan antara rata-rata posttest literasi sains kompetensi peserta didik
yang diajarkan dengan pendekatan STEM dalam model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dan peserta didik yang diajarkan dengan
pendekatan scientific approach dalam model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL). Uji hipotesis ini menggunakan uji-T satu pihak. Rumus
uji-T adalah sebagai berikut.

x́ 1− x́ 2
t=
2 2
Sd1 Sd 2
√ +
n1 n2

(Sugiyono, 2014)

Keterangan :
x́ 1 = rata-rata skor posttest yang dicapai pada kelas eksperimen
x́ 2 = rata-rata skor posttest yang dicapai pada kelas kontrol
Sd21 = standar deviasi posttest yang dicapai pada kelas eksperimen
Sd21 = standar deviasi posttest yang dicapai pada kelas kontrol
22

n1 = jumlah sampel pada kelas eksperimen


n2 = jumlah sampel pada kelas eksperimen
Apabila nilai thitung < ttabel maka rata-rata literasi sains kompetensi
peserta didik yang diberi perlakuan model pembelajaran PBL berbasis
STEM lebih kecil atau sama dibandingkan rata-rata literasi sains
kompetensi peserta didik yang diberi perlakuan model pembelajaran PBL
berbasis scientific approach. Jika thitung ≥ ttabel maka rata-rata literasi sains
kompetensi peserta didik yang diberi perlakuan model pembelajaran PBL
berbasis STEM lebih tinggi dengan rata-rata literasi sains kompetensi
peserta didik yang diberi perlakuan model pembelajaran PBL berbasis
scientific approach.
DAFTAR RUJUKAN

Afriana, J., Permanasari, A., & Fitriani, A. (2016). Penerapan Project Based
Learning Terintegrasi STEM untuk Meningkatkan Literasi Sains
Siswa Ditinjau dari Gender Implementation Project-Based Learning
Integrated STEM to Improve Scientific Literacy Based on Gender,
2(2), 202–212.

Dewi, H. R., Mayasari, T., & Jeffry, H. (2017). Peningkatan ketrampilan


berfikir kreatif siswa melalui penerapan inkuiri terbimbing berbasis
STEM, (20), 47–53.

OEDC. (2016). © oecd 2016, 1–8.

Permanasari, A. (2016). STEM Education : Inovasi dalam Pembelajaran


Sains, 23–34.

PISA. (2015). Pisa 2015.

Sulistiyowati, S., Abdurrahman, A., & Jalmo, T. (2018). The Effect of


STEM-Based Worksheet on Students ’ Science Literacy. Tadris:
Jurnal Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah, 3(1), 89–96.
https://doi.org/10.24042/tadris.v3i1.2141

The United States Department of Education. (2016). STEM 2026: A Vision


for Innovation in STEM Education. U.S. Department of Education
Workshop, 55. Retrieved from
https://innovation.ed.gov/files/2016/09/AIR-
STEM2026_Report_2016.pdf

Winarni, J., Zubaidah, S., & Koes, S. (2016). Stem: Apa, Mengapa, Dan
Bagaimana. Prosiding Semnas Pend IPA Pascasarjana UM.
https://doi.org/978-602-9286-21-2

23
24

Yuliati, Y. (2017). Literasi Sains dalam Pembelajaran IPA, 3(2), 21–28.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Iskandar, Srini M. 1996. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta.:


Depdikbud.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.


Bandung: ALFABETA.

Supardi. 2013. Aplikasi Statistika dalam Penelitian Konsep Statistika yang


Lebih Komprehensif. Jakarta: Change Publication.

Torlakson. T, 2014. Innovate: A Blueprint For Science, Technology,


Engineering, and Mathematics in California Public Education.
California: State Superintendent of Public Instruction.

Trianto.2013. Mendesain Model Pembelajaran Inofatif-Progresif. Surabaya:


Kencana Prenada Media Group.

Wisudawati, Asih Widi dan Eka Sulistiyowati. 2014. Metodologi


Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai