I. Konsep Lansia
A. Definisi
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu wkatu tertentu, teta dimulai sejka permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap
ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat
dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2016).
Menurut World Health Organisation (WHO) lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikatagorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebutAging Process atau Proses Penuaan.
2) Teori psikososial
a) Teori integritas ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas
yang harus dicapai dalam tiap tahap pekembangan. Tugas
perkembangan terakhir merefleksikan kehidupan seseorang
dan pencapaiannya. Hasil akhir dari penyelesaian konflik
antara integritas ego dan keputusasaan adalah kebebasan
(Padila, 2013).
b) Teori stabilitas personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak
dan tetap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada
usia tua bisa jadi mengindikasikan penyakit otak (Padila,
2013).
3) Teori Sosiokultural
Teori yang merupakan teori sosiokultural adalah sebagai
berikut (Padila, 2013) :
a) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang berangsuran-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya, atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Hal ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, sehingga sering terjadi kehilangan ganda meliputi:
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontak sosial
3) Berkurangnya komitmen.
b) Teori aktifitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses
tergantung dari bagaimana seorang lanjut usia merasakan
kepuasan dalam beraktifitas dan mempertahankan aktifitas
tersebut selama mungkin. Adapun kualitas aktifitas tersebut
lebih penting dibandingkan kuantitas aktifitas yang dilakukan
(Padila, 2013).
4) Teori konsekuensi fungsional
Teori yang merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut :
a) Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia
lanjut yang behubungan dengan perubahan-perubahan karena
usia dan faktor resiko bertambah.
b) Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan
negatif, dengan intervensi menjadi positif (Padila, 2013).
2) Perubahan mental
Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu
perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum,tingkat
pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan.
Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang
(berjam–jam sampai berhari–hari yang lalu mencakup beberapa
perubahan),dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10menit,
kenangan buruk).I.Q. (Intellegentian Quantion) tidak berubah
dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya
penampilan,persepsi dan ketrampilan psikomotor (terjadinya
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan–tekanan dari
faktor waktu).
3) Perubahan psikolog
Lanjut usia akan mengalami perubahan–perubahan
psikososial seperti
A. Pengertian
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut
atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses
penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun.
(Muttaqin, 2008).
Katarak merupakan penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa
menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu dan ketajaman penglihatan
berkurang. Katarak terjadi apabila protein pada lensa yang secara normal
transparan terurai dan mengalami koagulasi pada lensa (Corwin, 2009).
Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang
normalnya transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat
disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.
B. Anatomi Fisiologi
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5
cm, yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa
lapisan. Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan
mempertahankan bentuk bola mata dan memberikan proteksi terhadap
bangunan - bangunan halus dibawahnya.
Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
1. Lapisan luar, yang terdiri dari :
a. Sclera
b. Kornea
2. Lapisan tengah, yang terdiri dari :
a. Koroid
b. Badan (korpus) siliare
c. Iris
3. Lapisan dalam, yang terdiri dari :
a. Retina
b. Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat
memutar bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi
pergerakan mata.Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang
adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis pada masing
- masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang
sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata,
ditranmisikan ke area optic darikorteks serebri, tempat otak
menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu gambaran (Istiqomah,
2003).
C. Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa
mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan,
peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak
kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa
atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti
lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek
sedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari
nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa.
Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan
air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian
tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang.
Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran
melihat dekat (presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami
katarak atau lensa keruh.
Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi
progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata
berbeda dengan mata yang sebelahnya. Perkembangan katarak untuk menjadi
berat memakan waktu dalam bulan hingga tahun.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti
diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan
yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika
seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan
harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling
sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B,
obat- obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan
yang kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2001)
Stadium katarak :
Katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji
menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal)
2. Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks
berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien
3. Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
lensa yang degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi
hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya
bertambah, yang akan memberikan miopisasi
4. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak
yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan
lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga
terjadi glaukoma sekunder (Khalilullah, 2010).
D. Patofosiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan
refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada
zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, Nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat
menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti
diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan
yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika
seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan
harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling
sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet
B, obatobatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan
yang kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2001)
E. Manifestasi Klinik
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau s
erta
gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
F. Komplikasi
1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding
G. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak
mengandung Vit C, Vit A, Vit B2, dan Vit E. Selainitu untuk mengurangi
pancaran sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik
menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
1) Penatalaksanaan medis
Ada 2 macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakpsuler
Merupakan teknik yang lebih disukai dan mencapai
98% pembedahan katarak mikroskop digunakan untuk
melihatstruktur mata selama pembedahan. Prosedur ini
meliputi pengambilan kapsul anterior, menekan keluar
nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak
menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan
kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan
setelah zonula dipishkan lensa di angkat dengan cryoprobe,
yang diletakan secara langsung pada kapsula lentis. Ketika
cryoprobe diletakan secara langsung pada kapsula lentis
kapsul akan melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat
secara lembut, namun saat ini pembedahan intrakap suler
sudah jarang dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena
lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga
kekuatan fokus mata.
