Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL PENYELEDIKAN EPIDEMIOLOGI

KLB DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA


LAMPASIO, DESA TINADING, DESA SIBAE, DAN
DESA OYOM KAB. TOLI-TOLI 2011.
MATA KULIAH
PENYELIDILAN EPIDEMIOLOGI.

Disusun oleh

Athaya Nada Salsabila


2 D3 A

Dosen Mata Kuliah :

Sri Ani

Tingkat 2 D-III A Kesehatan Lingkungan


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Jalan Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada Dosen kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, Maret 2020

Penulis
A. PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue adalah demam tinggi mendadak 2-7 hari
tanpa penyebab yang jelas, terdapat tanda-tanda perdarahan (bintik-bintik
merah/ptekie, mimisan perdarahan pada gusi, muntah/berak darah), ada
perbesaran hati dan dapat timbul syok (pasien gelisah, nadi cepat dan
lemah, kaki tangan dingin, kulit lembab, kesadaran menurun. Pada
pemeriksaan laboratorium terdapat hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit 20%) dan trobositopeni (trombosit < 100.000/mm3).
Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat dan salah satu penyakit menular yang potensial
menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Sejak pertama ditemukan
penyakit DBD di Indonesia pada tahun 1968, jumlah kasus cenderung
meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga kejadian
luar biasa (KLB)/wabah masih sering terjadi di berbagai daerah di
Indonesia.
DBD disebabkan oleh virus dengue yg ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah,
sehingga penularannya terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk
penular tersebut.
Berdasarkan Laporan W1 KLB/Wabah oleh Puskesmas Lampasio
tanggal 14 Maret 2011 bahwa telah ditemukan kematian karena menderita
DBD sebanyak 1 orang dari 33 kasus, maka untuk itu dilakukan
Penyelidikan Epidemiologi oleh tim penyelidikan KLB DBD Dinas
Kesehatan Kab. Toli-Toli bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi serta
tim dari petugas Puskesmas Lampasio dengan melakukan analisa terhadap
berbagai factor yang berhubungan dengan terjadinya KLB DBD di desa
tersebut.
B. TUJUAN
Tujuan Umum : Melakukan tindakan penanggulangan dan pengendalian
KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, dan Desa
Oyom.
Tujuan Khusus

1. Memastikan kebenaran kasus KLB DBD yang dilaporkan dan


luasnya penyebaran
2. Mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinhya
penyebarluasan penyakit DBD di lokasi
3. Mengetahui gambaran situasi penyakit dan saran alternative
pencegahan
4. Melakukan penanggulangan DBD di lokasi

C. PENETAPAN ADANYA KLB


KLB DBD adalah jika suatu daerah desa atau kelurahan sebaiknya
segera ditetapkan telah berjangkit KLB DBD apabila memenuhi satu
kriteria sebagai berikut :
1. Terdapat satu penderita DBD atau demam dengue (DD)
meninggal.
2. Terdapat satu kasus DBD atau lebih selama 3 bulan terakhir di
daerah Kabupaten/Kota bersangkutan tidak ditemukan penderita
DBD tetapi HI jentik Aedes aegypti desa atau kelurahan tersebut
lebih dari 5%.
3. Terdapat peningkatan bermakna jumlah kasus DBD dibandingkan
keadaan sebelumnya,
4. Terdapat peningkatan bermakna dibandingkan dengan keadaan
tahun sebelumnya pada periode yang sama.
D. PENETAPAN DIAGNOSIS ETIOLOGI KLB
Pemastian diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis yang
muncul pada penderita dan melakukan pengambilan sampel darah pada
beberapa orang penderita yang sedang dirawat.
Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan, DBD atau DGF
(Dengue Hemorrhagic fever) atau adalah penyakit yang disebabkan oleh
Virus Dengue. Virus Ini ditularkan dari manusia ke manusia melalul
glgitan nyamuk Aedes Aegypti. Gejala klinis penyakit DBD dimulai
dengan demam tinggi yang mendadak terus-menerus berlangsung 2 - 7
hari, kemudian turun secara cepat. Demam secara mendadak disertal gejala
klinis yang tidak spesifik sepert: anorexla, lemas, nyerl pada tulang, sendi,
punggung dan kepala.

