Anda di halaman 1dari 11

SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

Available online at SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal Website:


http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/SOSIO-FITK
SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015, 1-11

OUTDOOR LEARNING SEBAGAI METODE PEMBELAJARAN IPS DALAM


MENUMBUHKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN

Jakiatin Nisa
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Email: jakiatin.nisa@uinjkt.ac.id
Naskah diterima : 3 Maret 2015, direvisi : 5 April 2015, disetujui : 16 April 2015

Abstract
The world is increasingly rapid growth affect the level of competitiveness of each country in all sectors to conduct
rapid national development and sustainable. However, the exploitation of the resources to open up the economy through
infrastructure development, many did not heed the ability and capacity of the environment. Human resources play an
important role in the process of success in maintaining, maintaining quality and environmental sustainability. Education
is the most important element in the development system that can produce quality human resources. Through education
(learning) that can foster environmentally conscious character, developing the potential of individuals (students) to be able
to understand the importance of preserving the environment can be realized.
Keywords: carrying capacity of the environment; education; care for the environment character

Abstrak
Pertumbuhan dunia yang semakin pesat mempengaruhi tingkat daya saing setiap negara di segala
bidang untuk melakukan pembangunan nasional secara cepat dan berkesinambungan. Namun, eksploitasi
sumber-sumber daya untuk membuka perekonomian melalui pembangunan infrastruktur banyak yang
tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan. Sumber daya manusia memegang
peranan penting dalam proses keberhasilan dalam menjaga, mempertahankan kualitas dan kelestarian
lingkungan. Pendidikan menjadi unsur terpenting dalam sistem pembangunan yang dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan (pembelajaran) yang mampu menumbuhkan
karakter peduli lingkungan, pengembangan potensi individu (peserta didik) untuk mampu memahami
pentingnya melestarikan lingkungan dapat terwujud.
Kata kunci: daya dukung lingkungan; pendidikan; karakter peduli lingkungan

Pengutipan: Nisa, J. (2015). Outdoor Learning sebagai Metode Pembelajaran IPS dalam Menumbuhkan
Karakter Peduli Lingkungan. SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2(1), 2015, 1-11.
doi:10.15408/sd.v2i1.1339.

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/sd.v2i1.1339

Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

A. Pendahuluan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan.


Tidak menunggu waktu terlalu lama, dampak
Laju pertumbuhan dunia yang semakin tinggi
dari kemerosotan kualitas lingkungan hidup
mempengaruhi tingkat daya saing setiap negara
semakin nyata terasa dan terlihat. Seperti halnya
di segala bidang untuk melakukan pembangunan
salah satu kasus kejahatan lingkungan di Jawa
nasional secara pesat dan berkesinambungan
Barat pada Tahun 2014 yang dilaporkan BPLHD
(sustainable development). Kemampuan negara
terkait dua pabrik tekstil di wilyah timur yang
untuk menjalankan pembangunan secara
diketahui membuang limbah secara langsung
keseluruhan akan menentukan posisinya di
ke daerah aliran sungai Citarum tanpa melalui
kancah dunia internasional.
pengolahan yang mengakibatkan pencemaran
Sejarah dimulainya pembangunan modern air sungai yang sangat merugikan masyarakat
dimulai pada tahun 1800 di Amerika Serikat. sekitar sungai.3
Saat itu merupakan masa eksploitasi sumber-
Sumber daya manusia memegang peranan
sumber daya dan membuka perekonomian yang
penting dalam proses keberhasilan dalam
ditandai dengan pembangunan infrastruktur
menjaga dan mempertahankan kualitas dan
transportasi dan kanal air. Jepang memulai
kelestarian lingkungan. Sumber daya manusia
pembangunannya menjelang tahun 1900,
yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam
yang ditandai dengan era keterbukaan Jepang
mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang
terhadap pengaruh-pengaruh peradaban asing
mampu menghadapi tantangan pembangunan.
untuk mendorong modernisasi ketatanegaraan
dan militer. Pembangunan Indonesia dimulai Pendidikan merupakan salah satu komponen
secara efektif menjelang tahun 1970, yang terpenting dalam sistem pembangunan yang
ditandai oleh paradigma pembangunan ekonomi dapat menghasilkan sumber daya manusia yang
yang terencana.1 berkualitas. Melalui pendidikan pengembangan
potensi individu untuk mengembangkan
Pembangunan sebagai salah satu dampak
kecakapan dalam mengambil keputusan
dari modernisasi bagi Indonesia menjadi
yang tepat, yang mampu menumbuhkan
tantangan yang serius. Diperlukan ide baru
karakter peduli lingkungan, pengembangan
untuk mampu menyelesaikan permasalahan
potensi individu (peserta didik) untuk mampu
internal yang datang silih berganti, dari
memahami pentingnya melestarikan lingkungan
permasalahan bidang ekonomi, sosial, budaya,
serta mampu berperan dalam pembangunan
pendidikan bahkan permasalahan tentang
berkelanjutan dapat terwujud.
lingkungan (pembangunan berkelanjutan/
sustainable development).
Pembangunan didefinisikan Sudarja sebagai B. Hakekat Outdoor learning
“upaya suatu bangsa untuk meningkatkan mutu
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, Menurut Neill, beberapa peneliti mengambil
baik sumber daya manusia maupun sumber daya falsafah Outdoor learning dari Outdoor Education
alam melalui proses perencanaan, pelaksanaan berdasarkan doktrin dari Comenius, Rousseau,
dan evaluasi yang berkelanjutan”2. Dari definisi dan Pestalozzi, yang esensinya adalah sebagai
itu disebutkan bahwa untuk pembangunan berikut:
suatu negara diperlukan sumber daya, baik John Amos Comenius (1592-1670) was
alam maupun manusia yang memahami tentang a strong advocate of sensory learning who
proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi believed that the child should experience the
yang berkelanjutan sesuai dengan kemampuan actual object of study before reading about
dan daya dukung lingkungan. Namun pada it. He thought the use of the sense - seeing,
kenyataannya eksploitasi sumberdaya alam hearing, tasting, and touching - were the
banyak tidak mengindahkan kemampuan avenues through which children were to come in
dan daya dukung lingkungan yang akhirnya contact with the natural world. In preparation
1 Iwan Nugroho dan Rakhmin Dahuri, Pembangunan Wilayah Perspektif
Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, (Jakarta: LP3ES, 2012), h. 85. 3 BPLHD limpahkan kasus kejahatan lingkungan 2014 dalam http://
2 Adiwikarta Sudarja, Catatan Perkuliahan Etika PLS dalam Pembangu- radarbandung.co.id/berita--bplhd-limpahkan-kasus-kejahatan-lingkungan-.html,
nan, (Bandung: PPS UPI, 2005), h. 1. diunduh pada 20 Januari 2015.

