Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Insulin
2.1.1 Pengertian Insulin
2.1.2 Indikasi Pemberian Terapi Insulin

Pasien dengan DM tipe 1 membutuhkan sumber eksogen hormone insulin untuk


bertahan hidup. Insulin bukanlah penyembuh DM, lebih pada cara mengendalikan
hiperglikemia. Insulin juga dibutuhkan dalam situasi lain, seperti yang berikut :

1. Orang yang tidak dapat mengontrol kadar glukosa dengan obat


antidiabetik oral dan/atau diet.
2. Orang yang mengalami stress fisik (misalnya infeki atau pembedahan)
atau yang meminum anti kortkosteroid.
3. Pasien dengan DM gestasional yang tidak dapat mengontrol glukosa
dengan diet.
4. Orang yang mendapatkan makanan tinggi kalori lewat slang atau nutrisi
parenteral.

2.1.3 Jenis-jenis Insulin


1. Insulin kerja singkat

Insulin jenis ini mulai bekerja dalam 1 jam dan puncak kerjanya dalam 2
sampai 3 jam, efeknya dapat bertahan selama 5 sampai 7 jam. Insulin diberikan
secara subkutan, kecuali untuk insulin regular, yang dapat diberikan secara IV.

Insulin soluble Termasuk insulin kerja singkat. Untuk dosis pemeliharaan,


biasa disuntikkan 15-30 menit sebelum makan. Insulin soluble adalah insulin yang
paling sesuai untuk digunakan pada keadaan darurat diabetes misalnya
ketoasidosis diabetes dan pada waktu pembedahan. Bisa diberikan secara
intravena, intramuskular, atau subkutan. Suntikan subkutan insulin soluble
memiliki mula kerja cepat (30-60 menit), kerja puncak antara 2 dan 4 jam, dan
lama kerja hingga 8 jam.

Bila disuntikkan secara intravena, insulin soluble memiliki waktu paruh sangat
singkat yaitu hanya 5 menit dan efeknya hilang dalam 30 menit. Soluble insulin
hanya diberikan pada keadaan darurat, dan pada keadaan sakit parah atau pada
saat sebelum tindakan bedah.

Analog human insulin, insulin aspart, insulin glulisine, dan insulin lispro
memiliki mula kerja lebih cepat dan lama kerja yang lebih singkat dari insulin
soluble; akibatnya, dibandingkan dengan insulin soluble, kadar glukosa darah
pada keadaan puasa dan preprandial sedikit lebih tinggi, kadar glukosa darah post-
prandial sedikit lebih rendah, dan hipoglikemia lebih jarang terjadi. Injeksi
subkutan analog insulin mungkin nyaman untuk pasien yang menginginkan
suntikan sesaat sebelum atau jika perlu, sesaat setelah makan. Preparat ini juga
dapat membantu pasien yang mudah mengalami hipoglikemia sebelum makan
siang dan mereka yang lambat makan malam dan mudah mengalami hipoglikemia
nokturnal. Preparat ini dapat juga diberikan melalui subkutan.

2. Insulin kerja sedang dan lama

Injeksi subkutan insulin kerja sedang atau insulin kerja lama mempunyai
mula kerja kira-kira 1-2 jam, efek maksimal pada 4-12 jam, dan lama kerja 16-35
jam. Beberapa diberikan dua kali sehari bersama dengan insulin kerja singkat
(soluble), dan lainnya diberikan sekali sehari, terutama pada pasien lansia. Insulin
soluble dapat dikombinasi dengan insulin kerja sedang atau kerja lama (kecuali
insulin detemir dan insulin glargine) dalam syringe, pada dasarnya kedua
komponen tetap memiliki sifatnya masing- masing, walaupun dapat terjadi
penumpulan efek awal dari komponen insulin soluble (terutama jika dikombinasi
dengan insulin seng protamine)

Insulin isophane adalah suspensi insulin dengan protamin yang


bermanfaat untuk dosis awal pemberian insulin yang akan dijadwalkan dua kali
sehari. Pasien biasanya mencampurkan isophane dengan insulin soluble, tetapi
sediaan kombinasi yang sudah tersedia bisa digunakan pula (insulin isophane
biphasic, insulin aspart biphasic, atau insulin lispro biphasic).

Suspensi insulin seng (kristalin) memiliki lama kerja lebih panjang; dapat
digunakan sendiri atau dalam suspensi insulin seng (30% amorf, 70% kristalin).

Insulin seng protamine biasanya diberikan sekali sehari dengan insulin kerja
singkat (soluble). Kerugiannya insulin ini berikatan dengan insulin soluble jika
dicampur dalam syringe yang sama, dan sekarang jarang digunakan.

Insulin glargine dan insulin detemir keduanya merupakan analog insulin


human dengan lama kerja panjang; insulin glargine diberikan sekali sehari dan
insulin detemir sekali atau dua kali sehari.

2.2.1 Dosis Harian Total Insulin (Insulin Total Daily Dose, ITDD)

1. Jumlah total insulin yang pasien berikan tiap hari lewat injeksi (kerja
epat atau kerja-singkat dengan kerja-sedang atau kerja-lama),
misalnya 48 unit (30 unit NPH dan 18 unit insulin regular).

2. 0,5-1 unit/kg (fungsi ginjal/hati normal yang telah mendapat insulin)


48 unit untuk pasien 96 kg.

3. 0,3-0,5 unit/kg (menurunkan fungsi ginjal/hati atau terapi insulin


awal).

4. Periksa glukosa darah dengan strip pemeriksaan AC (sebelum


makan) dan HS (sebelum tidur).

a. Dosis basal: 40-50% ITDD

1) Pompa insulin. Kalikan ITDD dengan 50%, misal (48,0 x 0,5 =


24 unit). Dosis pompa insulin basal untuk pasien ini adalah 24
unit. Bagi dosis pompa insulin basal dengan 24 untuk
mendapatkan dosis dan laju pompa basal per 24 jam (24/24 =
1,0 unit/jam). Gunakan insulin kerja-cepat atau regular.

2) Insulin subkutan. Kalikan ITDD dengan 50%, misal (48,0 x 0,5


= 24 unit). Ini akan diberikan sebagai satu injeksi SC insulin
glargine perhari atau injeksi NPH 12 unit dua kali sehari. Dosis
basal ini dibuat dengan insulin kerja-lama atau kerja-sedang.

b. Dosis bolus waktu makan

1) Pompa insulin: untuk menghitung dosis bolus, ambil sisa 50%


isulin dan bagi dengan 4 dosis sesuai rencana makan pasien
dalam 1 hari. Misalnya, sisa 50% dapat dibagi menjadi 20%
pada waktu makan pagi = 10 unit, 10% pada waktu makan
siang = 5 unit, 15% pada waktu makan malam = 8 unit, dan
5% pada waktu kudapan sebelum tidur = 2 unit. Untung
menghitung unit tiap 4 dosisnya, kalikan presentase bolus tiap
kali makan x dosis pompa insulin harian total. Misalnya untuk
48 unit dosis total harian:

a. Dosis makan pagi adalah 20% atau 0,2 x 48 unit = 10 unit

b. Dosis makan siang adalah 10% atau 0,1 x 48 unit = 5 unit

c. Dosis makan malam adalah 15% atau 0,15 x 48 unit = 8


unit

d. Dosis kudapan sebelum tidur adalah 5% atau 0,5 x 48 = 2


unit.

Dosis koreksi dapat diperlukan jika pasien mengalami


hiperglikemia.

2) Dosis waktu makan insulin subkutan: bagi separuh TDD


menjadi tiga dosis waktu makan.

3) Makan pagi = 8 unit, makan siang = 8 unti, makan malam = 8


unit. Tidak ada dosis sebelum tidur yang diberikan. Insulin
kerja-cepat (regular atau aspart) diberikan bersamaan dengan
makanan.

c. Dosis koreksi waktu makan

Dosis ini berbeda dari dosis skala sliding karena diberikan sebelum
terjadi hiperglikemia dan berbeda dari dosis insulin terjadwal.
Diberikan dengan insulin kerja-cepat bersamaan dengan dosis waktu
makan.

1) Periksa glukosa darah sebelum setiap kali makan, jika glukosa


darah < 80 mg/dl atau simtomatik untuk hipoglikemia ikut
protocol hipoglikemia.

a. 81-100 tidak diperlukan dosis koreksi

b. 101-150 tambahkan 1 atau 2 unit jika dosis waktu makan


adalah > 20 unit

c. 151-200 tambahkan 2 atau 3 unit jika dosis waktu makan


adalah > 20 unit

d. 201-250 tambahkan 3 atau 4 unit jika dosis waktu makan


adalah > 20 unti

e. 251-300 tmbahkan 4 atau 5 unit jika dosis waktu makan


adalah > 20 unit

f. 300 tambahkan 5 atau 10 unit jika dosis waktu makan adalah


> 20 unit

Catatan: ketika dosis koreksi diperlukan, dosis insulin kerja-cepat


yang dijadwalkan perlu diprogramkan kembali dengan dosis yang
lebih tinggi.
2.2 Hiperglikemia

2.2.1 Pengertian Hiperglikemia

Secara umum hiperglikemia ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan


glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL
dan belum ada riwayat diabetes mellitus (DM) sebelumnya ataupun gejala
klasik DM (poliuria, polidipsi, polifagi dan penurunan berat badan) saat ini.
Pada hiperglikemia yang ditemukan pertama kali, pasien tidak dalam kondisi
critically ill, sebelum diberikan terapi, dipastikan dahulu apakah terkait
dengan DM atau tidak. Pendekatan yang berbeda dilakukan pada pasien dalam
kondisi critically ill, dimana setiap hiperglikemia yang terjadi langsung
diterapi karena secara bermakna dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian.

Hiperglikemia terjadi bila terdapat ketidakseimbangan aantara insulin dan


hormone kontra regulatornya. Seringkali, hiperglikemia sepintas yang tidak
terus menerus terjadi akibat adanya peningkatan hormon kontra regulator yang
akut dan berat sehingga menimbulkan resistensi insulin yang berat dan
sementara sehingga terjadi defisiensi insulin relatif.

2.2.2 Penatalaksanaan Hiperglikemia

Pada hiperglikemia yang disebabkan DM tipe 2, maka penatalaksanaannya


meliputi 4 pilar utama yaitu :

a. Edukasi
b. Pengaturan gizi
c. Meningkatkan aktivitas jasmani
d. Pemberian obat-obatan hipoglikemia

Anda mungkin juga menyukai