Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN KATARAK

I. Konsep Lansia

A. Definisi
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu wkatu tertentu, teta dimulai sejka permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap
ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi  mulai ompong,
pendengaran kurang  jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat
dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2016).
Menurut World Health Organisation (WHO) lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikatagorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebutAging Process atau Proses Penuaan.

1. Tahap Perkembangan Lansia


Tahapan perkembangan lansia atau batas umur pada usia lanjut dari
waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health Organisation (WHO)
lansia meliput:
1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) antara usia 75 tahun sampai 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

Menurut Departemen Kesehatan RI (2014) lansia dikelompokkan


menjadi:
1) Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59)
2) Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai pmemasuki
usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
3) Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit
degenerative (usia > 65 tahun).
Menurut Padila (2013) batasan umur lansia dibagi menjadi :

1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun


2) Usia dewasa penuh (medlle years) atau maturitas usia 25-60/65
tahun
3) Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :
a) Young old (usia 70-75)
b) Old (usia 75-80)
c) Very old (usia >80 tahun)

2. Teori Proses Menua


Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang
proses menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat individual,
dimana proses menua pada setiap orang terjadi dengan usia yang
berbeda, dan tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dalam mencegah
proses menua. Adakalanya seseorang belum tergolong tua (masih muda)
tetapi telah menunjukan kekurangan yang mencolok. Adapula orang yang
tergolong lanjut usia penampilannya masih sehat, bugar, badan tegap,
akan tetapi meskipun demikian harus diakui bahwa ada berbagai penyakit
yang sering dialami oleh lanjut usia. Misalnya, hipertensi, diabetes,
rematik, asam urat, dimensia senilis, sakit ginjal (Padila, 2013).
Teori-teori tentang penuaan sudah banyak yang dikemukakan,
namun tidak semuanya bisa diterima. Teori-teori itu dapat digolongkan
dalam dua kelompok, yaitu yang termasuk kelompok teori biologis dan
teori psikososial (Padila, 2013) :
1) Teori biologis
a) Teori jam genetik
Menurut Hay ick (1965) dalam Padila (2013), secara
genetik sudah terprogram bahwa material didalam inti sel
dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan
frekuensi mitosis. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa
spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (life span)
yang tertentu pula. Manusia yang memiliki rentang kehidupan
maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya diperkirakan hanya
mampu membelah sekitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami
deteriorasi.
b) Teori cross-linkage (rantai silang)
Kolagen yang merupakan usur penyusunan tulang
diantaranya susunan molekular, lama kelamaan akan
meningkat kekakuanya (tidak elastis).  Hal ini disebabkan oleh
karena sel-sel yang sudah tua dan reaksi kimianya
menyebabkan jaringan yang sangat kuat (Padila, 2013).
c) Teori radikal bebas
Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan
kerusakan dan kemunduran secara fisik (Padila, 2013).
d) Teori imunologi
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat di
produksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang
tidak dapat tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah. System immune menjadi kurang efektif dalam
mempertahankan diri, regulasi dan responsibilitas (Padila,
2013).
e) Teori stress-adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasanya
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal kelebihan
usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai
(Padila, 2013).
f) Teori wear and tear (pemakaian dan rusak)
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh
lelah (terpakai) (Padila, 2013).

2) Teori psikososial
a) Teori integritas ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas
yang harus dicapai dalam tiap tahap pekembangan. Tugas
perkembangan terakhir merefleksikan kehidupan seseorang
dan pencapaiannya. Hasil akhir dari penyelesaian konflik
antara integritas ego dan keputusasaan adalah kebebasan
(Padila, 2013).
b) Teori stabilitas personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak
dan tetap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada
usia tua bisa jadi mengindikasikan penyakit otak (Padila,
2013).

3) Teori Sosiokultural
Teori yang merupakan teori sosiokultural adalah sebagai
berikut (Padila, 2013) :
a) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang berangsuran-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya, atau  menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Hal ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, sehingga sering terjadi kehilangan ganda meliputi:
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontak sosial
3) Berkurangnya komitmen.
b) Teori aktifitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses
tergantung dari bagaimana seorang lanjut usia merasakan
kepuasan dalam beraktifitas dan mempertahankan aktifitas
tersebut selama mungkin. Adapun kualitas aktifitas tersebut
lebih penting dibandingkan kuantitas aktifitas yang dilakukan
(Padila, 2013).
4) Teori konsekuensi fungsional
Teori yang merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut :
a) Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia
lanjut yang behubungan dengan perubahan-perubahan karena
usia dan faktor resiko bertambah.
b) Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan
negatif, dengan intervensi menjadi positif (Padila, 2013).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan


Adapun faktor – faktr yang dapat mempengaruhi penuaan antara
lain, sebagai berikut (Padila, 2013) :
1) Hereditas atau ketuaan genetik
2) Nutrisi atau makanan
3) Status kesehatan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stres

4. Masalah Yang Terjadi Pada Lansia


1) Permasalah dari aspek fisiologis
Terjadi perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi
oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan tersebut
akan terlihat dalam jaringan dan organ dalamm tubuh seperti kulit
menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan
menurun, daya penciuman berkurang, tinggi badan menyusut karena
proses osteoporosis yang berakibta badan menjadi bungkuk, tulang
keropos, elastic paru berkurang, napas menjadi pendek, adanya
penurunan orang reproduksi, terutama pada wanita, otak menyusut
dan reaksi menjadi lambat (Azizah, 2011).
Menurut Azizah (2011), beberapa masalah psikologis lansia
antara lain :
a) Kesepian, yang mengalami oleh lansia pada saat meninggalnya
pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami
penurunan mobilitas atau gangguan sensorik terutama gangguan
pada pendengaran.
b) Duka cita, dimana pada priode duka cita ini merupakan periode
yang sangat rawan bagi lansia. Meninggalnya pasangan hidup,
teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan bias meruntuhkan
ketahanan jiwwa yang sudah rapuh dari seorang lansia, yang
selanjutnya menicu terjadinya ganguan fisik dan ksesehatannya
c) Depresi, pada lansia stress lingkungan sering menimbulkan
depresi dan kemampuan beradaptasi sudah menurun
d) Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobia,
gangguan panic, gangguan cemas umum. Pada lansia gangguan
cemas merupakan kelanjutandari dewasa muda dan biasanya
berhubungan dengan skunder akibat penyakit medis, depresi,
efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak suatu
obat.
e) Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bias
terjadi pada lansia, baik sebagai kelnjutann keadaan dari dewasa
muda atau yang timbul pada lansia

2) Permasalahan dari aspek sosial buadaya


Permasalahn sosial budaya lansia secara umum yaitu masih
besarnya jumlah yang berada dibawah garis kemiskinan, makin
melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.

5. Perubahan Sistem Pada Lansia


Perubahan-perubahan yang terjadi pada lajut usia (Maryam , 2015) :
1) Perubahan fisik
a) Sel
Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya,
berkurangnya jumlah cairan tubuh dan terganggunya mekanisme
perbaikan sel.
b) Sistem persarafan
Lambat dalam merespon dan lambat mencerna saat
berinteraksi, mudah lupa akan sesuatu yang akan dikerjakan,
kurang sensitifitas terhadap sentuhan.
c) Gangguan pada pendengaran
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga
dalam terutama pada bunyi suara atau nada-nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, pendengaran
bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stress.
d) Sistem penglihatan
Hilangnya respon terhadap sinar kornea lebih terbentuk
sfesis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi
katarak menyebabkan gangguan penglihatan, hilangnya daya
akomodasi.
e) Sistem kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal
dan menjadi kaku kemampuan jantung memompa darah naik
bisa menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah yang
sering dialami oleh lanjut usia.
f) Sistem respirasi
Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot
pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia pada
lanjut usia.
g) Sistem gastrointestinal
Kesehatan gigi yang buruk dan indra pengecapan menurun
adanya iritasi yang kronis dari selaput lender, hilangnya
sensitifitas dari dari syaraf pengecapan, rasa lapar menurun.
h) Sistem reproduksi
Menciutnya ovari dan uterus, atrovi payudara, pada laki-
laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.
i) Sistem integument
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan
lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, kulit kepala dan
rambut menipis, rambut berwarna kelabu.
j) Sistem musculoskeletal
Lanjut usia yang melakukan aktifitas seccara teratur tidak
kehilangan massa atau tonus otot dan tulang sebanyak lanjut
usia yang tidak aktif. Serat otot berkurang ukurannya dan
kekuatan otot berkurang sebanding penurunan massa otot,
penurunan massa dan kekuatan otot.

2) Perubahan mental
Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu
perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum,tingkat
pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan.
Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang
(berjam–jam sampai berhari–hari yang lalu mencakup beberapa
perubahan),dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10menit,
kenangan buruk).I.Q. (Intellegentian Quantion) tidak berubah
dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya
penampilan,persepsi dan ketrampilan psikomotor (terjadinya
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan–tekanan dari
faktor waktu).

Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan


structural dan fisiologis,begitu juga otak. Perubahan ini
disebabkan karena fungsi neuron di otak secara progresif.
Kehilangan fungsi ini akibat menurunnya aliran darah ke
otak,lapisan otak terlihat berkabut dan metabolism di otak lambat.
Selanjutnya sangat sedikit yang di ketahui tentang pengaruhnya
terhadap perubahan fungsi kognitif pada lanjut usia. Perubahan
kognitif yang di alami lanjut usia adalah demensia, dan delirium.

3) Perubahan psikolog
Lanjut usia akan mengalami perubahan–perubahan
psikososial seperti

a) Merasakan atau sadar akan kematian (sence of awareness of


mortality)
b) Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah
perawatan, bergerak lebih sempit.
c) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic
derivation) meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang
sulit, bertambahnya biaya pengobatan.
d) Penyakit kronis dan ketidak mampuan.
e) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
f) Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.
g) Gangguan gizi akibat kehilangan penghasila atau jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan
dengan teman teman dan famili serta pasangan.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan
terhadap gambaran diri.
II. Konsep Penyakit Katarak

A. Pengertian
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut
atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses
penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun.
(Muttaqin, 2008).
Katarak merupakan penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa
menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu dan ketajaman penglihatan
berkurang. Katarak terjadi apabila protein pada lensa yang secara normal
transparan terurai dan mengalami koagulasi pada lensa (Corwin, 2009).
Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang
normalnya transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat
disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.

B. Anatomi Fisiologi

Gambar 1.1 anatomi mata

Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5
cm, yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa
lapisan. Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan
mempertahankan bentuk bola mata dan memberikan proteksi terhadap
bangunan - bangunan halus dibawahnya.
Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
1. Lapisan luar, yang terdiri dari :
a. Sclera
b. Kornea
2. Lapisan tengah, yang terdiri dari :
a. Koroid
b. Badan (korpus) siliare
c. Iris
3. Lapisan dalam, yang terdiri dari :
a. Retina
b. Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat
memutar bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi
pergerakan mata.Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang
adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis pada masing
- masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang
sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata,
ditranmisikan ke area optic darikorteks serebri, tempat otak
menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu gambaran (Istiqomah,
2003).

C. Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa
mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan,
peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak
kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa
atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti
lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek
sedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari
nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa.
Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan
air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian
tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang.
Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran
melihat dekat (presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami
katarak atau lensa keruh.
Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi
progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata
berbeda dengan mata yang sebelahnya. Perkembangan katarak untuk menjadi
berat memakan waktu dalam bulan hingga tahun.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti
diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan
yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika
seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan
harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling
sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B,
obat- obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan
yang kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2001)
Stadium katarak :
Katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji
menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal)
2. Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks
berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien
3. Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
lensa yang degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi
hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya
bertambah, yang akan memberikan miopisasi
4. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak
yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan
lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga
terjadi glaukoma sekunder (Khalilullah, 2010).

Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :


1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia

D. Patofosiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan
refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada
zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, Nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat
menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti
diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan
yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika
seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan
harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling
sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet
B, obatobatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan
yang kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2001)

E. Manifestasi Klinik
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau s
erta
gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari

Gejala objektif biasanya meliputi:

1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak


tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya
akan dipendarahkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi
bayangan berfokus pada retina hasilnya adalah pandangan menjadi kabur
atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu putuh penglihatan
seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matag pupil akan bertambah benar-
benar putih sehingga reflek cahaya pada mata menjadi negatif.

