Anda di halaman 1dari 4

Nama :   

NIM :   
Mata Kuliah :   
Jurusan :   
Dosen Pembimbing :

KEJAHATAN
Tulisan ini berbentuk critical review dari Makalah tentang Tinjauan Umum Kejahatan.
Pada pembahasan yang pertama, sang penulis membahas tentang pengertian daripada kejahatan.
Banyak penulis kutip dari beberapa pendapat ahli tentang makna atau pengertian daripada kejahatan,
seperti Menurut Wirjono Projo kejahatan merupakan pelanggaran dari norma-norma sebagai unsur
pokok kesatu dari hukum pidana. Sedangkan menurut Paul Mudigdo Moeliono kejahatan merupakan
perbuatan manusia, yang merupakan pelanggaran norma, yang dirasakan merugikan,
menjengkelkan, sehingga tidak boleh diabiarkan. 1

Setiap orang, mempunyai tinjauan tersendiri mengenai makna akan kejahatan, namun pada
makalah ini sang penulis mencamtumkan dua tinjauan secara teorirtis mengenai kejahatan itu
sendiri, yaitu dari sudut pandang yuridis yang dimaana kejahatan itu adalah segala perbuatan yang
bertentangan dengan norma serta undang - undang dan sudut pandang sosialis yang bermakna
kejahatan itu adalah perbuatan atau tingkah laku yang dapat merugikan orang lain. Dampak daripada
kejahatan sendiri bukanlah suatu perkara yang mudah dan dapat diterima oleh masyarakat umum.
Pelaku kejahatan sudah sepatut nya mendapatkan balasan atau hukuman yang setimpal dengan apa
yang telah diperbuatnya.

Kejahatan dan kehidupan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Cicero yang
merupakan seorang filsuf pernah mengatakan Ubi Societas, Ibi Ius, Ibi Crime yang berarti ada
masyarakat, ada hukum, dan ada kejahatan. 2 Dibagian ini sang penulis mengungkapkan bahwa pada
hakikatnya kejahatan itu telah ada dan terus ada selama masih ada masyarakat dan hukum. Dua hal
itu tidak dapat dipisahkan dan lengkang oleh waktu, akan terus ada hingga kapanpun dan
dimanapun. Secara yuridis formal kejahatan tersebut merupakan suatu bentuk tingkah laku yang
bertentangan dengan moral kemanusiaan, merugikan masyarakat, bersifat asosial dan melanggar
hukun serta undang – undangn pidana yang berlaku (melanggar KUHP). Dan juga bagi si penulis
kajiannya tidak hanya sebatas yudis formal, kejahatan juga dikaji secara sosiologis yaitu segala
bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang secara ekonomis, politi, dan sosial psikologis

1
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi Revisi, Jakarta, Rineka Cipta, 1993, Hal : 71.
2
A.S. Alam, 2010. Pengantar Kriminologi. Penerbit Pustaka Refleksi : Makassar, hal 2
sangat merugikan masyarakat, melanggar norma – norma susila, dan menyerang keselamatan
warga.3

Orang yang melakukan kejahatan disebut sebagai penjahat, begitu yang dicantumkan oleh
sang penulis pada makalah ini, dan juga sang penulis disini membagi penjahat kedalam beberapa
tipe sesuai dengan pendapat para ahli.

Yang pertama berdasarkan Sarjana Capelli. Ia membagi penjahat kedalam 3 kriteria, yang pertama
Penjahat yang melakukan kejahatan didorong oleh faktor psikopatologis, yang melakukan tindak
pidana oleh cacad badani rohani, dan kemunduran jiwa raganya dan terakhir karena faktor – faktor
sosial. Selanjutnya berdasarkan Cecaro Lombroso, ia membagi tipe penjahat kedalam lima kriteria,
yaitu Penjahat sejak lahir dengan sifat-sifat herediter (born criminals) dengan kelainan-kelainan
bentuk-bentuk jasmani, Penjahat dengan kelainan jiwa, Penjahat dirangsang oleh dorongan libido
seksualitas atau nafsu-nafsu seks, Penjahat karena kesempatan dan Penjahat dengan organ-organ
jasmani yang normal, namun mempunyai pola kebiasaan buruk. Kemudian yang terakhir menurut
Ashaffenburg, ia membaginya kepada sembilan tipe, yaitu Penjahat professional, Penjahat oleh
kebiasaan, Penjahat tanpa/ kurang memiliki disiplin kemasyarakatan, Penjahat-penjahat yang
mengalami krisis jiwa, Penjahat yang melakukan kejahatan oleh dorongan-dorongan seks yang
abnormal, Penjahat yang sangat agresif dan memiliki mental sangat labil, yang sering melakukan
penyerangan, penganiayaan, dan pembunuhan, Penjahat karena kelemahan batin dan dikejar-kejar
oleh nafsu materiil yang berlebih-lebihan, Penjahat dengan indolensi psikis dan segan bekerja keras
dan Penjahat campuran (kombinasi dari motof-motif 1 sampai 8).4

Pada hakikatnya, kejahatan dilakukan sebab adanya faktor yang mendorong dan mendukung
si penjahat melakukan tindak tanduknya. Dapat berupa akibat faktor internal maupun eksternal,
jasmani maupun psikis. Namun yang pasti, apapun itu, suatu tindakan kejahatan bukanlah hal yang
baik dan dapat diterima oleh masyarakat, hal itu menjadi demikian sebab ketika suatu kejahatan
terjadi, pasti akan ada minimal satu pihak yang akan terugikan.

Kejahatan bukan hanya terpusat pada satu hal ataupun satu jenis saja. Disini sang penulis
juga menjabarkan mengenai bentuk kejahatan berupa begal dan senjata tajam. Dua hal yang sangat
identik dengan kejahatan, dan disini penulis menjabarakan yang pertama sekali perihal begal yaitu
suatu tindakan pencurian atau perampasan dengan paksaan demi membuat korban tersebut
ketakutan. Pembegalan sendiri bertujuan demi mendapatkan barang komersil ataupun personal, dan
biasanya pelaku begal yang tujuannya untuk barang personal cenderung lebih kejam dan keji.
Pembegalan sendiri sering dilakukan di tempat yang sepi korban biasanya dirampas harta bendanya
dijalan, disertai dengan tindakan kekerasan maupun tidak, bahkan tak jarang memakan korban jiwa.

3
Mulyana W, Kusumah, Kejahatan dan Penyimpangan : suatu perspektif Kriminologi; YLBHI, 1988, Hal : 40-42.
4
Muhammad Mustafa. 2007. Kriminologi. Depok: FISIP UI PRESS. hal :16
Kemudian ada pula alat yang biasa digunakan demi melancarkan tindak tanduk kejahatan adalah
salah satunya senjata tajam. Senjata tajam sendiri merupakan suatu alat yang di gunakan untuk
melukai, membunuh, atau menghancurkan suatu benda. Senjata dapat digunakan untuk menyerang
maupun untuk mempertahankan diri, dan juga untuk mengancam dan melindungi. Apapun yang
dapat digunakan untuk merusak bahkan psikologi dan tubuh manusia dapat di katakan senjata.
Senjata dapat dalam bentuk sederhana seperti pentungan atau kompleks seperti peluru. Senjata tajam
adalah senjata yang di tajamkan untuk di gunakan sebagai alat untuk melukai sesuatu. 5
Berbicara mengenai kejahatan, tentu ada jenisnya. Pada point selanjutnya sang penulis
menjabarkan mengenai jenis - jenis daripada kejahatan itu sendiri. Sang penulis mengambil sumber
daripada Undang – undang KUHP sendiri sebagai landaran tulisannya, disitu dia menulis bahwa
kejahatan dibagi kedalam beberapa kelompok yaitu : Rampok dan gangsterisme, penipuan,
pencurian dan pelanggaran. Kemudian menurut cara kejahatan dilakukan, dapat juga dikelompokkan
dalam ; sang penjahat ketika melakukan aksinya menggunakan alat – alat bantu atau tidak, residivis,
penjahat yang berdarah dingin, penjahat kesempatan atau situsional, penjahat sebab dorongan
keadaan yang seketika maupun penjahat yang kebetulan. Pada pembahasan ini sang penulis banyak
menjabarkan dan mengkaji mengenai kejahatan secara umum dan berdasarkan pendapat para ahli,
pakar maupun tinjauan teoritis si penulis.

