Anda di halaman 1dari 96

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

LAPORAN KHUSUS

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN


PENGENDALIAN RESIKO DI AREA WORKSHOP
DENGAN STANDAR OHSAS 18001: 2007
DI PT. SARI HUSADA UNIT I
YOGYAKARTA

Lafina Fharlia
R0008115

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN

Tugas Akhir dengan judul: Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian


Resiko di Area Workshop dengan Standar OHSAS 18001: 2007 di
PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta

Lafina Fharlia, NIM: R0008115, Tahun 2011

Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan


Penguji Tugas Akhir

Progrsm D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja


Fakultas Kedokteran UNS Surakarta

Pada Hari.............Tanggal...................2011

Pembimbing I Pembimbing II

Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp. Ok Agus Widiyatmo, SE., M.Kes
NIP. 19481105 198111 1 001 NIP. 19761028 200810 1 001

Ketua Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

Sumardiyono, SKM., M.Kes


NIP. 19650706 198803 1 002

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RESIKO


DI AREA WORKSHOP DENGAN STANDAR OHSAS 18001: 2007
DI PT. SARI HUSADA UNIT I
YOGYAKARTA

Lafina Fharlia1

Tujuan: Setiap area kerja mempunyai potensi bahaya dan faktor bahaya. Kedua
hal tersebut jika tidak dikendalikan akan dapat menimbulkan resiko dan kerugian.
Untuk itu harus dikendalikan dengan tepat. Bahaya-bahaya tersebut berasal dari
manusia, bahan atau peralatan dan lingkungan kerja. Tujuan dari praktek kerja
lapangan ini adalah mengidentifikasi bahaya, melakukan penilaian dan melakukan
upaya pengendalian resiko di area kerja workshop untuk mencegah terjadinya
kecelakaan.

Metode: Dalam praktek kerja lapangan ini, kerangka pemikiran yang di gunakan
adalah tempat kerja, dimana didalamnya terdapat potensi bahaya dan faktor
bahaya yang berasal dari manusia, bahan atau peralatan dan lingkungan kerja.
Penyebab kecelakaan tersebut akan di identifikasi, dinilai dan dikendalikan.
Sehingga dapat ditemukan suatu upaya pengendalian yang sesuai di area kerja
tersebut.

Hasil: Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang


memberikan gambaran tentang identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian
resiko di area workshop. Pengambilan data tentang identifikasi bahaya, penilaian
dan pengendalian resiko ini observasi ke lapangan langsung dan studi
kepustakaan. Data yang diperoeh kemudian di bahas dengan membandingkan
dengan Standar OHSAS 18001: 2007 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.

Simpulan: Perusahaan telah melaksanakan identifikasi bahaya, penilaian dan


pengendalian resiko di area workshop dengan standar OHSAS 18001: 2007
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Saran yang
diberikan adalah supaya perusahaan menyedikan APD yang sesuai dengan
pekerjaan dan bahaya yang timbul di setiap area kerja. Sehingga pekerja dapat
bekerja dengan aman.

Kata kunci: Potensi bahaya, faktor bahaya dan faktor resiko


1.
Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2.
Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohman nirrokhim
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah Nya sehingga kegiatan penulisan laporan magang tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta.
Kegiatan magang ini merupakan salah satu tugas dalam kurikulum di
Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta dan merupakan salah satu syarat kelulusan program studi
D.III. Laporan magang ini disusun berdasarkan pengamatan dan pengalaman
penulis selama magang dengan data dan informasi yang didapat dari karyawan,
pembimbing lapangan, dosen dan literatur yang menunjang.
Atas terlaksananya kegiatan magang ini, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Prof. Zainal Arifin Adnan,dr.S.PD-KR-FINASIM, selaku dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta periode 2011-2015.
2. Bapak Prof., Dr. H. A.A. Subiyanto, MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta periode 2007-2011.
3. Bapak Sumardiyono,SKM.,M.Kes selaku ketua program D.III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
periode 2011-2015.
4. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS Sp.Ok. Selaku Ketua Program D.III Hiperkes
dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta periode 2008-2011, sekaligus selaku pembimbing I.
5. Bapak Agus Widiyatmo, SE.,M.Kes selaku pembimbing II.
6. Ibu Alloysia L Bandaransari selaku HRD Manager PT. Sari Husada Unit I
Yogyakarta.
7. Bapak Sholeh dan Mbak Yanti yang telah membantu dalam perizinan
pelaksanaan praktek kerja lapangan ini.
8. Bapak M. Sukaelan selaku Health and Safety Manager yang telah berkenan
membimbing dalam praktek kerja lapangan.
9. Mas Amri Cahyono selaku Health and Safety Professional serta pembimbing
utama yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam
penyusunan laporan ini.
10.Seluruh staff yang ada di Operations Development yang telah membantu
dalam kelancaranpraktek kerja lapangan
11.Seluruh karyawan PT. Sari Husada yang telah membantu dalam pelaksanaan
praktek kerja lapangan.
12.Bapak, ibu tercinta yang telah memberikan dukungan, doa, kasih sayang
dengan ikhlas.
13.Adik-adikku tercinta, M. Musthofa, Ervan terima kasih atas doa, bantuan dan
dukungannya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10. Keluarga besar H. Dimyati, Alm eyang Putri tercinta, tante Atun, Om Zazen,
Pakde Tabiyani dan budhe Evi, Tiara yang telah memberikan doa, dukungan,
dorongan, bantuan dan perhatian selama ini.
11. Keluarga besar Alm. Supangati, eyang Putri, Om dan tante, adik sepupu
Trinur yang telah memberikan doa, dukungan, dorongan dan perhatian selama
ini.
12. Aryo, terima kasih atas pemberian semangat, dorongan dan dukungan selama
ini.
13. Teman-teman kuliah dan seperjuangan Estry, Meylinda, Tyas, Zahra yang
memberikan banyak bantuan atas semuanya.
14. Teman-teman semua D.III Hiperkes & Keselamatan Kerja tanpa terkecuali
angkatan 2008. Sukses buat teman-teman semuanya.
15. Seluruh keluarga besar D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang telah
mendukung.
16. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini,
semoga atas bantuan dan perhatian dari semua pihak mendapat rahmat dari
Allah SWT.
Penulis menyadari tidak akan bisa membalas kebaikan yang telah diberikan
oleh semua pihak, dan semoga Allah SWT membalas semua budi baik dan
bantuan yang telah diberikan, Amin.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan
ini. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil yang lebih baik penulis sangat
mengharapkan masukan, baik kritik maupun saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, baik penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Untuk
menambah wawasan dalam mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dan demi kemajuan Program D.III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta (UNS). Terimakasih.

Surakarta, 11 Maret 2011


Penulis

Lafina Fharlia

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ........................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR/ GRAFIK ................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

BAB I. PENDAHULUAN....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 7

BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................. 9

A. Tinjauan Pustaka .................................................................. 9

B. Kerangka Pemikiran ............................................................. 23

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 24

A. Metode Penelitian................................................................ 24

B. Lokasi Penelitian ................................................................. 24

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ................................. 24

D. Sumber Data ........................................................................ 24

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 25

F. Pelaksanaan ......................................................................... 25

G. Analisis Data ....................................................................... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 30

A. Hasil Penelitian ................................................................... 30

B. Pembahasan ......................................................................... 61

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 78

A. Simpulan ............................................................................. 78

B. Saran.................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 82

LAMPIRAN

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Analisa Data .................................................................................. 27

Tabel 2. Tabel Matriks Resiko ............................................................................. 28

Tabel 3. Tabel Formulir Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian .......... 41

Tabel 3. Tabel Pengendalian Resiko ..................................................................... 42

Tabel 4. Tabel Matriks Peluang ............................................................................ 43

Tabel 5. Penjelasan Matriks Peluang dan Akibat.................................................. 44

Tabel 6. Peluang Kejadian .................................................................................... 44

Tabel 7. Hirarki dan Tingkat Pengendalian .......................................................... 51

Tabel 8. Tabel Laporan Near Miss ........................................................................ 6

DAFTAR GAMBAR GRAFIK

Gambar 1. Unsafe Acts dan Unsafe Condition ..................................................... 15

Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran................................................................. 23

Grafik 1. Unsafe Condition dan Unsafe Human................................................... 67

Grafik 2. LTFR Reduction .................................................................................... 67

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR/GRAFIK

Gambar 1. Unsafe Acts and Unsafe Condition ..................................................... 15

Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran ................................................................ 23

Grafik 1. Unsafe Conditions and Unsafe Human ................................................. 67

Grafik 2. LTFR Reduction .................................................................................... 67

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Magang

Lampiran 2. Daftar Inventaris APD

Lampiran 3. Daftar Periksa Audit

Lampiran 4. Daftar Hadir Safety Inductions Course

Lampiran 5. Laporan Investigasi Kecelakaan

Lampiran 6. Laporan Audit LK3/Mutu/HACCP/Internal

Lapmiran 7. Sari Husada Safety Cardinal Rule

Lampiran 8. Kebijakan K3 PT. Sari Husada

Lampiran 9. Memo Keluhan Lingkungan

Lampiran 10. Formulir Keluhan Lingkungan

Lampiran 11. Formulir Permintaan Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

Lampiran 12. Formulir Pernyataan Saksi

Lampiran 13. Check List Inspeksi K3

Lampiran 14. Standar Internal APD Sari Husada

Lampiran 15. Registrasi Lingkungan K3

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 16. Jalur Evakuasi PT. Sari Husada

Lampiran 17. Production Flow Sheet PT. Sari Husada

Lampiran 18. Rekapitulasi Potensi Kondisi Darurat

Lampiran 19. Laporan Progress Perbaikan Lingkungan

Lampiran 20. Safety and Food Safety Working Permit

Lampiran 21. Struktur Organisasi PT. Sari Hudada

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perlindungan tenaga kerja. Hal

lain yang tidak kalah pentingnya adalah dengan penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, perusahaan akan dapat

menghindarkan diri dari resiko kerugian moral maupun material,

kehilangan jam kerja, maupun keselamatan manusia dan lingkungan

sekitarnya, yang diakibatkan oleh kecelakaan.

Perkembangan industri mempunyai korelasi dengan pekerja, banyak

industri yang prosesnya berdampak negatif terhadap kesehatan dan

keselamatan pekerjanya, seperti industri bahan kimia, jasa konstruksi,

plastik, besi baja, dan sebagainya. Sejalan dengan hal ini, maka industri-

industri yang berdampak bagi pekerjanya harus mengelola lingkungan

kerjanya agar dapat menurunkan dampak lingkungan. Sikap kritis dari

masyarakat dunia juga mendorong industri yang beresiko ke pekerja untuk

menerapkan suatu sistem pengelolaan yang aman bagi pekerjannya. (Rudi

Suardi, 2005)

Dalam pasar bebas yang marak dengan berbagai persaingan, penerapan

manajemen K3 sangat penting untuk dijalankan dengan baik dan terarah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Proses industrialisasi merupakan syarat mutlak untuk membangun negeri

ini. Pengalaman di negara lain menunjukkan bahwa tren suatu

pertumbuhan dari sistem K3 adalah melalui fase, yaitu fase kesejahteraan,

fase produktivitas kerja dan fase toksikologi industri. (Rudi Suardi, 2005)

Penerapan pengaturan perundang-undangan dan pengawasan serta

perlindungan para buruh merupakan prinsip dasar dalam sistem

manajeman ini. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disesuaikan

dengan sistem ergonomi merupakan salah satu usaha untuk mencetak para

buruh yang produktif dengan peningkatan sumber daya manusia yang

profesional dan handal. (Rudi Suardi, 2005)

Kecelakaan dan sakit di tempat kerja membunuh dan memakan lebih

banyak korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang

dilakukan badan dunia ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata

6000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik atau 2,2

juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan

pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal dua kali lebih banyak

daripada wanita, karena mereka lebih mungkin melakukan pekerjaan

berbahaya. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah

menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita

dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun. (ILO, 2003).

Kecelakaan kerja tidak harus dilihat sebagai takdir, karena kecelakaan

itu tidaklah terjadi begitu saja. Kecelakaan pasti ada penyebabnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kelalaian perusahaan yang semata-mata memusatkan diri pada keuntungan

dan kegagalan pemerintah untuk meratifikasi konvensi keselamatan

internasional atau melakukan pemeriksaan buruh, merupakan dua

penyebab besar kematian terhadap pekerja.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang termasuk dalam wadah

higiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes) terkadang terlupakan

oleh para pengusaha. Padahal K3 mempunyai tujuan pokok dalam upaya

memajukan dan mengembangkan proses industrialisasi, terutama dalam

mewujudkan kesejahteraan para buruh. Tujuan dari Sistem Manajemen K3

ini adalah:

1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang

setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri atau

pekerja-pekerja bebas.

