Anda di halaman 1dari 2

PCR untuk diagnosis HIV

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang dan melemahkan sistem
pertahanan tubuh manusia dengan cara merusak fungsi dari sel imun sehingga perlahan-lahan
individu yang terinfeksi HIV akan menjadi imunodefisiensi (NACO, 2015). Kondisi tersebut
meningkatkan kemungkinan pasien akan mengalami infeksi-infeksi lain, kanker, dan bahkan
penyakit lain yang dapat dilawan oleh individu dengan kondisi imun yang sehat (WHO,
2019). Dalam waktu 2 hingga 15 tahun, pada individu dengan infeksi HIV yang tidak
mendapat pengobatan akan mengalami Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
(NACO, 2015). AIDS merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi
lanjut dari infeksi HIV yang ditandai dengan adanya 20 atau lebih infeksi oportunistik atau
kanker yang berkaitan dengan HIV (WHO, 2017). Infeksi HIV merupakan salah satu
penyebab terbanyak dari penyakit kronis yang terjadi di Dunia (Easterbrook et al, 2016).
Pada akhir tahun 2018 terdapat 37,9 juta orang dengan infeksi HIV di Dunia (WHO, 2019).
Penularan HIV dapat terjadi dengan hubungan seksual yang beresiko antara individu yang
terinfeksi dengan yang lainnya baik itu heteroseksual maupun homoseksual, transfusi darah
yang terkontaminasi virus HIV, penggunaan jarum suntik yang bergantian, serta infeksi dari
ibu ke anak ketika hamil dan melahirkan (NACO, 2015).
HIV merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, sehingga diagnosis dini penting
dilakukan agar dapat segera mendapat penanganan dan penularan lebih lanjut dapat dicegah
(CDC, 2018). Seperti penyakit infeksi lainnya, diagnosis HIV dilakukan dengan cara melihat
keberadaan virus atau viral products di dalam host, atau dengan cara mendeteksi respons host
terhadap virus (NACO, 2015). Nucleic Acid Test (NAT) adalah tes yang sensitif untuk
mendiagnosis HIV, tes ini dilakukan dengan menggunakan metode polymerase chain
reaction’s (PCR) untuk mendeteksi keberadaan berbagai struktur gen HIV dalam host
(NACO, 2015). Pada studi sebelumnya dilaporkan bahwa NAT memiliki sensitivitas sebesar
99,3% dan spesivitas sebesar 96% (NACO, 2015). PCR adalah test of choice yang digunakan
dalam berbagai situasi seperti pada diagnosis awal pada bayi dan saat window period (Chun
et al 2012). Spesimen yang dapat digunakan dalam tes ini adalah plasma, serum,
cerebrospinal fluid (CSF), sekret dari cervix, semen, dan spot darah kering (PHLN, 2015).
Prinsip dari tes ini adalah HIV reverse transcriptase memproduksi DNA dari RNA genom
virus, selanjutnya untai komplemen dari DNA diproduksi melalui polimerase DNA virus
untuk membentuk untai ganda DNA virus (NACO, 2015). Kemudian DNA ini, baik yang
berintegrasi dalam genom inang maupun yang tidak terintegrasi dalam sitoplasma dapat
diamplifikasi oleh PCR dan dapat dideteksi (NACO, 2015).

Referensi:
CDC ( Centers for Disease Control and prevention). 2018. About HIV/AIDS.
https://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.html?CDC_AA_refVal=https%3A%2F
%2Fwww.cdc.gov%2Factagainstaids%2Fbasics%2Fwhatishiv.html diakses pada 21
november 2019
Chun, H.M., et al., Hepatitis B virus coinfection negatively impacts HIV outcomes in
HIV seroconverters. J Infect Dis, 2012. 205(2): p. 185-93.
Easterbrook, Philippa., Johnson, Cheryl., Figueroa, Carmen., and Baggaley, Rachel.
2016. HIV and Hepatitis Testing: Global Progress, Challenges, and Future Directions.
Geneva: HIV Departement, WHO.
NACO (National AIDS Control Organisation). 2015. National Guidelines for HIV
Testing. New Delhi: Ministry of Health & Family Welfare, Government of India.
PHLN (Public Health Laboratory Network). 2015. HIV Laboratory Case Definition.
https://www1.health.gov.au/internet/main/publishing.nsf/Content/F0B1B857E0B579B6CA25
7FD300072984/$File/HIV2016.pdf diakses pada 21 November 2019
WHO (World Health Organization). 2017. HIV/AIDS: Q&A.
https://www.who.int/features/qa/71/en/ diakses pada 21 November 2019
WHO (World Health Organization). 2019. HIV/AIDS: Key Facts.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids diakses pada 21 November 2019

Anda mungkin juga menyukai