Gejala umum gangguan katarak meliputi :

1. Penglihatan tidak jelas seperti terdapat kabut menghalangi objek


2. Gangguan penglihatan bisa berupa :
a. Peka terhadap sinar atau cahaya
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia)
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
Gejala lain adaalah :

1. Sering berganti kaca mata


2. Penglihatan sering pada salah satu mata

F. Komplikasi
1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding

Komplikasi tersering adalah dislokasi lensa selama pembedahan


katarak, yang sering menyebabkan uveitis berat, glaucoma, dan kondensasi
vitreosa. Apa bila dibiarkan, penglihatan dapat hilang selamanya. Terapi
untuk dislokasi lensa dan fragmen lensa telah semakin baik akibat
kemajuan dalam teknik vitrektomi Lensa yang lunak sampai agak keras
dapat dengan aman diterapi dengan pemeriksaan vitrektomi. Pemeriksaan
mikrofragmentasi, dan fosep mikrovitrektomi. Bagaimanapun, pengeluaran
lensa yang keras tetap merupakan tindakan yang berbahaya ( Barbara, 2005).

G. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak
mengandung Vit C, Vit A, Vit B2, dan Vit E. Selainitu untuk mengurangi
pancaran sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik
menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
1) Penatalaksanaan medis
Ada 2 macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakpsuler
Merupakan teknik yang lebih disukai dan mencapai
98% pembedahan katarak mikroskop digunakan untuk
melihatstruktur mata selama pembedahan. Prosedur ini
meliputi pengambilan kapsul anterior, menekan keluar
nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak
menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan
kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan
setelah zonula dipishkan lensa di angkat dengan cryoprobe,
yang diletakan secara langsung pada kapsula lentis. Ketika
cryoprobe diletakan secara langsung pada kapsula lentis
kapsul akan melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat
secara lembut, namun saat ini pembedahan intrakap suler
sudah jarang dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena
lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga
kekuatan fokus mata.
Pathway

Trauma Degeneratif Penyakit lain

Perubahan serabut 1) Kompresisentral Jumlah protein


meningkat

Densitas

Keruh

Lensa mata

Katarak

Menghambat jalan
cahaya

Penurunan ketajaman
penglihatan

Pembedahan Penglihatan berkurang


/ buta

Pre Operasi Post Operasi


Gangguan persepsi Risiko tinggi
sensori cedera fisik

Kecemasan Gangguan rasa


meningkat nyaman
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus / vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina
2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukosa
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12-25mmhg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma
5. Tes Provokatif : menentukan adanya / tipr glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, pendarahan
7. Darah lengkap, LED : menunjukan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolestrol, serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kontrol DM
10. Keratometri
11. Pemeriksaan lampu slit
12. A-can ultrasound (echography)
13. Penghiungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi dan implantasi
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Pengkajian

A. Riwayat kesehatan
1. Data Biografi
a. Identifikasi : Nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, suku, agama,
pendidikan, pekerjaan, dll
b. Identifikasi pembri informasi : klien, keluarga, teman

2. Keluhan utama (alasan utama klien minta pertolongan kesehatan atau


masuk panti)
3. Riwayat sakit sekarang (data yang didapatkan dari klien tentang keadaan
kesehatan yang sekarang dirasakan oleh klien. Menimal meliputi PQRST)

a. Riwayat serangan
b. Lokasi : lokal atau radiasi
c. Kualitas
d. Intensitas : kekuatannya
e. Severy : Ketidakmampuan
f. Kejadian : frekuensi durasi, kapan
g. Tehnik mengatasi dari gejala yang muncul
h. Faktor pencetus : Aktivitas, makan, dll
i. Keadaan penyakit
j. Persepsi klien terhadap gejala yang muncul

4. Riwayat kesehatan masa lalu


a. Alergi : Gambaran gejala, apa penyebabnya
b. Kecelakaan atau injury
c. Adakah penyakit yang pernah diderita
d. Hospitalisasi : kapan, dimana, tindakan apa
e. Riwayat pemakaian obat
f. Adakah riwayat transfusi

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Keluarga : sehat atau sakit, meninggal karena apa dan umurnya


berapa pada saat meninggal
b. Penyakit keluarga : DM, Jantung, TBC, Hipertensi, Ginjal, Arthritis,
Kanker, alergi, Gout, dll
c. Riwayat Psikososial: Tempat kelahiran, tinggal bersama siapa, status
perkawinan, pekerjaan, kapan pensiun.
d. Situasi Kehidupan Sekarang: keadaan keluarga, siapa pengambil
keputusan, sumber ekonomi, aktivitas social, aktivitas sehari-hari,
apakah ada orang lain dalam keluarga, stres yang dialami saat ini.
e. Situasi kehidupan masa lalu: kejadian dalam hidup yang berarti,
kejadian yang menyenangkan dan merugikan, keadaan lingkungan,
bagaimana menghargai diri sendiri
f. Riwayat pemenuhan nutrisi : jumlah perhari, apa yang dikonsumsi
g. Riwayat penyalahgunaan : obat, alkohol, kebiasaan merokok.