Tabel 1.  Distribusi Gejala Klinis Penderita pada KLB DBD di


Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, Desa Oyom Kec. Lampasio,
Kab. Toli-Toli pada tanggal 28 Februari s/d 15 Maret 2011

No. Gejala Klinis Jumlah %

1 Demam 44 100

2 Sakit Ulu Hati 7 15,9

3 Torniket 0 0

4 Perdarahan 31 70,5

5 Muntah 7 15,9

6 Shock 0 0

7 Batuk 20 45,5

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan.


Dari tabel diatas terdapat gejala dengan frekuensi tertinggi pada
penderita adalah Demam (100 %) , Perdarahan 70,5%, Batuk 45,5 %,
Sakit ulu hati 15,9%, Muntah 15,9 %. Hal ini merupakan gejala penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus dengue
dimana vektor perantara adalah nyamuk aedes aegypti.

E. IDENTIFIKASI KASUS KLB

Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom


merupakan bagian dari Kecamatan Lampasio dan wilayah kerja
Puskesmas Lampasio yang juga merupakan bagian dari pengawasan Dinas
Kesehatan Kabupaten Toli-Toli dengan jumlah penduduk adalah sebagai
berikut :

Desa Jumlah Total (Jiwa)


Laki-Laki Perempuan
Sibea 786 711 1,497
Oyom 1,138 1,012 2,150
Lampasio 986 898 1,884
Tinading 1,131 1,064 2,195
Jumlah 4,131 3,685 7,816

…………Sumber : Data sekunder

Puskesmas Lampasio dengan wilayah kerja 9 desa dengan batas wilayah


sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Baolan.


2. Sebelah timur berbatasan Kabupaten Buol.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Basidondo.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ogodeide.

Lokasi kejadian KLB berada di 4 desa di Kecamatan Lampasio


wilayah kerja Puskesmas Lampasio Kabupaten Toli-Toli. Kasus DBD
mulai terjadi pada tanggal 28 Februari 2011 dan dilakukan
penyelidikan kasus pada tanggal 15 Maret 2011. Pelaksanaan
penyelidikan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli
bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah yang
dilakukan secara lintas program dan lintas sektor, yaitu :

Lintas Program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli :

a. Kasie Sepim Kesma Dinkes Kab Toli-Toli.

b. Pengelola Surveilans Dinkes Kab. Toli-Toli.

c. Pengelola DBD Dinkes Kab. Toli-Toli.

d. Tim Investigasi Puskesmas Lampasio

Lintas Sektor Terkait : Pemerintah setempat (Kepala desa Bomba Kec.


Una-Una)

F. GAMBARAN EPIDEMIOLOGI
a. Distribusi kasus DBD berdasarkan Time.
Untuk menggambarkan kasus pada periode KLB (lamanya
KLB berlangsung) biasanya digambarkan dalam kurva epidemik yang
menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of
illness), Interval dalam pembuatan kurva epidemik yang dipakai
adalah 1 harian.
Distribusi kasus DBD di Wilayah Puskesmas Lampasio
berdasarkan waktu mulai sakit dapat dlihat pada tabel di bawah ini :
Berdasarkan hasil investigasi, awal mulai sakit tanggal 28
Pebruari 2011 dengan jumlah penderita 2 orang dan mengalami
puncak kasus pada tanggal 9 Maret 2011 dengan peningkatan kasus
sebanyak 8 orang, sehingga jumlah kasus secara keseluruhan adalah 44
kasus.

b. Distribusi kasus DBD berdasarkan Persont.


Distribusi penderita DBD dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Distribusi Kasus DBD menurut kelompok umur  di


Wilayah Puskesmas Lampasio Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan
Maret Tahun 2011.

No Kelompok Jumlah Kasus CFR


Sakit Mati
Umur (Thn) (%)
1 ≤ 12 22 0 0
2 13 – 24 2 1 50
3 25 – 36 6 0 0
4 37 – 48 13 0 0
5 > 49 1 0 0
Jumlah 44 0 0

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur yang


terbanyak sakit berada pada kelompok umur ≤ 12 tahun sebanyak
22 orang, terendah pada kelompok umur > 49 tahun sebanyak 1
orang, dan CFR 50% pada kelompok umur 13 – 24 tahun.

