Proses pembelajaran yang dibangun atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa. Di sini
para siswa didorong untuk berkolaborasi untuk memecahkan masalah, dan bukannya sekedar
menerima instruksi langsung dari gurunya. Tugas guru dalam linkungan belajar berbasis
pertanyaan ini bukanlah untuk menyediakan pengetahuan, namun membantu siswa menjalani
proses menemukan sendiri pengetahuan yang mereka cari. Jadi, guru berfungsi sebagai fasilitator
dan bukan sumber jawaban. http://www.bincangedukasi.com/inquiry-based-learning/
1. Tahap orientasi.
Tahap ini merupakan tahap dimana siswa pertama kali untuk diperkenalkan terhadap masyarakat
2. Merumuskan Masalah
Perumusan permasalahan ini melingkupi tantangan apa yang harus dicari jawabannya terkait
permasalahan yang diangkat
3. Merumuskan Hipotesis
Guru meminta jawaban sementara atau dugaan sementara (hipotesis) dari siswa terkait
permasalahan yang dibahas bersama
Setelah Siswa memiliki dugaan sementara terhadap penyebab permasalahan maka langkah
selanjutnya siswa diminta untuk mencari data pendukung sebagai proses pembuktian hipotesis
tersebut
5. Menguji Hipotesis
Dari data yang terkumpul, selanjutnya digunakan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis
tadi sehingga akan dapat dibuktikan apakah hipotesis tersebut benar atau salah.
6. Menarik Kesimpulan
Kesimpulan diperoleh setelah seluruh langkah pembuktian telah dilaksanakan. Kesimpulan yang
telah didapat bisa selanjutnya dikomunikasikan kepada siswa yang lainnya melalui presentasi
1. Orientasi
Pada tahap ini adalah tahapan yang sangat penting dimana pada tahap ini guru dituntut untuk
menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan untuk belajar. Pada tahap ini guru dapat
memberitahukan siswa mengenai:
2. Merumuskan masalah.
Pada tahap ini siswa diarahkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan. Masalah dapat
disajikan dengan cara yang menarik seperti demonstrasi unik ataupun dalam bentuk teka-teki
sehingga siswa tertantang untuk mencari tahu apa yang terjadi dan merumuskannya dalam suatu
pertanyaan ataupun pernyataan yang kelak harus dijawab nya sendiri.
3. Merumuskan hipotesis
Pada tahapan ini siswa dilatih untuk membuat suatu hipotesis atau jawaban sementara dari
masalah yang telah disaksikannya. Hipotesis belum tentu benar sehingga doronglah anak-anak
untuk tidak takut dalam mengemukakan hipotesisnya. Guru juga dapat membantu siswa
membuat hipotesis dengan memberikan beberapa pertanyaan yang jawabannya mengarah pada
hipotesis siswa.
4. Mengumpulkan data
Pada tahap ini siswa melakukan aktivitas mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang telah dibuatnya. Dalam pembelajaran inquiry tahapan ini merupakan
suatu proses yang sangat penting untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa karena
pada tahap ini siswa dilatih untuk menggunakan seluruh potensi berfikir yang dimilikinya.
5. Menguji hipotesis
Langkah ini merupakan langkah yang latih kemampuan rasional siswa, dimana hipotesis yang
telah dibuat kemudian diuji dengan cara dibandingkan dengan data yang ada lalu kemudian
ditunjukkan. Pada tahap ini juga dilatih sikap jujur dan percaya diri pada siswa sehingga siswa
dapat menguji hipotesis nya berdasarkan data dan fakta
6. Merumuskan kesimpulan
Pada langkah ini siswa dituntut untuk mendeskripsikan temuan yang telah diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis, sehingga dapat mencapai kesimpulan yang akurat.
http://okeguru.com/sintak-dan-langkah-langkah-model-pembelajaran-inquiry-learning.html
PENDEKATAN KONTEKSTUAL/CTL
( Contextual Teaching and Learning)
Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.
Dalam CTL memungkinkan terjadinya 5 bentuk belajar yang penting yaitu :
1. mengaitkan
2. mengalami
3. menerapkan
4. kerjasama
5. mentransfer
Sintaks CTL :
1. Mengembangkan metode belajar mandiri
2. Melaksanakan penemuan (inquiry)
3. Menumbuhkan rasa ingin tahu
4. Menciptakan masyarakat belajar
5. Menghadirkan model pembelajaran
6. Refleksi
7. Penilaian
Kelebihan :
Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari
Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok
Kekurangan :
Dibutuhkan waktu yang lama dalam penerapannya
Bagi siswa yang tertinggal, dalam pembelajaran ini akan semakin tertinggal
MODEL JIGSAW
Model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6
siswa secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut
kepada kelompok yang lain.
Sintaks jigsaw :
1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-6 siswa
2. Tiap orang dalam kelompok diberi sub topik yang berbeda
3. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan
anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli
4. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub
topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
5. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu
untuk menguasai topik tersebut
6. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-
masing, kemudian menjelaskan materi kepada teman kelompoknya
7. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
8. Guru memberikan tes individual
9. Siswa mengerjakan tes individual