Dipoint keselanjutnya, mengenai teori – teori kriminologi tentang kejahatan, sang penulis
pertama sekali membahas mengenai paradigma studi kejahatan. Yang dimana pada paradigma
tersebut pakar yang bernama Simecca dan Lee mengetengahkan tiga perspektif tentang hubungan
antara hukum dan organisasi kemasyarakatan disatu pihak dan tiga paradigma tentang studi
kejahatan yaitu : pespektif consensus, pluralist, dan persepktif conflict atau dipandang sebagai suatu
keseimbangan yang bergerak dari konservatif menuju keliberal dan terakhir menuju kepada
perspektif radikal. Sementara itu, ketiga paradigma dimaksud adalah paradigma positivis,
interaksionis, dan paradigma sosialis. Ketiga paradigma tersebut berkaitan satu sama yang lain yang
membentuk suatu skematis.6

Teori kriminologi tentang kejahatan dengan kekerasan mempunyai tiga titik pandang dalam
melakukan analisis masalah kejahatan. Yaitu Macrotheories yang memandang kejahatan dari segi
struktur sosial, microtheories tentang mengapa orang melakukan kejahatan dan bridging theories
yaitu bagaimana mereka melakukan kejahatan. Hal tersebut dibahas secara umum oleh penulis
dalam makalahnya akan tetapi dengan bahasa mudah dipahami dan jelas. Ada lagi teori kontrol
sosial dan kontaiment yang membahas perihal pengendalian tingkah laku manusia, yang menunjuk
kepada pembahsan delikuensi dan kejahatan dikaitkan dengan struktur keluarga, pendidikan dan
kelompok dominan.

5
Ahsan Ridwan, Definisi Senjata Tajam Adalah Alat Yang, http://zhsan123.blogspot.co.id, akses tanggal 22 Oktober 2016.
6
Romli Atmasasmita. 1992. Teori dan Kapita Selekta Kriminologi. Bandung. Penerbit PT Eresco. Hal 42.
Terdapat pula aliran krimonologi klasik yang dimana aliran ini mendasarkan kepada

pandangan bahwa kecerdikan dan rasionalitas merupakan ciri dasar manusia dan menjadi dasar bagi

penjelasan perilaku manusia baik perseorangan maupun kelompok. Disini penulis hendak

memberitahukan pembaca bahwa intelegensia membuat manusia mampu mengarahkan dirinya

sendiri untuk bertindak mencapai kepentingan dan kehendaknya. Ini merupakan kerangka pemikiran

dari semua pemikiran klasik, seperti dalam filsafat, psikologi, politik, hukum dan ekonomi. Kunci

kemajuan menurut pemikiran ini adalah kemampuan kecerdasan atau akal yang dapat ditingkatkan

melalui latihan dan pendidikan, sehingga manusia mampu mengontrol dirinya sendiri, baik sebagai

individu maupun sebagai suatu masyarakat. Di dalam kerangka pemikiran ini, lazimnya kejahatan

dan penjahat dilihat semata-mata dari batasan undang-undang.7

7
I.S. Susanto, 2011, Kriminologi, Genta Publishing, Yogyakarta, hlm 6

Anda mungkin juga menyukai