Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

“Hujan Asam”

Dosen Pengampu:
Abdullah, S.Si., M.Si

Disusun Oleh:
Nelly Nurhayati 1805111167

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2020

i
KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah memberikan
rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah yang berjudul “Hujan Asam” dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun berdasarkan berbagai
sumber yang relevan dengan materi yang disajikan dalam makalah ini. Adapun
materi yang dipaparkan adalah apa penyebab terbentuknya hujan asam,
bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam dan bagaimana upaya
mengurangi dan mencegah terjadinya hujan asam.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif sangat
penulis harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun bagi para
pembacanya.

Pekanbaru, 31 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................. 1

BAB II PENYEBAB DAN DAMPAK

A. Penyebab Terbentuknya Hujan Asam.......................................................... 3

B. Dampak yang ditimbulkan oleh Hujan Asam.............................................. 6

BAB III SOLUSI.............................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mekanisme terbentuknya hujan asam............................................. 7

Gambar 2. Dampak hujan asam terhadap hutan............................................... 8

Gambar 3. Dampak hujan asam terhadap material........................................... 9

Gambar 4. Reboisasi.........................................................................................12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam di antaranya
dengan semakin pesatnya perkembangan sektor industri dan sistem transportasi.
Zat-zat polutan yang dikeluarkan dari kegiatan industri dan transportasi akan
berdampak buruk di udara. Keberadaan zat-zat polutan di udara ini tentu akan
berpengaruh terhadap proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara.
Beberapa contoh efek negatif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang menjadi isu-isu global antara lain efek rumah kaca, pemanasan global,
polusi, sampah dan hujan asam.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan Robert Angus Smith pada tahun
1972. Ia menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah kawasan industri di
bagian utara Inggris. Hujan asam ini pada dasarnya merupakan bagian dari
peristiwa terjadinya deposisi asam. Ia mengatakan bahwa bahan pencemar di
udara yang bercampur dengan air hujan bersenyawa menjadi asam dan
menyebabkan kerusakan bangunan dan monumen bersejarah. Pada dasarnya, air
hujan normal memang sudah asam dengan kadar keasaman pH sedikit di bawah 6.
Keasaman ini dihasilkan ketika CO2 dan materi asam alami lainnya terurai dalam
uap air yang bercampur di udara.
Masalah itu masih terjadi hingga kini dan kita tahu bahwa banyak gas
polutan yang menyebabkan pencemaran udara, termasuk SO2 yang umumnya
dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik yang menggunakan oksida dari
kendaraan bermotor serta bahan bakar fosil yang digunakan oleh industri. Kedua
unsur tersebut bersenyawa di atmosfer dengan air, oksigen dan oksidan dari
senyawa-senyawa lainnya. Persenyawaan ini membentuk semacam lapisan
gabungan antara asam sulfur dan asam nitrat. Cahaya matahari mempercepat laju
reaksi proses itu. Hujan asam menyebabkan peningkatan kadar asam di tanah,
danau-danau, sungai serta menyebabkan kematian pohon. Selain itu juga merusak
material gedung, patung-patung dan peninggalan sejarah.
Mengingat begitu besar dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam
terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, maka pada makalah ini akan dibahas
mengenai apa penyebab hujan asam terbentuk, dampak hujan asam terhadap
manusia dan lingkungan, serta solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan
mencegah terjadinya hujan asam.
BAB II
PENYEBAB DAN DAMPAK