2 Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

for the later study of natural sciences, children she is the real teacher and that you, with your
should first gain acquaintance with objects such art, do nothing more than walk quietly at her
as water, earth, fire, rain, plants, and rocks.4 side.
Comenius percaya bahwa peserta didik Demikian halnya dengan Pestalozzi,
seharusnya belajar dari pengalaman hidup Pengalaman langsung dengan obyek nyata
mereka langsung melalui lingkungan alam, merupakan pelajaran permulaan bagi peserta
sehingga mereka memilki perasaan, pandangan, didik. Para guru harus membawa peserta didik ke
pendengaran, citra rasa dan sentuhan yang luar dari ruangan kelas, ke perbukitan, lembah-
langsung ke objek nyata, seperti air, tanah, api, lembah, sungai, pasar ataupun pabrik. Para guru
hujan, tumbuhan, bebatuan dan sebagainya. harus membiarkan alam dan lingkungan sekitar
Jean-Jacques Rousseau (1712-1778) carried peserta didik yang mendidik peserta didik lebih
out the ideas of Comenius by educating the boy, daripada kata-katanya. Pengalaman yang penting
Emile, according to principles found in nature. ini, merupakan persiapan dasar pengetahuan
He believed that physical activity was very yang lebih lanjut dan mempersiapkan mental
important in the education of a child. They are peserta didik untuk menghadapi berbagai
curious, he claimed, and this curiosity should kesulitan di kemudian hari. Menurut White dalam
be ultilized to the fullest. Rousseau preached terjemahan Pasuhuk, dkk. “Bagi anak kecil, yang
that education should be more sensory and belum sanggup untuk belajar dari halaman yang
rational; less literary and linguistic. Rather tertulis atau belum diperkenalkan dengan cara
than learning indirectly from books, children tetap di dalam ruang kelas, alam dan lingkungan
should learn through direct experience. He sekitar memberikan sumber pengajaran
proclaimed, “Our first teachers are our feet, dan kegembiraan yang tidak akan gagal.”6
our hands and our eyes. To substitute books for Selanjutnya dikatakan White, “Hubungan
all these...is but to teach us to use the reasons tetap dengan rahasia kehidupan dan keindahan
of others.”5 alam, . . . cenderung untuk menguatkan pikiran
dan menghaluskan serta mengangkat tabiat.”
Rousseau menekankan bahwa aktivitas Pada bagian lain dikatakan White, “Semakin
fisik di luar ruangan sangat penting di dalam tenang dan sederhana kehidupan seorang
pembelajaran. Untuk memenuhi keingintahuan anak-semakin bebas dari kemeriahan semu dan
dan tuntutan peserta didik, seharusnya semakin berada dalam keharmonisan dengan
pendidikan lebih ditekankan pada pengalaman alam semakin menguntungkan untuk kesegaran
yang berhubungan dengan alat pancaindera dan fisik dan mental serta kekuatan rohani.”7
rasional daripada buku-buku teks/buku paket
pelajaran. Rousseau menyatakan bahwa guru Outdoor learning akan memberikan dampak
pertama dalam kehidupan manusia adalah kaki, yang positif bagi peserta didik diantaranya
tangan dan mata. adalah: sikap, kepercayaan dan persepsi diri yang
lebih baik. Outdoor learning dapat meningkatkan
Johann Henrick Pestalozzi (1746-1827) keterampilan sosial, kerjasama, dan komunikasi
emphasized the use of direct, firsthand yang lebih baik. Selain itu kemampuan akademik
experiences and real objects, also. Pestalozzi, peserta didik dan kesadaran lingkungan menjadi
a follower of Rousseau, urged teachers to take lebih baik. Selain itu Outdoor learning mendukung
their pupils out of the classroom: Lead your untuk kesehatan dan pertumbuhan peserta
child out into nature, teach him on the hilltops didik karena fisik peserta didik terlibat aktif dan
and in the valleys. There he will listen better, bebas bergerak, meningkatkan kepercayaan diri
and the sense of freedom will given him more peserta didik, memberi kesempatan lebih luas
strength to overcome difficulties. But in these bagi peserta didik untuk berkomunikasi dengan
hours of freedom let him be taught by nature orang lain, meningkatkan keaktifan peserta
rather than by you. Let him fully realize that didik di dalam belajar. Outdoor learning juga
4 James Neill, C:\Documents and Settings\Windowz XP\My Documents\
mengembangkan peserta didik untuk belajar
Philoso phy of Outdoor Education.htm Com/psycho-evolutionary/SocioCulturalHis- 6 Ellen G. White, Education (Membina Pendidikan Sejati), Buku diterje-
tory Outdoor Education, (2006 d).html mahkan oleh Pasuhuk, (Bandung-Indonesia, Publishing House Bandung: Indone-
5 James Neill, A Socio-cultural History of Outdoor Education. http:// sia, 2005), h.88
wilder dom. (2004 a) html 7 Ibid., h. 96, 100

Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 3


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

keamanan dan pemantauan karena belajar dalam “to engrave”, dan “pointed stake”10. Kata ini mulai
situasi yang baru dan resiko yang lebih tinggi, banyak digunakan (kembali) dalam bahasa
mengembangkan kreatifitas dan kemampuan Perancis caractere pada abad ke-14 dan kemudian
menyelesaikan masalah, meningkatkan daya masuk dalam bahasa Inggris menjadi character,
imajinasi, penemuan dan kemampuan nalar sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia
peserta didik. Pembelajaran Outdoor learning karakter. Sedangkan menurut Budimansyah inti
akan memberikan kesempatan peserta didik karakter adalah kebajikan (goodness), dalam arti
untuk kontak langsung dengan dunia nyata dan berpikir baik (thinking good), berperasaan baik
memberi suatu pengalaman yang unik yang tidak (telling good) dan berperilaku baik (behaving good).11
ditemukan di dalam kelas atau secara textbook. Beberapa pengertian pendidikan karakter
Ciri dari Outdoor learning adalah adanya yang lain di antaranya adalah, menurut
kegiatan eksplorasi melalui proses discovery dan Koesoema yang menyatakan bahwa pendidikan
inquiry, sementara itu obyek yang dipelajari adalah karakter adalah keseluruhan dinamika relasional
lingkungan sekitar peserta didik. Pembelajaran antara pribadi dengan berbagai macam dimensi,
Outdoor learning ini mengajak peserta didik aktif baik dari dalam maupun dari luar dirinya, agar
mengeksplorasi lingkungan sekitarnya untuk pribadi tersebut semakin dapat menghayati
mencapai kecakapan kognitif, afektif, dan kebebasan sehingga dapat bertanggung jawab
psikomotornya sehingga memiliki penguasaan atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai
ilmu dan keterampilan. Ciri kedua adalah selalu pribadi dan perkembangan orang lain dalam
ada kegiatan berupa peramalan (prediksi), hidup mereka.12
pengamatan, dan penjelasan. Ciri ketiga adalah Menurut Sudirman, dkk. Pendidikan
ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara karakter adalah suatu sistem penanaman
lisan, tulisan, gambar, foto atau audiovisual. Ciri nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga
keempat kegiatan pembelajarannya dirancang sekolah atau kampus yang meliputi kompenen
menyenangkan sehingga menimbulkan minat pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan
untuk belajar lebih lanjut. tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
C. Hakekat Nilai Karakter Peduli Esa, diri sendiri, sesama lingkungan maupun
Lingkungan kebangsaan sehingga menjadi paripurna (insan
kamil).13 Pendidikan karakter adalah suatu usaha
Menurut Althof dan Berkowits pemahaman yang menyeluruh agar orang-orang memahami,
tentang pendidikan karakter menjadi peduli, berperilaku sesuai nilai-nilai etika dasar,
bahasan kontemporer yang cukup sulit untuk dengan demikian objek dari pendidikan karakter
didefinisikan, karena mencakup pendekatan adalah nilai-nilai.
yang sangat luas dengan target tujuan, strategis
pedagogis, dan orientasi filosofis.8 Althof Dalam bukunya Zuchdi, Nilai-nilai ini
dan Berkowits mengidentifikasi perbedaan dapat melalui proses internalisasi dari apa yang
pendidikan moral dan pendidikan karakter. diketahui, yang membutuhkan waktu sehingga
Pendidikan moral fokus pengajarannya pada terbentuklah pekerti yang baik sesuai dengan
pengembangan penalaran rasa keadilan dan nilai yang ditanamkan. Nilai-nilai ini adalah
moralitas terhadap kepedulian antar individu. nilai-nilai hidup yang merupakan realitas yang
Fokus pengajaran pendidikan karakter pada ada di dalam masyarakat.14
pengembangan karakter dari dalam (rohani)
dan pengembangan karakter dari luar (jasmani)
individu.9
10 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012), h. 11.
Menurut Majid dan Andayani asal karakter 11 Dasim Budimansyah, Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk
berasal dari bahasa Latin kharakter, kharassein, Membangun Karakter Bangsa, (Bandung: Widya Aksara Press, 2010), h. 54.
12 Doni Koesoema, Pendidikan Karakter : Kajian Teori dan Praktik di Se-
dan kharax yang maknanya “tools for marking”, kolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 123.
13 Sudirman dkk, Buku Panduan Mata Kuliah Pendidikan Karakter,
8 Althof, W and Berkowits, MW, “Moral Education and Character Educa- (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi UNY, 2010), h. 2
tion: Tear Realationship and Roles in Citizenship Education”, dalam Journal o Moral 14 Darmiyati Zuchdi, Pendidikan karakter dalam prespektif teori dan prak-
Education, 35 (4), 2006, h. 498. tik, (Yogyakarta: UNY Press, 2011), h. 3.
9 Ibid,. h. 499.

