PENGERTIAN UTANG
utang adalah Kewajiban suatu badan usaha / perusahaan kepada pihak ketiga yang dibayar dengan
cara menyerahkan aktiva atau jasa dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat dari transaksi di masa
lalu.
Penggolongan Utang
a.Utang jangka pendek adalah utang yang jatuh tempo dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.
Contoh : utang usaha / dagang, utang wesel, beban yang masih harus dibayar , utang hadiah, utang
garansi dan lain lain.
b.Utang jangka panjang adalah utang yang pelunasannya akan dilakukan dalam jangka waktu lebih dari
satu tahun. Contoh : utang hipotik, utang obligasi, utang bank dan lain – lain.
Ada dua metode pencatatan utang, yaitu account payable procedure dan voucher payable procedure.
Dalam account payable procedure, catatan utang adalah berupa kartu utang yang diselenggarakan
untuk setiap kreditur, yang memperlihatkan catatan mengenai nomor faktur dari pemasok, jumlah yang
terutang, jumlah pembayaran, dan saldo utang.
Dalam voucher payable procedure, tidak menggunakan kartu utang. Tapi menggunakan arsip voucher
yang disimpan dalam arsip menurut abjad atau menurut tanggal jatuh temponya. Arsip bukti kas keluar
ini berfungsi sebagai catatan utang.
1.hutang (Account payable),yaitu hutang jangka pendek tidak disertai perjanjian tertulis.timbulnya
karena transaksi pembelian kredit
2.wessel bayar ( notes payable),yaitu : hutaang jangka pendek yang disertai perjanjian tertuli sesuai
dengan ketentuan undang -undang
-mengaksep wessel
– menyerahkan promes/aksep
3. beban-beban yang harus dibayar ( Accruals payable) yaitu:suatu kewajiban yang telah menjadi beban
(seharusnya sudah di bayar) tetapi belum dibayar karena belum saat pembayaraanya.
contoh ;
contoh :
hutang jangka panjang yaitu: hutang perusahaan kepada pihak lain yang pelunasannya dalam jangka
panjang ( lebih dari satu tahun) dihitung dari tanggal neraca.
1).hutang hipotik ( mortage notes payable),yaitu: hutang jangka panjang dengan jaminan aktiva tetap
2).Pinjaman obligasi ( bond payable),yaitu; surat tanda berutang kepada pemegang dengan pembayaran
bunga yang pelunasannya lebih dari satu tahun.
CONTOH :
Pasiva
Hutang RP.
A.
Liabilitas (bahasa Inggris: liability) adalah Hutang yang harus dilunasi atau pelayanan yang harus
dilakukan pada masa datang pada pihak lain. Liabilitas adalah kebalikan dari aset yang merupakan
sesuatu yang dimiliki. Contoh liabilitas adalah uang yang dipinjam dari pihak lain, giro atau cek yang
belum dibayarkan, dan pajak penjualan yang belum dibayarkan ke negara.
Liabilitas dimasukkan dalam neraca dengan saldo normal kredit, dan biasanya dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
Liabilitas jangka pendek - liabilitas yang dapat diharapkan untuk dilunasi dalam jangka pendek (satu
tahun atau kurang). Biasanya terdiri dari utang pembayaran (hutang dagang, gaji, pajak, dan
sebagainya), pendapatan ditangguhkan, bagian dari utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam
tahun berjalan, obligasi jangka pendek (misalnya dari pembelian peralatan), dan lain-lain.
Liabilitas jangka panjang - liabilitas yang penyelesaiannya melebihi satu periode akuntansi (lebih dari
satu tahun). Biasanya terdiri dari utang jangka panjang, obligasi pensiun, dan lain-lain.
https://normalasarii.wordpress.com/2013/05/09/pengertian-utang-utang-adalah-kewajiban-suatu-
badan-usaha/amp/
2.
Apa yang dimaksud dengan ekuitas (equity)? Secara umum, pengertian ekuitas adalah besarnya hak
residual atau kepentingan pemilik entitas terhadap aset entitas tersebut setelah dikurangi semua
kewajiban dalam neraca.