Tabel 3  Distribusi Kasus DBD menurut jenis kelamin di


Wilayah Puskesmas Lampasio,  Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli
Bulan Maret Tahun 2011

No Jenis PopulasiRentan Jumlah kasus Attack CFR


Rate
Kelamin Sakit Mati (%)
(%)

1 Laki – laki 4131 21 0 0,51 0

2 Perempuan 3685 23 1 0,62 4,38

Jumlah 7816 44 1 0,90 2,27

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus terbanyak pada jenis


kelamin perempuan (23 kasus) dengan AR = 0,62% dan CFR =
4,38%.

c. Distribusi kasus campak berdasarkan Place.


Distribusi kasus DBD di Wilayah Puskesmas Lampasio
berdasarkan tempat dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.Distribusi Kasus DBD menurut tempat tinggal
penderita pada KLB di Wilayah Puskesmas Lampasio, Kec. Lampasio,
Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011

No Nama Desa Jumlah kasus CFR


Sakit Mati (%)
1 Desa Lampasio 20 0 0
2 Desa Tinading 18 0 0
3 Desa Sibea 2 0 0
4 Desa Oyom 4 1 25
Jumlah 44 1 2,27

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Hasil pengamatan terhadap asal penderita diperoleh gambaran


bahwa sebagian besar dari penderita berasal dari Desa Lampasio yaitu
20 kasus dan penderita DBD yang meninggal berasal dari Desa Oyom
dimana CFR = 25% seperti dalam tabel di atas.
G. SUMBER DAN CARA PENULARANNYA
I. Sumber
Hasil survey jentik ditemukan beberapa karakteristik di Desa
Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom yaitu terdapat
tempat –tempat perindukan nyamuk seperti tempurung kelapa, ban –
ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita merupakan media
yang cepat berkembang biaknya nyamuk-nyamuk aedes aygepty dan
setelah dilakukan pemeriksaan terhadap jentik –jentik nyamuk ternyata
paling banyak jenis jentik nyamuk Aedes, yang didukung dengan
kondisi curah hujan tidak menentu sehingga penyebaran penyakit ini
menjadi cepat menular kepada penduduk yang berada didesa tersebut.
Berdasarkan penyelidikan epidemiologi KLB DED di wilayah
Puskesmas Girian Wenu Kec. Girian Kota Bitung dapat diperoleh data
tentang faktor risiko penyebab KLB DBD antara lain:
a) Faktor risiko dari unsur SDM:
1. Surveilans Aktif RS (SARS) belum berjalan dengan
maksimal
2. Surveilans Pasif RS (SPRS) pun belum berjalan sesuai
harapan.
3. Data DBD belum dianalisa oleh pengelola
surveilans/tim surveilans.
4. Kualitas Penyuluhan tentang Pencegahan dan
Pengendalian penyakit DEBD belum tercapai.
b) Faktor Risiko dani unsur masyarakat đan lingkungan:
1. Perilaku masyarakat tentang PHBS masih rendah
2. Breading place nyamuk masih banyak
II. Cara Penularan
Mekanisme penularan terjadi melalui gigitan nyamuk yang
memang telah ada di wilayah tersebut dimana sebelumnya penderita
yang pertama kali terpapar kasus DBD mempunyai riwayat bepergiaan
ke daerah endemis DBD dimana penderita tersebut bersekolah di Kota
Toli-Toli yang kemungkinan Virusnya didapat di kota.

H. UPAYA PENANGGULANGAN YANG DILAKUKAN


Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan dan
penanggulangan KLB DBD di wilayah Puskesmas Lampasio adalah :
1. Melakukan fogging wilayah dua siklus dimana satu minggu setelah
siklus pertama dilakukan fogging siklus kedua.
2. Melakukan abatisasi di sekitar wilayah kejadian KLB DBD.
3. Penyuluhan dilakukan dengan koordinasi lintas sektor dan lintas
program.
4. Pembinaan terhadap petugas surveilans puskesmas dalam hal SKD
KLB.
5. Melakukan surveilans ketat hingga KLB dinyatakan berhenti.