2. Sebagai upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit dan

kecelakaan-kecelakaan akibat herja, memelihara, dan meningkatkan

kesehatan dan gizi para tenaga kerja, merawat dan meningkatkan

efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia, memberantas

kelelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta kenikmatan bekerja.

Lebih jauh sistem ini dapat memberikan perlindungan bagi masyarakat

sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya pengotoran bahan-

bahan proses industrialisasi yang bersangkutan, dan perlindungan

masyarakat yang luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

produk-produk industri. K3 merupakan modal utama kesejahteraan para

buruh atau tenaga kerja secara keseluruhan. Selain itu, dengan penerapan

K3 yang baik dan terarah dalam suatu wadah industri tentunya akan

memberikan dampak lain, salah satunya adalah sumber manusia yang

berkualitas.

Untuk itu di dalam suatu organisasi atau dalam suatu perusahaan perlu

di adakannya identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko. Di

dalam perusahaan tersebut tentunya banyak potensi bahaya dan pada

akhirnya akan dapat menimbulkkan kecelakan dan penyakit akibat kerja.

Potensi bahaya tersebut yang selanjutnya dapat disebut Hazard yang

terdapat hampir disetiap tempat dimana dilakukan aktivitas, baik dirumah,

dijalan, maupun di tempat kerja. Apabila hazard tersebut tidak

dikendalikan dengan tepat akan dapat menyebabkan kelelahan, sakit,

cedera, dan bahkan kecelakaan yang serius. Dalam UU No. 1 Tahun 1970

tentang Keselamatan, pengurus perusahaan mempunyai kewajiban untuk

menyediakan tempat kerja yang memenuhi syarat keselamatan dan

kesehatan. Sedangkan tenaga kerja mempunyai kewajiban untuk mematuhi

setiap syarat keselamatan dan kesehatan yang di tetapkan baginya. Syarat-

syarat keselamatan dan kesehatan sesuai Undang-undang Keselamatan

Kerja tersebut antara lain untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan,

mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, mencegah

dan mengendalikan pencemaran udara serta menyediakan penerangan dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mikroklimat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan

untuk mengurangi biaya-biaya perawatan dan rehabilitasi akibat

kecelakaan dan sakit, meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan

moral dan hubungan atau relasi perusahaan yang baik.

Mengingat hazard terdapat hampir diseluruh tempat kerja, maka

upaya untuk mencegah dan mengurangi resiko yang mungkin timbul

akibat proses pekerjaan perlu segera dilakukan. Melalui hazard

management process, resiko yang mungkin timbul dapat diidentifikasi,

dinilai dan dikendaliakn sedini mungkin melalui pendekatan preventif,

inofatif dan partisipatif.

Pada dasarnya semua orang yang berhubungan dengan perusahaan,

apakah manajer, supervisor, tenaga kerja, pengunjung atau tamu, maupun

sub kontraktor mempunyai peran di dalam manajemen hazard ditempat

kerja. Tanggung jawab dan kewajiban supervisor, manajer dan tenaga

kerja terikat secara legal yang diatur di dalam peraturan perundang-

undangan bidang K3 dan merupakan suatu keharusan. Tanggung jawab

dan kewajiban tersebut tidak bisa ditawar dan tidak bisa dilimpahkan

kepada pihak lain.

Sistem dan proses untuk manajemen keselamatan dan kesehatan

potensi bahaya di tempat kerja harus dibangun kedalam suatu sistem bisnis

yang terintregasi dengan manajemen lainnya. Keselamatan dan Kesehatan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kerja (K3) harus ditangani secara sistematik. Sistem manajemen K3 akan

sangat tergantung pada komitmen perusahaan.

Selain itu, Sistem manajemen K3 juga didasarkan pada Standar

OHSAS 18001:2007. Penilaian K3 dengan Standar OHSAS 18001: 2007

ini menyatakan persyaratan Sistem Manajemen K3, agar organisasi

mampu mengendalikan resiko-resiko K3 dan meningkatkan kinerjanya.

Semua persyaratan dalam standar OHSAS ini agar dapt digabungkan

dengan Sistem Manajemen K3 apapun. Luasnya aplikasi akan tergantung

pada faktor-faktor seperti kebijakan K3 organisasi, sifat dari aktivitas dan

resiko-resiko serta kompleksitas dari operasi-operasinya.

Standar OHSAS ditujukan untuk mengelola aspek Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, dan bukan ditujukan untuk mengelola area-area

keselamatan dan kesehatan lain seperti program-program kesejahteraan

atau kesehatan karyawan, keselamatan produk, kerusakan properti ataupun

dampak lingkungan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dalam

penelitian ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko di

Area Workshop dengan Standar OHSAS 18001: 2007 di PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta ?”

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Tujuan Magang
Tujuan dari penelitian yang dilakukan di PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta adalah:

1. Mengetahui bagaimana identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian

resiko di area Workshop dengan Standar OHSAS 18001: 2007 di PT. Sari

Husada Unit I Yogyakarta.

2. Mengetahui hambatan apa saja yang ditemui dalam melakukan identifikasi

bahaya, penilaian dan pengendalian resiko di area Workshop dengan

Standar OHSAS 18001: 2007 di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta.

3. Mengetahui faktor bahaya dan faktor resiko di area workshop PT. Sari

Husada Unit I Yogyakarta.

D. Manfaat Magang
Penelitian yang dilaksanakan di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta

diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Perusahaan

a. Diharapkan dapat memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan

evaluasi mengenai identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko

di area Workshop dengan OHSAS 18001: 2007 di PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta.

b. Menciptakan kerjasama yang saling bermanfaat antara perusahaan tempat

magang dengan Universitas Sebelas Maret khususnya program D.III

Hiperkes dan Keselamatn Kerja.

2. Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan identifikasi

bahaya, penilaian dan pengendalian resiko di area Workshop dengan

Standar OHSAS 18001: 2007.

b. Dapat berhadapan langsung dengan permasalahan yang nyata di lapangan

beserta kompleksitasnya, bukan hanya teori yang diajarkan di bangku

kuliah saja.

c. Menggunakan keilmuwan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah

didapat dan dipelajari di bangku kuliah guna merumuskan konsep,

menganalisis permasalahan dan merumuskan kemungkinan solusi

terhadap permasalahan tersebut.

3. D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

a. Dapat menambah ilmu kepustakaan sehingga bermanfaat untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar-

mengajar.

b. Dapat menjamin terbinanya kerjasama antara Program D.III Hiperkes

dan Keselamatan Kerja dengan perusahaan tempat mahasiswa magang.

c. Dapat membekali ilmu tentang K3 yang bermanfaat sebelum mahasiswa

bekerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Seiring dengan perkembangan zaman, PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta

yang memiliki visi dan misi menjadi perusahaan World Class. Aspek K3 juga

tidak luput untuk diperhatikan, sesuai dengan komitmen perusahaan untuk

menjadikan perusahaan zero accident. Maka perusahaan menerapkan safety

manajemen sistem. Sistem tersebut adalah Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan OHSAS 18001. Selain itu PT. Sari Husada

Unit I Yogyakarta juga menerapkan Wise Safety Danone yang memiliki tujuan

safety berlaku bagi seluruh karyawan dan pihak-pihak terkait dengan Sari

Husada.

Untuk melaksanakan ketiga sistem teresebut maka perusahaan membentuk

Tim P2K3 dan Tim OHSAS. Pelaksanaan dilapangan safety manajemen sistem

tersebut sepenuhnya didukung oleh top manajemen dan seluruh karyawan Sari

Husada.

Tujuan dari tim P2K3 dan OHSAS 18001: 2007 adalah untuk menjamin

kelancaran program produksi secara aman, efisien dan mencegah terjadinya

kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dengan

segala konsekuensinya dan mengurangi LTFR (Lost Time Frequency Rate).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Manfaat dari tim P2K3 dan tim OHSAS adalah bahwa organisasi

merupakan faktor penting dalam pengembangan kerjasama antar pengusaha

manajemen di satu pihak dengan tenaga kerja dipihak lain, yaitu dalam

melaksanakan kewajiban bersama khususnya dalam bidang K3 dan dalam

melancarkan proses produksi pada umumnya.

a. Kebijakan K3LH menurut standar OHSAS 18001: 2007 di PT. Sari

Husada adalah:

1) Memenuhi persyaratan hukum K3LH dan persyaratan terkait lain yang

berlaku.

2) Menjadikan K3LH sebagai tanggungjawab serta merupakan bagian dari

pekerjaan seluruh karyawan beserta karyawan pihak ketiga yang masuk

dan bekerja di lingkungan Sari Husada.

3) Menetapkan dan meninjau tujuan dan sasaran K3LH, serta melakukan

perbaikan berkesinambungan.

4) Menempatkan KL3LH sama pentingnya dengan kulaitas, produktivitas

dan kinerja yang lain.

5) Menjadikan K3LH ini sebagai prioritas dalam pengambilan keputusan.

b. Syarat penerangan di tempat kerja

Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek-obyek

yang dikerjakannya secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak

perlu. Penerangan yang baik disetiap area kerja menurut PMP No. 07 tahun

1964 adalah:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Jarak antar gedung atau bangunan lainnya harus sedemikian rupa

sehingga tidak mengganggu masuknya cahaya siang ketempat kerja.

2) Jendela, lobang atau dinding gelas harus dibuat sedemikian rupa,

sehingga memberikan cahaya yang merata pada ruangan.

3) Jika cahaya matahari tidak mencukupi atau tidak dapat dipergunakan,

maka harus diadakan penerangan dengan jalan lain sebagai pengganti

cahaya matahari.

4) Sumber cahaya yang dipergunakan harus menghasilkan kadar

penerangan yang tetap dan menyebar serata mungkin dan tidak boleh

berkedap-kedip.

c. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). (Tarwaka, 2008)

1) Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau ilmu

kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau

masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya,

baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif,

terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang

diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta

terhadap penyakit-penyakit umum.

2) Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,

pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan

lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

poduksi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Penerapan Sistem Manajemen K3

Sistem Manajemen K3 yang diterapkan di PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta adalah:

1) Sistem Manajemen K3

Suatu Sistem Manajemen yang penerapannya dimaksudkan untuk

melindungi (keselamatan dan kesehatannya) setiap karyawan dan pihak

lain yang berada dalam area kerja dimana suatu pekerjaan dilaksanakan,

dari setiap bahaya dan resiko yang timbul berkaitan dengan pelaksanaan

pekerjaan tersebut.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian

dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaa, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur proses, dan sumber

daya yang dibutuhkan sebagai penerapan, pencapaian, pengkajian dan

pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang

berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang

aman, efisien dan produktif. Setiap perusahaan yang memperkerjakan

tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi

bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses (bahan produksi) yang

dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran,

pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. (Permenaker No.

045/MEN/1996).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan kriteria diatas, PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta

telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

dan memenuhi persyaratan sesuai dengan Permenaker No.

045/MEN/1996 tentang SMK3.

2) OHSAS 18001

Sistem yang diterapkan di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta salah

satunya adalah OHSAS 18001. OHSAS merupakan suatu manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja agar suatu organisasi mampu

mengendalikan resiko-resikonya dan meningkatkan kinerjanya.

Persyaratan OHSAS ini dapat diaplikasikan kepada organisasi yang

berniat untuk:

a) Membuat suatu Sistem Manajemen K3 untuk menghilangkan atau

meminimalkan resiko kepada personel dan pihak-pihak lain terkait

lain yang mungkin ditimbulkan dari resiko K3 yang terkait dengan

aktivitas kerja organisasi.

b) Menerapkan, memelihara dan secara berkelanjutan meningkatkan

Sistem Manajemen K3.

c) Menentukan persyaratan sesuai dengan kebijakan K3 yang telah

ditetapkan.

d) Memperlihatkan kesesuaian dengan Standar OHSAS.

Standar OHSAS ditujukan untuk mengelola aspek Keselamatan

dan Kesehatan Kerja dan bukan ditujukan untuk mengelola area-

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

area kesehatan dan keselamatan lain seperti program-program

kesehatan atau kesejahteraan karyawan, keselamatan produk,

kerusakan produk ataupun dampak terhadap lingkungan.

