“Hujan Asam”
Dosen Pengampu:
Abdullah, S.Si., M.Si
Disusun Oleh:
Nelly Nurhayati 1805111167
i
KATA PENGATAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah memberikan
rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah yang berjudul “Hujan Asam” dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun berdasarkan berbagai
sumber yang relevan dengan materi yang disajikan dalam makalah ini. Adapun
materi yang dipaparkan adalah apa penyebab terbentuknya hujan asam,
bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam dan bagaimana upaya
mengurangi dan mencegah terjadinya hujan asam.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif sangat
penulis harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun bagi para
pembacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. Reboisasi.........................................................................................12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam di antaranya
dengan semakin pesatnya perkembangan sektor industri dan sistem transportasi.
Zat-zat polutan yang dikeluarkan dari kegiatan industri dan transportasi akan
berdampak buruk di udara. Keberadaan zat-zat polutan di udara ini tentu akan
berpengaruh terhadap proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara.
Beberapa contoh efek negatif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang menjadi isu-isu global antara lain efek rumah kaca, pemanasan global,
polusi, sampah dan hujan asam.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan Robert Angus Smith pada tahun
1972. Ia menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah kawasan industri di
bagian utara Inggris. Hujan asam ini pada dasarnya merupakan bagian dari
peristiwa terjadinya deposisi asam. Ia mengatakan bahwa bahan pencemar di
udara yang bercampur dengan air hujan bersenyawa menjadi asam dan
menyebabkan kerusakan bangunan dan monumen bersejarah. Pada dasarnya, air
hujan normal memang sudah asam dengan kadar keasaman pH sedikit di bawah 6.
Keasaman ini dihasilkan ketika CO2 dan materi asam alami lainnya terurai dalam
uap air yang bercampur di udara.
Masalah itu masih terjadi hingga kini dan kita tahu bahwa banyak gas
polutan yang menyebabkan pencemaran udara, termasuk SO2 yang umumnya
dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik yang menggunakan oksida dari
kendaraan bermotor serta bahan bakar fosil yang digunakan oleh industri. Kedua
unsur tersebut bersenyawa di atmosfer dengan air, oksigen dan oksidan dari
senyawa-senyawa lainnya. Persenyawaan ini membentuk semacam lapisan
gabungan antara asam sulfur dan asam nitrat. Cahaya matahari mempercepat laju
reaksi proses itu. Hujan asam menyebabkan peningkatan kadar asam di tanah,
danau-danau, sungai serta menyebabkan kematian pohon. Selain itu juga merusak
material gedung, patung-patung dan peninggalan sejarah.
Mengingat begitu besar dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam
terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, maka pada makalah ini akan dibahas
mengenai apa penyebab hujan asam terbentuk, dampak hujan asam terhadap
manusia dan lingkungan, serta solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan
mencegah terjadinya hujan asam.
BAB II
PENYEBAB DAN DAMPAK
Alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan
dari proses biologis di tanah, rawa dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik,
kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas
yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di
atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.
B. Dampak yang ditimbulkan oleh Hujan Asam
Hujan asam berdampak terhadap kesehatan, hutan, pertanian, ekosistem
akuatik dan material.
1. Kesehatan
Hujan asam mempengaruhi kesehatan melalui tiga cara, yaitu pertama efek
jangka pendek karena menghirup udara yang tercemar berat; efek jangka panjang
karena menghirup udara yang tercemar sedang atau ringan; efek tidak langsung
karena terexposed pada logam berat seperti aluminium dan logam berat lain yang
terbebaskan dari zarah tanah pada pH yang rendah, akumulasi logam berat melalui
rantai makanan dan terlarutnya logam berat dari pipa air yang terbuat dari timbal
atau tembaga.
2. Hutan
Dampak terhadap hutan dan pertanian sebagian karena pH tanah turun.
Penurunan pH tanah dan air danau dipengaruhi kemampuan tanah dan air untuk
menetralisir asam tersebut. Daya netralisasi asam itu ditentukan oleh adanya zat
yang apat menetralisir asam, misalnya kalsium karbonat (CaCO3) dan humus. Jika
ada kalsium karbonat ion H+ bereaksi dengan zat itu diubah menjadi air, kabonat
dan CO2.
Kerusakan hutan oleh hujan asam gejalanya berbeda dengan gejala
kerusakan oleh kekeringan dan serangan hama atau penyakit. Kerusakan dan
kematian hutan disebut forest dieback atau waldsterben Kematian hutan
mengakibatkan naiknya resiko terjadinya tanah longsor dan juga kelonggaran
salju pada musim dingin, yang sangat berbahaya bagi penduduk dan wisatawan.
Proses terjadinya kerusakan dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu:
1) Stres Umum
Pencemaran udara telah menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil
fotosintesis dengan pembentukan metabolit sekunder yang potensial beracun.
Sebagai akibatnya akar kekurangan energi, karena hasil fotosintesis tertahan di
tajuk. Sebaliknya tajuk mengakumulasi zat yang potensial beracun. Dengan
demikian pertumbuhan akar dan mikroza (jamur yang tumbuh secara simbiotik
dengan akar) terhambat serta daun menguning dan rontok. Pohon menjadi lemah
dan mudah terserang oleh penyakit dan hama serta mudah ambruk terkena angin.
4) Kekurangan magnesium
Pada analisis daun menunjukkan kadar magnesium yang rendah.
Magnesium adalah sebuah unsur hara yang esensial sehingga kadar yng rendah
dalam daun itu menunjukkan, pohon menderita kekurangan magnesium.
Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium dari tanah karena
pH yang rendah dan rusaknya daun. Kerusakan daun menyebabkan pula
tercucinya magnesium dari daun.
5) Kelebihan hara
Udara yang tercemar juga mengandung unsur hara sehingga dalam jangka
waktu yang panjang terjadilah kelebihan unsur hara, terutama nitrogen. Kelebihan
nitrogen memacu pertumbuhan yang berlebihan sehingga pohon membutuhkan
lebih banyak unsur hara yang lain dan karena itu dapat menyebabkan
penghambatan atau nekrosis pada mikroza; kenaikan kepekaan terhadap suhu
dibawah titik beku; kenaikan kerentanan terhadap penyakit jamur pada akar;
perubahan dalam nitrifikasi dan penambatan nitrogen dari udara.
6) Zat organik pengatur tumbuh
Contoh zat ini adalah etilen dan anilin. Pencemaran ini berasal dari
industri yang memproduksi berbagai jenis peptisida, berbisida dan zat pengatur
tumbuh. Gejala peracunan oleh zat itu ialah daun menjadi berwarna coklat,
rontoknya daun yang masih berwarna hijau dan kematian pohon dewasa.
3. Pertanian
Hasil padi dapat turun sampai 30% karena hujan asam. Karena besarnya
laju pertumbuhan industri dan transpor, ada kemungkinan telah terjadi kenaikan
kadar SO2 sampak pada kadar yang menyebabkan keracunan kronik dan
penurunan hasil pertanian tanpa adanya gejala morfologik dan kasat mata pada
tanaman.
4. Ekosistem akuatik
Hujan asam yang berkepanjangan akan mempengaruhi pH air ekosistem
akuatik (Kupchella, 1989). Karena kehidupan organisme hidup akuatik sangat
dipengaruhi oleh pH air tempat hidupnya, hujan asam mempunyai pengaruh yang
besar terhadap biologi ekosistem akuatik.
Hujan asam menurunkan populasi ikan, tumbuhan akuatik dan jasad renik.
Menjadi asamnya air danau dapat juga menyebabkan kepunahan jenis. Disamping
efeknya terhadap pH, hujan asam juga memperkaya danau dengan unsur hara,
khususnya nitrogen. Sebagai akibatnya dapatlah terjadi apa yang disebut
eutrofikasi, yaitu penyuburan perairan. Eutrofikasi menimbulkan kesulitan, karena
terjadinya pertumbuhan plankton yang berlebihan sehingga plankton itu meneduhi
sinar matahari dan terjadilah kematian massal plankton (Odung, 1996). Jika ini
terjadi oksigen dalam air habis terpakai dalam proses pembusukan biomassa yang
mati itu dan mengakibatkan kematian ikan dan organisme.
5. Material
Hujan asam mempunyai dampak penting terhadap berbagai jenis material.
Logam, bangunan baru, keramik dan gelas, cat, kertas, bahan fotografi, tekstil,
kulit dan karet terpengaruh oleh oksida belerang, oksida nitrogen dan zat
pencemar udara lainnya. Sebagian kerusakan ini disebabkan oleh deposisi kering
asam sulfat yang berasal dari transpor dalam kota dan dari industri.
Gambar 4. Reboisasi
7. Penghematan energi
Semua pengendalian pencemaran diatas mempunyai kelemahan yaitu
hanya mempunyai efek terhadap SO2 dan NO2 dan tidak terhadap CO2 yang
merupakan gas rumah kaca yang penting. Semua cara pengendalian pencemaran
memerlukan biaya. Tetapi penghematan energi mempunyai keuntungan bahwa
efeknya juga mengurangi emisi CO2. Biayanya sangat bervariasi dari yang murah
sampai yang mahal sehingga terdapat pilihan yang luas yang dapat dilakukan oleh
rakyat kecil yang melarat sampai yang kaya. Pilihan tertentu bahkan
menguntungkan rakyat kecil seperti pengembangan transpot massal umum
(Budiharjo, 1997) dengan bus dan kereta api serta transpot dengan sepeda dan
jalan kaki untuk jarak dekat. Oleh karena itu penghematan energi untuk
menanggulangi pencemaran merupakan pilihan yang baik untuk negara sedang
berkembang, termasuk Indonesia.
Yang dimaksud dengan penghematan energi bukanlah mengurangi
penggunaan energi sehingga menghambat laju pembangunan, melainkan
menaikkan efisiensi energi sehingga perunit didapatkan pelayanan yang lebih
banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Budiharjo, Eko. 1997. Lingkungan Binaan dan Tata Ruang Kota. Andi Offset.
Yogyakarta.