A. Penyebab Terbentuknya Hujan Asam


Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi
dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan
asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga
listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia).
Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan
kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah
(Aqzayunarsih, 2014).
Deposisi asam terjadi apabila asam sulfat, asam nitrat, atau asam klorida
yang ada di atmosfer baik sebagai gas maupun cair terdeposisikan ke tanah,
sungai, danau, hutan, lahan pertanian atau bangunan melalui tetes hujan, kabut,
embun, salju, atau butiran-butiran cairan (aerosol), ataupun jatuh bersama angin.
Asam-asam tersebut berasal dari prekursor hujan asam dari kegiatan
manusia (anthroprogenic) seperti emisi pembakaran batubara dan minyak bumi,
serta emisi dari kendaraan bermotor. Kegiatan alam seperti letusan gunung berapi
juga dapat menjadi salah satu penyebab deposisi asam. Reaksi pembentukan asam
di atmosfer dari prekursor hujan asamnya melalui reaksi katalitis dan photokimia.
Reaksi-reaksi yang terjadi cukup banyak dan kompleks, namun dapat dituliskan
secara sederhana seperti dibawah ini.
1. Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4)
Gas SO2, bersama dengan radikal hidroksil dan oksigen melalui reaksi
photokatalitik di atmosfer, akan membentuk asamnya.
SO2 + OH → HSO3
HSO3 + O2 → SO3 + HO2
SO3 + H2O → H2SO4
Selanjutnya apabila di udara terdapat Nitrogen monoksida (NO) maka
radikal hidroperoksil (HO2) yang terjadi pada salah satu reaksi di atas akan
bereaksi kembali seperti:
NO + HO2 → NO2 + OH
Pada reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi selama ada NO di
udara, maka reaksi radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi semakin banyak
SO2, maka akan semakin banyak pula asam sulfat yang terbentuk.

2. Pembentukan Asam Nitrat (HNO3)


Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara gas Nitrogen dioksida
dengan radikal hidroksil.
NO2 + OH → HNO3
Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara nitrogen dioksida dengan ozon
NO2 + O3 → NO3 + O2
NO2 + NO3 → N2O5
N2O5 + H2O → HNO3
Di daerah peternakan dan pertanian akan concong menghasilkan asam
pada tanahnya mengingat kotoran hewan banyak mengandung NH3 dan tanah
pertanian mengandung urea. Amoniak di tanah semula akan menetralkan asam,
namun garam-garam ammonia yang terbentuk akan teroksidasi menjadi asam
nitrat dan asam sulfat. Disisi lain amoniak yang menguap ke udara dengan uap air
akan membentuk ammonia hingga memungkinkan penetralan asam yang ada di
udara.
HNO3 sangat asam dan larut dengan baik sekali. Selain itu juga merupakan
asam keras dan reaktif terhadap benda-benda lain yang menyebabkan korosif.
Oleh sebab itu, presipitasinya akan merusak tanaman terutama daun (Rahmawaty,
2002).

3. Pembentukan Asam Klorida (HCl)


Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer, dimana reaksinya
melibatkan Chloroflorocarbon (CFC) dan radikal oksigen O*.
CFC + hv(UV) → Cl* + produk
CFC + O* → ClO + produk
O* + ClO → Cl* + O2
Cl + CH4 → HCl + CH3
Reaksi di atas merupakan bagian dari rangkaian reaksi yang menyebabkan deplesi
lapisan ozon di stratosfer. Perbandingan ketiga asam tersebut dalam hujan asam
biasanya berkisar antara 62% oleh asam sulfat, 32% asam nitrat dan 6% asam
klorida.
Pulau jawa memiliki tingkat emisi penyebab hujan asam tertinggi di
Indonesia, terutama disebabkan oleh sebagian besar kegiatan perekonomian yang
terpusat di pulau ini. Pada tahun 1989, tingkat precursor SOx di Indonesia
mencatat 157.000 ton per tahun, sedangkan NOx mencapai 175.000 ton per tahun.
Kota Surabaya pada tahun 2000 tercatat mengemisikan0,26 ton SO 2 dan 66,4 ton
NOx ke udara dari berbagai sumber pencemar..
Mekanisme proses terbentuknya hujan asam:

Gambar 1. Mekanisme terbentuknya hujan asam

Alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan
dari proses biologis di tanah, rawa dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik,
kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas
yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di
atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.
B. Dampak yang ditimbulkan oleh Hujan Asam
Hujan asam berdampak terhadap kesehatan, hutan, pertanian, ekosistem
akuatik dan material.
1. Kesehatan
Hujan asam mempengaruhi kesehatan melalui tiga cara, yaitu pertama efek
jangka pendek karena menghirup udara yang tercemar berat; efek jangka panjang
karena menghirup udara yang tercemar sedang atau ringan; efek tidak langsung
karena terexposed pada logam berat seperti aluminium dan logam berat lain yang
terbebaskan dari zarah tanah pada pH yang rendah, akumulasi logam berat melalui
rantai makanan dan terlarutnya logam berat dari pipa air yang terbuat dari timbal
atau tembaga.