OHSAS 18001 memiliki elemen-elemen sebagai berikut:

a) Persyratan Umum

b) Kebijakan K3

c) Peraturan perundangan dan persyratan lain

d) Tujuan dan program

e) Penerapan dan operasi

f) Sumber Daya Alam, peran, tanggung jawab, akuntabilitas dan

wewenang

g) Kompetensi, pelatihan dan kepedulian

h) Komunikasi, partisipasi dan konsultasi

i) Dokumentasi

j) Pengendalian dokumen

k) Pengendalian operasional

l) Kesiapsiagaan dan tanggap darurat

m) Pemantauan dan pengukuran kinerja

n) Evaluasi kesesuaian

o) Penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan

pencegahan

p) Pengendalian catatan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

q) Audit internal

r) Tinjauan manajemen

3) Sistem Wise Safety Danone

Wise safety merupakan ukuran tingkat keselamatan organisasi

perusahaan. Untuk itu, perlu dilakukan Wise Audit yang merupakan

assesment pada budaya sehat dan selamat di suatu organisasi

(perusahaan). Assesment ini memberikan informasi tentang

keselamatan, kekuatan, kelemahan dan pengembangan apa yang harus

masih diupayakan.

Wise Safety Danone mempunyai memiliki 5 dasar prinsip:

a) Zero accident dapat dicapai dan semua kecelakaan bisa dicegah.

b) Merubah perilaku (sikap) sangat penting karena perilaku tidak aman

berdampak utama (96%) pada penyebab kejadian.

c) Keterlibatan aktif dan kerjasama setiap orang merupakan komponen

fundamental dalam budaya selamat.

d) Management bertanggungjawab atas keselamatan.

e) Good safety merupakan good perfomance.

Gambar 1

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Wise Safety Danone meliputi 13 Elemen, yaitu:

a) Komitmen Manajemen yang Kuat

b) Kebijakan dan Prinsip Keselamatan

c) Standar Safety Tinggi

d) Tantangan pada Perencanaan dan Tujuan Keselamatan

e) Sokongan terhadap keselamatan pribadi

f) Safety sebagai tanggung jawab Line Management

g) Organisasi safety terpadu

h) Motivasi Progresif

i) Komunikasi efektif

j) Pengembangan dan Pelatihan Keselamatan yang berkelanjutan

k) Laporan dan investigasi kejadian dan kecelakaan

l) Audit dan evaluasi ulang yang efektif

m) Kontraktor.

4) Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Suatu organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur

untuk mengidentifikasi bahaya yang ada, penilaian resiko dan pengendalian

resiko yang diperlukan.

1) Identifikasi Bahaya

Untuk mengetahui bahaya apa saja yang terjadi pada setiap area

kerja perusahaan diberikan sarana untuk melaporkan sumber-sumber

bahaya tersebut berupa Nearmiss Report dan Unsafe Report.

Nearmiss adalah suatu keadaan bahaya atau berpotensi bahaya,

namun belum menimbulkan kecelakaan atau melukai orang. Sumber-

sumber yang dapat menimbulkan kecelakaan adalah kondisi kerja yang

tidak aman, kebiasaan/ perilaku orang yang tidak aman, penggunaan

peralatan kerja yang tidak benar dan peralatan kerja yang tidak

berfungsi dengan baik.

Sistem identifikasi bahaya yang digunakan di PT. Sari Husada Unit

I Yogyakarta adalah dengan penerapan OHSAS 18001: 2007,

manajemen resiko (HIRAC) dengan mengidentifikasi prioritas,

dokumentsi resiko dan identifikasi sumber bahaya yang dilakukan

dengan memepertimbangkan kondisi dan kejadian yang dapat

menimbulkan potensi bahaya.

2) Penilaian Resiko

Resiko merupakan kombinasi dari probability (kemungkinan) dan

konsekuensi dari suatu kejadian membahayakan yang terjadi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sedangkan tingkat resiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapan

(probability) dan keparahan (severity) dari suatu kejadian yang dapat

menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cedera dan sakit yang mungkin

timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja.

Kita akan banyak menemui hazard ditempat kerja, beberapa

diantaranya tentu dapat kita kendalikan dengan sedikit atau tanpa biaya.

Tetapi beberapa hazard lainnya hanya akan dapat dikendalikan melalui

perubahan yang signifikan terhadap aktivitas pekerjaan, peralatan,

bahan-bahan yang digunakan, dan desain stasiun kerja atau area kerja.

Apabila kita tidak dapat mengendalikan seluruh hazard ditempat kerja

secara langsung, maka kita perlu menentukan mana yang harus pertama

kali dikendaliakan. Untuk dapat menetukan hazard mana yang sangat

serius, maka kita perlu melakukan penilaian resiko.

Penilaian resiko dapat dinilai melalui proses sebagai berikut:

a) Estimasi kekerapan terjadinya kecelakaan atau sakit di tempat

kerja.

b) Estimasi keparahan dari kemungkinan terjdinya kecelakaan dan

sakit yang terjadi.

c) Menentukan tingkat resikonya.

d) Membuat skala prioritas resiko yang telah dinilai untuk

pengendalian resiko.

e) Membuat catatan penilaian resiko.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Pengendalian Resiko

Apabila suatu resiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja

telah diidentifikasi dan dinilai, maka pengendalian resiko harus

diimplementasikan untuk mengurangi resiko sampai pada batas yang

dapat diterima berdasarkan ketentuan, peraturan dan standar yang

berlaku. Dalam memperkenalkan suatu sarana pengendalian resiko,

harus mempertimbangkan apakah sarana pengendalian resiko tersebut

dapat diterapkan dan dapat memberikan manfaat kepada masing-

masing area kerjanya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain:

a) Tingkat keparahan potensi bahaya atau resikonya.

b) Adanya pengetahuan tentang potensi bahaya atau resiko dan cara

memindahkan atau meniadakan potensi bahaya atau resiko.

c) Ketersediaan dan kesesuaian sarana untuk memindahkan atau

meniadakan potensi bahaya.

d) Biaya untuk memindahkan atau meniadakan potensi bahaya atau

resiko.

Pengendalian resiko dapat mengikuti Pendekatan Hirarki

Pengendalian (Hirarchy of Control). Hirarki pengendalian resiko adalah

suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian resiko yang

mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan.

Hirarki pengendalian resiko terdiri dari:

a) Eliminasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Eliminasi merupakan suatu pengendalian resiko yang bersifat

permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan

prioritas utama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan

objek kerja atau sitem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja

yang kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima oleh

ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya melampui

NAB yang diperkenankan.

Eliminasi adalah cara pengendalian resiko yang paling baik,

karena resiko terjadinya kecelakaan dan sakit akibat potensi bahaya

di tiadakan. Namun pada prakteknya pengendalian dengan cara

eliminasi banyak mengalami kendala karena keterkaitan antara

sumber bahaya dan potensi bahaya saling berkaitan atau menjadi

sebab dan akibat.

b) Substitusi

Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan

dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan

peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga

pemaparannya selalu dalam batas yang masih dapat diterima.

c) Rekayasa Teknik (Engineering)

Pengendalian atau rekayasa teknik termasuk merubah struktur

objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi

bahaya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d) Isolasi

Isolasi merupakan pengendalian resiko dengan cara memisahkan

seseorang dari objek kerja

e) Pengendalian Administratif

Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu

sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang

terpapar potensi bahaya. Metode pengendalian ini sangat tergantung

dari perilaku pekerjanya dan memerlukan pengawasan yang teratur

untuk dipatuhinya pengendalian administrasi ini.

Metode ini meliputi: rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis

pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu

istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan,

penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja, training

keahlian dan training K3.

f) Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan

yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh tubuh atau

sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi

bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat

kerja. Secara teknis alat pelindung diri tidaklah dapat melindungi

tubuh secara sempurna terhadap paparan potensi bahaya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Alat Pelindung Diri (APD) secara umum merupakan sarana

pengendalian yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat

sementara manakala sistem pengendalian yang lebih permanen

belum dapat di implementasikan. APD merupakan pilihan terakhir

dari sustu sistem pengendalian resiko ditempat kerja. Hal ini

disebabkan karena penggunaan APD mempunyai beberapa

kelemahan antara lain:

1) APD tidak menghilangkan resiko bahaya yang ada, tetapi hanya

membatasi antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang

diterima. Bila penggunaan APD gagal, maka secara otomatis

bahaya yang ada akan mengenai tubuh pekerja.

2) Penggunaan APD dirasakan tidak nyaman, karena

kekurangluasaan gerak pada waktu kerja yang dirasakan adanya

beban tambahan karena harus dipakai selama bekerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

Tempat Kerja

Potensi Bahaya

Tidak dikendalikan Penerapan OHSAS 18001: 2007

- Kecelakaan Hazard Identification, Risk


Assessment and Control
- Penyakit
Akibat Kerja (HIRAC)
(PAK)

Kerugian Perusahaan
Bekerja dengan Aman dan Sehat
(Health and Safety)

- Mengurangi kecelakaan

- Mencegah PAK
- Mengurangi biaya
perawatan akibat sakit
- Meningkatkan
commit to user produktivitas kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam menyusun laporan ini adalah jenis

penelitian deskriptif, yaitu memaparkan dan menggambarkan atau melukiskan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antara fenomena yang diselidiki (Moh. Nazir, 1988). Dalam

penelitian ini khususnya tentang Bagaimana Identifikasi Bahaya, Penilaian dan

Pengendalian Resiko di Area Workshop dengan Standar OHSAS 18001: 2007

di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta. Jl.

Kusumanegara 173 Kelurahan Muja-Muju, Yogyakarta. Mulai dari tanggal 14

Februari sampai dengan tanggal 11 Maret 2011.

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian


Objek penelitian dalam penyusunan laporan ini adalah mengetahui

Bagaimana Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko di Area

Workshop dengan Standar OHSAS 18001: 2007 di PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh penulis dalam penyusunan laporan ini adalah

dari data primer, data sekunder PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta dan studi

kepustakaan.

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam memperoleh data tentang Identifikasi Bahaya, Penilaian dan

Pengendalian Resiko di Area Workshop dengan Standar OHSAS 18001: 2007

di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta.

1. Data primer

Data primer diperoleh dengan melakukan observasi, survey ke lapangan

atau tempat kerja (di bagian Workshop).

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan

referensi-referensi yang diperlukan sehingga dapat menambah data yang

diperlukan dalam penyusunan laporan ini.

F. Pelaksanaan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan dari hari pertama Senin

tanggal 14 Februari sampai tanggal 11 Maret 2011. Pada tahap pelaksanaan

meliputi:

a. Penjelasan dan orientasi latar belakang dan keadaan yang sebenarnya

tentang perusahaan tempat diadakannya Praktek Kerja Lapangan.

b. Observasi secara umum kondisi K3 perusahaan.

c. Observasi berdasarkan wawancara.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Pengamatan secara langsung terhadap kondisi lingkungan perusahaan.

e. Mengikuti program dan kegiatan yang dilakukan di Departemen Safety and

Environment sesuai rekomendasi dari pembimbing perusahaan.

f. Pencarian data pelengkap melalui arsip atau dokumen perusahaan dan buku-

buku referensi yang ada di Departemen Safety and Environment sesuai

rekomendasi dari pembimbing perusahaan.

G. Analisa Data
Data yang diperoleh dari penelitian akan dibandingkan dengan OHSAS

18001: 2007 yang selanjutnya akan diperiksa oleh pembimbing magang. Data

tersebut harus sesuai dengan ketentuan yang ada di PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta dan harus sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku. Hasilnya akan dimasukkan ke dalam Hasil dan Pembahasan sehingga

dapat diketahui dengan jelas setelah dikoreksi oleh pembimbing magang.

