KETIDAKBERDAYAAN
1. Masalah Utama
Ketidakberdayaan
2. Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa
perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa
hasil yang diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti
yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi
atau mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2015).
Menurut Wilkinson (2014) ketidakberdayaan merupakan persepsi
seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara
bermakna, kurang penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir
atau yang baru saja terjadi. Sedangkan menurut Carpenito-Moyet (2014)
ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika seseorang individu atau
kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.
B. Rentang Respon
1) Harapan
Harapan akan mempengaruhi respon psikologis terhadap penyakit
fisik. Kurangnya harapan dapat meningkatkan stres dan berakhir
dengan penggunaan mekanisme koping yang tidak adekuat. Pada
beberapa kasus, koping yang tidak adekuat dapat menimbulkan
masalah kesehatan jiwa.
2) Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu
memahami kejadian yang terjadi. Hal ini akan mempengaruhi
kemampuan individu mengkaji situasi dan memperkirakan upaya
yang akan dilakukan. Ketidakpastian menjadi berbahaya jika disertai
rasa pesimis dan putus asa.
3) Putus asa
Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan harapan
hampa, kondisi ini dapat membawa klien dalam upaya bunuh diri.
3. POHON MASALAH
Efek:
Harga diri rendah
Core problem:
Ketidakberdayaan
Causa:
Disfungi proses berduka.
Kurangnya umpan balik positif.
Umpan balik negatif yang
konsisten.
1) Patofisiologi
Setiap proses penyakit, baik akut maupun kronis, dapat menyebabkan
ketidakberdayaan atau berperan menyebabkan ketidakberdayaan.
Beberapa sumber umum antara lain:
a) Berhubungan dengan ketidakmampuan berkomunikasi, sekunder
akibat CVA, trauma servikal, infark miokard, nyeri.
b) Berhubungan dengan ketidakmampuan menjalani tanggung jawab
peran, sekunder akibat pembedahan, trauma, artritis.
c) Berhubungan dengan proses penyakit yang melemahkan, sekunder
akibat sklerosis multipel, kanker terminal.
d) Berhubungan dengan penyalahgunaan zat.
e) Berhubungan dengan distorsi kognitif, sekunder akibat depresi.
2) Situasional (Personal, Lingkungan)
a) Berhubungan dengan perubahan status kuratif menjadi paliatif.
b) Berhubungan dengan perasaan kehilangan kontrol dan
pembatasan gaya hidup, sekunder akibat (sebutkan)
c) Berhubungan dengan pola makan yang berlebihan.
d) Berhubungan dengan karakteristik personal yang sangat
mengontrol nilai (mis., lokus kontrol internal).
e) Berhubungan dengan pengaruh pembatasan rumah sakit atau
lembaga.
f) Berhubungan dengan gaya hidup berupa ketidakmampuan
(helplessness).
g) Berhubungan dengan rasa takut akibat penolakan
(ketidaksetujuan).
h) Berhubungan dengan kebutuhan dependen yang tidak terpenuhi.
i) Berhubungan dengan umpan balik negatif yang terus-menerus.
j) Berhubungan dengan hubungan abusive jangka panjang.
k) Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
l) Berhubungan dengan mekanisme koping yang tidak adekuat.
3) Maturasional :
a) Anak remaja berhubungan dengan masalah pengasuhan anak.
b) Dewasa berhubungan dengan peristiwa kehilangan lebih dari satu
kali, sekunder akibat penuaan (mis., pensiun, defisit sensori,
defisit motorik, uang, orang terdekat.
5. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Ketidakberdayaan
6. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Intervensi Keperawatan pada Pasien
a. Tujuan Umum :
1) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2) Pasien mampu mengenali dan mengekspresikan emosinya
3) Pasien mampu memodifikasi pola kognitiif yang negatif
4) Pasien mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang
berkenaan dengan perawatan pasien.
5) Pasien mampu termotivasi untuk aktif mencapai tujuan realistis.
b. Tindakan Keperawatan
SP1 Pasien: Assesmen ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif.
1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil
pasien sesuai nama panggilan yang disukai.
b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian
ketidakberdayaan agar proses penyembuhan lebih cepat.
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan
pengendalian ketidakberdayaan
3) Bantu pasien mengenal ketidakberdayaan:
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab ketidakberdayaan.
c) Bantu klien menyadari perilaku akibat ketidakberdayaan.
d) Bantu Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan
identifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada
dalam kemampuannya untuk mengontrol.
e) Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
berpengaruh terhadap ketidak berdayaannya.
f) Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa
memintanya untuk menyimpulkan.
g) Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan
melalui interupsi atau subtitusi.
h) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.
i) Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat
pasien.
j) Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan
pendapatnya yang tidak rasional
4) Latih mengembangkan harapan positif (afirmasi positif)
1. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk
memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama
untuk memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes RI,
2015).
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni
pengarahan partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang
telah ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang
masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk
membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan
orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2014).
2. Tujuan terapi okupasi
Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto (2014), adalah:
a. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental:
1. Menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat
mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan
orang lain dan masyarakat sekitarnya.
2. Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar.
3. Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya.
4. Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan diagnosa
dan terapi.
b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik :
1. Meningkatkan gerak, sendi, otot dan koordinasi gerakan.
2. Mengajarkan adl seperti makan, berpakaian, bak, bab dan
sebagainya.
3. Membantu klien menyesuaikan diri dengan tugas rutin di rumah.
4. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan
kemampuan yang dimiliki.
5. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba klien untuk
mengetahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan, kemampuan
bersosialisasi, bakat, minat dan potensinya.
6. Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah klien
kembali di lingkungan masyarakat.
3. Aktivitas
Muhaj (2016), mengungkapkan aktivitas yang digunakan dalam
terapi okupasi, sangat dipengaruhi oleh konteks terapi secara keseluruhan,
lingkungan, sumber yang tersedia, dan juga oleh kemampuan si terapi
sendiri (pengetahuan, keterampilan, minat dan kreativitasnya).
a. Jenis
Jenis kegiatan yang dapat dilakukan meliputi: latihan gerak
badan, olahraga, permainan tangan, kesehatan, kebersihan, dan kerapian
pribadi, pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti
dengan mengajarkan merapikan tempat tidur, menyapu dan mengepel),
praktik pre-vokasional, seni (tari, musik, lukis, drama, dan lain-lain),
rekreasi (tamasya, nonton bioskop atau drama), diskusi dengan topik
tertentu (berita surat kabar, majalah, televisi, radio atau keadaan
lingkungan) (Muhaj, 2016).
b. Aktivitas
Aktivitas adalah segala macam aktivitas yang dapat menyibukan
seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu media untuk belajar dan
berkembang, sekaligus sebagai sumber kepuasan emosional maupun
fisik. Oleh karena itu setiap aktivitas yang digunakan harus mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
1) Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang
jelas. Jadi, bukan hanya sekedar menyibukkan klien.
2) Mempunyai arti tertentu bagi klien, artinya dikenal oleh atau ada
hubungannya dengan klien.
3) Klien harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut, dan
apa kegunaanya terhadap upaya penyembuhan penyakitnya.
4) Harus dapat melibatkan klien secara aktif walaupun minimal.
5) Dapat mencegah lebih beratnya kecacatan atau kondisi klien,
bahkan harus dapat meningkatkan atau setidaknya memelihara
kondisinya.
6) Harus dapat memberi dorongan agar klien mau berlatih lebih giat
sehingga dapat mandiri.
7) Harus sesuai dengan minat, atau setidaknya tidak dibenci olehnya.
8) Harus dapat dimodifikasi untuk tujuan peningkatan atau
penyesuaian dengan kemampuan klien.
6. Analisa aktivitas
Riyadi dan Purwanto (2014), menyatakan bahwa analisa dari
kegiatan terapi okupasi, meliputi: jenis kegiatan yang dilakukan seperti
latihan gerak badan atau pekerjaan sehari-hari, maksud dan tujuan dari
kegiatan dilakukan dan manfaatnya bagi klien, sarana atau alat atau aktivitas
dilakukan disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilakukan, persiapan
terhadap sarana pendukung dan klien maupun perawat, pelaksanaan dari
kegiatan yang telah direncanakan, kontra indikasi dan disukai klien atau
tidak disukai yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh klien.
9. Pengorganisasian
1. Waktu
Kegiatan terapi kognitif ini akan dilaksanakan selama 1 hari yaitu
pada:
Hari :
Jam :
Lama :
2. Terapis
Adapun terapis yang akan terlibat adalah
a. Fasilitator.
Menyusun rencana terapi kognitif
- Mengarahkan kelompok mencapai tujuan
- Memberikan contoh cara kerja membuat ket pot bunga
- Memfasilitasi anggota untuk mengekspresikan perasaan dapat
dan memberi umpan balik
- Sebagai role model
- Mempertahankan kehadiran anggota
3. Klien
4. Metode dan media
a. Metode
Adapun metode yang digunakan pada terapi okupasi ini adalah
dinamika kelompok
b. Media
Media yang akan digunakan meliputi:
- Spidol
- Buku catatan
K F
F K
K F
F K
K
F
KETERANGAN:
F : Fasilitator
K : Klien
2. Orientasi
a. Salam tarapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Terapis dan klien memakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan terapi
2) Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
Lama kegiatan ± 60 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
d. Tahap Kerja
e. Tahap terminasi.
f. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasan klien setelah mengikuti terapi
okupasi
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
g. Tindak lanjut
Menganjurkan klien membuat ketrampilan seperti yang telah
diajarkan
h. Kontrak yang akan datang
Buat kesepakatan baru untuk kegiatan berikutnya
11. Evaluasi Dan Dokumentasi
Hal-hal yang perlu di evalausi antara lain adalah sebagi berikut:
a. Kemampuan membuat keputusan
b. Tingkah laku selama bekerja
c. Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia dan yang
mempunyai kebutuhan sendiri
d. Kerjasama
e. Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lain)
f. Inisiatif dan tanggung jawab
g. Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding
h. Menyatakan perasaan tanpa agresi
i. Kompetisi tanpa permusuhan
j. Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja
k. Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah bertanggung
jawab atas pendapatnya tersebut
l. Wajar dalam penampilan
m. Orientasi, tempat, waktu, situasi, orang lain
n. Kemampuan menerima instruksi dan mengingatnya
o. Kemampuan bekerja tanpa terus menerus diawasi
p. Kerapian bekerja
q. Lambat atau cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, LJ. (2014). Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis ed.
9. Jakarta: EGC.