4 Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
“the deliberate use of all dimensions of school life to foster pendapat sikap dan tindakan orang lain
optimal character development”. Dalam pendidikan yang berbeda dari dirinya.
karakter di sekolah, semua komponen 4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan
(pemangku pendidikan) harus dilibatkan, perilaku tertib dan patuh pada berbagai
termasuk komponen-komponen pendidikan itu ketentuan dan peraturan.
sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran
dan penilaian, penanganan atau pengelolaan 5. Kerja keras: Perilaku yang menunjukkan
mata pelajaran, pengelolaan sekolah, upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana berbagai hambatan dan tugas, serta
prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh menyelesaikan tugas dengan sebaik-
warga sekolah atau lingkungan. Pendidikan baiknya.
karakter dimaknai sebagai suatu perilaku 6. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu
warga sekolah yang dalam menyelenggarakan untuk menghasilkan cara atau hasil baru
pendidikan harus berkarakter. dari sesuatu yang telah dimiliki.
Menurut Zamroni dalam Zuchdi 7. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak
pendidikan karakter merupakan proses mudah tergantung pada orang lain dalam
untuk mengembangkan pada diri setiap menyelesaikan tugas-tugas.
peserta didik kesadaran sebagai warga bangsa
yang bermartabat, merdeka, dan berdaulat 8. Demokratis: Cara berpikir, bersikap dan
serta berkemauan untuk menjaga dan bertindak yang menilai sama hak dan
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan kewajiban dirinya dan orang lain.
tersebut. 9. Rasa ingin tahu: Sikap dan tindakan yang
Menurut Suhady dan Sinaga character selalu berupaya untuk mengetahui lebih
building adalah suatu proses atau usaha yang mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dilakukan untuk membina, memperbaiki, dan dipelajarinya, dilihat dan didengar.
atau usaha membentuk tabiat, watak, sifat-sifat 10. Semangat kebangsaan: Cara berpikir,
kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia bertindak dan berwawasan yang
(masyarakat) sehingga menunjukkan perangai menempatkan kepentingan bangsa dan
dan tingkah laku yang baik berlandaskan nilai- negara di atas kepentingan diri dan
nilai Pancasila.15 kelompoknya.
Nilai-nilai pembentuk karakter yang 11. Cinta tanah air: Cara berpikir, bersikap
bersumber dari agama, pancasila, budaya dan dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
tujuan pendidikan nasional 16 (Pusat Kurikulum, kepedulian dan penghargaan yang tinggi
Pengembangan dan Pendidikan Budaya & terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah, yaitu: budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
1. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh 12. Menghargai prestasi: Sikap dan
dalam melaksanakan ajaran agama yang tindakan yang mendorong dirinya untuk
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan menghasilkan sesuai yang berguna
ibadah agama lain, dan hidup rukun bagi masyarakat dan mengakui, serta
dengan pemeluk agama lain. menghormati keberhasilan orang lain.
2. Jujur: Perilaku yang dilaksanakan pada 13. Bersahabat atau komunikatif: Tindakan
upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang memperhatikan rasa senang
yang dapat dipercaya dalam perkataan, berbicara, bergaul dan bekerja sama
tindakan dan pekerjaan. dengan orang lain.
3. Toleransi: Sikap dan tindakan yang 14. Cinta damai: Sikap, perkataan dan tindakan
15 Idup Suhady dan A. M. Sinaga, Wawasan Kebangsaan dalam yang menyebabkan orang lain merasa
Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, (Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara, 2006), h. 59 senang dan aman atas kehadiran dirinya.
16 Pusat Kurikulum, Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karak-
ter Bangsa: Pedoman Sekolah. (Jakarta: Puskur, 2009), hal. 9-10

Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 5


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

15. Gemar membaca: Kebiasaan menyediakan berperan.


waktu untuk membaca berbagai bacaan Penanaman nilai karakter merupakan
yang memberikan kebajikan pada dirinya. keseluruhan proses pendidikan yang
16. Peduli lingkungan: Sikap dan tindakan dialami peserta didik sebagai pengalaman
yang selalu berupaya mencegah kerusakan pembentukan kepribadian melalui memahami
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan dan mengalami sendiri nilai-nilai tersebut.
mengembangkan upaya-upaya untuk Karakter peduli lingkungan yaitu suatu sikap
memperbaiki kerusakan alam yang sudah yang dimiliki seseorang untuk memperbaiki
terjadi. dan mengelola lingkungan secara benar dan
17. Peduli sosial: Sikap dan tindakan yang selalu bermanfaat  sehingga dapat dinikmati secara
ingin memberikan bantuan pada orang terus menerus tanpa merusak keadaannya, turut
lain dan masyarakat yang membutuhkan. menjaga dan melestarikan sehingga ada manfaat
yang berkesinambungan.
18. Tanggung jawab: Sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas Manusia termasuk dalam lingkungan
dan kewajibannya, yang seharusnya dia hidup dan perilakunya juga mempengaruhi
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, kelangsungan bagi kehidupan dan kesejahteraan
lingkungan (alam, sosial dan budaya), makhluk lainnya. Jadi nilai karakter yang
negara dan Tuhan Yang Maha Esa. berhubungan dengan lingkungan hidup perlu
dikembangkan agar manusia peduli dengan
Sedangkan berdasarkan kajian berbagai lingkungan. Hal ini dapat ditempuh dengan
nilai agama, norma sosial, peraturan atau menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.
hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip hak Seperti yang dituliskan dalam Husein bahwa
asasi manusia, menurut Samani dan Hariyanto melalui pendidikan, latihan, penerangan dan
telah teridentifikasi butir-butir nilai yang penyuluhan wawasan baru serta kesadaran
dikelompokkan menjadi lima nilai utama17 yaitu: lingkungan hidup dan pembangunan
1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan berkelanjutan harus ditingkatkan terus-
Tuhan yaitu religius. menerus.18
2. Nilai karakter hubungannya dengan diri Nilai karakter yang berhubungan dengan
sendiri yaitu : jujur, bertanggung jawab lingkungan hidup adalah peduli lingkungan.
terhadap diri sendiri, masyarakat dan Keraf menyampaikan dalam bukunya, peduli
lingkungannya, bergaya hidup sehat, lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu
disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam
wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif dan di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya
inovatif, mandiri, ingin tahu, cinta ilmu. untuk memperbaiki kerusakan alam yang telah
terjadi.19
3. Nilai karakter hubungannya dengan
sesama yaitu sadar hak dan kewajiban diri Kesadaran dan kepedulian manusia
dan orang lain, patuh pada aturan-aturan terhadap lingkungan tidak dapat tumbuh begitu
sosial, menghargai karya dan prestasi saja secara alamiah, namun harus diupayakan
orang lain, santun, demokratis. pembentukannya secara terus menerus sejak
usia dini, melalui kegiatan-kegiatan nyata yang
4. Nilai karakter hubungannya dengan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Langkah
lingkungan yaitu kepedulian terhadap yang paling strategis untuk menanamkan
sosial dan lingkungan. kesadaran terhadap lingkungan hidup adalah
5. Nilai kebangsaan yaitu nasionalis dan melalui pendidikan, baik pendidikan formal
menghargai keberagaman. Keberhasilan atau pendidikan non-formal.
penciptaan nilai-nilai karakter di atas, Tujuan pendidikan karakter peduli
tentunya tidak hanya terletak pada satu lingkungan adalah: 1) Mendorong kebiasaan dan
pihak, tetapi ada beberapa pihak yang ikut 18 M. Husein Harun, Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak
17 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karak- Lingkungan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 277.
ter, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2011), h. 29. 19 Keraf, Sony, Etika Lingkungan, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas,
2010), h. 166-184.

6 Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan hadap lingkungan hidup yang menjadi bagian
dengan pengelolaan lingkungan yang benar; 2) dari kehidupannya yang tidak terpisahkan.21
Meningkatkan kemampuan untuk menghindari Sehingga pembelajaran yang bermakna bu-
sifat-sifat yang dapat merusak lingkungan; 3) kan sekedar penyampaian materi dan untuk
Memupuk kepekaan peserta didik terhadap mengejar pencapaian-pencapaian kurikulum
kondisi lingkungan sehingga dapat menghindari dan mengembangkan kemampuan semata.
sifat-sifat yang dapat merusak lingkungan; 4) Pembelajaran yang bermakna seharusnya tidak
Menanamkan jiwa peduli dan bertanggung seperti yang terjadi pada beberapa sekolah dalam
jawab terhadap kelestarian lingkungan. pembelajaran IPS, Utami Munandar (1990)
Menurut Azwar dalam Faizah dkk, Sikap dalam Al Muchtar, memberikan penilaian ter-
peduli lingkungan merupakan sikap saling hadap perolehan pendidikan dewasa ini, bahwa
berinteraksi dalam memahami, merasakan dan kelemahan utama pendidikan adalah terlalu be-
berperilaku terhadap suatu obyek. Sebagai sarnya penekanan terhadap aspek kognitif. Hal
makhluk sosial, manusia tidak dapat lepas dari ini pun terjadi pada mata pelajaran IPS.22
lingkungan. Sikap peduli lingkungan yaitu sikap Pembelajaran IPS harus berfungsi untuk
positif dalam menjaga dan mempertahankan membentuk karakter dan peradaban bangsa
kualitas lingkungan20. Perilaku peduli yang bermartabat. Dari hal ini maka sebenarnya
lingkungan adalah kemampuan untuk membuat dalam pembelajaran harus menumbuhkan
pilihan tentang bagaimana bersikap merespon karakter termasuk karakter peduli lingkungan
berdasarkan dan kelestarian lingkungan. Impuls yang tidak bisa ditinggalkan dalam berfungsinya
dorongan hati. Perilaku peduli lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, sebagai fungsi yang
berdasarkan pada prinsip-prinsip etika melekat pada keberadaan pendidikan nasional
lingkungan, dan prinsip etika lingkungan yang untuk membentuk watak dan peradaban bangsa,
diterapkan dalam pembelajaran IPS yaitu: (1) menumbuhkan karakter merupakan manifestasi
sikap hormat terhadap lingkungan, (2) prinsip dari peran tersebut. Untuk itu, menumbuhkan
tanggung jawab, (3) prinsip solidaritas, (4) karakter menjadi tugas dari semua pihak yang
prinsip kasih sayang, (5) prinsip tidak merusak, terlibat dalam usaha pendidikan (pendidik).
(6) prinsip hidup sederhana dan selaras dengan Menumbuhkan karakter peduli lingkungan
alam, (7) prinsip keadilan, (8) prinsip demokrasi, dalam pembelajaran IPS bisa melalui penerapan
dan (9) prinsip integritas moral. metode pembelajaran. Metode pembelajaran
merupakan cara yang dipergunakan guru
D. Menumbuhkan Karakter Peduli dalam mengadakan hubungan dengan peserta
Lingkungan dalam Pembelajaran didik pada saat berlangsungnya pembelajaran.
IPS Metode pembelajaran sangat diharapkan dapat
Proses pembelajaran menjadi sangat pent- membangun interaksi antara guru dengan para
ing dalam menumbuhkan nilai karakter peduli peserta didik dan mempertajam lingkungan/
lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian Cross suasana saat proses pembelajaran, sehingga
(1983) dan Robenson (1977) di Lowa dan Cali- beberapa praktik dalam penerapan metode
fornia, mencatat bahwa penghargaan terhadap pembelajaran menjadi sasaran kajian formal,
proses dan hasil pembelajaran, menciptakan diteliti dan dimanipulasi/dipoles sehingga
lingkungan yang mendukung orientasi fak- menjadi metode yang dapat digunakan dalam
tor sosiobudaya dan geografi, dan keberadaan mengembangkan keterampilan-keterampilan
kondisi kependudukan dapat mendatangkan profesional untuk tugas-tugas pembelajaran.
sikap yang positif bagi peserta didik. Hal ini Bagi sebagian guru, konsep tentang
sejalan dengan salah satu tujuan kurikulum berbagai metode pembelajaran merupakan jalan
IPS menurut Sumaatmadja yaitu harus mampu besar untuk mempertahankan profesionalitas.
membekali peserta didik dengan kesadaran, si- Dalam satu kesimpulan yang muncul dalam
kap mental yang positif dan keterampilan ter-
21 Nursid Sumaatmadja, Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
20 Hadi Faizah, P. Sudharto P, dan Syafrudin, “Pengelolaan Sampah (IPS), (Bandung: Alumni, 1984), h. 48.
Rumah Tangga Berbasis Mayarakat (Studi Kasus di Kota Yogyakarta)”, dalam 22 S. Al Muchtar, Pengembangan Berpikir dan Nilai dalam Pendidikan IPS.
http://eprints.undip.ac.id/17210/ di akses pada 3 April 2015 (Bandung: Gelar Pustaka Mandiri, 2006), h. 61.

Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 7


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

penelitian Bruce (1970-1980) dalam Joyce, Weil belajar melalui objek yang dipelajari serta dapat
dan Calhoun bahwa ada begitu banyak metode menumbuhkan nilai karakter peduli lingkungan.
pembelajaran, sebagian ada yang hanya bisa Pembelajaran IPS melalui Outdoor learning,
diterapkan untuk satu atau dua tujuan, sebagian berdasar falsafah dan hakekatnya di atas, dapat
lagi ada yang bisa diterapkan untuk tujuan yang menjadikan peserta didik mengenal obyek,
lebih besar, dan sebagian yang lain ada yang benar- mengenal gejala dan permasalahannya, serta
benar sesuai untuk tujuan-tujuan tertentu.23 menelaah dan menemukan kesimpulan atau
Tanggung jawab guru sebagai seorang pendidik konsep tentang hal yang dipelajari. Kegiatan
adalah untuk mencapai belajar dan mengajar, belajar Outdoor learning akan mendorong peserta
dan beberapa guru hanya berfokus pada satu didik untuk melakukan berbagai tindakan yang
pencapaian itu saja. Dengan memberikan akan memberikan pengalaman langsung dan
aspek pengajaran dan seolah meninggalkannya konkrit bagi mereka.24 Kegiatan belajar melalui
peserta didik untuk belajar tanpa arti/tidak Outdoor learning akan memberi peluang lebih
meaningful. Guru sangat jarang memberikan luas kepada peserta didik, untuk mempelajari
pengalaman belajar yang membuat dampak obyek-obyek dalam mata pelajaran IPS yang
penting pada diri peserta didiknya. Padahal menjadi pusat perhatiannya, atau yang lebih
banyak para ahli yang menyatakan bahwa setiap sesuai dengan kebutuhan setiap peserta didik
peristiwa akan memberikan pengalaman yang dan memahami konsep peduli lingkungan.
akan memberikan pengaruh pada kehidupan
seseorang. Peristiwa dan hasil dari setiap Beberapa nilai karakter peduli lingkungan
peristiwa dapat bervariasi, tetapi perasaan dari yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS
pengalaman-pengalaman tampaknya memiliki melalui Outdoor learning adalah pemahaman terkait
kesamaan yang tak terkatakan bahwa banyak konsep peduli lingkungan yang diintegrasikan
dapat menggambarkan sebagai pengalaman pada materi yang akan disampaikan saat
yang berarti. outdoor learning berlangsung, misalnya, selalu
menghubungkan materi dengan konsep karakter
Dalam pembelajaran IPS, guru dapat peduli lingkungan melalui penanaman nilai
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai kebaikan/manfaat dari kelestarian lingkungan
dengan tema materi pelajaran IPS. Metode bagi kehidupan, salah satu contohnya dalam sub
Outdoor learning salah satunya sebagai metode materi kelestarian lingkungan, menyampaikan
yang mampu memperkenalkan lingkungan fungsi pohon (sambil menunjuk salah satu
sekitar peserta didik baik sebagai media maupun pohon saat Outdoor learning berlangsung) adalah
sumber belajar pembelajaran IPS, melalui untuk menahan laju air. Jika banyak pohon
Outdoor learning lah peserta didik akan memahami seperti di hutan, akan mampu membuat lebih
makna lingkungan sebagai sumber belajar IPS banyak air yang terserap ke dalam tanah (60%-
sekaligus sebagai jalan memperkenalkan arti 80%). Dengan kemampuan ini, keberadaan
penting dari suatu kelestarian pada lingkungan, pohon dapat meningkatkan cadangan air tanah,
menjadi jalan untuk meningkatkan kapasitas dan akar pohon akar pohon berfungsi sebagai
belajar peserta didik dan menjadikan peserta penahan erosi tanah. Dengan memasukkan
didik lebih memahami objek-objek yang konsep fungsi pohon seperti di atas, diharapkan
dihadapi dari pada jika belajar di dalam kelas peserta didik memiliki kesadaran bahwa pohon
yang memiliki banyak keterbatasan. Lebih lanjut, memiliki nilai penting bagi lingkungan.
belajar di luar kelas dapat menolong peserta
didik untuk mengaplikasikan pengetahuan Hal lain yang bisa dilakukan melalui
yang dimiliki. Selain itu, pembelajaran di luar outdoor learning untuk menumbuhkan perilaku
kelas lebih menantang bagi peserta didik dan peduli lingkungan (yang menjadi bagian dari
menjembatani antara teori di dalam buku nilai karakter peduli lingkungan) dapat pula
dan kenyataan yang ada di lapangan. Kualitas diawali dengan peran guru dalam memberikan
pembelajaran dalam situasi yang nyata akan keteladanan, guru dapat mencontohkan
memberikan peningkatan kapasitas pencapaian langsung (1) cara membuang sampah dengan
24 Yuni Wibowo, Bentuk-Bentuk Pembelajaran Outdoor, dalam
23 Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E, Models Of Teaching, (Yogyakarta: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Bentuk-bentuk%20pembelaja-
Pustaka Pelajar, 2009), h. 30. ran%20outdoor.pdf., di akses 3 Maret 2015.