Tabel 1. Analisa Data

No. Aktivitas Potensi Bahaya Penilaian Resiko

Peluang Konsekuensi Rating

1. Pembubutan Tergores, terpuntir, J Mi 6

terkilir

2. Penggerindaan Terkena percikan J Ma 4

3. Pengelasan Tersengat listrik, TP Ma 5

terkena benda panas

bersambung

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sambungan

4. Pengeboran Tersengat listrik, J Mo 5

(Drilling) terpuntir

5. Aktivitas Tersengat listrik, J Mo 5

Rebuild kejatuhan benda,

Maintenance

6. Penyimpanan Terpeleset, terjatuh J Ma 4

Pelumas

7. Penyimpanan Terjatuh, kebakaran, J Ma 4

botol-botol gas peledakan

8. Beekrja dengan Terpeleset, terjatuh J Mo 5

alat Gondola

9. Bekerja dengan Terpeleset, terjatuh, J Ma 4

Tangga terbentok

10. Bekerja dalam Terpeleset, terjatuh, J Mo 5

Sumur terkilir

11. Bekerja dalam Terpeleset, terjatuh S Mo 5

Tangki/ tabung

12. Bekerja di Terbentur, terkilir Tp Mo 6

Area Sempit

bersambung

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sambungan

13. Pengecatan Terjatuh, terkena J Mi 6

percikan

14. Pekerjaan Terjatuh, terkena J Mi 6

Epoxy material

15. Pasang Terkena material J Mi 6

Dinding Bata

16. Pembongkaran Kejatuhan material, J Mo 5

kulit tersayat

Sumber: Data Sekunder

Tabel 2. Matriks Resiko

Peluang Akibat/ Severity Moderate (Mo)

Extreme (E) Major (Ma)

Sangat sering 1 2 3

(SS)

Sering (S) 2 3 4

Jarang (J) 3 4 5

Tidak pernah (TP) 4 5 6

Keterangan:

1. Exstreme Risk : menyebabkan kematian dan kerugian ≥ 500 juta

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Major : high risk, sakit/ penyakit akut atau kronis, cacat, buta,

amputasi, ISPA, luka bakar, patah tulang, rawat inap, kerugian > 50 juta

sampai dengan < 500 juta

3. Moderate : Mo risk, cedera yang menyebabkan tidak masuk kerja ≥ 1

hari

4. Minor : Low risk, cedera yang dapat ditangani dengan P3K dan

kerugian ≤ 1 juta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Identifikasi Bahaya

Pengertian hazard atau potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi

menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau

bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses

dan sistem kerja. Hazard mempunyai potensi untuk mengakibatkan

kerusakan dan kerugian kepada manusia baik secara langsung maupun tidak

langsung, properti (mesin-mesin), lingkungan perusahaan ataupun

lingkungan luar perusahaan, kualitas produk baik barang maupun jasa, dan

nama baik perusahaan (Company Public Image).

Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk

mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di

tempat kerja.

Identifikasi bahaya di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta dilakukan

pada semua area pekerjaan dan berkaitan dengan Sistem Manajemen K3

dengan standar OHSAS 18001: 2007. Identifikasi bahaya ini selalu dikaji

dan disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Identifikasi

bahaya yang dilakukan adalah dengan:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Berkeliling di area pekerjaan, dengan mengamati dan memperhatikan

sumber-sumber insiden.

b. Mengamati semua benda, manusia dan kondisi yang berpotensi

menyebabkan insiden.

c. Mengevaluasi sumber energi bahaya disetiap area kerja serta

memperhatikan bahaya-bahaya yang mungkin dan dapat menyebabkan

cedera serius.

d. Mencermati instruksi-instruksi kerja atau prosedur kerja (SOP) yang

berlaku pada setiap area.

e. Bahaya dan resiko yang ada dapat diketahui dan dapat menentukan

metode pengendaliannya.

Identifikasi bahaya yang diadakan pada area Workshop di PT. Sari

Husada Unit I Yogyakarta adalah:

a. Aktivitas rutin dan non rutin

1) Aktivitas rutin

Aktivitas atau pekerjaan rutin merupakan suatu pekerjaan yang

tidak dilakukan setiap hari. PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta,

khususnya pada area Workshop tidak ada pekerjaan atau aktivitas

rutin.

2) Aktivitas non rutin

Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya faktor

dan persyaratan K3 yang belum dilaksanakan secara benar. Maka dari

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

itu, untuk menghindari kecelakaan dan kerugian perusahaan perlu

adanya identifikasi bahaya pada setiap area kerja. Aktivitas rutin yang

berada di area Workshop perlu di identifikasi bahayanya.

Di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta, diberikan surat izin kerja

(work permit) untuk aktivitas non rutin bagi kontraktor atau karyawan.

Dalam area Workshop, yang termasuk dalam aktivitas non rutin

adalah:

a) Pembubutan

Pada pekerjaan pembubutan ini bahaya yang timbul adalah

bahaya dari segi fisik dan kimia. Bahaya yang ditimbulkan dari

segi fisik adalah tergores pahat bubut, terpuntir chuck/ tanggem.

Sedangkan bahaya dari segi kimia adalah serbuk metal masuk ke

mata.

b) Penggerindaan

Pada pekerjaan ini bahaya yang timbul adalah bahaya dari segi

fisika, kimia, dan ergonomi. Bahaya yang timbul dari segi fisika

adalah kebakaran, terkena mata gerinda dan kebisingan. Bahaya

yang ditimbulkan dari segi kimia adalah serbuk metal masuk ke

mata dan asap gerinda terhisap. Sedangkan bahaya dari segi

ergonominya adalah posisi menggerinda yang salah, sehingga dapat

menyebabkan mudah lelah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c) Pengelasan

Pekerjaan pengelasan dapat menimbulkan bahaya dari segi

fisika, kimia dan ergonomi. Bahaya yang ditimbulkan dari segi

fisika adalah kebakaran, terkena benda panas, terkena sinar las, dan

tersengat listrik. Bahaya yang timbul dari segi kimia adalah asap

las terhisap. Sedangkan bahaya yang timbul dari segi ergonomi

adalah posisi mengelas yang salah.

d) Pengeboran (Drilling)

Pekerjaan pengeboran memiliki bahaya dari segi fisika yaitu

tersengat listrik, serbuk metal masuk ke mata, terpuntir dan terkena

benda panas.

e) Aktivitas Rebuild Maintenance

Rebuild maintenance merupakan suatu pekerjaan perbaikan

terhadap barang yang sudah rusak.

Pada pekerjaan ini memiliki bahaya dari segi fisika dan

ergonomi. Bahaya yang timbul dari segi fisika adalah tersengat

listrik, kejatuhan benda metal, dan terkena percikan Chemical

Cleaner. Sedangkan dari segi ergonomi adalah posisi mengangkat

yang salah.

f) Penyimpanan Pelumas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penyimpanan pelumas memiliki bahaya yaitu dari segi kimia.

Bahaya yang mungkin timbul adalah tumpahan B3 dan

menyebabkan iritasi kulit.

g) Penyimpanan Botol Gas Argon, Asetelin dan O2

Pekerjaan penyimpanan botol dari gas berbahaya memiliki

bahaya dari segi fisika adalah kejatuhan benda, kebakaran dan

ledakan.

h) Bekerja pada ketinggian dengan alat Gondola

Pekerjaan non rutin yang dilakukan di PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta pada area Workshop, harus memiliki izin kerja.

Bekerja pada ketinggian memiliki resiko yang besar. Untuk itu

harus dilakukan identifikasi bahayanya. Bahaya yang dapat terjadi

pada pekerjaan ini adalah bahaya dari segi fisika dan ergonomi.

Bahaya yang ditimbulkan dari segi fisika adalah terpeleset dan

terjatuh, sedangkan bahaya yang ditimbulkan dari segi ergonomi

adalah posisi kerja yang tidak leluasa.

i) Bekerja pada ketinggian dengan tangga

Sama halnya dengan pekerjaan di ketinggian dengan

menggunakan gondola, pekerja harus memiliki surat izin kerja

(workpermit). Bahaya yang dapat terjadi pada pekerjaan ini adalah

bahaya dari segi fisika dan ergonomi. Bahaya yang ditimbulkan

dari segi fisika adalah terpeleset, terjatuh, dan tangga roboh.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sedangkan dari segi ergonomi adalah lokasi kerja kurang

menguntungkan.

j) Bekerja pada kedalaman (di dalam sumur)

Pada pekerjaan di area ini, pekerja harus memiliki surat izin

kerja. Bekerja pada kedalaman memiliki bahaya dari segi fisika,

biologi dan ergonomi. Bahaya yang ditimbulkan dari segi fisika

adalah terpeleset dan terjatuh. Dari segi biologi memiliki bahaya

dinding longsor, adanya gas beracun. Sedangkan bahaya yang

ditimbulkan dari segi ergonomi adalah posisi kerja yang tidak

leluasa.

k) Bekerja pada kedalaman (didalam tangki/ tabung)

Pekerjaan yang dilakukan didalam tangki atau tabung, memiliki

bahaya dari segi fisika dan biologi. Bahaya yang ditimbulkan dari

segi fisika adalah terpeleset dan terjatuh. Sedangkan bahaya yang

timbul dari segi biologi adalah adanya gas beracun.

l) Bekerja di tempat yang sempit (confined space)

Confined space merupakan ruangan tertutup atau sebagian

tertutup yang memiliki jalan keluar terbatas yang dirancang sesuai

lokasi, ukuran atau peralatan tertentu.

Pada area ini memiliki bahaya dari segi fisika, biologi dan

ergonomi. Bahaya yang ditimbulkan dari segi fisika adalah terpepet

ruang kerja, badan atau kepala terbentur. Bahaya dari segi biologi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

adalah suplay udara kurang. Sedangkan bahaya dari segi ergonomi

adalah ruang kerja yang terbatas.

m) Pengecatan

Pekerjaan pengecatan memiliki bahaya dari segi fisika dan dari

segi biologi. Bahaya yang ditimbulkan dari segi fisika adalah

terkena percikan pada wajah atau mata pada saat mencampur.

Sedangkan bahaya yang timbul dari segi biologi adalah bau minyak

cat.

n) Pekerjaan Epoxy

Pekerjaan epoxy pada area Workshop adalah pengecatan

dinding, lantai dengan menggunakan cat epoxy.

Pekerjaan ini memiliki bahaya dari segi fisika dan biologi.

Bahaya yang ditimbulkan dari segi fisika adalah terkena percikan

material epoxy pada wajah atau mata saat mencampur. Sedangkan

bahaya yang timbul dari segi biologi adalah bau minyak epoxy.

o) Pasang dinding bata

Pekerjaan memasang dinding bata memiliki bahaya yang

timbul dari segi fisika dan biologi. Bahaya yang timbul dari segi

fisika adalah terkena material pada wajah atau mata pada saat

mengaduk semen, adukan semen terkena kaki, dan kejatuhan bata.

Sedangkan bahaya yang timbul dari segi biologi adalah terkena

debu semen.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

p) Melakukan pekerjaan pembongkaran

Pekerjaan pembongkaran memiliki bahaya dari segi fisika dan

dari segi biologi. Bahaya yang ditimbulkan dari segi fisika adalah

terkena percikan benda akibat pukulan. Sedangkan bahaya yang

timbul dari segi biologi adalah terkena debu bongkaran.

2. Aktivitas terhadap semua orang yang mempunyai akses ke area kerja,

baik kontraktor atau pengunjung, termasuk traffic activity dari SH 1 ke

SH 2 atau sebaliknya baik terhadap orang maupun terhadap internal.

Untuk memasuki area Workshop, pengunjung atau kontraktor wajib

memakai helm dan safety shoes. Bahaya yang timbul di area

Workshop adalah kebakaran, kebisingan di ambang batas, terkena

benda panas, tersengat listrik.

3. Perilaku manusia, kapabilitas dan faktor manusia lain, seperti tidak

tahu, kurang berhati-hati, ceroboh.

Di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta, pada area Workshop

dilengkapi dengan poster, petunjuk-petunjuk agar seseorang tahu dan

berhati-hati dalam melakukan hal-hal yang sebelumnya belum pernah

dilakukan.

4. Bahaya-bahaya yang berasal dari luar area kerja yang dapat

memberikan pengaruh merugikan terhadap K3, seperti adanya sabotase.

Baik para pekerja, kontraktor, tamu atau pengunjung sebelum

memasuki area Sari Husada, harus mengisi form tamu atau pengunjung,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

setelah di isi, pengecekan isi tas dan bagasi kendaraan. Karena untuk

menghindari sabotase yang bisa dilakukan oleh orang luar ataupun

orang dalam pabrik, biasanya hal ini akan sulit untuk diantisipasi atau

dicegah. Jika tidak segera di di antisipasi, maka dapat menyebabkan

kerugian atau fatalitas pada perusahaan.

5. Bahaya disekitar area Workshop yang terkait.

a) Pekerjaan yang berhubungan dengan fisika, dapat menimbulkan

kebisingan, getaran, suhu, tekanan, dan sengatan listrik.

b) Pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia, dapat

menimbulkan peledakan, cairan mudah terbakar, bahan beracun, gas

dan partikel-partikel debu di udara.

c) Pekerjaan yang berhubungan dengan biologi, misalnya dapat

menimbulkan penyakit menular seperti flu, diare karena virus,

bakteri, jamur kontak langsung dengan penderita.

d) Pekerjaan yang berhubungan dengan ergonomi, dapat menyebabkan

terasa cepat lelah saat bekerja karena tata letak yang tidak baik,

desain peralatan yang tidak sesuai.

e) Pekerjaan yang berhubungan dengan radiasi, dapat menyebabkan

terpaparnya sinar radiasi, yang bila dalam jangka waktu yang lama

dapat menyebabkan gangguan pada mata seperti iritasi pada mata.

f) Psikologis, dapat menyebabkan stres kerja karena tuntutan

pekerjaan dan tekanan-tekanan dari atasan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Infrastruktur, peralatan atau material yang berada di dalam area kerja

Workshop.

Bahaya ini dapat dilihat dari peralatan atau material yang sudah

tidak layak pakai dan tidak dikontrol, tidak tersedianya peralatan yang

memadahi.

7. Identifikasi bahaya yang dilakukan terhadap perubahan atau

pengembangan yang ada di PT. Sari Husada yang memiliki potensi

bahaya pada setiap area kerjanya harus dipantau dan dikontrol terhadap

alat, mesin atau material-materialnya.

Untuk menghindari kecelakaan dan kerugian perusahaan, maka PT.

Sari Husada Unit I Yogyakarta melakukan identifikasi bahaya terhadap

semua area, pada area Workshop dilakukan pengontrolan terhadap alat-

alat kerjanya.

8. Modifikasi terhadap Sistem Manajemen K3.

Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap Sistem Manajemen K3

dengan Standar OHSAS 18001: 2007, maka PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta melakukan perbaikan Sistem Manajemen K3 demi

peningkatan kenerja K3 dengan melakukan modifikasi terhadap Sistem

manajemen K3 yang ada.

9. Bahaya dan resiko yang timbul dari peraturan baru atau perubahan

peraturan yang terkait dengan Sistem Manajemen K3.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta telah menerapkan Sistem

Manejemen K3 dengan standar OHSAS 18001: 2007. Untuk

menghindari perbedaan dari peraturan baru, yang pada akhirnya akan

menimbulkan bahaya dan resiko yang baru, maka PT. Sari Husada Unit

I Yogyakarta khususnya pada area Workshop, selalu memperbarui

peraturan dan menyesuaikan dengan perubahan peraturan yang terkait

dengan Sistem Manajemen K3 dengan tujuan untuk meminimalisasi

kecelakaan kerja.

10. Perencanaan area kerja, proses, instalasi, permesinan atau peralatan,

prosedur operasi dan pekerjaan dalam berorganisasi.

Pada area Workshop, sebelum didirikan suatu tempat kerja, proses,

instalasi, permesinan atau peralatan, maka perlu perencanaan terlebih

dahulu. Serta mengidentifikasi bahaya yang ada di tempat tersebut.

Prosedur operasi harus dilakukan terhadap semua aktivitas yang

berkaitan dengan Sistem Manajemen K3 dengan Standar OHSAS

18001: 2007. PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta telah mengidentifikasi

operasi dan kegiatan berdasarkan aspek dalam bentuk identifikasi aspek

dan evaluasi dampak K3.

b. Dalam melakukan identifikasi bahaya, didokumentasikan dengan

menggunakan formulir identifikasi bahaya, penilaian resiko dan

pengendalian resiko.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Workshop merupakan suatu area yang memiliki potensi bahaya yang

dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Untuk itu, perlu dilakukan

identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko yang

didokumentasikan dengan menggunakan formulir.

Contoh formulir untuk melakukan identifikasi bahaya, penilaian

resiko dan pengendalian resiko di PT. Sari husada Unit I Yogyakarta:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Penilaian Resiko

Resiko adalah kombinasi antara kemungkinan suatu kejadian dalam

setiap peristiwa dengan keparahan akibat yang dinyatakan dalam kerugian.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Maka setelah semua bahaya dapat diidentifikasi dan selanjutnya dilakukan

penilaian resiko.

Setelah diketahui peluang dan resikonya maka bisa ditentukan

pengendaliannya dengan cara berikut:

Tabel 3. Pengendalian Resiko

Pengendalian Resiko

Hirarki Pengendalian Tingkat Pengendalian

1,2,3 = E + S + R + P + A
E= Eliminasi

4,5 = R + P + A
S= Substutusi

6=P+A
R= Rekayasa Teknik

7=A
P= Pengendalian Adm/SOP

A = APD

Sumber: Technical Training Program, PT. Sari Husada

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Bahaya yang telah di identifikasi selanjutnya akan dilakukan penilaian

resiko dari setiap bahaya dengan memperhatikan peluang dan

akibatnya (severity).

b. Berikut adalah cara penilaian dan cara pengendalian resiko dilakukan

berdasarkan Matriks:

Tabel 4. Matriks Peluang

Akibat (Severity)
Peluang

E Ma Mo Mi

SS 1 2 3 4

S 2 3 4 5

J 3 4 5 6

TP 4 5 6 7

Sumber: Technical Training Program, PT. Sari Husada

Tabel 5. Penjelasan Matriks Peluang dan Akibat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Akibat Keterangan Frekuensi

E = Extreme Risk (kematian, kerugian ≥ 500jt)) ≥ 4 x kasus per


tahun

Ma = Major High Risk (Akut/kronis ,cacat tetap, buta, 2-3 x kasus per
amputasi, ISPA, luka bakar, tahun
patah tulang, sakit sampai rawat
inap, kerugian >50 - < 500 jt)

Mo = Moderate Risk (cidera yang menyebabkan tidak 1 x kasus per tahun


masuk kerja ≥ 1 hari, kerugian 1-
50jt)

Mi = Minor Low Risk (cidera yang dapat ditangani 0 x kasus per tahun
dengan P3K, kerugian ≤ 1jt)

Sumber: Technical Training Program, PT. Sari Husada

Tabel 6. Peluang Kejadian

Peluang Keterangan

High Likely Hampir pasti akan terjadi

Sangat Sering (SS)

Likely Cenderung untuk terjadi (mungkin dapat

Sering (S) terjadi)

bersambung

sambungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Unlikely Kecil kemungkinan terjadi

Jarang (J)

Very Unlikely Hampir tidak pernah terjadi

Tidak Pernah (TP)

Sumber: Technical Training Program, PT. Sari Husada

Setelah melakukan identifikasi bahaya dan mendapatkan potensi dari

masing-masing pekerjaan, langkah yang selanjutnya adalah melakukan

penilaian resiko yang ada pada setiap pekerjaan tersebut dengan tujuan

untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.

Di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta setiap melakukan aktivitas non

rutin harus memiliki surat izin kerja (workpermit). Untuk mengurangi

terjadinya kecelakaan kerja di area Workshop, maka dilakukan penilaian

resiko dari masing-masing pekerjaan, meliputi:

a. Pembubutan

Pekerjaan pembubutan memiliki resiko dari segi fisik dan kimia.

Resiko yang timbul dari segi fisik adalah cedera kulit, terkilir atau

keseleo, cedera pada mata dan buta.

Faktor penyebab resiko adalah dari segi manusia dan mesin.

Penyebab dari faktor manusia adalah tidak memakai APD saat bekerja

dan tidak mempunyai keterampilan dalam pekerjaan tersebut.

Sedangkan penyebab resiko dari faktor mesin adalah tidak ada cover

pelindung pada mesin.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Penggerindaan

Pekerjaan penggerindaan memiliki bahaya resiko dari segi fisik dan

kimia. Resiko dari faktor fisik adalah kerugian material, luka tergores,

dan gangguan pendengaran. Sedangkan resiko dari faktor kimia adalah

iritasi, cedera mata atau buta, gangguan pernapasan seperti sesak napas

ringan.

Faktor penyebab dari resiko tersebut adalah dari manusia dan

mesin. Penyebab resiko dari faktor manusia adalah tidak memakai APD

saat bekerja dan kurang pedulinya terhadap lingkungan. Sedangkan

faktor penyebab dari resiko mesin adalah suara mesin gerinda yang

bising.

c. Pengelasan

Pekerjaan pengelasan yang dilakukan di area Workshop memiliki

resiko dari segi fisik, kimia dan ergonomi. Resiko dari segi fisik adalah

kerugian material, luka bakar, iritasi pada mata. Resiko dari segi kimia

adalah sesak napas ringan. Sedangkan dari segi ergonomi adalah dapat

menyebabkan sakit pinggang atau keseleo.

Resiko tersebut dapat disebabkan karena faktor manusia yaitu

pekerja tidak memakai APD saat bekerja, kurang peduli terhadap

lingkungan pekerjaan dan kurang keterampilan dalam bidangnya.

d. Pengeboran (Drilling)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada area Workshop pekerjaan pengeboran terdapat resiko bahaya

seperti pingsan, iritasi, cedera pada mata atau buta, terpuntir atau

keseleo dan luka bakar.

Resiko tersebut dapat disebabkan dari faktor manusia dan mesin.

Faktor penyebab dari manusia adalah tidak memakai APD saat bekerja

dan kurang keterampilan. Faktor penyebab dari mesin adalah mesin

tidak bekerja normal.

e. Aktivitas Rebuild Maintenace

Pada pekerjaan ini memiliki resiko pingsan, cedera tubuh, iritasi dan

sakit pinggang atau keseleo. Faktor penyebab resiko dari pekerjaan ini

disebabkan dari faktor manusia, yaitu tidak memakai APD saat bekerja

dan tidak mempunyai keterampilan dalam pekerjaan tersebut.

f. Penyimpanan Pelumas

Pada pekerjaan ini memiliki resiko pencemaran lingkungan dan

menyebabkan iritasi pada kulit. Sedangkan faktor penyebab dari resiko

ini adalah manusia dan metode kerja. Faktor penyebab dari manusia

adalah kelalaian pail tidak ditutup. Sedangkan dari metode kerjanya

adalah tidak adanya tempat penampungan pelumas juka terjadi

tumpahan (Second Contaimen).

g. Penyimpanan Botol Gas Argon, Asetelin dan O2

Pada aktivitas penyimpanan botol-botol gas pada area Workshop

memiliki resiko cedera tubuh, menyebabkan luka bakar, dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menyebabkan kerugian harta atau jiwa. Faktor penyebab dari resiko

pekerjaan ini adalah dari faktor manusia, mesin dan metode. Faktor

penyebab dari manusia adalah kelalaian botol yang tidak ditutup. Faktor

penyebab dari mesin adalah regulator tidak berfungsi dengan baik, tidak

dipasang flashback arrester. Sedangkan faktor penyebab dari metode

adalah botol tidak dirantai atau ditali.

h. Pekerjaan pada Ketinggian dengan Alat Gondola

PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta memiliki bangunan yang cukup

tinggi. Untuk itu kemungkinan untuk bekerja pada area ketinggian

sangat mungkin terjadi. Pekerjaan pada area ini, khususnya dari faktor

fisik memiliki resiko terkilir, patah tulang bahkan menyebabkan

kematian. Sedangkan dari segi ergonomi, pekerja mudah capek.

Faktor penyebab resiko dari pekerjaan ini adalah faktor dari

manusia dan mesin. Faktor penyebab karena manusia adalah kurangnya

keterampilan dalam pekerjaannya dan pekerja tidak memakai APD saat

melakukan pekerjaan. Sedangkan faktor dari mesin adalah motor

penggerak rusak dan keranjang kurang besar.

i. Pekerjaan pada Ketinggian dengan Tangga

Tangga merupakan suatu alat tersendiri atau bagian dari suatu

bangunan untuk naik atau turun dari satu dataran ke dataran yang lain.

Semua jenis tangga harus memenuhi persyaratan keselamatan. (

Suma’mur, 1993)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pekerjaan pada ketinggian dengan menggunakan tangga, memiliki

resiko dari segi fisik, yaitu terkilir, dapat menyebabkan patah tulang

bahkan meninggal, terbentok, pingsan dan terbentur. Faktor penyebab

resiko ini karena manusia bekerja dalam kondisi yang kurang sehat,

tidak memakai APD saat bekerja dan kurang berhati-hati dalam

melakukan pekerjaannya.

j. Bekerja pada Kedalaman (didalam sumur)

Bekerja didalam sumur ini memiliki resiko dari segi fisik, biologi

dan ergonomi. Resiko dari segi fisik adalah terkilir, patah tulang bahkan

menyebabkan kematian. Resiko dari segi biologi adalah dinding longsor

dan adanya gas beracun. Sedangkan dari segi ergonomi adalah

terbentur. Faktor penyebab resiko adalah karena pekerja tidak memakai

APD saat bekerja.

k. Bekerja pada Kedalaman (didalam Tangki/ Tabung)

Bekerja didalam kedalaman memiliki resiko terpeleset dan terjatuh.

Sedangkan resiko dari segi biologi adalah adanya gas beracun. Faktor

penyebab dari resiko tersebut adalah karena pekerja tidak memakai

APD saat pekerjaan berlangsung dan pekerja melakukan pekerjaan

dalam kondisi yang kurang sehat.

l. Bekerja di Tempat yang Sempit (Confined Space)

Confined space atau tempat sempit merupakan ruangan tertutup

atau sebagian tertutup yang memiliki jalan keluar terbatas yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dirancang sesuai lokasi, ukuran atau peralatan tertentu. Pada pekerjaan

ini memiliki resiko fisika, biologi, dan ergonomi. Resiko dari segi fisika

adalah terkilir, kulit lecet, memar dan pusing. Resiko dari segi biologi

adalah sesak nafas karena kurangnya suplay oksigen. Sedangkan resiko

dari segi ergonomi adalah pekerja mudah lelah atau mudah capek,

waktu pada saat bekerja lebih lama. Faktor penyebab resiko tersebut

adalah karena pekerja tidak menggunakan APD saat bekerja.

m. Pengecatan

Pada pekerjaan ini memiliki resiko dari segi fisik dan biologi.