B. Pemeriksaan fisik dengan pendekatan Head To Toe:


1. Fisik / Biologis
Bisa didapatkan dari wawancara fisik (system) dan penunjang pengkajian
ini, meliputi :
a. Pandangan lansia tentang kesehatannya
b. Kebiasaan lansia dalam memlihara kesehatan dan melakukan
penatalaksanaan terhadap masalah tersebut
c. Kegiatan yang masih mampu dilakukan lansia
d. Kekuatan fisik lansia: otot, sendi, penglihatan, pendengaran
e. Kebiasaan lansia merawat diri
f. Kebiasaan makan, minum, istirahat, BAB / BAK
g. Kebiasaan akitivitas dan olahraga
h. Perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
i. Masalah-masalah seksual yang dirasakan

2. Psikologis
Dilakukan saat berkomunikasi untuk melihat; fungsi kognitif (daya ingat,
proses berfikir, orientasi, problem solving)
a. Apakah lansia mengenal masalah utamanya
b. Apakah lansia optimal memandang sesuatu
c. Bagaimana sikap terhadap proses menua
d. Apakah lansia merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
e. Bagaimana lansia mengatasi masalah / stress
f. Apakah lansia mudah menyesuaikan diri
g. Apakah lansia sering mengalami kegagalan
h. Apa harapan lansia sekarang dan dimasa yang akan dating

3. Sosial Ekonomi
Hal-hal yang perlu dikaji :
a. Apa saja kesibukan mengisi waktu luang
b. Apa saja sumber-sumber keuangan
c. Dengan siapa lansia tinggal
d. Kegiatan sosial apa yang diikuti
e. Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya
f. Berapa sering lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
g. Siapa yang sering mengunjungi
h. Berapa besar ketergantungan lansia
i. Apakah lansia dapat menyalurkan hobinya

4. Spiritual
a. Apakah lansia telah teratur melaksanakan
Ibadanhnya
b. Apakah lansia terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaannya
c. Bagaimana lansia berusaha menyelesaikan masalah
d. Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal

C. Pengkajian dengan pendekatan ROS (Review Of System)


1. Keadaan Umum
a. Fatigue, Malaise
b. Anoreksia, Perubahan BB
c. Fever, Chills, Night Sweats
d. Hematopoetik : Anemia, Perdarahan yang abnormal
e. Skin : Rashes, Color change (sianosis, jaundice)
f. Telinga : Nyeri, pendengaran menurun, Vertigo
g. Penglihatan : Kacamata, nyeri, diplopia, Scotama (Flashingspols)
h. Hidung/Sinus : Nyeri, Bleeding, Alergi

2. Kardiovaskuler (Nyeri dada, edema, palpitasi,


hipertensi)

3. Gastrointestinal (Mual, muntah, nyeri abdomen,


sulit menelan, perubahan BB dan status nutrisi).

4. Perkemihan (Nokturia, nyeri panggul, inkontenesia,


disuria dll)

5. Genitalia Wanita (Menstruasi, riwayat kehamilan,


KB, nyeri, menopause, pola hubungan seksual)

6. Genitalia Pria

7. Muskuloskletal (Pergerakan sendi, nyeri, edema,


kaku dll)
8. Neurologi (Sakit kepala, tremor, kejang, kelemahan,
perubahan koordinasi dan keseimbangan dll)

9. Endokrin (dikaji tanda dan gejala yang berhubungan


dengan masalah endokrin; polidipsi, poliphagia)

10. Psikiatri (Depresi, menarik diri, mudah tersinggung,


kesulitan berhubungan interpersonal)

D. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual
penglihatan b.d Gangguan penerimaan sensori/status organ
indera ditandai dengan menurunnya ketajaman.
2. Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan.
3. Kurang pengetahuan b.d Kurang informasi tentang
penyakit
4. Resiko tinggi terhadap cidera b.d Keterbatasan
penglihatan.
E. Intervensi Keperawatan

