Anda di halaman 1dari 1

Gagasan fundamental konstruktivis secara umum berkaitan erat dengan hakikat pengetahuan yang

senantiasa terikat pada ide atau konsep ciptaan manusia; oleh sebab itu manusialah yang membuat
dunia sosial (terjemahan dari social world) dimana mereka tinggal (Phillips, 2007: 61-62).

kehadiran konstruktivisme sebagai paradigma alternatif memberi warna analisis berbeda, yaitu dengan
mereformulasi asumsi dasar aktor utama dan anarki menjadi multiaktor dengan kondisi sistemik bersifat
diskursif – tergantung pada bagaimana cara pandang setiap aktor internasional (Reus-Smit, 1995).

Pendekatan konstruktivis mengenai orientasi kebijakan luar negeri bersifat humanis (human-centric
approach), yang berarti bahwa faktor intrinsik dalam diri individu yang ambil bagian dalam proses politik
berperan penting untuk menentukan arah dan target tindakan (Almezaini, 2012).

Konstruktivis menambahkan pemahaman bahwa diplomasi dan konflik antarbangsa merupakan proses
interaksi yang ditentukan oleh derajat kesenjangan ataupun keselarasan persepsi satu aktor dengan
yang lain mengenai berbagai hal yang menyangkut hubungan mereka, terutama apakah hubungan dua
arah diantara mereka mengindikasikan gejala penciptaan kebaikan bersama (common good) (Clunan,
2009)

Cara pandang konstruktivis mengenai karakter hubungan antaraktor internasional demikian


dikonseptualisasikan oleh Alexander Wendt (1992) menjadi sebuah proposisi ‘anarchy is what states
make of it’, yang kemudian menjadi ciri khas dan label paradigma konstruktivisme HI.

Anda mungkin juga menyukai