Resiko dari segi fisik yaitu wajah atau mata perih karena terkena

percikan cat saat mencampur. Sedangkan resiko dari segi biologi adalah

gangguan pada pernafasan seperti sesak nafas ringan dan pusing. Faktor

penyebab resiko tersebut adalah karena pekerja tidak menggunakan

APD saat bekerja.

n. Pekerjaan Epoxy

Pekerjaan epoxy adalah pekerjaan perbaikan terhadap dinding atau

lantai dengan menggunakan cat epoxy. Pekerjaan ini memiliki resiko

wajah atau mata perih, gangguan pada pernafasan, seperti sesak nafas

ringan, dan menyebabkan pusing. Faktor penyebab dari resiko ini

adalah karena pekerja tidak memakai APD saat bekerja.

o. Pasang Dinding Bata

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Memasang dinding merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan

diatas atau dibawah. Pekerjaan ini memiliki resiko mata atau wajah

perih karena terkena percikan dari adukan semen, kaki melepuh,

memar atau lecet, gangguan pernafasan seperti sesak nafas ringan atau

batuk karena terhirupnya debu semen. Faktor penyebab dari resiko

pekerjaan ini adalah karena pekerja tidak memakai APD saat bekerja.

p. Melakukan Pekerjaan Pembongkaran

Pekerjaan pembongkaran di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta

misalnya pembongkaran tembok. Pekerjaan ini memiliki resiko kulit

memar atau kulit tersayat, butiran akibat pukulan masuk ke mata, sesak

nafas ringan, dan batuk. Faktor penyebab dari resiko ini adalah karena

pekerja tidak memakai APD saat bekerja.

3. Tindakan Pengendalian

Setelah diketahui peluang dan resikonya dari masing-masing pekerjaan

tersebut, maka dapat ditentukan pengendaliannya dengan cara berikut:

Tabel 7. Hirarki dan tingkat Pengendalian

Pengendalian Resiko

Hirarki Pengendalian Tingkat Pengendalian

E= Eliminasi 1,2,3 = E + S + R + P + A

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

S= Substutusi 4,5 = R + P + A

R= Rekayasa Teknik 6=P+A

Bersambung

Sambungan

P= Pengendalian Adm/SOP 7=A

A = APD

Hirarki pengendalian tersebut adalah:

a. Eliminasi, merupakan metode yang paling efektif untuk menghilangkan

sumber bahaya (menghilangkan proses).

b. Substitusi, merupakan suatu metode yang dilakukan apabila bahaya,

tidak bisa dieliminasi. Misalnya dengan penggantian (mengganti motor

diesel dengan motor elektrik, menggunakan gerinda yang bebas debu).

c. Rekayasa Engineering, misalnya dengan menambahkan guarding atau

penutup, mengisolasi area kerja yang berbahaya (isolasi area berdebu).

d. Alat Pelindung Diri (APD), seperti helm, sepatu safety, sabuk

pengaman, pelindung telinga, sarung tangan, pelindung mata/ muka.

Seperti yang dipersyaratkan dalam Kepmenaker 05/ MEN/ 1996 yaitu

perusahaan harus merencanakan pengelolaan dan pengendalian kegiatan-


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan resiko

kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dapat mendokumentasikan dan

menerapkan kebijakan standar bagi tempat kerja, perancangan pabrik dan

bahan, kegiatan produk dan jasa. Pencegahan kecelakaan kerja dimulai

dari memperbaiki Sistem Manajemen K3. Pengendalian resiko kecelakaan

dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui metode:

a. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi,

isolasi, ventilasi, higiene dan sanitasi.

b. Pendidikan dan pelatihan.

c. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus,

intensif, penghargaan dan motivasi diri.

d. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi.

e. Penegakan hukum.

Berikut adalah tindakan pengendalian yang telah dilakukan oleh

perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat

kerja serta menciptakan lingkungan kerja yang aman di area Workshop

PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta:

a. Pembubutan

Pekerjaan pembubutan di area Workshop, tidak bisa dilakukan

dengan upaya eliminasi dan substitusi. Karena belum ada teknologi

pengganti pahat pada bubut, chuck atau tanggem. Untuk upaya

pengendalian dengan cara rekayasa teknik adalah dengan cara

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pemasangan cover atau pelindung pada mesin. Sedangkan dengan

upaya pengendalian administratif, dilakukan dengan cara memasang

rambu dan menggunakan masker saat bekerja dan bekerja sesuai

prosedur (SOP).

Alat pelindung diri yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah

dengan memakai kacamata bubut, memakai sarung tangan, masker

hidung dan safety shoes.

b. Penggerindaan

Pekerjaan penggerindaan dapat dilakukan upaya pengendalian

untuk mengurangi kecelakaan kerja, yaitu dengan upaya rekayasa

teknik, dengan memasang cover pada alat penggerinda. Dengan upaya

administratif, yaitu dengan memasang gambar rambu masker,

memasang rambu flamable, menggunakan izin kerja yang sesuai

dengan pekerjaan, yaitu dengan hot permit, dan bekerja sesuai SOP.

Sedangkan dengan upaya eliminasi dan subtitusi tidak bisa dilakukan

karena belum ada teknologi baru karena belum ditemukan.

Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan untuk pekerjaan ini

adalah memakai masker clear fullface, masker kain, memakai sarung

tangan, memakai ear plug, safety shoes dan memasang APAR untuk

melindungi tenaga kerja dan menjaga lingkungan.

c. Pengelasan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada pekerjaan pengelasan tidak dapat dilakukan upaya

pengendalian dengan cara substisusi karena belum ditemukan teknologi

pengganti yang baru. Tetapi upaya pengendalian dengan cara eliminasi

yaitu dengan mengganti welding kabel. Upaya pengendalian dengan

rekayasa teknik yaitu dengan membuat alat penjepit pada alat las.

Sedangkan upaya administratif yang dapat dilakukan adalah dengan

memasang gambar rambu flamable, menggunakan izin kerja (hot

permit), sertifikasi dan bekerja sesuai prosedur (SOP).

Alat pelindung yang digunakan untuk pekerja adalah memakai jaket

las, memakai masker kain, sarung tangan, masker las, memakai safety

shoes, dan memasang APAR untuk mengantisipasi jika terjadi

kebakaran.

d. Pengeboran (Drilling)

Upaya pengendalian yang tidak dapat dilakukan pada pekerjaan

pengeboran adalah dengan upaya substitusi, karena pada upaya ini

belum ditemukan teknologi yang baru. Dengan upaya pengendalian

eliminasi dapat dilakukan dengan cara penggantian welding kabel.

Upaya pengendalian dengan cara rekayasa teknik adalah dengan

perbaikan (service) atau ganti mesin bor. Selain itu diperlukan juga

bekerja sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Alat pelindung diri yang digunakan bagi para pekerjanya adalah

memakai masker kain, sarung tangan, masker clear fullface, safety

shoes, dan pemasangan APAR.

e. Aktivitas Rebuild Maintenance

Pada aktivitas perbaikan ini, upaya pengendalian dengan cara

eliminasi dan substitusi tidak bisa dilakukan kerena belum ada

pengganti dan belum ditemukan teknologi yang baru. Upaya yang

pengendalian dengan rekayasa teknik adalah dengan menyediakan

bantalan yang cukup. Pengendalian dengan cara administratif dengan

cara bekerja sesuai dengan SOP dan dilakukan training atau pelatihan

kepada pekerja.

Alat pelindung diri yang digunakan oleh para pekerjanya adalah

memakai masker hidung, sarung tangan dan safety shoes.

f. Penyimpanan Pelumas

Pekerjaan penyimpanan pelumas tidak dapat dilakukan dengan

upaya pengendalian eliminasi dan substitusi, karena belum ada

pengganti, belum ditemukan teknologi yang baru. Upaya pengendalian

dengan rakayasa teknik adalah dengan cara membuat penampung

cadangan jika terjadi tumpahan (second contaimen), dan memasang

exhouse fan dan cerobong. Dengan cara administratif dengan prosedur

bekerja yang sesuai (SOP) dan memasang rambu B3.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Alat pelindung yang digunakan adalah pekerja memakai masker

clear fullface, masker gas, sarung tangan, safety shoes, dan memasang

APAR.

g. Penyimpanan Botol Gas Argon, Asetelin dan O2

Aktivitas yang dilakukan di area Workshop salah satunya adalah

penyimpanan botol-botol gas yang berbahaya, termasuk di dalamnya

adalah gas argon, asetelin dan O2. Pada aktivitas ini memiliki bahaya

dan resiko. Untuk mengurangi dan mencegah kecelakaan, maka perlu

adanya penilaian resiko terhadap pekerjaan tersebut. Tetapi aktivitas ini

tidak dapat dikendalikan dengan upaya eliminasi dan substitusi, karena

belum ada pengganti dan belum ditemukan teknologi baru. Upaya

rekayasa teknik dapat dilakukan dengan cara membuat rantai pengaman

pada botol, dan memasang flashback arrester (penangkal masuknya api

kedalam tabung). Upaya administratif dapat dilakukan dengan cara

memasamg rambu flammable dan bekerja sesuai Standar Operasional

Prosedur (SOP).

Alat pelindung diri yang digunakan saat bekerja adalah masker gas,

sarung tangan, safety shoes dan memasang APAR untuk menghindari

tumpahan bahan kimia berbahaya yang pada akhirnya akan

mengakibatkan kebakaran.

h. Bekerja pada Ketinggian dengan Alat Gondola

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pekerjaan pada ketinggian merupakan pekerjaan yang memiliki

resiko yang tinggi. Untuk itu perlu adanya upaya pengendalian untuk

meminimalisir kecelakaan. Dalam pekerjaan ini tidak dapat dilakukan

upaya pengendalian dengan cara eliminasi dan substitusi, karena belum

ditemukan pengganti dan belum ditemukan teknologi baru. Rekayasa

teknik dilakukan dengan cara memasang tali elastis (Karmatel). Dengan

upaya administratif dilakukan melalui training/ sertifikasi operator

gondola (SIO), izin bekerja pada ketinggian dan bekerja sesuai prosedur

(SOP).

Alat pelindung diri yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah

memakai helm, sarung tangan, body harness dan safety shoes.

i. Bekerja pada Ketinggian dengan Tangga

Pada pekerjaan ini belum dapat dilakukan upaya pengendalian

dengan cara eliminasi dan substitusi, karena belum ditemukan dan alat

pengganti tangga dan belum ada teknologi baru. Dengan upaya

rekayasa teknik dilakukan melalui mengecek kondisi alat kerja,

memasang tali elastis (karmatel) dan memasang tali pada tangga. Upaya

administratif dengan bekerja sesuai prosedur (SOP).

Alat pelindung yang digunakan pada pekerjaan ini adalah body

harness/ safety belt dan safety shoes.

j. Bekerja pada Kedalaman (di dalam sumur)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Bekerja pada kedalaman dapat dilakukan upaya pengendalian

dengan cara eliminasi yaitu dengan mengganti sumur bor. Upaya

substitusi belum bisa dilakukan karena belum ada teknologi baru.

Upaya rekayasa teknik dilakukan dengan membuat tangga permanen,

perawatan rutin, mengecek kandungan gas sebelum masuk ke sumur.

Upaya administratif dilakukan dengan mengunakan izin bekerja di

kedalaman dan bekerja sesuai prosedur (SOP).

Alat pelindung yang digunakan pada pekerjaan didalam adalah

menggunakan lampu penerangan dengan tenaga baterai, safety harness,

memasang tali elastis (karmatel), safety helmet, masker gas, alat bantu

pernafasan dan safety shoes.

k. Bekerja pada Kedalaman (di dalam tangki/ tabung)

Bekerja pada area ini belum dapat dilakukan upaya pengendalian

dengan cara eliminasi dan substitusi, karena belum ada pengganti dan

belum ditemukan teknologi baru. Upaya pengendalian dengan rekayasa

teknik dapat dilakukan dengan cara memasang tangga dan pengait tali

body harness, pengecekan gas sebelum masuk kedalam tangki/tabung.

Upaya administratif dapat dilakukan dengan memakai surat izin kerja di

kedalaman, pemeriksaan (chek up) kesehatan secara rutin, dan bekerja

sesuai prosedur (SOP).