I. UPAYA PENANGGULANGAN YANG DI RENCANAKAN


1. Ketahui Penyebabnya
2. Bersihkan Sarang Nyamuk DBD
3. Jaga Kebersihan Lingkungan
Bersihkan lingkungan di area rumah Anda dengan obat
antinyamuk dan insektisida.
4. Usir Keberadaan Nyamuk
Selanjutnya, jangan lupa untuk menggunakan krim atau
lotion antinyamuk untuk mengusir keberadaan nyamuk di sekitar.
5. Beri Penerangan di Rumah
Nyamuk biasanya lebih suka tempat yang lembap dan
gelap. Untuk itu, isilah rumah Anda dengan cahaya lampu dan
sinar matahari yang benar-benar dapat menerangi seluruh sudut
ruangan sebagai pencegahan DBD.

J. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


1) Kesimpulan
1. Telah terjadi KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading,
Desa Sibea, dan Desa Oyom dengan jumlah penderita 44
orang, AR = 0,90% dan CFR = 2,27%.
2. Kelompok umur ≤ 12 tahun merupakan kelompok umur yang
paling banyak menderita DBD dengan jumlah kasus 22 orang.
3. Pemastian diagnosis adalah hasil pemeriksaan Laboratorium
dan pemeriksaan jentik nyamuk.
4. Pola epidemik adalah propagated epidemic karena adanya lebih
dari satu sumber penularan yaitu ditemukannya tempurung
kelapa, ban-ban dan kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah
penderita.
2) Rekomendasi
Beberapa usulan rekonmendasi yang dapat dilakukan untuk
permasalah yang ditemukan dilapangan antara lain:
1. Menjadikan kegiatan SARS sebagai tupoksi prioritas bagi
pengelola surveilans yang dituangkan dalam SKP (Sasaran
Kinerja Pegawai) dan dibuat diawal tahun anggaran baik di
tingkat puskesmas maupun dinas kesehatan kabupaten/
kota;
2. Meningkatkan sensitifitas pengelola surveilans RS untuk
secara aktif melaporkan penyakit menular potensial KLB
seperti DBD melalui sosialisasi penyakit menular potensial
KLB dan Asistensi teknis secara berkala
(triwulan/semester) oleh dinas Kesehatan kabupaten/kota
dan provinsi;
3. Dinas Kesehatan Kota Bitung agar berkoordinasi dengan
RS terkait untuk evaluasi manajemen kasus dan jika
diperlukan dapat meminta bantuan dari Ikatan Dokter Anak
Indonesia (1DAI).
4. Bagian promosi kesehatan agar mengemas secara riil dan
sederhana materi penyuluhan tentang pencegahan DBD
seperti memelihara ikan cupang pemakan jentik, menanam
tanaman hias yang aromanya dapat mengusir nyamuk,
memberi informasi tentang tanda dan gejala khas DBD
serta langkah-langkah penanganan segera yang harus
dilakukan masyarakat seperti memberi cairan berelektrolit
untuk mengindari dehidrasi, segera ke fasilitas pelayanan
kesehatan jika penderita panas dalam 2-3 hari dan
pengendalian penyakit DBD dengan menyampaikan
informasi tentang tujuan dan bahaya foging melalui media
komunikasi seperti brosur, leaflet, baliho, iklan media
elektronik secara berkala serta melakukan surveilans
berbasis masyarakat atau community based surveilance
(CBS) dimana masyarakat/kader dilatih dan diberdayakan
untuk melaporkan gejala dan tanda penyakit menular yang
terjadi di wilayahnya terutama jika penderita tidak datang
ke fasyankes;
5. Melakukan refreshing bagi pengelola surveilans tentang
cara pengolahan dan analisis data DBD melalui workshop
analisis data surveilans epidemiologi dengan dukungan
dana ABPD.
6. Kerjasama dengan lintas sektor untuk melakukan lomba
kelurahan/ lingkungan bebas jentik pada bulan sebelum
musim penghujan tiba/sebelum masa penularan (SMP)
dengan mengukur dan memeriksa ABJ oleh Tim
Puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota serta
menindak lanjuti kegiatan Satgas.

Anda mungkin juga menyukai