TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Naf’an (2014: 21) perbankan syariah atau perbankan islam (al-
terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS).
Bank syariah bisa juga disebut sebagai non-interest bank atau lembaga
ketiga dan juga sebagai investor atau pengelola dana sendiri dengan tujuan untuk
sosial masyarakat. Selain itu, bank syariah dengan dasar prinsip-prinsip syariah
pembiayaan dan jasa keuangan lainnya dengan peredaran uang dan lalu lintas
pembayaran.
Hadits.
kelompok, yaitu Bank Umum syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan
seperti BPR konvensional. Badan hukum BUS dan BPRS dapat berbentuk
Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi. Sementara itu, UUS bukan
merupakan badan hukum tersendiri, tetapi merupakan unit atau bagian dari suatu
bank umum konvensional. Ada pun peraturan tentang perbankan syariah di atur
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah.
Berikut pengertian dari Bank Umum syariah (BUS), Unit Usaha Syariah
(UUS), dan Bank Perkreditan Rakyat Syaiah (BPRS) (veithzal rifai dkk, 2013):
a. Bank Umum Syariah .Bank Umum Syariah (BUS) adalah Bank yang
Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat bank umum
syariah dan atau unit syariah. Dalam struktur organisasi, UUS berada satu
UUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank nondevisa. Sebagai
unit kerja khusus, UUS mempunyai tugas: (1) mengatur dan mengawasi
jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPRS merupakan badan usaha yang
yaitu:
a. Prinsip Wadi‟ah
nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai
berikut (Muhammad:2005).
b. Prinsip Mudharabah
sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib. Dana ini digunakan bank untuk
melakukan pembiayaan akad jual beli maupun syirkah. Jika terjadi kerugian maka
Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau
ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak
isinya mencakup ijin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang
Adapun dana bank yang digunakan sebagai alat operasional suatu bank bersumber
a. Dana Pihak Pertama Dana pihak pertama, yaitu dana modal sendiri yang
berasal dari para pemegang saham. Terdiri dari modal disetor, agio saham,
b. Dana Pihak Kedua Dana pihak kedua, yaitu dana pinjaman dari pihak lain.
Terdiri dari dana pinjaman harian dan pinjaman biasa antarbank, pinjaman
c. Dana Pihak Ketiga Dana pihak ketiga (DPK), yaitu dana berupa simpanan
sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara
definitif profit sharing diartikan : distribusi beberapa bagian laba pada para
pegawai dari suatu perusahaan. Lebih lanjut dikatakan, hal itu dapat berbentuk
suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada
diperoleh pemilik dana (shahibul maal) dan pengelolaan dana (mudharib) yang
tertuang dalam akad atau perjanjian yang telah ditandatangani pada awal/sebelum
merupakan karakteristik umum dan landasan bagi operasional bank islam secara
yang pasti.
diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang didapat antara kedua
belah pihak atau lebih pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya porsi bagi
hasil antara kedua pihak ditentukan sesuai dengan kesepakatan bersama dengan
unsur kerelaan dan tanpa adanya tekanan maupun paksaan diantara salah satu
pihak.
1. Profit Sharing
pendapatan tersebut.
2. Revenue Sharing
investasi dana. Dana tida termasuk fee atau komisi atas jasa-jasa yang
oleh nasabah
berikut:
keuangannya.
b. Dilihat dari sisi kemaslahatan (al-ashlah), di dalam pencatatan sebaiknya
digunakan sistem Accrual Basis; akan tetapi dalam distribusi hasil usaha
(Cash Basis).
hasil (Net Revenue Sharing) maupun bagi untung (Profit Sharing) dalam
b. Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), saat ini pembagian hasil usaha
c. Penerapan prinsip pembagian hasil usaha yang dipilih harus disepakati dalam
akad.
lembaga keuangan syariah akan dibagi dengan menerapkan asas Revenue Sharing
serta asas Profit and Loss Sharing atau bagi hasil. Sementara itu, dasar
bruto dari usaha yang dikurangi biaya sebelumnya. Nisbah yang telah disepakati
dikalikan dengan pendapatan kotor, maka akan didapatkan porsi pembagian hasil
dalam Revenue Sharing, baik untuk pihak peminjam maupun pihak bank [Nisbah
x Laba Kotor].
diperoleh dengan menghitung Laba/Rugi usaha. Nasabah dan pihak bank akan
mendapatkan laba atas hasil usaha Mudharib, tetapi jika usaha mengalami
maka akan diperoleh hasil yang bisa dibagi rata sesuai perjanjian yang telah
dibuat.
beberapa faktor, sehingga menyebabkan pendapatan bagi hasil selalu berubah tiap
dana yang tersedia dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).
rate sebesar 80%, hal ini berarti 20% dari total dana
mudharib.
hasil adalah :
2) Jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue
sharing.
biaya.