Alat pelindung diri yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah

safety harness/tali karmatel, masker gas, alat bantu pernafasan, safety

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

shoes, menggunakan lampu penerangan dengan tenaga baterai,

memasang exhouse fan.

l. Bekerja di Tempat yang Sempit

Bekerja di tempat yang sempit (confined space) belum dapat

dilakukan upaya pengendalian dengan cara eliminasi dan substitusi,

karena belum ada pengganti dan belum ditemukan teknologi yang baru.

Dengan rekayasa teknik dapat dilakukan dengan cara rencana

konstruksi bangunan, rencanakan untuk pindah mesin, dan memasang

exhouse fan. Upaya administratif dilakukan dengan bekerja sesuai

prosedur (SOP).

Alat pelindung diri yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah

safety harness/tali karmatel, masker debu, alat bantu pernafasan, sarung

tangan, masker debu, safety shoes, dan digunakan lampu penerangan

dengan tenaga baterai.

m. Pengecatan

Pekerjaan pengecatan termasuk dalam pekerjaan non rutin yang

berada di area Workshop. Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan upaya

pengendalian secara eliminasi, substitusi dan rekayasa teknik, karena

sampai saat ini belum ada pengganti dan belum ditemukan teknologi

baru. Pengendalian secara administratif dipasang rambu-rambu atau

tulisan ‘sedang ada proyek’.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Alat pelindung diri yang digunakan adalah memakai masker

fullface, masker kain/gas, dan safety shoes.

n. Pekerjaan Epoxy

Pekerjaan epoxy tidak dapat dilakukan upaya pengendalian secara

eliminasi, substitusi dan rekayasa teknik, karena sampai saat ini belum

ada pengganti dan belum ditemukan teknologi baru. Pengendalian

secara administratif dipasang rambu-rambu atau tulisan ‘sedang ada

proyek’.

Alat pelindung diri yang digunakan adalah memakai masker

fullface, masker kain/gas, dan safety shoes.

o. Pasang Dinding Bata

Pekerjaan memasang dinding bata tidak dapat dilakukan upaya

pengendalian secara eliminasi, substitusi dan rekayasa teknik, karena

sampai saat ini belum ada pengganti dan belum ditemukan teknologi

baru. Pengendalian secara administratif dipasang rambu-rambu atau

tulisan ‘sedang ada proyek’.

Alat pelindung diri yang digunakan adalah memakai masker

kain, helmet dan safety shoes.

p. Melakukan Pekerjaan Pembongkaran

Upaya pengendalian tidak dapat dilakukan dengan upaya

pengendalian secara eliminasi, substitusi dan rekayasa teknik, karena

sampai saat ini belum ada pengganti dan belum ditemukan teknologi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

baru. Pengendalian secara administratif dipasang rambu-rambu atau

tulisan ‘sedang ada proyek’.

Alat pelindung diri yang digunakan adalah memakai masker kain,

kacamata netral, helmet dan safety shoes.

B. Pembahasan

Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko yang

terkait dengan aktivitas harus dipastikan sesuai, cukup dan selalu tersedia.

Untuk itu, sebuah organisasi harus mengidentifikasi, mengevaluasi dan

mengendalikan resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di semua

aktivitas-aktivitasnya. Tahapan ini menjadi dasar dalam pengembangan

dan penerapan Sistem Manajemen K3.

Dari hasil pengamatan tentang identifikasi bahaya, penilaian resiko

dan upaya pengendalian pada area Workshop di PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta dapat dibahas sebagai berikut:

1. Identifikasi Bahaya

Bahaya merupakan sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab

kerusakan. Tujuan dilakukan identifikasi bahaya adalah untuk

mengurangi biaya perusahaan karena terjadinya kecelakaan kerja.

Sedangkan identifikasi bahaya adalah proses untuk mengetahui adanya

suatu bahaya dan menentukan karakteristiknya.

Untuk setiap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan di lingkungan

PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta, pekerja atau kontraktor harus

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memiliki surat izin kerja (workpermit). Semua pekerjaan di area

Workshop termasuk dalam pekerjaan atau aktivitas non rutin. Setiap

orang atau personel yang akan masuk ke area Workshop harus

memenuhi peraturan yang telah ditentukan di dalam area Workshop.

Kontraktor atau pengunjung yang mempunyai akses masuk area

Workshop harus mengetahui peraturan yang telah tertulis pada

dinding. Karena bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja

akan berdampak pada kesehatan dan dapat merugikan terhadap K3 di

PT. Sari Husada.

Infrastruktur, peralatan atau material yang berada di area

Workshop telah diidentifikasi dengan melihat apa saja yang dapat

mencelakai setiap personil atau menimbulkan kecelakaan dan

penyakit akibat kerja.

Identifikasi bahaya yang telah dilakukan terhadap semua

perubahan atau penegmbangan yang ada di PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta sudah baik terhadap aktivitas maupun terhadap mesin, alat

atau material. Segala perubahan tersebut telah dikendalikan melalui

SOP-08/SE/SH/XI/08 tentang Change Control sehingga dapat

dipastikan bahwa perubahan yang terjadi dipertimbangkan dengan

aspek K3.

Perubahan terhadap Sistem Manajemen K3 termasuk dalam

perubahan sementara tetapi memiliki dampak terhadap proses dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

aktivitasnya. Untuk itu PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta melakukan

identifikasi bahaya pada setiap area kerja untuk mengurangi dampak

terhadap proses dan aktivitas, dengan mengurangi kecelakaan dan

penyakit akibat kerja.

Bahaya dan resiko yang timbul dari peraturan baru atau perubahan

baru yang berkaitan dengan Sistem Manajemen K3 harus dimasukkan

kedalam identifikasi bahaya dengan memasukkan peraturan

perundangan kedalam Hazard Identification, Risk Assessment and

Control (HIRAC). Agar dalam melakukan identifikasi bahaya di

setiap area kerja, PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta tetap

menerapkan Sistem Manajemen K3 yang sesuai dengan standar

OHSAS 18001: 2007.

PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta dalam setiap melakukan

identifikasi bahaya selalu didokumentasikan dengan menggunakan

formulir identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko.

(P. OHSAS. SH. 4.3.1/L1). Identifikasi bahaya tersebut

didokumentasikan menggunakan formulir dengan tujuan memudahkan

dalam melakukan penilaian di setiap area kerja.

Seperti yang telah dipersyaratkan dalam Standar OHSAS

18001: 2007, bahwa perencanaan untuk identifikasi bahaya, penilaian

resiko dan pengendalian resiko harus ada prosedur HIRAC, kemudian

hasil HIRAC tersebut dijadikan masukan bagi penetapan standar dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

di dokumentasikan. PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta telah

menerapkan HIRAC sesuai persyaratan hukum atau persyaratan

perundang-undangan K3 yang relevan.

2. Penilaian Resiko

Resiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau

kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.

Sedangkan penilaian resiko adalah keseluruhan proses dalam

mengestimasi besarnya suatu resiko.

Dalam melakukan penilaian resiko di suatu perusahaan tentu akan

menemui hazard di tempat kerja, beberapa diantaranya tentu dapat kita

kendalikan dengan sedikit atau tanpa biaya. Tetapi beberapa hazard

lainnya hanya akan dapat dikendalikan melalui perubahan yang

signifikan terhadap aktivitas pekerjaan, peralatan, dan bahan-bahan

yang digunakan. (Tarwaka, 2008)

Setelah semua bahaya dapat di identifikasi, maka langkah

selanjutnya akan dilakukan penilaian resiko dari setiap bahaya itu

dengan memperhatikan peluang dan akibatnya (severity).

Untuk mengetahui permasalahan apa saja yang terjadi pada setiap

bagian perusahaan, maka diberikan sarana untuk melaporkan sumber-

sumber bahaya berupa near miss dan unsafe. Yang dimaksud dengan

near miss adalah suatu keadaan bahaya atau berpotensi bahaya tetapi

belum menimbulkan menimbulkan atau melukai orang. Sumber-

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sumber yang dapat menimbulkan terjadinya kecelakan adalah kondisi

kerja yang tidak aman, perilaku-perilaku yang tidak aman, penggunan

peralatan kerja yang tidak benar dan peralatan kerja yang tidak

berfungsi dengan baik. Laporan near miss yang masuk harus di

investigasi oleh PTJ terkait, dengan menggunakan form Near Miss

Investigation.

Contoh Near Miss Card yang ada di PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta:

Apayangharusdilakukan agarkejadiantidak
NEARMISSCARD terjadi kembali :

Data& Waktu :___________________________


Lokasi :___________________________
NamaPelapor :___________________________

PenyebabNear Miss :
Apatindakanyangdilakukan olehAndadanLine
Mesin Perilakuyang tidakaman
Manager/PTJ:
Peralatan Kendaraan
Listrik Pekerjaan
LingkunganKerja Bangunan
Lainnya:__________________________________

Uraian kejadiannear miss:


BerikankartuNear missini kepadaLine
Manager/PTJanda,agarditinjaudandapatditindak
lanjuti
Setelahditindaklanjuti mohonkartuini dapat
diserahkankembali kepadaSafety&Environment
ataumasukandalam Kotak NearMiss

Nama LineManager/PTJ

Unsafe adalah suatu keadaanTanyang


daTangantidak aman atau perilaku yang

tidak Hbaik,
alaman sehingga
1 dapat membahayakan
Halamdiri
an 2 sendiri dan orang lain.

Unsafe atau keadaan tidak aman ada dua macam, yaitu:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Unsafe Human Act atau Tindakan tidak aman

Keadaan ini berasal dari faktor manusia, seperti:

1) Bekerja tidak sesuai prosedur

2) Tidak memakai Alat Pelindung Diri saat bekerja

3) Bekerja sembrono

4) Kelelahan

5) Kebosanan

b. Unsafe Condition atau kondisi tidak aman

Kondisi seperti ini berasal dari faktor lingkungan kerja, seperti:

1) Mesin tanpa pengaman

2) Struktur fisik tidak memenuhi syarat

3) Peralatan sudah tidak sempurna tetapi masih dipakai

4) Lantai licin

5) Penerangan tidak baik

Unsafe dan near miss berupa Form pengisian yang merupakan

tugas dan kewajiban setiap orang untuk melaporkan dan

memperbaiki sumber-sumber yang dapat menyebabkan terjadinya

kecelakaan kerja dan menghilangkan resiko bahaya tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Incident atau kejadian

5
4
3
3
2
2
1 1
1
0 0
0
2008 YTD* 2009 YTD* 2010 (YTD-Nov)

Unsafe Human Act Unsafe Condition

Survey ILO:

85% Unsafe Human Act

15% Unsafe Condition

Survey Dupont:

96% Unsafe Human Act

4% Unsafe Condition.

LTFR 2008-2009-2010

LTFR Reduction → Zero Accident

3 2,6
2
2 1,3 1,2
1
0 0
0
2008 2009 2010

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dalam melakukan penilaian resiko di setiap area kerja, PT. Sari

Husada Unit I Yogyakarta menggunakan aturan yang berlaku yaitu

sesuai dengan Standar OHSAS 18001: 2007. Standar OHSAS

18001: 2007 mengenai metodologi organisasi dalam melakukan

penilaian resiko harus:

a. Ditetapkan dengan memperhatikan ruang lingkup, sifat dan

waktu untuk memastikan metode yang proaktif.

b. Menyediakan identifikasi, prioritas dan dokumentasi resiko-

resiko, dan penerapan pengendalian sesuai keperluan.

Setelah penilaian resiko dilakukan sesuai aturan yang mengatur,

maka penilaian resiko tersebut disampaikan kepada ketua Tim

OHSAS atau P2K3 untuk mendapatkan persetujuan. Dan langkah

selanjutnya akan dilakukan tindakan pengendalian.

3. Pengendalian Resiko

Seperti yang dipersyaratkan dalam Standar OHSAS 18001: 2007,

dalam mengelola suatu perubahan, organisasi harus mengidentifikasi

bahaya-bahaya K3 dan resiko-resiko K3 terkait dengan perubahan di

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam organisasi, Sistem Manajemen K3 atau aktivitas-aktivitasnya

sebelum menerapkan perubahan tersebut.

Setelah melakukan identifikasi masalah dan mengetahui potensi

bahayanya, maka langkah yang selanjutnya adalah mengendalikan

resiko bahaya yang ada tersebut dengan tujuan untuk meminimalisir

terjadinya kecelakaan kerja.

Organisasi harus memastikan hasil dari penilaian resiko ini

dipertimbangkan dalam menetapkan pengendalian. Saat menetapkan

pengendalian dan melakukan perubahan atas pengendalian yang ada,

maka pertimbangan harus diberikan untuk menurunkan resiko

berdasarkan hirarki pengendalian. Hirarki pengendalian resiko adalah

suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian resiko yang

mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan.

Ketua Tim OHSAS mengevaluasi hasil identifikasi bahaya,

penilaian resiko dan pengendalian resiko agar dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan. Setelah dilakukan identifikasi bahaya, penilaian

resiko dan penegendaliannya maka hasilnya akan dievaluasi oleh Tim

OHSAS atau Tim P2K3 yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan

yang berlaku di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta yaitu sesuai

dengan Standar OHSAS 18001: 2007.

Beberapa upaya pengendalian yang telah dilakukan PT. Sari

Husada Unit I Yogyakarta adalah:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Eliminasi

Eliminasi merupakan suatu pengendalian resiko yang bersifat

permanen dan paling efektif untuk menghilangkan sumber bahaya

(menghilangkan proses) yang harus dicoba untuk diterapkan

sebagai pilihan dan prioritas utama. PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta telah menerapkan beberapa upaya eliminasi apabila

suatu proses kerja tertentu dinilai berbahaya. Namun untuk proses

kerja tertentu masih ada beberapa yang tidak mungkin dapat di

lakukan dengan metode eliminasi karena akan memutus proses

kerja atau proses produksi dan sampai saat ini belum ada teknologi

yang lebih tepat. Berikut adalah beberapa proses produksi yang

dinilai berbahaya beserta upaya eliminasi yang mungkin dilakukan

karena suatu alasan. Beberapa aktivitas atau pekerjaan di area

Workshop yang tidak mungkin dilakukan pengendalian dengan

metode eliminasi adalah:

1) Pekerjaan pembubutan

2) Penggerindaan

3) Pengelasan

4) Aktivitas rebuild maintenance (perbaikan terhadap barang yang

sudah rusak)

5) Penyimpanan pelumas

6) Penyimpanan botol gas argon, acetelin dan O2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7) Bekerja pada ketinggian dengan alat gondola

8) Bekerja pada ketinggian dengan tangga

9) Bekerja pada kedalaman (didalam sumur)

10) Bekerja pada kedalaman (didalam tangki/ tabung)

11) Bekerja di area yang sempit

12) Pengecatan

13) Pekerjaan epoxy

14) Pasang dinding bata

15) Melakukan pekerjaan pembongkaran

b. Substitusi

Substitusi merupakan metode yang dilakukan apabila bahaya

tidak bisa di eliminasi yaitu dengan penggantian. Pengendalian ini

dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan dan peralatan yang

lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang

berbahaya atau yang lebih aman, sehingga penerapannya selalu

dalam batas yang masih dapat diterima. Pada area Workshop yang

di nilai berbahaya telah dilakukan upaya substitusi oleh PT. Sari

Husada Unit I Yogyakarta, namun untuk dalam area Workshop

masih ada beberapa pekerjaan atau aktivitas yang tidak mungkin

dilakukan substitusi. Hal ini karena masih belum ada pengganti dan

belum ditemukan teknologi yang baru.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Beberapa aktivitas atau pekerjaan di area Workshop yang tidak

bisa dilakukan upaya pengendalian dengan metode substitusi

adalah:

1) Pekerjaan pembubutan

2) Penggerindaan

3) Pengelasan

4) Aktivitas rebuild maintenance (perbaikan terhadap barang yang

sudah rusak)

5) Penyimpanan pelumas

6) Penyimpanan botol gas argon, acetelin dan O2

7) Bekerja pada ketinggian dengan alat gondola

8) Bekerja pada ketinggian dengan tangga

9) Bekerja pada kedalaman (didalam sumur)

10)Bekerja pada kedalaman (didalam tangki/ tabung)

11) Bekerja di area yang sempit

c. Rekayasa Teknik (Engineering)

Pengendalian atau rekayasa teknik termasuk merubah struktur

objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi

bahaya. Rekayasa teknik yang dilakukan di area Workshop oleh

PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta adalah dengan:

1) Pemasangan cover atau pelindung pada mesin

2) Membuat alat penjepit pada alat yang mengeluarkan panas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Selalu memperbaiki atau mengganti mesin bor

4) Menyediakan bantalan yang cukup pada aktivitas perbaikan

5) Membuat second contaimen atau persediaan tempat jika terjadi

bahan yang tumpah

6) Memasang exhouse fan dan cerobong

7) Membuat rantai pengaman pada botol

8) Mengganti regulator pada mesin

9) Memasang flashback arrester (penangkal arus balik jika terjadi

kebakaran)

10) Memasang tali elastik (karmatel)

11) Selalu mengecek kondisi peralatan

12)Memasang tali pada tangga

13) Membuat tangga permanen

14) Mengecek kandungan gas sebelum masuk kedalam sumur

15) Merencanakan konstruksi bangunan

16) Merencanakan untuk pindah mesin

d. Pengendalian secara Administratif

Pengendalian secara administratif dilakukan dengan

menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi

kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. PT. Sari Husada

Unit I Yogyakarta telah melakukan beberapa upaya pengendalian

secara administratif yang berpacu pada standar operasional

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

prosedur kerja (SOP) milik perusahaan dan dasar-dasar

perundangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Contoh upaya

yang dilakukan PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta di area

Workshop adalah:

1) Membuat prosedur kerja kepada seluruh tenaga kerja melalui

Work Permit.

2) Memasang rambu-rambu berupa poster atau gambar tentang K3

beserta akibat dari bahaya yang terjadi apabila tenaga kerja

mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

3) Memasang berbagai macam rambu-rambu tentang Keselamatan

dan Kesehatan Kerja.

4) Bekerja sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).

5) Mengadakan training atau pelatihan kepada karyawan atau

pekerja.

6) Memastikan adanya kelengkapan sertifikasi bagi pekerja yang

bertanggung jawab pada pekerjaan berbahaya.

7) Membatasi keluar masuk pada area kerja tertentu.

8) Mengadakan pemeriksaan kesehatan berkala bagi seluruh

karyawan untuk memastikan kesehatan dalam bekerja.

e. Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) secara umum merupakan sarana

pengendalian yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sementara mana kala sistem pengendalian yang lebih permanen

belum dapat di implementasikan. APAD merupakan pilihan

terakhir dari suatu sistem penegendalian resiko di tempat kerja.

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan

yang digunakam oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau

sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi

bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat

kerja. (Tarwaka, 2008)

Secara teknis alat pelindung diri tidaklah dapat melindungi

tubuh secara sempurna terhadap paparan potensi bahaya. Namun

demikian alat pelindung diri akan dapat mengurangi tingkat

keparahan dari suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau

penyakit akibat kerja. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa

meskipun telah menggunakan alat pelindung diri, tetapi upaya

pencegahan dan pengendalian resiko kecelakaan secara teknis

teknologis merupakan langkah yang utama dan terus selalu di

upayakan sampai tingkat resiko dapat ditekan sekecil mungkin

dalam batas yang diperkenankan.

Berikut adalah beberapa Alat Pelindung Diri di bagian area

Workshop yang dimiliki oleh PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta:

1) Pelindung kepala

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Safety helmet (helm), untuk pekerjaan di area panas dan

pekerjaan yang memiliki potensi bahaya kejatuhan benda.

2) Pelindung mata

Kacamata bubut untuk pekerjaan pembubutan dan untuk

menghindari terkena goresan pahat bubut pada mata. Kacamata

netral untuk pekerjaan pembongkaran yang bermanfaat

menghindari butiran masuk ke mata.

3) Pelindung muka

Masker clear fullface dan masker netral fullface berguna

untuk menghindari percikan bahan kimia dan percikan cat ke

wajah, percikan pada pekerjaan penggerindaan.

4) Pelindung telinga

Ear plug untuk pekerjaan atau aktivitas penggerindaan yang

berguna untuk mengurangi paparan bising dari mesin gerinda.

Masker kain untuk pekerjaan penggerindaan guna mengurangi

paparan kebisingan.

5) Pelindung pernafasan

Masker hidung untuk menghindari percikan chemical

cleaner, alat bantu pernafasan untuk menghindari adanya gas

beracun di dalam sumur. Masker gas atau kain untuk

menghindari terkena percikan epoxy.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6) Pelindung tangan

Safety gloves, untuk pekerjaan yang memiliki potensi

bahaya terkilir, terjepit, terkena benda panas, terkena bahan

kimia berbahaya.

7) Pelindung badan

Jaket las untuk pekerjaan yang memiliki potensi bahaya

panas atau terkena percikan dari pengelasan. Body harness

untuk pekerjaan di area ketinggian yang memiliki potensi

bahaya patah tulang, terkilir, lecet, memar krena jatuh dari

ketinggian.

8) Pelindung kaki

Safety shoes, untuk semua jenis pekerjaan di berbagai area

yang ada di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta, dan

disesuaikan potensi bahaya yang ada.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan,

maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Identifikasi bahaya yang telah dilakukan terhadap semua perubahan atau

pengembangan yang ada di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta sudah baik

terhadap aktivitas maupun terhadap mesin, alat dan material. Segala

perubahan telah dikendalikan melalui SOP-08/SE/SH/XI/08 tentang

Change Control sehingga dapat dipastikan bahwa perubahan yang terjadi

dipertimbangkan dengan aspek K3.

2. Penilaian resiko di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta di area Workshop

sudah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan standar OHSAS 18001:

2007.

3. Pengendalian resiko di area Workshop dilakukan dengan berbagai metode,

yaitu:

a. Eliminasi, merupakan metode yang paling efektif untuk menghilangkan

sumber bahaya (menghilangkan proses).

b. Substitusi, merupakan suatu metode yang dilakukan apabila bahaya,

tidak bisa dieliminasi. Misalnya dengan penggantian (mengganti motor

diesel dengan motor elektrik, menggunakan gerinda yang bebas debu).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Rekayasa Engineering, misalnya dengan menambahkan guarding atau

penutup, mengisolasi area kerja yang berbahaya (isolasi area berdebu).

d. Alat Pelindung Diri (APD), seperti helm, sepatu safety, sabuk

pengaman, pelindung telinga, sarung tangan, pelindung mata/ muka.

4. Setiap kontraktor atau pekerja yang melakukan pekerjaan di area Workshop

harus memiliki surat izin kerja (work permit) yang sesuai dengan

aktivitasnya masing-masing.

5. Faktor bahaya yang ada di area workshop antara lain: pekerjaan yang

berhubungan dengan fisik, kima, biologi, ergonomi, radiasi dan psikologis.

6. Faktor resiko yang ada di area workshop, dapat dilihat dari berbagai segi,

antara lain:

a. Segi fisik, antara lain: gangguan pendengaran, tersengat listrik, iritasi

atau cedera pada mata.

b. Segi kimia, antara lain: cairan mudah terbakar, peledakan, gas beracun,

iritasi kulit, gangguan pernapasan seperti sesak napas ringan.

c. Segi biologi, antara lain: menimbulnya penyakit menular, seperti flu,

diare karena virus dan bakteri.

d. Segi ergonomi: antara lain: pekerja cepat lelah saat bekerja karena tata

letak yang tidak baik dan desain peralatan yang tidak sesuai.

e. Segi radiasi, antara lain: gangguan penglihatan karena terpapar sinar

radiasi dalam jangka waktu yang cukup lama.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

f. Psikologis, antara lain: stres kerja karena tuntutan pekerjaan dan

tekanan-tekanan dari atasan.

7. PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta sangat memperhatikan kebersihan

lingkungan serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi pekerja,

pengunjung dan seluruh karyawannya. Untuk itu di area Workshop terdapat

beberapa peraturan dalam bentuk larangan-larangan, diantaranya adalah:

a. Larangan merokok

b. Tidur

c. Meludah disembarang tempat

d. Berkelahi

e. Membuang sampah sembarangan

f. Larangan telanjang

g. Memindahkan tabung APAR.

8. Pengendalian-pengendalian yang dilakukan oleh PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta khususnya di area Workshop, untuk mengurangi kecelakan

kerja yang mungkin terjadi, antara lain:

a. Menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai dengan tanda bahaya

yang ada.

b. Tidak berada dilokasi kerja selama 4 jam secara terus-menerus.

c. Selalu menaati rambu-rambu safety.

B. Saran

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan di area Workshop PT. Sari

Husada Unit I Yogyakarta, maka penulis dapat memberikan saran dengan

harapan dapat meningkatkan kinerja sesuai K3 dengan lebih baik. Saran yang

dapat penulis berikan adalah:

1. Sebaiknya PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta menyediakan Alat Pelindung

Diri bagi pengunjung atau tamu (mahasiswa PKL) di masing-masing area

kerja dan sesuai dengan potensi bahayanya, dengan tujuan agar mahasiswa

tersebut dapat memasuki area tersebut.

2. Menyusun program manajemen K3 berdasarkan hasil bahaya dan penilaian

resiko di area workshop lebih awal.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai