Anda di halaman 1dari 2

Resume Artikel Pandemi koronavirus 2019–2020

Pandemi koronavirus 2019–2020 atau dikenal sebagai pandemi COVID-19 adalah peristiwa


menyebarnya penyakit koronavirus 2019 (bahasa Inggris: coronavirus disease 2019, disingkat COVID-19) di
seluruh dunia. Virus SARS-CoV-2 diduga menyebar di antara orang-orang terutama melalui percikan pernapasan
(droplet) yang dihasilkan selama batuk. Percikan ini juga dapat dihasilkan dari bersin dan pernapasan normal.
Selain itu, virus dapat menyebar akibat menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi dan kemudian
menyentuh wajah seseorang. Penyakit COVID-19 paling menular saat orang yang menderitanya memiliki gejala,
meskipun penyebaran mungkin saja terjadi sebelum gejala muncul. Periode waktu antara paparan virus dan
munculnya gejala biasanya sekitar lima hari, tetapi dapat berkisar dari dua hingga empat belas hari. Gejala umum
diantaranya demam, batuk, dan sesak napas.

Upaya untuk mencegah penyebaran virus termasuk pembatasan perjalanan, karantina, pemberlakuan jam


malam, penundaan dan pembatalan acara, serta penutupan fasilitas.

1. Latar belakang
Pada bulan Desember 2019, terjadi sekelompok kasus "radang paru-paru (pneumonia) yang tidak
diketahui penyebabnya" yang dihubungkan dengan pasar grosir makanan laut Huanan. Pasar ini memiliki ribuan
kios yang menjual berbagai hewan, seperti ikan, ayam, burung pegar, kelelawar, marmut, ular berbisa, rusa bintik,
dan binatang liar lainnya. Setelah virus korona diketahui sebagai penyebab penyakit ini, kecurigaan pun muncul
bahwa virus korona baru ini bersumber dari hewan. Wabah virus korona dari Wuhan dikaitkan dengan pasar yang
menjual hewan untuk dikonsumsi, sehingga penyakit tersebut diduga berasal dari hewan.[38] Hal ini
menimbulkan kekhawatiran bahwa wabah virus korona baru akan mirip dengan wabah SARS

2. Epidemiologi
Per 22 Maret 2020, terjadi 13.025 kasus kematian yang dikaitkan dengan COVID-19. Menurut NHC
Tiongkok, sebagian besar dari mereka yang meninggal adalah pasien yang lebih tua - sekitar 80% kematian yang
tercatat berasal dari mereka yang berusia di atas 60 tahun, dan 75% memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada
termasuk penyakit kardiovaskular dan diabetes

3. Penyebab
Virus 2019-nCoV merupakan spesies ketujuh dalam keluarga Coronaviridae yang mampu menginfeksi
manusia, selain 229E, NL63, OC43, HKU1, MERS-CoV, dan SARS-CoV. Angka reproduksi dasar untuk
penularan virus dari manusia ke manusia diperkirakan antara 2 dan 4. Jumlah tersebut menggambarkan berapa
banyak makhluk hidup yang baru terinfeksi yang kemungkinan menularkan virus dalam populasi manusia. Virus
korona baru telah dilaporkan mampu mengirimkan rantai hingga empat orang sejauh ini.
4. Karakteristik penyakit
Gejala pada presentasi klinis
Gejala yang dilaporkan termasuk demam pada 90% kasus, kelelahan dan batuk kering pada 80% kasus,dan sesak
napas 20%, dengan gangguan pernapasan 15%.
Uji diagnostik
Pada 15 Januari 2020, WHO menerbitkan protokol pengujian diagnostik untuk 2019-nCoV, yang dikembangkan
oleh tim virologi dari Rumah Sakit Charité di Jerman.
Kekhawatiran akan kurangnya laporan
Karena kurangnya tenaga medis dan peralatan medis di daerah yang terkena wabah, banyak rumah sakit gagal
mengidentifikasi kasus virus korona sementara banyak pasien dengan gejala mirip virus korona diberi label
sebagai "pneumonia berat".

5. Pencegahan dan pengendalian


Untuk mencegah infeksi, WHO merekomendasikan "mencuci tangan secara teratur, menutupi mulut dan
hidung ketika batuk dan bersin … [dan] hindari kontak dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala
penyakit pernapasan (seperti batuk dan bersin)."[157] Meskipun tidak ada perawatan khusus untuk virus korona
manusia pada umumnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menyarankan bahwa warga yang
terinfeksi virus ini dapat meredakan gejalanya dengan minum obat flu biasa, minum cairan, dan istirahat.
[158] Beberapa negara mengharuskan warganya untuk melaporkan gejala mirip flu ke dokter mereka, terutama
jika mereka pernah mengunjungi daratan Tiongkok.

6. Reaksi
Pada 30 Januari 2020, WHO mendeklarasikan status wabah 2019-nCoV sebagai Darurat Kesehatan
Global untuk keenam kalinya sejak Wabah flu babi 2009. Ini diakibatkan karena risiko penyebaran global,
terutama ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah tanpa sistem kesehatan yang kuat yang mampu
melakukan pengawasan setelah kemungkinan penularan dari manusia ke manusia terkonfirmasi.

7. Dampak
Pariwisata telah dilanda oleh pembatasan perjalanan dan ketakutan akan penularan virus korona, termasuk
larangan terhadap grup wisata domestik dan internasional. Banyak maskapai membatalkan atau mengurangi
banyak penerbangan ke negara masing masing dan beberapa penasihat perjalanan (travel
advisories) memperingatkan warganya untuk tidak bepergian ke luar negeri . Banyak negara, termasuk Prancis,
Inggris, Amerika Serikat dan Jepang, telah mengevakuasi warga negara mereka dari Wuhan dan provinsi Hubei.
Mayoritas sekolah dan universitas telah memperpanjang liburan tahunan mereka hingga pertengahan
Februari.] Mahasiswa luar negeri yang terdaftar di universitas-universitas Tiongkok telah pulang ke negara
asalnya karena takut terinfeksi. Berdampak juga pada ekonomi setiap negara yang terinfeksi virus corona ini.

Anda mungkin juga menyukai