Anda di halaman 1dari 10

A.

PENGUKURAN DENYUT NADI

1. Pengertian Denyut Nadi

Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda penting dalam
bidang medis yang bermanfaat untuk mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau
mengetahui kebugaran seseorang secara umum.

Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang.


Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi
adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan
ujung-ujung jari, sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan
dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh
(Saladin, 2003).

Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada
kapan waktu mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau setelah
berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen yang
diperlukan oleh tubuh saat itu. Denyut jantung seseorang juga dipengaruhi oleh usia
dan aktivitasnya. Olahraga atau aktivitas fisik dapat meningkatkan jumlah denyut
jantung, namun jika jumlahnya terlalu berlebihan atau di luar batas sehat dapat
menimbulkan bahaya. Selain itu suhu udara disekitar, posisi tubuh (berbaring atau
berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh serta obat yang sedang dikonsumsi juga
mempengaruhi denyut nadi seseorang.

2. Tujuan Pengukuran Denyut Nadi

Tujuan mengetahui jumlah denyut nadi seseorang adalah:

A) Untuk mengetahui kerja jantung

B) Untuk menentukan diagnosa

C) Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang


3. Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Keadaan Kesehatan

4. Riwayat Kesehatan

5. Intensitas dan Lama Kerja

6. Sikap Kerja

7. Ukuran Tubuh

8. Kondisi Psikis

4. Lokasi Pemeriksaan Denyut Nadi

- Arteri radalis : Pada pergelangan tangan sejajar dengan ibu jari

- Arteri ulnaris : Pada pergelangan tangan sejajar dengan kelingking

- Arteri temporalis : Pada tulang pelipis

- Arteri caratis : Pada leher

- Arteri femoralis : Pada lipatan paha

- Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki

- Arteri politela : pada lipatan lutut

- Arteri bracialis : Pada lipatan siku

- Arteri Tibia posterior : Pada kaki diatas tumit

5. Hasil Pemeriksaan Normal Denyut Nadi


Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:

- Bayi baru lahir : 140 kali per menit

- Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit

- Umur 1 - 6 bulan : 130 kali per menit

- Umur 6 - 12 bulan : 115 kali per menit

- Umur 1 - 2 tahun : 110 kali per menit

- Umur 2 - 6 tahun : 105 kali per menit

- Umur 6 - 10 tahun : 95 kali per menit

- Umur 10 - 14 tahun : 85 kali per menit

- Umur 14 - 18 tahun : 82 kali per menit

- Umur di atas 18 tahun : 60 - 100 kali per menit

- Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit

Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut bradicardi.

Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.

B. PENGUKURAN TEKANAN DARAH

1.

Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri,
volume, dan laju serta kekuatan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat
fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah
biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik,
dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg.
Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002).

Menurut Martuti (2009), secara umum ada dua komponen tekanan darah, yaitu
tekanan darah sistolik (angka atas) yaitu tekanan yang timbul akibat pengerutan bilik
jantung sehingga ia akan memompa darah dengan tekanan terbesar, dan diastolik
(angka bawah) yang merupakan kekuatan penahan pada saat jantung mengembang
antar denyut, terjadi pada saat jantung dalam keadaan mengembang (saat
beristirahat). Tekanan darah normal (normotensi) sangat dibutuhkan untuk
mengalirkan darah ke seluruh tubuh, yaitu untuk mengangkut oksigen dan zat-zat
gizi. Tekanan darah ada dalam pembuuh darah, sedangkan tekanan darah tertinggi
ada dalam arteri terbesar (Martuti, 2009).

2. Metode Pengukuran Tekanan Darah

A. Metode Auskultasi

Tekanan darah arteri dalam manusia rutin diukur oleh metode auskultasi.
Manset yang dapat dikendalikan (manset Riva-Rocci) dilekatkan ke manometer air
raksa (sphygmomanometer) yang dibalutkan sekeliling lengan dan stetoskop
ditempatkan diatas arteria brachialis pada siku. Manset ini dikembangkan sampai
tekanan dalamnya tepat diatas tekanan sistolik yang diperkirakan di dalam arteria
brachialis. Arteri ini ditutup dengan manset dan tidak ada bunyi yang terdengar
dengan stetoskop. Tekanan dalam manset kemudian direndahkan pelan-pelan pada
titik tekanan sistolik di dalam arteri tepat melebihi tekanan manset, maka semburan
darah lewat bersama tiap denyut jantung dan secara serentak dengan tiap denyut, serta
terdengar bunyi mengetok di bawah manset. Tekanan manset saat bunyi pertama
terdengar merupakan tegangan sistolik. Karena tekanan manset direndahkan lebih
lanjut, maka bunyi menjadi lebih keras, lalu redup dan berkurang, dan akhirnya dalam
kebanyakan individu ia menghilang.
B. Metode Palpasi

Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan mengembangkan manset lengan dan


kemudian membiarkan tekanan turun dan menentukan tekanan saat denyut radialis
dapat diraba pertama kali. Karena kesulitan menentukan dengan tepat kapan denyut
pertama teraba, maka tekanan yang didapat dengan metode palpasi ini biasanya 2-5
mmHg lebih besar daripada yang diukur oleh metode auskultasi.

3. Peralatan Pengukuran Tekanan darah

1. Meja periksa/tempat tidur

2. Stopwatch/arloji(jam)

3. Sphygmomanometer(tensimeter).terdiri dari :

-Manometer air raksa

-Manset udara

-Selang karet

-Pompa udara dari karet+sekrup pembuka penutup.

4. Stethoscope

5. Bangku latihan fisik

4. Teknik Pengukuran Tekanan darah

Berikut langkah-langkah untuk mengukur tekanan darah arteri panduan


mengikuti rekomendasi dari American Heart Association:

1. Awalnya, sebelum mengambil tekanan darah, pasien harus tetap duduk dan
beristirahat selama 5 menit

2. Konsumsi produk berkafein seperti kopi, cola, atau teh harus dihindari selama
minimal 30 menit sebelum mengukur tekanan darah. Selain itu, kegiatan seperti
merokok dan berolahraga 30 menit sebelum mengukur tekanan darah juga harus
dihindari.

3. Pilih sphygmomanometer merkuri standar atau aneroid (pegas dengan jarum


penunjuk) dengan ukuran manset yang memadai berdasarkan ukuran lengan pasien.

4.Pasangkan manset pada kanan atau lengan kiri dari pasien.

5. Saat pengukuran tekanan darah, baik pasien maupun pemeriksa dilarang berbicara
berbicara.

6. Dapatkan denyut nadi pada arteri radialis, dan memulai memompa sampai tidak
terabanya denyut itu dan tandai tekanan yang didapat.

7. Selanjutnya, stetoskop ditempatkan ringan di atas arteri brakialis. Jika stetoskop


ditekan terlalu tegas, dapat menyebabkan turbulensi dan hilangnya suara, sehingga
mengurangi tekanan diastolik.

8. Pompa manset sampai tekanan 30 mmHg di atas di mana denyut arteri radialis
tidak lagi teraba.

9. Selanjutnya perlahan kempiskan manset (sekitar 23 mmHg per detak jantung),


dengarkan Korotkoff fase I sambil melihat ukuran tekanan darah. Catat pengukuran
dari sphygmomanometer di mana suara pertama muncul, ini merupakan tekanan
darah sistolik pasien.

10. Sambil melihat ke ukuran sphygmomanometer, terus perlahan-lahan kempiskan


manset. Catat pengukuran dari sphygmomanometer ketika Korotkoff fase V dimulai,
ini merupakan tekanan darah diastolik pasien. Jika ada 10 mmHg atau lebih
perbedaan antara Korotkoff fase IV dan V maka tekanan di fase IV harus dicatat
sebagai tekanan darah diastolik. Hal ini dapat terjadi dalam kasus-kasus output
jantung tinggi atau vasodilatasi perifer, anak di bawah 13 tahun, atau wanita hamil.
Setelah suara Korotkoff terakhir yang didengar, terus kempiskan manset selama 10
mmHg untuk memastikan bahwa tidak ada lagi suara terdengar. Kemudian
kempiskan manset secara total dan berikan pasien waktu untuk beristirahat.

11. Tunggu minimal 30 detik dan ulangi 3 langkah sebelumnya untuk mendapatkan
pengukuran tekanan darah kedua. Jika pengukuran memiliki perbedaan lebih dari 5
mmHg, maka pengukuran harus terus dilakukan sampai didapat 2 kali berturut-turut
pengukuran yang stabil. Rata-rata dari 2 pengukuran stabil harus dicatat sebagai
tekanan darah pasien.

12. Kemudian tunggu 1-2 menit lagi dan ulangi langkah 4 sampai 10 untuk mengukur
tekanan darah pada lengan yang berlawanan. Jika terdapat perbedaan pengukuran
antara 2 lengan, maka lengan dengan pengukuran tertinggi yang dipakai.

13. Dalam pencatatan hasil, pencatatan tidak hanya pada tekanan yang didapat saja,
tetapi juga yang lengan yang digunakan, posisi lengan, dan ukuran manset.

5. Hasil Pengukuran Tekanan darah

Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:

Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg

Usia 1 - 6 bulan : 90/60 mmHg

Usia 6 - 12 bulan : 96/65 mmHg

Usia 1 - 4 tahun : 99/65 mmHg

Usia 4 - 6 tahun : 160/60 mmHg

Usia 6 - 8 tahun : 185/60 mmHg

Usia 8 - 10 tahun : 110/60 mmHg

Usia 10 - 12 tahun : 115/60 mmHg

Usia 12 - 14 tahun : 118/60 mmHg


Usia 14 - 16 tahun : 120/65 mmHg

Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg

Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg

Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya adalah:

Hypertensi rendah : 140 - 159/ 90-99 mmHg

Hypertensi sedang : 160 - 169/100-109 mmHg

Hypertensi berat : 180 - 209/110-119 mmHg

Seseorang dikatakan hypotensi jika tekanan darahnya lebih kecil dari 110/70 mmHg

PEMERIKSAAN RUMPLE LEED TEST (tourniquet test)

Rumple leed test adalah salah satu cara yang paling mudah dan cepat untuk
menentukan apakah terkena demam berdarah atau tidak. Rumple leed adalah
pemeriksaan bidang hematologi  dengan  melakukan pembendungan pada bagian
lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler dan fungsi
trombosit.

Prinsip rumple leed test

a. Diberikan pembebanan pada kapiler selama waktu tertentu sehingga terhadap


kapiler diciptakan suasana anoksia dengan adanya bendungan aliran darah vena.
Terhadap anoksia dan penambahan tekanan internal akan terlihat sejauh mana
kemampuan kapiler dapat bertahan . Jika ketahanan kapiler turun akan timbul "'
Petechiae "' di kulit.

b. Jika ketahanan kapiler luntur (dinding kapiler kurang kuat), pembendungan vena
menyebabkan darah menekan dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab
kurang kuat atau adanya trombositopenia, akan rusak oleh pembendungan tersebut.
Darah dari dalam kapiler akan keluar dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya
sehingga tampak sebagai bercak /titik merah kecil pada permukaan kulit yang dikenal
sebagai peteki
fungsi bendungan : Untuk menimbulkan hambatan terhadap aliran darah balik di
lengan  dan juga sehingga vena mengembang di permukaan kulit dan menjadi lebih
jelah terlihat.

Alat yang diperlukan:

1. tensimeter

2. stetoskop

3. timer/stopwatch

4. spidol

Cara kerja :

1. Buatlah lingkaran (pakai spidol), pada lengan volar lengan bawah. Radius 3
cmTitik pusat terletak 2 cm di bawah garis  lipatan siku.

2. Pasang manset tensimeter pada lengan atas.

Carilah Tekanan Sistole (TS) dan Tekanan Diastole (TD) padan lengan volar lengan
bawah. Pompa sfigmomanometer sampai tekanan antara sistolik dan diastolik (100
mmHg) yaitu di atas tekanan vena tapi kurang dari tekanan arteri sehingga darah dari
jantung ke perifer tetap jalan. Pertahankan selama 10 menit (jika test ini dilakukan
sebagai lanjutan dari test IVY, 5 menit sudah mencukupi).Jika tekanan Sistolik < 100
mmHg, buatlah tekanan sebesar ½ (TS+TD) pertahankan tekanan ini selama 5 menit.
(3-5-10 menit).

3.Lepaskan ikatan sfigmomanometer dan tunggu sampai tanda stasis darah lenyap

Stasis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang dibendung sama dengan
warna kulit lengan yang disebelahnya. Perhatikan timbulnya peteki(bintik-bintik
merah) pada lengan bawah di daerah kulit lipatan siku di bawah bebatan.(pada lengan
bawah sepertiga bagian proksimal medial)

4. Setelah tes, buka-tutup tangan beberapa saat sampai sirkulasi lengan kembali
normal.

Peteki: ialah manifestasi perdarahan yang sering ditemukan, biasanya muncul pada
hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari.

Catatan:
Jika ada > 10 petechiae dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal
dari fossa cubiti test Rumple Leede dikatakan positif. Seandainya dalam lingkaran
tersebut tidak ada petechiae, tetapi terdapat petechiae pada distal yang lebih jauh
daripada itu, test Rumple Leede juga dikatakan positif

Anda mungkin juga menyukai