Arti ekuitas dapat juga didefinisikan sebagai modal atau kekayaan suatu entitas, yaitu selisih jumlah
aktiva (aset) dikurangi dengan pasiva (kewajiban). Jadi, pada prinsipnya ekuitas adalah kekayaan bersih
yang berasal dari investasi pemilik dan juga dari hasil kegiatan usaha perusahaannya.
Menurut PSAK (2002) pasal 49, pengertian ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Dengan kata lain, ekuitas adalah suatu perkiraan yang mencerminkan porsi
hak atau kepentingan pemilik perusahaan terhadap harta perusahaan tersebut.
Jenis-Jenis Ekuitas
Pada suatu entitas yang berbentuk perseroan, terdapat lima jenis ekuitas. Mengacu pada pengertian
ekuitas, adapun jenis-jenis ekuitas adalah sebagai berikut:
Referensi Informasi Era Digital
Beranda Finansial Pengertian Ekuitas: Jenis-Jenis, dan Contoh Ekuitas Dalam Akuntansi
Daftar isi
Apa yang dimaksud dengan ekuitas (equity)? Secara umum, pengertian ekuitas adalah besarnya hak
residual atau kepentingan pemilik entitas terhadap aset entitas tersebut setelah dikurangi semua
kewajiban dalam neraca.
Arti ekuitas dapat juga didefinisikan sebagai modal atau kekayaan suatu entitas, yaitu selisih jumlah
aktiva (aset) dikurangi dengan pasiva (kewajiban). Jadi, pada prinsipnya ekuitas adalah kekayaan bersih
yang berasal dari investasi pemilik dan juga dari hasil kegiatan usaha perusahaannya.
Menurut PSAK (2002) pasal 49, pengertian ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Dengan kata lain, ekuitas adalah suatu perkiraan yang mencerminkan porsi
hak atau kepentingan pemilik perusahaan terhadap harta perusahaan tersebut.
Jenis-Jenis Ekuitas
Pada suatu entitas yang berbentuk perseroan, terdapat lima jenis ekuitas. Mengacu pada pengertian
ekuitas, adapun jenis-jenis ekuitas adalah sebagai berikut:
1. Akun Penambah Ekuitas
Akun penambah ekuitas dapat dibagi 2 macam, yaitu Laba Ditahan dan Modal Disetor. Kedua akun ini
nantinya akan dijelaskan pada laporan perubahan ekuitas dan merupakan unsur penambah ekuitas.
2. Modal Disetor
Modal disetor adalah besarnya uang yang disetorkan oleh pemegang saham. Modal disetor dapat
kelompokkan menjadi dua, yaitu:
Agio/ Disagio Saham, yaitu selisih antara setoran pemegang saham dengan jumlah nominal saham. Agio
merupakan selisih di atas nominal, sedangkan Disagio merupakan selisih di bawah nominal.
3. Pendapatan
Pendapat (revenues) adalah laba suatu entitas yang memberikan penambahan nilai perusahaan pada
periode pencatatan. Dalam hal ini pendapatan adalah laba ditahan yang dipakai untuk melakukan
ekspansi entitas sehingga dapat memperbesar aset entitas tersebut.
Ini adalah kebalikan dari akun penambah ekuitas. Terdapat dua akun pengurang ekuitas, yaitu
pengambilan pribadi dan biaya. Kedua akun pengurang ini akan dinyatakan sebagai pengurang ekuitas
dengan saldo nominal di bagian debit pada laporan.
5. Pengambilan Pribadi
Ini adalah pengambilan modal yang dilakukan oleh pemilik. Jika perusahaan sudah berbentuk perseroan,
maka pengambilan pribadi (prive) hanya dapat dilakukan bila disetujui oleh dewan komisaris.
6. Beban/ Pengeluaran
Beban/ pengeluaran adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh entitas untuk kegiatan operasionalnya
dalam menghasilkan barang atau jasa. Pada laporan ekuitas beban dan pendapatan tidak tercantumkan
secara langsung, namun dalam bentuk laba atau rugi.
Sebagai contoh, kita dapat melihat beberapa ekuitas yang terdapat pada suatu entitas berbentuk
Perseroan Terbatas (PT). Adapun beberapa contoh ekuitas adalah sebagai berikut:
Saham yang terdiri dari; Saham Preferen, Saham Biasa, dan Akun Tambahan Modal Disetor.
Modal yang berasal dari sumbangan (donated capital) dapat dilaporkan sebagai bagian dari tambahan
modal disetor.
Premium (agio) atau discount (disagio) dari penjualan saham, baik saham biasa maupun saham
preferen.
Selisih penilaian kembali aktiva tetap, untuk perusahaan yang melakukan revaluasi aktiva tetap
berdaarkan peraturan pemerintah.
Retained Earnings (laba ditahan/ sisa laba tahun sebelumnya) atau Deficit/ Accumulated Losses (sisa rugi
tahun sebelumnya).
A.
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban dalam neraca.
Mari simak lebih lanjut pengertian ekuitas dan berbagai elemen, klasifikasi serta penjabarannya.
Selamat membaca!
Secara sederhana, ekuitas adalah besarnya hak atau kepentingan pemilik perusahaan pada harta
perusahaan.
Jika kita ingat kembali persamaan dasar akuntansi, sisi kiri merupakan harta dan sisi kanan merupakan
utang dan ekuitas.
Sisi kiri merupakan sumber daya yang dikuasai perusahaan sedangkan sisi kanan menunjukkan besarnya
kepentingan kreditor dan pemilik terhadap harta perusahaan.
Istilah ekuitas berasal dari kata equity atau equity of ownership yang berarti kekayaan bersih
perusahaan.
Secara sederhana, ekuitas diformulasikan sebagai total aktiva dikurangi total pasiva.
Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang
ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut.
Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas akan berkurang
terutama dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian keuntungan atau
karena kerugian.
Mengingat ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban dalam
neraca, dengan demikian jumlah (besarnya) ekuitas sama dengan selisih antara aktiva dan kewajiban
perusahaan.
Contohnya, sebuah perseroan terbatas (PT), ekuitasnya dapat diklasifikasikan menjadi setoran modal
oleh para pemegang saham, saldo, laba, dan penyisihan saldo laba.
Elemen Ekuitas
Terdapat 5 elemen ekuitas, yaitu modal disetor, laba tidak dibagi, modal penilaian kembali, modal
sumbangan, modal lain-lain.
1 Modal Disetor
Modal ini adalah jumlah uang yang disetorkan oleh pemegang saham yang umumnya dibagi menjadi 2
kelompok yaitu:
Agio/Disagio Saham adalah selisih antara setoran pemegang saham dengan jumlah nominal saham. Agio
adalah selisih atas nominal sedangkan disagio adalah selisih dibawah nominal. Di dalam neraca, suatu
agio akan ditambahkan pada modal saham yang beredar dan disagio akan diuangkan.
Modal ini merupakan kumpulan dari laba tahun-tahun sebelumnya yang tidak dibagi sebagai dividen.
Laba ini berasal dari dalam perusahaan. Apabila laba ini bersaldo debit maka akan disebut defisit.
Jenis modal laba tidak dibagi ini sewaktu-waktu dapat diminta oleh yang bersangkutan (pemegang
saham) sebagai dividen.
Oleh sebab itu, perusahaan harus mengantisipasi apabila laba tidak dibagi diminta sebagai dividen
dengan membuat cadangan-cadangan dari laba tidak dibagi.
Apabila dilakukan penilaian kembali terhadap aktiva-aktiva perusahaan, maka selisih nilai buku lama
(buku periode sebelumnya) dengan nilai buku yang baru dicatat sebagai modal penilaian kembali.
#4 Modal Sumbangan
Modal sumbangan adalah modal yang timbul akibat sebuah perusahaan memperoleh aktiva yang
berasal dari sumbangan.
#5 Modal Lain-lain
Modal ini contohnya seperti modal pada cadangan laba tidak dibagi seperti cadangan untuk ekspansi,
cadangan penurunan harga persediaan, cadangan pelunasan obligasi dan sebagainya.
Jumlah laba tidak dibagi yang sudah dicadangkan tidak bisa diminta kembali sebagai dividen
3
Dalam bisnis, pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya,
kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang
penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi
pengeluaran.
Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa
perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten, dan juga pertumbuhan keuntungan,
dianggap penting bagi perusahaan yang dijual ke publik melalui saham untuk menarik investor.
Menurut pendapat lain, pendapatan adalah kenaikan kotor dalam asset atau penurunan dalam
lialibilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang
berakibat dari investasi yang halal, keuntungan, seperti manajemen rekening investasi terbatas.
(Antonio,2001 : 204 ).
Menurut Sukirno (2002), pendapatan dapat dihitung melalui tiga cara yaitu:
Cara pengel uaran, cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai pengeluaran / perbelanjaan
ke atas barang – barang dan jasa.
Cara produksi, cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan.
Cara pendapatan, dalam perhitung an ini pendpaatan diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh
pendapatan yang diterima
B.
Pengertian
Penghasilan adalah setiap tambahan kemapuan ekonomis yang diterima atau diperoleh yang dapat
digunakan untuk konsumsi dan menambah kekayaan, baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
dalam bentuk nama dan bentuk apapun.
Macam-Macam Penghasilan
Yang berupa harta gerak dan harta tak gerak seperti deviden, bunga, royalti sewa keuntungan
penjualan harta dan hak yang tidak digunakan sebagai usaha dan lain sebagainya.
Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh yang dapat
digunakan untuk konsumsi dan menambah kekayaan.
contohnya: Penghasilan dari pekerjaan, penghasilan dari modal, dan penghasilan dari usaha dan
kegiatan lainnya.
Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh WP, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan WP, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
C.
Pengertian Penjualan Serta Jenis Dan Tujuannya. Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk
mengembangkan rencana - rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasa n kebutuhan dan
keinginan pembeli guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba. Penjualan juga merupakan
sumber hidup suatu perusahaan, karena dari perusahaan dapat diperoleh laba serta suatu usaha
memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui
hasil produk yang dihasilkan. Berikut adalah penjelasan seputar deifinisi penjualan, jenis-jenis penjualan,
tujuan penjualan dan macam-macam transaksi penjualan.
Definisi Penjualan
Pengertian penjualan menurut Kotler merupakan sebuah proses dimana kebutuhan pembeli dan
kebutuhan penjual dipenuhi, melalui antar pertukaran informasi dan kepentingan”.
Seperti dikutip dari wikipedia. Pengertian Penjualan (sales) adalah aktivitas atau bisnis menjual produk
atau jasa. Dalam proses penjualan, penjual atau penyedia barang dan jasa memberikan kepemilikan
suatu komoditas kepada pembeli untuk suatu harga tertentu. Penjualan dapat dilakukan melalui
berbagai metode, seperti penjualan langsung, dan melalui agen penjualan.
Secara Umum pengertian penjualan adalah sejumlah total yang dikenakan kepada pelanggan untuk
barang atau jasa yang di jual, baik secara kredit maupun tunai.
Jenis-Jenis Penjualan
Cash sales (penjualan tunai). A business may sell merchandise for cash. Cash sales are normally entered
(rung up) on a cash register and recorded in the accounts. Yang berarti, sebuah bisnis dapat menjual
barang dagangannya secara tunai. Penjualan tunai secara normal di masukkan pada register kas dan
dicatat dalam rekening.
Sales on account (penjualan kredit). A business may sell merchandise on account. The seller records
such sales as a debit to Account Receivable and a credit to Sales.Yang berarti, sebuah bisnis dapat
menjual barang dagangannya secara kredit. Penjual akan mencatat penjualan tersebut dengan piutang
usaha pada debit dan penjualan pada kredit.
Tujuan Penjualan
Tujuan penjualan adalah mendatangkan keuntungan atau laba dari produk-produk atau jasa yang
dihasilkan produsennya dengan pengelolaan yang baik dan juga mengharapkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Akan tetapi hal ini perlu peningkatan kinerja dari pihak distributor dalam menjamin
mutu dan kualitas barang ataupun jasa yang akan di jual. Mencapai suatu tujuan yaitu dalam
perusahaan setiap penjualan harus memiliki tujuan penjualan yang dicapai.