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan prinsip syariah yang
penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan pada akad antar
nasabah dengan minimal tertentu, jangka waktu tertentu dan bagi hasil yang relatif
lebih tinggi dari tabungan. Nasabah diberikan waktu tertentu sehingga bank dapat
mengelola dana menjadi produktif. Produk ini biasa dipilih oleh nasabah yang
mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama
dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai
awal. Dana yang disimpan akan dikelola dan hasil pengelolaan itulah yang
dilakukan dengan jangka waktu tertentu dengan keuntungan dibagi antara mereka
sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak sedangkan kerugian hanya
tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992, tertuang
pada pasal 1 point 13 yang menyatakan bahwa kegiatan perbankan yang sesuai
dalam fatwa DSN Nomor 3 Tahun 2000, tanggal 1 April yang menyatakan bahwa
deposito yang dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang berdasar prinsip
(1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal dan bank
sebagai mudharib.
(3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.
(4) Keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan ada pada saat akad
pembukaan rekening.
(5) Bank menutup biaya operasional deposito dengan nisbah yang menjadi
haknya.
pengelola tanpa adanya pembatasan dana oleh pemilik dana dalam hal
tempat, cara atau objek investasi. Ketentuan ketentuan umum produk ini
adalah:
jatuh tempo akan diberlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila
2. Mudharabah Muqayyadah
3. Mudharabah Musytarakah
pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima oleh
jumlah pembiayaan yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu
Deposit Ratio (FDR) tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
kredit maka pendapatan yang diperoleh naik, karena pendapatan naik secara
tidak boleh melebihi 100% dan FDR tidak boleh kurang dari 78%, 29 yang berarti
bank boleh memberikan pembiayaan dari jumlah Dana Pihak Ketiga yang berhasil
dihimpun asalakan tidak melebihi 100% dan tidak kurang dari 78%. Semakin
rasio FDR mendekati angka 100% berarti fungsi intermediasi bank syariah
tersebut semakin baik. Berarti hampir semua DPK bank syariah tersebut
disalurkan menjadi pembiayaan dan terserap ke sektor riil, sebaliknya jika FDR
bank syariah masih jauh dibawah 100% maka berarti bank syariah tersebut belum
menjalankan fungsi intermediasi dengan baik. Akan tetapi jika FDR suatu bank
syariah jauh diatas 100%, hal tersebut juga mengindikasikan bahwa bank syariah
mengetahui likuid atau tidaknya sebuah bank dapat ditinjau berdasarkan besaran
rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) bank tersebut. FDR sebenarnya sama
menggunakan loan atau pinjaman, tetapi lebih menggunakan istilah financing atau
pembiayaan. Likuid atau tidaknya sebuah bank, jika semua liabilitas hutang sudah
terpenuhi dan permintaan dana nasabah bisa langsung disetujui tanpa ada
penundaan.
masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Rumus untuk mendapatkan Loan
Total Loan
Loan to Deposit Ratio (LDR) = X 100%
Total Deposit + Equity
Di sisi lain, Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan
antara jumlah pembiayaan yang disalurkan bank syariah dengan Dana Pihak
Ketiga yang didapat oleh bank. FDR ini dapat mengindikasikan kemampuan yang
likuiditas. Jika jumlah kredit semakin besar, maka return yang didapatkan bank
adalah:
Ratio (FDR) yang membandingkan jumlah dana yang diberikan dan dana yang
dikumpulkan termasuk giro, deposito, dan tabungan. Jika nilai kredit semakin
besar, maka return akan besar, karena otomatis pendapatan juga akan mengalami
peningkatan.
bermasalah yang perlu diperhatikan karena sifatnya yang fluktuatif dan tidak pasti
waktu pembayaran oleh nasabah, sehingga hal tersebut dapat menurunkan potensi
nasabah untuk menentukan bank yang akan dipilih. Suku bunga adalah biaya
pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut (Mishkin,
2008).
Dalam teori klasik tingkat suku bunga adalah “harga” yang terjadi di
“pasar” dana investasi (loanable funds). Tingkat suku bunga ditentukan oleh
akan loanable funds. Selanjutnya para penabung dan para investor yaitu
membentuk demand atau permintaan, bertemu di pasar loanable funds, dan dari
proses tawar menawar antara mereka akhirnya akan dihasilkan tingkat suku bunga
dalam peneliti ini antara lain yakni penelitian yang dilakukan oleh Zulfikar Faza
(pada Bank Umum Syariah Periode 2012-2017)” menunjukkan hasil bahwa ROA
dan FDR berpengaruh terhadap Tingkat bagi hasil deposito Mudharabah, serta
ROE tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito Mudharabah.
selanjutnya terdapat pada variabelnya dimana penelitian terdahulu tidak ada NPF
Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah (Studi Empiris Pada Bank
Variabel ROA, BOPO, FDR dan NPF secara bersama-sama berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada BUS tahun 2012-2015. Perbedaan
variabel ROA, BOPO sedangkan didalam penelitian ini tidak ada variabel tersebut
dan diganti dengan variabel Suku Bunga. Perbedaan selanjutnya adalah penelitian
yang berjudul “Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non- Performing
Financing (NPF) terhadap Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Syariah
Mandiri” menunjukkan hasil bahwa FDR dan NPF memiliki pengaruh terhadap
negatif terhadap bagi hasil deposito mudharabah dan NPF berpengaruh positif
hanya terdapat dua variabel yaitu FDR dan NPF sedangkan pada penelitian
sekarang peneliti menambah satu variabel serta dengan kurun waktu pengamatan
yang lebih aktual dari pada peneliti sebelumnya yaitu dari periode tahun 2015
Tabel 2.3
Tinjauan penelitian sebelumnya
diberikan dengan total dana pihak ketiga. Dalam penetapan bagi hasil, logika yang
diperoleh, maka akan semakin tinggi return bagi hasilnya. Muhammad (2005:265)
menyatakan, semakin tinggi rasio FDR memberikan indikasi bahwa dana yang
Ketika pendapatan naik laba juga akan mengalami kenaikan. Laba yang
tinggi akan meningkatkan jumlah bagi hasil yang akan dibagikan kepada nasabah.
Semakin besar Dana Pihak Ketiga yang disalurkan oleh Bank Syariah dalam
mudharabah, dengan asumsi bahwa peningkatan FDR Bank Syariah juga diikuti
dengan peningkatan alokasi dana yang dilaukan bank syariah untuk pembiayaan
Deposito Mudharabah
produktif suatu bank syariah adalah NPF. Bank Indonesia mendefinisikan NPF
sebagai perbandingan antara jumlah pembiayaan yang diberikan dengan kriteria
kurang lancar, diragukan dan macet terhadap total pembiayaan yang diberikan
mengemukakan, salah satu dampak dari keberadaan NPF yang tidak wajar adalah
tingkat bagi hasil yang diberikan kepada nasabah. Sebaliknya, ketika NPF suatu
bank berada pada posisi wajar atau rendah, maka keuntungan yang diperoleh bank
dari pembiayaan yang diberikan akan semakin besar dan akan meningkatkan porsi
Achmad Yasin Fadli (2018) yang menyatakan variabel NPF berpengaruh positif
Mudharabah
bunga deposito naik, akan menurunkan deposito mudharabah bank syariah. Dan
Pengaruh negatif tingkat suku bunga deposito pada bank konvensional terhadap
syariah ke bank konvensional) yang akan dihadapi bank syariah. Hal ini tentunya
akan membuat jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank syariah
menurun.
(FDR), Non-Performing Financing (NPF) dan Suku Bunga terhadap tingkat bagi
hasil deposito Mudharabah yang telah dijelaskan diatas maka kerangka konseptual
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang
Deposit Ratio, Non Performing Financing dan suku bunga sebagai variabel bebas
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah sebagai variabel terikat yang
terdapat pada Bank Umum Syariah tahun 2015-2019. Dan juga telah dijelaskan
dikajian teoritis mengenai variabel yang terdapat dalam penelitian ini serta dengan
Deposito Mudharabah
Deposito Mudharabah
Mudharabah