2. Hutan
Dampak terhadap hutan dan pertanian sebagian karena pH tanah turun.
Penurunan pH tanah dan air danau dipengaruhi kemampuan tanah dan air untuk
menetralisir asam tersebut. Daya netralisasi asam itu ditentukan oleh adanya zat
yang apat menetralisir asam, misalnya kalsium karbonat (CaCO3) dan humus. Jika
ada kalsium karbonat ion H+ bereaksi dengan zat itu diubah menjadi air, kabonat
dan CO2.
Kerusakan hutan oleh hujan asam gejalanya berbeda dengan gejala
kerusakan oleh kekeringan dan serangan hama atau penyakit. Kerusakan dan
kematian hutan disebut forest dieback atau waldsterben Kematian hutan
mengakibatkan naiknya resiko terjadinya tanah longsor dan juga kelonggaran
salju pada musim dingin, yang sangat berbahaya bagi penduduk dan wisatawan.
Proses terjadinya kerusakan dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu:
1) Stres Umum
Pencemaran udara telah menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil
fotosintesis dengan pembentukan metabolit sekunder yang potensial beracun.
Sebagai akibatnya akar kekurangan energi, karena hasil fotosintesis tertahan di
tajuk. Sebaliknya tajuk mengakumulasi zat yang potensial beracun. Dengan
demikian pertumbuhan akar dan mikroza (jamur yang tumbuh secara simbiotik
dengan akar) terhambat serta daun menguning dan rontok. Pohon menjadi lemah
dan mudah terserang oleh penyakit dan hama serta mudah ambruk terkena angin.

2) Penurunan pH tanah-Keracunan Aluminium


Penurunan pH menyebabkan terlepasnya aluminium dari zarah tanah dan
menimbulkan keracunan. Akar yang halus mengalami nekrosis sehingga
penyerapan hara dan air terhambat. Hal ini menyebabkan pohon kekurangan air
dan hara serta akibatnya mati.

3) Peracunan oleh Gas SO2


Gas ini menyebabkan daun menjadi kuning dan coklat.

4) Kekurangan magnesium
Pada analisis daun menunjukkan kadar magnesium yang rendah.
Magnesium adalah sebuah unsur hara yang esensial sehingga kadar yng rendah
dalam daun itu menunjukkan, pohon menderita kekurangan magnesium.
Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium dari tanah karena
pH yang rendah dan rusaknya daun. Kerusakan daun menyebabkan pula
tercucinya magnesium dari daun.

5) Kelebihan hara
Udara yang tercemar juga mengandung unsur hara sehingga dalam jangka
waktu yang panjang terjadilah kelebihan unsur hara, terutama nitrogen. Kelebihan
nitrogen memacu pertumbuhan yang berlebihan sehingga pohon membutuhkan
lebih banyak unsur hara yang lain dan karena itu dapat menyebabkan
penghambatan atau nekrosis pada mikroza; kenaikan kepekaan terhadap suhu
dibawah titik beku; kenaikan kerentanan terhadap penyakit jamur pada akar;
perubahan dalam nitrifikasi dan penambatan nitrogen dari udara.
6) Zat organik pengatur tumbuh
Contoh zat ini adalah etilen dan anilin. Pencemaran ini berasal dari
industri yang memproduksi berbagai jenis peptisida, berbisida dan zat pengatur
tumbuh. Gejala peracunan oleh zat itu ialah daun menjadi berwarna coklat,
rontoknya daun yang masih berwarna hijau dan kematian pohon dewasa.

Gambar 2. Dampak hujan asam terhadap hutan

3. Pertanian
Hasil padi dapat turun sampai 30% karena hujan asam. Karena besarnya
laju pertumbuhan industri dan transpor, ada kemungkinan telah terjadi kenaikan
kadar SO2 sampak pada kadar yang menyebabkan keracunan kronik dan
penurunan hasil pertanian tanpa adanya gejala morfologik dan kasat mata pada
tanaman.

4. Ekosistem akuatik
Hujan asam yang berkepanjangan akan mempengaruhi pH air ekosistem
akuatik (Kupchella, 1989). Karena kehidupan organisme hidup akuatik sangat
dipengaruhi oleh pH air tempat hidupnya, hujan asam mempunyai pengaruh yang
besar terhadap biologi ekosistem akuatik.
Hujan asam menurunkan populasi ikan, tumbuhan akuatik dan jasad renik.
Menjadi asamnya air danau dapat juga menyebabkan kepunahan jenis. Disamping
efeknya terhadap pH, hujan asam juga memperkaya danau dengan unsur hara,
khususnya nitrogen. Sebagai akibatnya dapatlah terjadi apa yang disebut
eutrofikasi, yaitu penyuburan perairan. Eutrofikasi menimbulkan kesulitan, karena
terjadinya pertumbuhan plankton yang berlebihan sehingga plankton itu meneduhi
sinar matahari dan terjadilah kematian massal plankton (Odung, 1996). Jika ini
terjadi oksigen dalam air habis terpakai dalam proses pembusukan biomassa yang
mati itu dan mengakibatkan kematian ikan dan organisme.

5. Material
Hujan asam mempunyai dampak penting terhadap berbagai jenis material.
Logam, bangunan baru, keramik dan gelas, cat, kertas, bahan fotografi, tekstil,
kulit dan karet terpengaruh oleh oksida belerang, oksida nitrogen dan zat
pencemar udara lainnya. Sebagian kerusakan ini disebabkan oleh deposisi kering
asam sulfat yang berasal dari transpor dalam kota dan dari industri.

Gambar 3. Dampak hujan asam


BAB III
SOLUSI

A. Upaya Mengurangi dan Mencegah Dampak terjadinya Hujan Asam


1. Menggunakan bahan bakar kandungan belerang rendah
Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. 11% cadangan minyak
dunia, mengandung kandungan belerang yang tinggi antara 1,4-1,6%. Dengan
demikian, dunia sebagian besar tergantung pada minyak yang mengandung
belerang yang tinggi.
Penggunaan gas alam akan mengurangi emisi zat pembentukan asam, akan
tetapi kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan, yang merupakan gas
rumah kaca yang kuat. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar
alternatif yang ramah lingkungan, misalnya methanl, etanol, dan hidrogen. Akan
tetapi, penggantian haruslah dilakukan dengan hati-hati, karea penggantian itu
dapat menimbulkan masalah lain. Contohnya ialah metanol yang pada
pembakaran menghasilkan dua sampai lima kali lebih banyak formaldehide
daripada pembakaran bensin. Zat ini diketahui mempunyai sifat karsinogenik
(penyebab kanker). Apabila metanol itu diproduksi dari batubara, proses produksi
dan pembakaran metanol menghasilkan 20-160% lebih banyak CO 2 daripada
bensin, yang juga merupakan gas rumah kaca.

2. Mengurangi kandungan belerang sebelum pembakaran


Kadar belerang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan
teknologi tertentu. Dalam proses produksi batubara, batubara biasa dicuci.
Pencucian bertujuan untuk membersihkan batubara dari pasir, tanah dan kotoran
lain, juga mengurangi kadar belerang yang berupa pirit (belerang dalam bentuk
besi sulfida) sampai 50-90%. Untuk mengurangi kadar belerang organik dalam
batubara lebih sulit dan memerlukan teknologi yang canggih.
3. Pengendalian pencemaran selama pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan NOx pada waktu
pembakaran telah dikembangkan. Salah satu teknologi ialah Lime Injection in
Multiple Burners (LIMB). Dengan teknologi ini, emisi SO 2 dapat dikurangi
sampai 80% dan NOx 50%. Dalam teknologi ini, kapur diinjeksikan ke dalam
dapur pembakaran dan suhu pembakaran diturunkan dengan menggunakan alat
pembakar khusus. Kapur akan bereaksi dengan belerang dan membentuk gypsum
(kalsium sulfat dihidrat). Penurunan suhu mengakibatkan penurunan pembentukan
NOx, baik dari nitrogen yang ada dalam bahan bakar maupun dari nitrogen udara.

4. Pengendalian setelah pembakaran


Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran.
Tekologi yang sudah banyak dipakai adalah Flue Gas Desulfurization (FGD).
Prinsip dari teknologi ini untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di cerobong
asap dengan absorben, yaitu yang disebut scrubbing. Dengan cara ini, 70-95%
SO2 yang terbentuk dapat diikat. Kerugian cara ini adalah terbentuknya limbah.
Akan tetapi, limbah itu dapat pula diubah menjadi gipsum yang dapat digunakan
dalam berbagai industri. Sebuah cara lain adalah dengan menggunakan ammonia
sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat dipergunakan
sebagai pupuk.
5. Untuk mengurangi dampak buruk yang muncul dari hujan asam terhadap
tanah ataupun danau dapat dilakukan dengan menambahkan zat kapur ke
dalam tanah atau ke dalam danau. Penambahan kapur ke dalam tanah
maupun danau dapat menetralkan sifat asam.

6. Melakukan reboisasi atau penanaman kembali. Keberhasilan program


reboisasi dan rehabilitasi lahan dan kualitas lingkungan terutama dalam aspek:
a. Fungsi hidrologi
b. Fungsi pperlindungan tanah
c. Penghasil O2, dan penyerap gas-gas pencemar udara.
d. Potensi sumber daya plasma nutfah
e. Perkembangbiakan ternak dan satwa liar
f. Pengembangan kepariwisataan dan rekreasi
g. Menyediakan kesempatan kerja
h. Penyediaan fasilitas pendidikan dan penelitian.

Gambar 4. Reboisasi

7. Penghematan energi
Semua pengendalian pencemaran diatas mempunyai kelemahan yaitu
hanya mempunyai efek terhadap SO2 dan NO2 dan tidak terhadap CO2 yang
merupakan gas rumah kaca yang penting. Semua cara pengendalian pencemaran
memerlukan biaya. Tetapi penghematan energi mempunyai keuntungan bahwa
efeknya juga mengurangi emisi CO2. Biayanya sangat bervariasi dari yang murah
sampai yang mahal sehingga terdapat pilihan yang luas yang dapat dilakukan oleh
rakyat kecil yang melarat sampai yang kaya. Pilihan tertentu bahkan
menguntungkan rakyat kecil seperti pengembangan transpot massal umum
(Budiharjo, 1997) dengan bus dan kereta api serta transpot dengan sepeda dan
jalan kaki untuk jarak dekat. Oleh karena itu penghematan energi untuk
menanggulangi pencemaran merupakan pilihan yang baik untuk negara sedang
berkembang, termasuk Indonesia.
Yang dimaksud dengan penghematan energi bukanlah mengurangi
penggunaan energi sehingga menghambat laju pembangunan, melainkan
menaikkan efisiensi energi sehingga perunit didapatkan pelayanan yang lebih
banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Aqzayunarsih. 2014. Hujan Asam. FMIPA Universitas Hasanuddin. Makassar.

Budiharjo, Eko. 1997. Lingkungan Binaan dan Tata Ruang Kota. Andi Offset.
Yogyakarta.

Erni, M. Yatim. 2007. Dampak dan Pengendalian Hujan Asam di Indonesia.


Jurnal Kesehatan Masyarakat II(1): 147-150.

Kupchella, charles E, Hyland Margaret C, 1989. Enviromental Science, Living


Withing The System Of Nature, Boston, Alyn and Bacon.

Odung, Eugene P, 1996. Dasa-dasar Ekologi (Indonesia Edition). Gajah Mada


University Press. Yogyakarta.

Rahmawaty. 2002. Dampak Pencemaran Udara terhadap Tumbuhan. Fakultas


Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai