Farkin Data Darah Print PDF
Farkin Data Darah Print PDF
LAPORAN PRAKTIKUM
PARAMETER FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL DATA DARAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pratikum Farmakokinetika Farmakodinamika
Disusun Oleh:
Afida Nur Aini NIM. 15020202001
Bima Ardhy Andi NIM. 15020202006
Nanda Erika Permatasari NIM. 15020201017
Nivia Fajar Austin NIM. 15020202018
Novianti Pramaisinta NIM. 15020200019
Nurul Khanif NIM. 15020202020
Rita Amilia R NIM. 15020201022
Wahyu Kasifa NIM. 15020201030
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Paracetamol
Parasetamol atau asetamonifen adalah obat analgesik dan antipiretik serta
obat antiinflamasi non steroid (AINS) merupakan suatu kelompok yang
heterogen. Obat ini termasuk dalam derivat asetanilida yang berasal dari metabolit
fenasetin yang banyak digunakan sebagai analgesik. Parasetamol dianggap
sebagai obat yang paling aman untuk swamedikasi meskipun kelebihan dosis
parasetamol dapat mengakibatkan nekrosis hati pada manusia dan hewan (Tjay
dan Rahardja, 2002).
4
30-60 menit. Waktu paruh acetaminofen adalah 2-3 jam dan relatif tidak
terpengaruh oleh fungsi ginjal (Katzung, 2004).
Sekresi aktif dari dalam darah ke lumen tubulus proksimal terjadi melalui
transporter membran P-glikoprotein (P-gp) dan MRP (multidrug-resistance
protein) yang terdapat di membran sel epitel dengan selektivitas berbeda yakni
MRP untuk anion organik dan konyugat (mis penisilin, probenesid) dan P-gp
untuk kation organik dan zat netral (mis. Kuinidin, digoksin). Dengan demikian
terjadi kompetisi antara asam-asam organik maupun antara basa-basa organik
untuk disekresi (Ganiswarna,2007).
Obat-obat yang umum digunakan untuk mengukur tubular aktif meliputi asam
p-aminohipurat (PAH) dan iodopiraset (diodras).sekresi aktif untuk obat-obat ini
sangat cepat dan praktis semua obat yang dibawa ke ginjal dieliminasi dalam satu
jalur, sehingga klirens untuk obat-obat ini mencerminkan aliran plasma ginjal
efektif yang bervariasi dari 425-650 ml/menit. Reabsorpsi tubular terjadi setelah
obat difiltrasi melalui glomerulus dan dapat aktif atau pasif. Jika suatu obat
direabsorpsi sempurna (misal glukosa) maka harga klirens obat mendekati nol.
Untuk obat-obat yang direabsorpsi sebagian harga klirens akan menjadi lebih
kecil daripada GFR 125-130 ml/menit. Reabsorpsi obat-obat asam atau basa
lemah dipengaruhi oleh pH urin dan pKa obat (Shargel, 2005).
Reabsorpsi pasif terjadi di sepanjang tubulus untuk bentuk nonion obat yang
larut lemak ,oleh karena derajat ionisasi bergantung pada pH larutan maka hal ini
dimanfaatkan untuk mempercepat eksresi ginjal pada keracunan suatu obat asam
atau obat basa .obat asam yang relatif kuat (pKa≤2) dan obat basa yang relatif
kuat (≥12, mis guanetidin) terionisasi sempurna pada pH ekstrim urin akibat
asidifikasi dan alkalinisasi paksa(4,5-7,5). Hanya obat asam dengan pKa antara
3,0 dan 7,5 dan obat basa dengan pKa 6 dan 12 yang dapat dipengaruhi oleh pH
urin (Ganiswarna,2007). Selain itu ada pula beberapa cara lain yaitu melalui kulit
bersama keringat, paru-paru, empedu, air susu, dan usus (Tjay dan Rahardja,
2007).
Proses pembentukan urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi
(penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan)
5
(Budiyanto, 2013). Urine memiliki komponen organic dan anorganik. Urea, asam
urat dan kreatinin merupakan beberapa komponen organic dari urine. Ion-ion
seperti Na, K, Ca serta anion Cl merupakan komponen anorganik dari urine.
Warna kuning pada urine, disebabkan oleh urokrom, yaitu family zat empedu,
yang terbentuk dari pemecahan hemoglobin. Bila dibiarkan dalam udara terbuka,
urokrom dapat teroksidasi, sehingga urine menjadi berwarna kuning tua.
Pergeseran konsentrasi komponen-komponen fisiologik urine dan munculnya
komponen-komponen urine yang patologik dapat membantu diagnose penyakit
(Jan Koolman, 2001).
Tetapan laju eliminasi K dapat dihitung dari data eksresi urin. Dalam
penghitungan ini laju eksresi obat dianggap sebagai orde kesatu.
Ke adalah tetapan laju eksresi ginjal ,dan Du adalah jumlah obat yang dieksresi
urin:
DU (1-e-Kt)
DU adalah jumlah kumulatif obat tidak berubah yang dieksresi dalam urin.
Jumlah obat yang tidak berubah yang akhirnya dieksresi dalam urin Du˜ dapat
ditentukan dengan membuat waktu t tak terhingga jadi e-Kt diabaikan dan
didapatkan pernyataan. Untuk mendapat suatu persamaa linear dapat ditulis
dengan persamaan :
6
Suatu kurva linier diperoleh dengan membuat grafik log jumlah obat tidak
berubah yang belum dieliminasi Log (Du˜- DU) vs waktu (Shargel, 2012).
Klirens obat adalah suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa
mempermasalahkan mekanisme prosesnya atau disebut juga laju eliminasi obat
dibagi konsentrasi obat dalam plasma pada waktu tersebut . Persamaannya yaitu:
7
BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1.2 Bahan
Baku kerja
Hasil
8
Kelinci
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Y = 1,1267 + 1,155x
r2 = 0,999
k = 1,155/jam
0,693 ..
t½= k
0,693
= 1,155
= 0,6 jam
4.2 Pembahasan
Farmakokinetik mempelajari tentang kinetika absorbsi obat, distribusi dan
eliminasi (yaitu absorbsi dan metabolisme). Pada percobaan ini, tujuannya adalah
untuk mempelajari distribusi obat di dalam tubuh yang diberikan secara oral dan
menentukan volume distribusinya.
Adapun beberapa parameter farmakokinetik pemberian obat secara oral
yaitu Ka (tetapan laju absorbsi), Ke (tetapan laju eliminasi), t½ (waktu paruh),
Dalam percobaan ini dilakukan penetapan satuan parameter farmakokinetik suatu
obat setelah pemberian dosis tunggal secara oral. Dimana ketika obat diberikan
secara oral, dapat menunujukan hubungan dinamik antara obat, produk obat, dan
efek farmakologi, dimana pertama-tama akan mengalami pelepasan obat dan
pelarutan, selanjutnya mengalami absorbsi masuk kedalam sistem sirkulasi
sistemik. Pada proses ini akan terjadi dua keadaan, yaitu keadaan pertama obat
yang akan dieliminasi, dieksresi, dan dimetabolisme, dan keadaan yang kedua,
obat dari sirkulasi sistemik masuk kedalam jaringan dan akan memberikan efek
farmakologi atau klinik. Pemberian oral, obat diberikan melalui oral, obat tersebut
akan mengalami proses absorbsi lebih dahulu dengan laju yang tetap sebelum
masuk ke dalam sistem peredaran darah. Oleh karena itu, laju absorbsi tidak dapat
diabaikan sehingga dalam kompartemen dua ini, pemberian oral memiliki 3 fase
yaitu fase absorpsi, distribusi dan eliminasi.
Parasetamol atau acetaminophen adalah derivate p-aminofenol yang
mempunyai sifat antipiretik-analgesik. Parasetamol umumnya digunakan untuk
menurunkan panas badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang
lainnya. Sifat antipiretik yang dimiliki parasetamol disebabkan oleh gugus
aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Kadar
11
maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah
pemberian, dengan t1/2 eliminasinya yaitu 1-4 jam.
Dalam percobaan ini dilakukan penetapan suatu parameter farmakokinetik
suatu obat setelah pemberian dosis tunggal secara oral. Dimana ketika obat
diberikan secara oral, dapat menunjukkan hubungan dinamik antara obat, produk
obat, dan efek farmakologi, dimana pertama-tama akan mengalami pelepasan obat
dan pelarutan, selanjutnya mengalami absorbsi masuk kedalam sistem sirkulasi
sistemik. Pada proses ini akan terjadi dua keadaan, yaitu keadaan pertama obat
yang akan dieliminasi, diekskresi, dan dimetabolisme, dan keadaan yang kedua,
obat dari sirkulasi sistemik masuk kedalam jaringan dan akan memebrikan efek
farmakologi atau klinik.
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh parameter farmakokinetika dari
obat yang telah diujikan, dimana diperoleh klirens 1,155 jam yang merupakan
nilai yang menunjukka laju penurunan kadar obat setelah proses kinetik mencapai
keseimbangan, dimana eliminasi obat akan meningkat kecepatannya dengan
peningkatan konsentrasi obat, dengan kata lain makin tinggi kadar obat dalam
plasma makin banyak obat yang dielimasikan. Selanjutnya diperoleh waktu paruh
( t1/2) = 0,6jam, yaitu waktu yang diperlukan agar kadar obat dalam sirkulasi
sistemik berkurang menjadi setengahnya, digunakan secara klinis untuk
menyesuaikan interfal dosis.
Tabel 4.1.2 Data t ½ dan klirens
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok
(ORAL) (IV) (IM) (IV)
t½ 0,6 jam 69,3 jam 1,575 jam 38,888 jam
Ke 1,155 0,01 jam 0,00733 jam 0,0178 jam
12
BAB V
Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
14