8 Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

baik dengan memisahkan sampah organik konsep peduli lingkungan yang diintegrasikan
dengan anorganik, (2) memelihara tanaman pada materi yang akan disampaikan saat outdoor
(tidak merusak tanaman), (3) cara menghemat learning berlangsung, selalu menghubungkan
air dengan mencontohkan menyiram tanaman materi dengan konsep peduli lingkungan,
(4) menanam pohon di sekitar sekolah yang melalui penanaman nilai kebaikan/manfaat dari
bisa diaplikasikan peserta didik di sekitar rumah kelestarian lingkungan bagi kehidupan.
masing-masing peserta didik.
Substansi terpenting adalah ada pada upaya F. Daftar Pustaka
pemahaman bahwa ada keterhubungan antara
unsur fisik (lingkungan/alam) dengan manusia. Al Muchtar, S. (2004). Pengembangan Berpikir
Pemahaman bahwa peserta didik merupakan dan Nilai dalam Pendidikan IPS. Bandung:
bagian dari anggota masyarakat modern Gelar Pustaka Mandiri.
yang mampu membuat keputusan yang luas Althof, W and Berkowits, MW. (2006). “Moral
jangkauannya di setiap harinya. Peserta didik Education and Character Education: Tear
menjadi paham bahwa setiap keputusan akan Realationship and Roles in Citizenship
memberikan/memiliki dampak jauh melampaui Education”. Journal o Moral Education.
waktu dan tempat di mana keputusan tersebut 35 (4).
sedang dibuat. Seperti sebagai contoh,
memutuskan untuk tidak membuang sampah ke Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan
sungai, adalah hasil pemahaman peserta didik Pendidikan Kewarganegaraan untuk
akan dampak yang akan muncul jika membuang Membangun Karakter Bangsa. Bandung:
sampah ke sungai (akan terjadi banjir dengan Widya Aksara Press.
meluapnya air sungai dan tercemarnya air Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan
sungai). Pengambilan keputusan untuk tidak Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineke Cipta.
membuang sampah ke sungai adalah sebuah
Giddens, Anthony. (1998). The Third Way (Jalan
pemahaman peduli lingkungan dan pemahaman
Ketiga;Pembaharuan Demokrasi Sosial ), Terj.
akan keterhubungan antara unsur fisik (sungai)
Ketut Arya Mahardika, PT Gramedia
dengan manusia (perilaku membuang sampah).
Pustaka Utama, Jakarta, 2002.
Begitupun keputusan-keputusan lainnya,
seperti memelihara taman sekolah, bersepeda Faizah, Hadi., P. Sudharto P., dan Syafrudin.
ke sekolah dan ataupun memutuskan untuk “Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis
senantiasa menghemat dalam menggunakan Mayarakat (Studi Kasus di Kota Yogyakarta)”,
air adalah bentuk tumbuhnya karakter peduli dalam http://eprints.undip.ac.id/17210/
lingkungan. Diakses pada [3 April 2015].
Hamalik, Oemar. (2003). Proses Belajar Mengajar.
Jakarta : Bumi Aksara.
E. Penutup
Husein, M. Harun, (1992). Berbagai Aspek Hukum
Berdasarkan pemaparan tersebut diperoleh
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
beberapa kesimpulan. Pertama, Nilai Karakter
Jakarta: Bumi Aksara.
Peduli lingkungan adalah nilai-nilai karakter yang
berhubungan dengan pemahaman dan sikap Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2009).
peserta didik untuk memperbaiki dan mengelola Models Of Teaching. Yogyakarta: Pustaka
lingkungan secara benar dan bermanfaat  secara Pelajar.
berkesinambungan. Keraf, Sony. (2010). Etika Lingkungan. Jakarta:
Kedua, nilai karakter peduli lingkungan Penerbit Buku Kompas.
ini bisa diinternalisasikan dalam Pembelajaran Koesoema, Doni. (2011). Pendidikan Karakter
IPS dengan salah satu metode Outdoor learning. : Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Beberapa nilai karakter peduli lingkungan yang Bandung: Remaja Rosdakarya.
dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS
melalui Outdoor learning adalah pemahaman terkait

Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 9


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

M. Dahlan, Muhidin. (2000). Sosialisme Religius Nisa, Jakiatin. (2010). Pengaruh Pembelajaran
Suatu Jalan Keempat. Yogyakarta: Kreasi Kooperatif Tipe Think Pair Square Dan
Wacana. Tipe Numbered Heads Together Terhadap
Majid, Abdul dan Andayani, Dian. (2012). Keterampilan Sosial Peserta Didik Pada Mata
Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Pelajaran IPS. Thesis. Bandung: SPS UPI
Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. (tidak terpublikasi).

Maksum. (1995). Mencari Ideologi Alternatif Novarlia, Irena. (2013). Model Pembelajaran
(Polemik Agama Pasca Ideologi Menjelang Berbasis Literasi Geografi Dalam Upaya
Abad 21. Bandung: Mizan. Membangun Kecerdasan Ruang Peserta Didik.
Disertasi. Bandung: SPS UPI (tidak
Martorella, P., Beal, C,. dan Bolick, C. (2005). terpublikasi).
Teaching Social Studies In Middle and Secondary
Schools. 4 th . US: Pearson. Onwuegbuzie, A. J. and Tiddlie, C. 2003. A
Framework for Analyzing Data in Mixed
Maryani, E dan Syamsuddin, Helius. (2008). Methods Research dalam Tashakkori &
Laporan Penelitian: Pengembangan Program Teddlie (Eds). Handbook of Mixed Methods
Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan in Social and Behavioral Research, 351-384.
Kompetensi Keterampilan Sosial. Bandung: London: Sage Publications, Inc.
Universitas Pendidikan Indonesia-tidak
diterbitkan. Raharjo, Dawam. (1999). Islam dan Tranformasi
Sosial Ekonomi, Lembaga Studi Agama dan
Maryani, E., dan Sjamsuddin, H. (2008). Filsafat. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
“Pengembangan Program Pembelajaran IPS
untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Rahayu, Endang. (2009). Pembelajaran
Sosial” . Makalah pada Seminar Nasional, Konstruktivisme Ditinjau Dari Gaya Belajar
Makasar. Siswa

Samani, Muchlas dan Hariyanto. (2011). Konsep Sagala. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran.
dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Bandung: Alfabeta.
PT Remaja Rosda Karya. Samani, Muchlas dan Hariyanto. (2011). Konsep
Narwanti, Sri. (2013) Pendidikan Karakter dan Model Pendidikan Karakter. Bandung :
Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter Rosdakarya.
Dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta : Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Familia. Kencana.
National Geographic Education Foundation Soekamto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu
and Roper ASW (National Geographic). Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
(2002). National Geographic-Roper Somantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan
2002 Global Geographic Literacy Survey Pendidikan IPS. Bandung: Remaja
[online]. Tersedia: http:\\www. Rosdakarya dan Program Pascasarjana
nationalgeographic.com/geosurvey [2 UPI.
Novemver 20014]
Sudarja, Adiwikarta. (2005). Catatan Perkuliahan
National Geography Standards. (1994). Etika PLS dalam Pembangunan. PPS UPI
Geography For Life. Washington, D.C.: Bandung.
National Geographic Research and
Exploration on behalf o the American Sugiyono. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif,
Geographical Society, Association of Kualitatif dan R &D. Bandung: CV.
American Geographers, National Council Alfabeta
for Geographic Education, and National Sumaatmadja, N,. (1984). Metodologi Pengajaran
Geographic Society. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung :
Alumni.

10 Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015

Sunal, C dan Haas, M. ( 2005). Social Studies Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter
For Elementary and Middle Grades A Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Constructivist Approach .2th US : Pearson Pendidikan. Jakarta:
Education. Zuchdi, Darmiyati. (2011). Pendidikan
Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran dan karakter dalam prespektif teori dan praktik.
Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Yogyakarta: UNY Press.
Quraisy. Bogor Akui Limbah Industri Cemari Kali
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 2 Bekasi. Tersedia: http://www.tempo.co/
tentang Sistem Pendidikan Nasional. read/news/2015/02/04/083639959/
White, Ellen G. (2005). Education (Membina Bogor-Akui-Limbah-Industri-Cemari-
Pendidikan Sejati), Terj. Pasuhuk, Kali-Bekasi. Diakses [20 Januari 2015].
Publishing House Bandung: Indonesia. BPLHD limpahkan kasus kejahatan lingkungan.
Wiriatmadja, R. (2002). Pendidikan Sejarah di (2014). Tersedia: http://radarbandung.
Indonesia. Bandung: Historia Utama Press. co.id/berita--bplhd-limpahkan-kasus-
kejahatan-lingkungan-.html. Diakses [20
Wibowo, Yuni. “Bentuk-Bentuk Pembelajaran Januari 2015].
Outdoor” dalam http://staff.uny.
ac.id/sites/default/files/tmp/Bentuk-
bentuk%20pembelajaran%20outdoor.
pdf., Diakses [3 Maret 2015].

Copyright © 2015, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 11

Anda mungkin juga menyukai