No Dx Keperawatan NOC NIC


1. Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan keperawatanNEUROLOGIK MONITORING :
sensori-perseptual selama ..........x 24 jam, diharapakan 1. Monitor tingkat neurologis
penglihatan b.d Ganggu gangguan persepsi sensori teratasi. 2. Monitor fungsi neurologis klien
an penerimaan 3. Monitor respon neurologis
sensori/status organ Kriteria hasil:  4. Monitor reflek-reflek meningeal
indera ditandai Sensori function : vision 5. Monitor fungsi sensori dan
dengan menurunnya 1. Menunjukan tanda dan gejala persepsi : penglihatan, penciuman, pendengaran,
ketajaman persepsi dan sensori baik : pengecapan, rasa
penglihatan baik. 6. Monitor tanda dan gejala
2. Mampu mengungkapkan fungsi penurunan neurologis klien
persepsi dan sensori dengan tepat
Eye Care :
1. Kaji fungsi penglihatan klien
2. Jaga kebersihan mata
3. Monitor penglihatan mata
4. Monitor tanda dan gejala kelainan penglihatan
5. Monitor fungsi lapang pandang, penglihatan, visus klien

Monitoring vital sign :


1. Monitor TD, Suhu, Nadi dan pernafasan klien
2. Catat adanya fluktuasi TD
3. Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, Nadi, RR sebelum dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas Nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernafasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
brakikardi, peningkatan sistolik) 
2 Ansietas b.d Perubahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
pada status kesehatan. selama ..........x 24 jam, diharapakan : 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
1. Anxiety self-control 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
2. Anxiety level 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
3. Coping prosedur
4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
Kriteria hasil : 5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengurangi takut
mengungkapkan gejala cemas. 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan 7. Lakukan back / neck rub
dan menunjukkan tehnik untuk 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
mengontol cemas. 9. Identifikasi tingkat kecemasan
a. Vital sign dalam batas normal. 10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
b. Postur tubuh, ekspresi wajah, kecemasan
bahasa tubuh dan tingkat 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
aktivfitas menunjukkan persepsi
berkurangnya kecemasan. 12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
13. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

3 Kurang pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Teaching : Disease Proses
Kurang informasi selama ..........x 24 jam, diharapakan :
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
tentang penyakit 1. Knowledge : Disease Process proses penyakit yang spesifik
2. Knowledge : Health Hehavior 1. Jelaskan patofisiologidari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
Kriteria hasil tepat.
1. Pasien dan keluarga menyatakan 2. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
pemahaman tentang penyakit, penyakit, dengan cara yang tepat
kondisi, prognosis, dan program 3. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
pengobatan 4. Sediakan informasi pada pasien tentang  kondisi, dengan cara
2. Pasien dan keluarga mampu yang tepat
melaksakan prosedur yang 5. Hindari jaminan yang kosong
dijelaskan secara benar 6. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan
3. Pasien dan keluarga mampu pasien dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang 7. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
dijelaskan perawat/tim kesehatan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan
lainnya ata proses pengontrolan penyakit
8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
10. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas local,
dengan cara yang tepat
11. Intruksikan pasien mengenal tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara
yang tepat

4 Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan keperawatan Environment Management (Manajemen lingkungan)
cidera b.d Keterbatasan selama ..........x 24 jam, diharapakan : 1. Sediakan Iingkungan yang aman untuk pasien
penglihatan. 1. Risk Kontrol 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit
Kriteria hasil : terdahulu pasien
1. Klien terbebas dari cedera 3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
2. Klien mampu menjelaskan memindahkan perabotan)
cara/metode untuk mencegah 4. Memasang side rail tempat tidur
injury/cedera 5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
3. Klien mampu menjelaskan faktor 6. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau
resiko dari lingkungan/perilaku pasien.
personal 7. Membatasi pengunjung
4. Mampu memodifikasi gaya hidup 8. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
untuk mencegah injury 9. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
5. Menggunakan fasilitas kesehatan 10. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
yang ada 11. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
6. Mampu mengenali perubahan pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
status kesehatan penyebab penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha


Ilmu

Barbara F, 2005, Kamus Saku Perawat, EGC, Jakarta

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya


Media

Muttaqin,Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., (2001), “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner &Suddarth. Vol. 2. E/8”, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai