Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PEMBAHASAN

Farmakokinetik mempelajari tentang kinetika absorbsi obat, distribusi dan eliminasi


(yaitu absorbsi dan metabolisme). Pada percobaan ini, tujuannya adalah untuk mempelajari
distribusi obat di dalam tubuh yang diberikan secara oral dan menentukan volume
distribusinya. Adapun beberapa parameter farmakokinetik pemberian obat secara oral yaitu
Ka (tetapan laju absorbsi), Ke (tetapan laju eliminasi), t½ (waktu paruh), Dalam percobaan
ini dilakukan penetapan satuan parameter farmakokinetik suatu obat setelah pemberian
dosis tunggal secara oral. Dimana ketika obat diberikan secara oral, dapat menunujukan
hubungan dinamik antara obat, produk obat, dan efek farmakologi, dimana pertama-tama
akan mengalami pelepasan obat dan pelarutan, selanjutnya mengalami absorbsi masuk
kedalam sistem sirkulasi sistemik. Pada proses ini akan terjadi dua keadaan, yaitu keadaan
pertama obat yang akan dieliminasi, dieksresi, dan dimetabolisme, dan keadaan yang
kedua, obat dari sirkulasi sistemik masuk kedalam jaringan dan akan memberikan efek
farmakologi atau klinik. Pemberian oral, obat diberikan melalui oral, obat tersebut akan
mengalami proses absorbsi lebih dahulu dengan laju yang tetap sebelum masuk ke dalam
sistem peredaran darah. Oleh karena itu, laju absorbsi tidak dapat diabaikan sehingga dalam
kompartemen dua ini, pemberian oral memiliki 3 fase yaitu fase absorpsi, distribusi dan
eliminasi
Dalam percobaan ini dilakukan penetapan suatu parameter farmakokinetik suatu obat
setelah pemberian dosis tunggal secara oral. Dimana ketika obat diberikan secara oral, dapat
menunjukkan hubungan dinamik antara obat, produk obat, dan efek farmakologi, dimana pertama-
tama akan mengalami pelepasan obat dan pelarutan, selanjutnya mengalami absorbsi masuk
kedalam sistem sirkulasi sistemik. Pada proses ini akan terjadi dua keadaan, yaitu keadaan pertama
obat yang akan dieliminasi, diekskresi, dan dimetabolisme, dan keadaan yang kedua, obat dari
sirkulasi sistemik masuk kedalam jaringan dan akan memebrikan efek farmakologi atau klinik. Dari
percobaan yang dilakukan diperoleh parameter farmakokinetika dari obat yang telah diujikan,
dimana diperoleh klirens 1,155 jam yang merupakan nilai yang menunjukka laju penurunan kadar
obat setelah proses kinetik mencapai keseimbangan, dimana eliminasi obat akan meningkat
kecepatannya dengan peningkatan konsentrasi obat, dengan kata lain makin tinggi kadar obat dalam
plasma makin banyak obat yang dielimasikan. Selanjutnya diperoleh waktu paruh ( t1/2) = 0,6jam,
yaitu waktu yang diperlukan agar kadar obat dalam sirkulasi sistemik berkurang menjadi
setengahnya, digunakan secara klinis untuk menyesuaikan interfal dosis.

Pengukuran kadar obat dalam darah dalam percobaan ini secara kuantitatif dilakukan
menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik
analisis fisika-kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan
radiasielektromagnetik pada panjang gelombang 190-380 nm (UV) dan 380-780 nm(Vis)
dengan memakai instrument spektrofotometer. Pengukuran absorbansi sampel dengan
spekrtofotometer berdasarkan hukum Lambert-Beer, yang menyatakan bahwa intensitas sinar
yang diteruskan dan tidak diserap akan berbanding terbalik dengan kenaikan kadar atau
konsentrasi zat penyerap sinar. Hukum Lambert menyatakan pula bahwa intensitas sinar keluar
akan menurun secara eksponensial sesuai dengan kenaikan tebal dari zat penyerap. Secara matematis,
Hukum Lambert-Beer dapat dituliskan menjadi:
A=εbc
dimana:
A = absorbansi
ε = daya serap molar 
 b = tebal zat penyerap
c = konsentrasi zat penyerap
Absorbansi yang didapat pada percobaan kali ini rendah, sehingga digunakan data
simulasi ada beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab rendahnya nilai absorbansi,
yaitu:
a) hasil percobaan berada pada batas terendah LOD yang dapat menyebabkan nilai
absorbansinya sangat redah
b) reaksi yang terjadi belum sempurna, misalnya karena kurangnya penggojokan, maka
asam nitrit tidak bereaksi seluruhnya dengan paracetamol ataupun OT yang kurang
c) kelinci mengalami stress sehingga tidak memaksimalkan absorbsi obat, adanya
gangguan kondisi fisiologi kelinci, misalnya ada kerusakan pada sistem
gastrointestinal kelinci
d) factor pengeceran yang terlalu besar atau penambahan aquadest terlalu banyak
sehingga menurunkan kepekatan sampel
didapatkan data untuk nilai AUC generik sebesar 16.967.033,84 µgmin/ml dengan
range 80-125%nya 13.573.627,07 µgmin/ml sampai 21.208.792,3 µgmin/ml, sedangkan
untuk nilai AUC Tempra-Termorex sebesar 10.404.346,87 µgmin/ml dan 13.336.111,72
µgmin/ml yang berarti bahwa nilai AUC Tempra maupun Termorex tidak masuk dalam range
standar.
Selanjutnya untuk nilai Cpmaks generik didapatkan 29.027,967 µg/ml, dengan range
80-125% nya 23.222,373 µg/ml sampai 36.284,958 µg/ml dan untuk nilai Cp maks Tempra
dan Termorex 24.868,464 µg/ml dan 25.794,133 µg/ml, maka dapat disimpulkan keduanya
masuk dalam range standar. Untuk Tmaks generik didapatkan 20,778 menit, dan nilai range 80-
125% nya adalah 16,662 menit sampai 25,973 menit, sedangkan T maks Tempra dan Termorex
adalah 40,796 menit dan 6,036 menit, yang berarti bahwa keduanya tidak masuk dalam range
standar. Dengan hasil diatas, dapat disimpulkan Tempra dan Termorex tidak bioekivalen
dengan Paracetamol generic karena AUC dan T maks yang tidak masuk di dalam range.
Sementara untuk bioavailabilitasnya, BAR untuk Tempra (0,613) dan Termorex (0,786)
terhadap Paracetamol Generik adalah <1. Hasil ini menandakan bioavailabilitasnya kurang
bagus, karena tidak sesuai dengan AUC Generik.

Anda mungkin juga menyukai