Penjualan Tunai. Adalah penjualan yang bersifat cash dan carry. Pada umumnya terjadi secara kontan
dan dapat pula terjadi pembayaran selama satu bulan dianggap kontan.
Penjualan Kredit. Adalah penjualan dengan tenggang waktu rata-rata diatas satu bulan.
Penjualan Tender. Adalah penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender untuk memenangkan
tender selain harus memenuhi berbagai prosedur.
Penjualan Ekspor. Adalah penjualan yang dilaksanakan dengan pihak pembeli luar negeri yang
mengimpor barang tersebut.
Penjualan Konsinyasi. Adalah penjualan yang dilakukan secara titipan kepada pembeli yang juga sebagai
penjual.
Penjualan Grosir. Adalah penjualan yang tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui pedagang grosir
atau eceran.
4.
A.
Harga pokok penjualan (HPP) atau yang biasa disebut dengan cost of good sold (COGS) merupakan
seluruh biaya langsung yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa yang dijual. Dalam
menghitung HPP, biaya yang diperhitungkan mencakup biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead.
Tujuan menghitung HPP adalah mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan dalam produksi barang
dan jasa. HPP merupakan salah satu komponen dalam laporan laba rugi. Untuk menghitung HPP, Anda
dapat menggunakan rumus berikut ini:
HPP = Persediaan Awal + Pembelian – Persedian Akhir
Sementara
Harga Jual
Harga jual merupakan besarnya harga yang dibebankan kepada konsumen. Untuk menghitung harga
jual, Anda dapat menghitungnya dengan cara :
Harga Jual = Biaya Produksi + Biaya Non Produksi + Laba yang Diharapkan
Dalam menentukan harga jual, ada dua metode yang bisa digunakan, yakni penetapan harga biaya plus
dan penetapan harga mark up. Penetapan harga biaya plus (cost plus pricing method) merupakan salah
satu metode menghitung harga jual dengan cara menjumlahkan semua biaya dengan margin yang
diharapkan. Sementara penetapan harga mark up caranya lebih sederhana, yakni dengan menambahkan
jumlah keuntungan yang Anda harapkan dengan harga beli dari barang yang akan dijual.
Kesimpulan:
Harga pokok penjualan dan harga jual merupakan hal yang berbeda. Namun, dengan menggunakan HPP,
Anda dapat menentukan harga jual yang sesuai untuk dibebankan kepada konsumen. Agar perusahaan
mendapatkan laba, maka harga jual yang Anda tetapkan harus lebih besar dari HPP.
Ingin lebih praktis dan mudah dalam menentukan HPP dan mengelola keuangan perusahaan? Anda
dapat menggunakan bantuan software akuntansi online. Jurnal merupakan software akuntansi berbasis
cloud yang memudahkan Anda karena sistem secara otomatis akan mengintegrasikan data-data yang
telah di input ke laporan keuangan. Anda dapat melakukannya dengan cepat, tepat, dan mudah. Selain
itu, Anda dapat mengaksesnya di mana saja dan kapan saja.
B.
Di screen shoot
5.
Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan. Jadi, Pajak Penghasilan ini bersifat wajib untuk dikeluarkan oleh semua Pengusaha Kena
Pajak (PKP) atas tambahan kemampuan ekonomis (laba) yang didapatkan dan tarifnya pun telah
ditetapkan oleh undang-undang. Perlu digaris bawahi disini yang bertindak sebagai objek Pajak
Penghasilan adalah laba yang dihasilkan suatu perusahaan, sedangkan subjek dari Pajak Penghasilan
adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Perbedaan ini disebabkan karena adanya provisi dari UU Perpajakan yang telah menentukan beberapa
jenis pendapatan yang dibebaskan dari Penghasilan Tidak Kena Pajak dan beberapa jenis beban yang
tidak boleh dikurangkan dalam penghitungan pajak. Kedua hal ini tidak menimbulkan masalah akuntansi
karena tidak pernah diperhitungkan dalam menentukan laba kena pajak atau laba fiscal (taxable
income), namun dimasukan dalam perhitungan laba akuntansi sesuai SAK atau laba komersial (pretax
financial income). Oleh karena itu, perbedaan ini tidak mempengaruhi pajak kini atau pun pajak
tangguhan.
Jumlah Laba Kena Pajak sesuai Surap Pemberitahuaan (SPT) dihitung berdasarkan ketentuan Undang –
undang yang berlaku dalam tahun fiskal yang bersangkutan, sedangkan Jumlah Laba Akuntansi sesuai
Lap. Rugi/Laba ditentukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang biasa digunakan. Perbedaan ini
mengakibatkan adanya perbedaan jumlah Pajak Penghasilan yang diperhitungkan (menurut laba
akuntansi) dengan jumlah Pajak Penghasilan yang Terhutang (menurut SPT Dirjen Pajak). Sehingga
masalah yang timbul dalam akuntansi adalah : Bagaimana mengakui dan mencatat perbedaan tersebut
dalam rekening pembukuan serta menyajikan pengaruhnya dalam Laporan Keuangan.
Pajak Penghasilan diakui sebagai biaya bagi perusahaan. Oleh sebab itu, Pajak Penghasilan harus
diasosiasikan dengan laba dimana pajak penghasilan tersebut dikenakan atau diperhitungkan. Proses
untuk mengasosiasikan Pajak Penghasilan dengan laba dimana pajak itu dikenakan disebut Alokasi Pajak.
Karena tarif Pajak Penghasilan berubah-ubah dari waktu ke waktu, maka diperlukan suatu metode
alokasi agar diperoleh kepastian dan perlakuan yang konsisten terhadap pajak penghasilan tersebut
beserta penyajiannya dalam Laporan Keuangan.
Pada dasarnya terdapat 3 alternatif metode alokasi pajak yang bisa dipakai, yaitu :
Deferred Method
Menurut metode ini, selisih jumlah Pajak Penghasilan Terhutang (berdasar SPT) dengan Biaya Pajak
Penghasilan (berdasarkan laba akuntansi) dalam suatu periode harus dicatat dan disajikan dalam
Laporan Keuangan sebagai Pajak yang Ditangguhkan.
Jumlah Pajak yang Ditangguhkan ditentukan berdasar tarif pajak yang berlaku pada saat terjadinya
transaksi atau item yang menyebabkan terjadinya perbedaan atau selisih antara laba kena pajak dan
laba akuntansinya.
Deffered Method berorientasi pada Laporan Rugi – Laba dan menitik beratkan pada tercapainya proper
matching antara pendapatan dan biaya dalam periode dimana selisih perhitungan pajak terjadi.
Liability Method
Menurut metode ini jumlah Pajak yang Ditangguhkan ditentukan berdasarkan tarif pajak yang
diharapkan akan berlaku dalam periode dimana selisih pajak akan dikompensasikan. Perhitungan Pajak
yang Ditangguhkan bersifat tentatif yang selalu memerlukan penyesuaian pada setiap kali terjadi
perubahan tarif pajak penghasilan.
Menurut liability method, Pajak yang Ditangguhkan harus dipandang sebagai kewajiban ekonomis untuk
Pajak yang Terhutang atau sebagai aktiva untuk Pajak yang Dibayar Dimuka.
Menurut metode ini, melaporkan Pajak yang Ditangguhkan dalam neraca tidak dibenarkan karena Biaya
Pajak Penghasilan yang dilaporkan dalam Laporan Rugi – Laba harus sama dengan jumlah Pajak
Penghasilan Terhutang atau pajak yang harus dibayar untuk periode yang bersangkutan.
Selisih yang terjadi karena adanya perbedaan laba kena pajak dan laba akuntansi tidak dibukukan dalam
suatu rekening tersendiri, tetapi ditambahkan atau dikurangkan kepada aktiva atau hutang tertentu
serta unsur pendapatan atau biaya yang bersangkutan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan ( PSAK 46 ) di antara ketiga metode tersebut, hanya Deferred
Method ( Metode Pajak Tangguhan ) yang diperkenankan digunakan. Terpilihnya metode pajak
tangguhan untuk digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dikarenakan secara umum dapat
dikatakan bahwa metode ini memasukkan alokasi perbedaan temporer yang komprehensif dan bukan
alokasi perbedaan temporer yang parsial (sebagian). Selain itu, keunggulan dan kelemahan dari metode
ini adalah : metode pajak tangguhan lebih menekankan pada pengukuran berapa besar penghematan
pajak kini akibat perbedaan temporer tersebut yang dialokasikan pada periode mendatang.
D. Prinsip – Prinsip Alokasi Pajak
Pada dasarnya Alokasi Pajak Penghasilan bagi perusahaan sebagai wajib pajak bisa mencakup dua hal :
Interperiod Allocation
Yaitu proses alokasi pajak penghasilan antar periode tahun buku yang satu dengan periode-periode
tahun buku berikut atau sesudahnya. Alokasi pajak penghasilan antar periode tahun buku ini diperlukan
karena adanya perbedaan terhadap jumlah laba kena pajak dan laba akuntansi.
Intraperiod Allocation
Yaitu proses alokasi pajak penghasilan dalam suatu periode akuntansi karena adanya perbedaan tarif
pajak yang dikenakan terhadap tiap-tiap komponen laba atau pendapatan (Misal : tarif pajak untuk laba
sebelum pos luar biasa berbeda dengan tarif pajak untuk laba atau rugi luar biasa.)
Karena Undang-Undang Perpajakan di Indonesia tidak mengenal perbedaan tarif yang diberlakukan
terhadap setiap komponen laba atau pendapatan, maka masalah Intraperiod Allocation otomatis tidak
pernah dijumpai, sehingga pembahasan lebih dititikberatkan pada masalah Interperiod Allocation.
6.
A.
Ada 2 pengertian rekonsiliasi fiskal menurut Agoes dan Trisnawati dan menurut Setiawan dan Musri:
Menurut Agoes dan Trisnawati, “Rekonsiliasi (koreksi) fiskal adalah proses penyesuaian atas laba
komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto/laba yang sesuai
dengan ketentuan pajak.” (Agoes dan Trisnawati,2007:177)
Menurut Setiawan dan Musri, “Rekonsiliasi fiskal adalah penyesuaian ketentuan menurut pembukuan
secara komersial atau akuntansi yang harus disesuaikan menurut ketentuan pajak.” (Setiawan dan
Musri, 2006:421)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rekonsiliasi fiskal atau koreksi fiskal adalah salah satu
cara untuk mencocokkan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam laporan keuangan komersial
(disusun berdasarkan Sistem Keuangan Akuntansi) dengan laporan keuangan yang disusun berdasarkan
sistem fiskal.
Rekonsiliasi fiskal merupakan lampiran SPT tahunan PPh badan yang berupa kertas kerja berisi
penyesuaian antara laba rugi komersial sebelum pajak dengan laba rugi berdasarkan ketentuan
perpajakan. Rekonsiliasi fiskal dilakukan terhadap seluruh unsur penyusunan laporan laba rugi yang
meliputi pendapatan dan beban.
Dalam rekonsiliasi fiskal terdapat koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif yang pengertiannya
diurai dibawah ini:
Koreksi fiskal positif: koreksi fiskal yang mengakibatkan laba fiskal bertambah atau rugi fiskal berkurang
sehingga laba fiskal lebih besar dari laba komersial atau rugi fiskal lebih kecil dari rugi komersial.
Koreksi fiskal negatif: koreksi fiskal yang mengakibatkan laba fiskal berkurang atau rugi fiskal bertambah
sehingga laba fiskal lebih kecil dari laba komersial atau rugi fiskal lebih besar dari rugi komersial.
Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk melakukan rekonsiliasi fiskal, antara lain:
Menganalisa elemen-elemen penyesuaian guna menentukan pengaruhnya terhadap laba usaha kena
pajak
Menyesuaikan atau mengoreksi fiskal dengan melakukan koreksi fiskal positif dan negatif
Menyusun laporan keuangan secara fiskal sebagai lampiran SPT tahunan pajak penghasilan
1. Beda Tetap
Rekonsiliasi fiskal beda tetap terjadi ketika terdapat transaksi yang diakui oleh wajib pajak sebagai
penghasilan atau biaya yang sesuai dengan Standar Akunansi Keuangan, namun menurut ketentuan
perpajakan transaksi tersebut bukanah penghasilan atau biaya.
Beda tetap merupakan perbedaan antara laba kena pajak dan laba akuntansi sebelum pajak yang timbul
akibat trnasaksi yang menurut UU perpajakan tidak akan terhapus dengan sendirinya pada periode lain.
2. Beda Waktu
Rekonsiliasi fiskal beda waktu terjadi karena adanya perbedaan waktu secara sistem akuntansi dengan
sistem perpajakan. Jadi dalam hal ini transaksi menurut akuntansi komersial dan pajak sama, namun
yang membedakan adalah waktu alokasi biaya.
Berdasarkan pengertian rekonsiliasi fiskal diatas, dapat disimpulkan bahwa rekonsiliasi fiskal/koreksi
fiskal memiliki fungsi sebagai penyesuaian transaksi menurut Sistem Akuntasi Keuangan dan menurut
ketentuan fiskal/pajak (UU Perpajakan) yang berlaku.
Rekonsiliasi fiksal perlu dilakukan agar sebelum data laporan keuangan komersial dimasukkan ke dalam
SPT tahunan PPh, maka data-data tersebut telah disesuaikan dengan ketentuan fiskal, mengingat
terdapat perbedaan besar diantara keduanya baik beda waktu maupun beda tetap.
Jadi rekonsialiasi fiskal yang dilakukan akan menghasilkan output berupa hasil koreksi yang berpengaruh
besar terhadap besarnya laba kena pajak dan PPh terutang.
B.
Secara esensial, akuntansi perpajakan berfungsi untuk mengoreksi laba dari laporan komersil menjadi
laba fiskal. Hal ini dilakukan karena terdapat perbedaan pengakuan atar pendapatan dan biaya menurut
PSAK dan menurut peraturan perpajakan. Perbedaan perhitungan atas pendapatan dan biaya tersebut
kemudian bisa direkonsiliasi dengan apa yang disebut rekonsiliasi atau koreksi fiskal.
Sebagai informasi, wajib pajak tidak perlu membuat pembukuan ganda. Wajib pajak cukup
menyampaikan SPT Tahunan PPh terlebih dahulu sebelum dilakukan koreksi fiskal. Teknisnya, koreksi
fiskal dilakukan baik terhadap pendapatan maupun biaya-biaya yang terdapat pada laporan keuangan
komersil. Perlakuan dari koreksi fiskal sendiri tercantum dalam peraturan perpajakan UU no. 36 tentang
PPh Koreksi fiskal dibedakan menjadi dua, yaitu koreksi positif dan koreksi negatif.
a. Koreksi Positif
Intinya, tujuan dari koreksi positif adalah menambah laba komersil atau laba Penghasilan Kena Pajak
(PhKP). Jadi, koreksi positif akan menambahkan pendapatan dan mengurangi atau mengeluarkan biaya-
biaya yang sekiranya harus diakui secara fiskal. Secara rinci, penyebab dari koreksi positif menurut
Ortax.org adalah:
1. Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi
tanggungannya.
2. Dana cadangan.
3. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk
natura atau kenikmatan.
4. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
6. Pajak penghasilan.
8. Sanksi administrasi.
11. Penyesuaian fiskal positif lain yang tidak berasal dari hal-hal yang telah disebutkan di atas.
b. Koreksi Negatif
Sebaliknya, tujuan dari koreksi negatif adalah mengurangi laba komersil atau laba PhKP. Hal ini
disebabkan oleh pendapatan komersil yang lebih tinggi daripada pendapatan fiskal dan biaya-biaya
komersil yang lebih kecil daripada biaya-biaya fiskal. Penyebab dari adanya koreksi negatif sendiri
adalah.
1. Penghasilan yang dikenakan PPh Final dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak tetapi
termasuk dalam peredaran usaha.
3. Penyesuaian fiskal negatif lain yang tidak berasal dari hal-hal yang telah disebutkan di atas.