Pathway
Densitas
Keruh
Lensa mata
Katarak
Menghambat jalan
cahaya
Penurunan ketajaman
penglihatan
Pengkajian
A. Riwayat kesehatan
1. Data Biografi
a. Identifikasi : Nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, suku, agama,
pendidikan, pekerjaan, dll
b. Identifikasi pembri informasi : klien, keluarga, teman
a. Riwayat serangan
b. Lokasi : lokal atau radiasi
c. Kualitas
d. Intensitas : kekuatannya
e. Severy : Ketidakmampuan
f. Kejadian : frekuensi durasi, kapan
g. Tehnik mengatasi dari gejala yang muncul
h. Faktor pencetus : Aktivitas, makan, dll
i. Keadaan penyakit
j. Persepsi klien terhadap gejala yang muncul
2. Psikologis
Dilakukan saat berkomunikasi untuk melihat; fungsi kognitif (daya ingat,
proses berfikir, orientasi, problem solving)
a. Apakah lansia mengenal masalah utamanya
b. Apakah lansia optimal memandang sesuatu
c. Bagaimana sikap terhadap proses menua
d. Apakah lansia merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
e. Bagaimana lansia mengatasi masalah / stress
f. Apakah lansia mudah menyesuaikan diri
g. Apakah lansia sering mengalami kegagalan
h. Apa harapan lansia sekarang dan dimasa yang akan dating
3. Sosial Ekonomi
Hal-hal yang perlu dikaji :
a. Apa saja kesibukan mengisi waktu luang
b. Apa saja sumber-sumber keuangan
c. Dengan siapa lansia tinggal
d. Kegiatan sosial apa yang diikuti
e. Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya
f. Berapa sering lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
g. Siapa yang sering mengunjungi
h. Berapa besar ketergantungan lansia
i. Apakah lansia dapat menyalurkan hobinya
4. Spiritual
a. Apakah lansia telah teratur melaksanakan
Ibadanhnya
b. Apakah lansia terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaannya
c. Bagaimana lansia berusaha menyelesaikan masalah
d. Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal
6. Genitalia Pria
D. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual
penglihatan b.d Gangguan penerimaan sensori/status organ
indera ditandai dengan menurunnya ketajaman.
2. Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan.
3. Kurang pengetahuan b.d Kurang informasi tentang
penyakit
4. Resiko tinggi terhadap cidera b.d Keterbatasan
penglihatan.
E. Intervensi Keperawatan
3 Kurang pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Teaching : Disease Proses
Kurang informasi selama ..........x 24 jam, diharapakan :
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
tentang penyakit 1. Knowledge : Disease Process proses penyakit yang spesifik
2. Knowledge : Health Hehavior 1. Jelaskan patofisiologidari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
Kriteria hasil tepat.
1. Pasien dan keluarga menyatakan 2. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
pemahaman tentang penyakit, penyakit, dengan cara yang tepat
kondisi, prognosis, dan program 3. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
pengobatan 4. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara
2. Pasien dan keluarga mampu yang tepat
melaksakan prosedur yang 5. Hindari jaminan yang kosong
dijelaskan secara benar 6. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan
3. Pasien dan keluarga mampu pasien dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang 7. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
dijelaskan perawat/tim kesehatan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan
lainnya ata proses pengontrolan penyakit
8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
10. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas local,
dengan cara yang tepat
11. Intruksikan pasien mengenal tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara
yang tepat
4 Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan keperawatan Environment Management (Manajemen lingkungan)
cidera b.d Keterbatasan selama ..........x 24 jam, diharapakan : 1. Sediakan Iingkungan yang aman untuk pasien
penglihatan. 1. Risk Kontrol 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit
Kriteria hasil : terdahulu pasien
1. Klien terbebas dari cedera 3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
2. Klien mampu menjelaskan memindahkan perabotan)
cara/metode untuk mencegah 4. Memasang side rail tempat tidur
injury/cedera 5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
3. Klien mampu menjelaskan faktor 6. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau
resiko dari lingkungan/perilaku pasien.
personal 7. Membatasi pengunjung
4. Mampu memodifikasi gaya hidup 8. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
untuk mencegah injury 9. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
5. Menggunakan fasilitas kesehatan 10. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
yang ada 11. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
6. Mampu mengenali perubahan pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
status kesehatan penyebab penyakit.
DAFTAR PUSTAKA