Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORITIS

2.1.1 Pengertian Bank Syariah

Menurut Kasmir (2004:11) bank secara sederhana dapat diartikan sebagai

lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta

memberikan jasa bank lainnya.

Menurut Naf’an (2014: 21) perbankan syariah atau perbankan islam (al-

Mashrafiyah al-Islam iyah) adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya

ber-dasarkan hukum Islam (syariah). Pembetukan sistem ini berdasarkan adanya

larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman

dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi

pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram).

Menurut ketentuan Undang-undang No. 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat 7

tentang perbankan syariah, bank syariah didefinisikan sebagai bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya

terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS).

Bank syariah bisa juga disebut sebagai non-interest bank atau lembaga

keuangan yang sistem pengoperasiannya dilandasi oleh Al-Quran dan Al-Hadits.


Peran lain yang dimiliki oleh bank syariah adalah pengelola investasi dari pihak

ketiga dan juga sebagai investor atau pengelola dana sendiri dengan tujuan untuk

kesejahteraan umat, membantu pembangunan ekonomi, dan pengembangan aspek

sosial masyarakat. Selain itu, bank syariah dengan dasar prinsip-prinsip syariah

merupakan lembaga keuangan yang melayani berbagai jenis jasa termasuk

pembiayaan dan jasa keuangan lainnya dengan peredaran uang dan lalu lintas

pembayaran.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat dimbil kesimpulan

bahwa bank syariah merupakan sebuah lembaga keuangan yang kegiatannya

menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan fasilitas lalu lintas

pembayaran yang sistem pengoperasiannya dilandasi oleh Al-Quran dan Al-

Hadits.

2.1.2 Kelembagaan Bank Syariah di Indonesia

Secara kelembagaan, bank Islam di Indonesia dapat dibagi kedalam tiga

kelompok, yaitu Bank Umum syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan

Bank Perkreditan Rakyat Syaiah (BPRS). BUS memiliki bentuk kelembagaan

seperti bank umum konvensional, sedangkan BPRS memiliki bentuk kelembagaan

seperti BPR konvensional. Badan hukum BUS dan BPRS dapat berbentuk

Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi. Sementara itu, UUS bukan

merupakan badan hukum tersendiri, tetapi merupakan unit atau bagian dari suatu

bank umum konvensional. Ada pun peraturan tentang perbankan syariah di atur
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang

Perbankan Syariah.

Berikut pengertian dari Bank Umum syariah (BUS), Unit Usaha Syariah

(UUS), dan Bank Perkreditan Rakyat Syaiah (BPRS) (veithzal rifai dkk, 2013):

a. Bank Umum Syariah .Bank Umum Syariah (BUS) adalah Bank yang

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS

merupakan badan usaha yang setara dengan bank umum konvensional

dengan bentuk hukum perseroan terbatas, perusahaan daerah atau

koperasi. Seperti halnya bank umum konvensional, BUS dapat berusaha

sebagai bank devisa atau bank non devisa.

b. Unit Usaha Syariah

Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat bank umum

konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang

syariah dan atau unit syariah. Dalam struktur organisasi, UUS berada satu

tingkat di bawah direksi bank umum konvensional yang bersangkutan.

UUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank nondevisa. Sebagai

unit kerja khusus, UUS mempunyai tugas: (1) mengatur dan mengawasi

seluruh kegiatan kantor cabang syariah; (2) melaksanakan fungsi treasury

dalam rangka pengelolaan dan penempatan dana yang bersumber dari

kantor cabang syariah; (3) menyusun laporan keuangan konsolidasi dari

keseluruhan kantor cabang syariah; dan (4) melakukan tugas penataan

usahaan laporan keuangan kantor cabang syariah.


c. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Bank Perkreditan Rakyat

Syariah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPRS merupakan badan usaha yang

setara dengan bank perkreditan konvensional dengan bentuk hukum

perseroan terbatas, perusahaan daerah, atau koperasi.

2.1.2.1 Prinsip Operasional Bank Syariah dalam Menghimpun Dana

Prinsip operasional bank syariah dalam menghimpun dana terbagi menjadi 2

yaitu:

a. Prinsip Wadi‟ah

Prinsip wadi’ah implikasi hukumnya sama dengan qardh, dimana

nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai

peminjam. Prinsip ini dikembangkan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai

berikut (Muhammad:2005).

b. Prinsip Mudharabah

Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpan bertindak

sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib. Dana ini digunakan bank untuk

melakukan pembiayaan akad jual beli maupun syirkah. Jika terjadi kerugian maka

bank bertanggungjawab atas kerugian yang terjadi.

Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau

ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak

menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik


dana sebagai suatu insentif. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang

isinya mencakup ijin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang

disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

2.1.2.2 Sumber-sumber Dana Bank Syariah

Adapun dana bank yang digunakan sebagai alat operasional suatu bank bersumber

dari dana-dana sebagai berikut Muhammad (2005) :

a. Dana Pihak Pertama Dana pihak pertama, yaitu dana modal sendiri yang

berasal dari para pemegang saham. Terdiri dari modal disetor, agio saham,

cadangancadangan dan laba ditahan.

b. Dana Pihak Kedua Dana pihak kedua, yaitu dana pinjaman dari pihak lain.

Terdiri dari dana pinjaman harian dan pinjaman biasa antarbank, pinjaman

lembaga non-bank dan pinjaman dari Bank Indonesia.

c. Dana Pihak Ketiga Dana pihak ketiga (DPK), yaitu dana berupa simpanan

dari pihak masyarakat. Dana ini berupa :

a) Giro Menurut UU No 21 tahun 2008, giro adalah simpanan

berdasarkan akad wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan

dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakuakn setiap

saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah

pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan.

Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa

Nomor 01/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Giro yang menyatakan


bahwa giro yang dibenarkan secara syariah adalah giro yang

dijalankan berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.

b) Tabungan Menurut UU NO 21 tahun 2008, tabungan adalah

simpanan berdasarkan akad wadiah atau investasi dana berdasarkan

akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan

prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut

syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat

ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau lainnya yang

dipersamakan dengan itu. Tabungan dalam bank syariah bisa

berupa wadiah maupun mudharabah.

c) Deposito Menurut UU No 21 tahun 2008 deposito adalah investasi

dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya

dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antar

nasabah penyimpan dan bank syariah dan/atau UUS.

2.1.3 Konsep Bagi Hasil

Bagi hasil menurut terminologi asing (inggris) dikenal dengan Profit

sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara

definitif profit sharing diartikan : distribusi beberapa bagian laba pada para

pegawai dari suatu perusahaan. Lebih lanjut dikatakan, hal itu dapat berbentuk

suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada

tahun-tahun sebelumnya atau dapat berbentuk pembayaran mingguan atau

bulanan (Muhammad, 2012:26).


Menurut Z Duril (2005:91) bagi hasil dapat diartikan sebagai

kesepakatan mengenai besarnnya masing-masing porsi bagi hasil yang akan

diperoleh pemilik dana (shahibul maal) dan pengelolaan dana (mudharib) yang

tertuang dalam akad atau perjanjian yang telah ditandatangani pada awal/sebelum

dilaksanakannya kerja sama.

Menurut Lukman Hakim (2012:105) Prinsip bagi hasil (profit sharing)

merupakan karakteristik umum dan landasan bagi operasional bank islam secara

keseluruhan. Prinsip bagi hasil dalam simpanan/tabungan tersebut menetapkan

tingkat keuntungan/pendapatan bagi tiap-tiap pihak. Pembagian keuntungan

dilakukan melalui tingkat perbandingan rasio, bukan ditetapkan dalam jumlah

yang pasti.

Sistem bagi hasil merupakan sistem dimana dilakukannya perjanjian atau

ikatan bersama didalam melakukan kegiatan usaha. Didalam usaha tersebut

diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang didapat antara kedua

belah pihak atau lebih pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya porsi bagi

hasil antara kedua pihak ditentukan sesuai dengan kesepakatan bersama dengan

unsur kerelaan dan tanpa adanya tekanan maupun paksaan diantara salah satu

pihak.

Mekanisme perhitungan bagi hasil dalam perbankan syariah terdiri dari :

1. Profit Sharing

Menurut etimologi indonesia, profit sharing merupakan bagi

keuntungan. Didalam istilah lain profit sharingmerupakan bagi hasil


yang didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah

dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

pendapatan tersebut.

2. Revenue Sharing

Secara bahasa Revenu berarti uang masuk, pendapatan atau income.

Dala istilah perbankan, revenusharing merupakan pendapatan yang

memperhitungkan biaya-biaya operasional yang ditanggung oleh bank.

Biasanya pendapatan yang didistribusikan hanyalah pendapatan atas

investasi dana. Dana tida termasuk fee atau komisi atas jasa-jasa yang

diberikan oleh bank karena pendapatan tersebut pertama harus

dialokasikan untuk mendukung biaya operasional. Artinya, pembagian

dana terhadap nasabah atas pendapatan-pendapatan yang diperoleh oleh

bank tanpa menunggu pengurangan-pengurangan terhadap pembiayaan

yang dikeluarkan oleh bank dalam pengelolaan dana yang diamanatkan

oleh nasabah

Dewan Syariah Nasional di dalam fatwanya nomor 14/DSN-

MUI/IX/2000 berkaitan dengan sistem penyaluran hasil usaha pada perbankan

syariah untuk mencatat hasil usahanya menggunakan ketentuan-ketentuan sebagai

berikut:

a. Pada prinsipnya, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh menggunakan

sistem Accrual Basis maupun Cash Basis dalam administrasi

keuangannya.
b. Dilihat dari sisi kemaslahatan (al-ashlah), di dalam pencatatan sebaiknya

digunakan sistem Accrual Basis; akan tetapi dalam distribusi hasil usaha

hendaknya ditentukan atas dasar penerimaan yang benar-benar terjadi

(Cash Basis).

c. Penetapan sistem yang dipilih harus disepakati dalam akad.

Penjelasan tersebut didukung oleh fatwa Dewan Syariah Nasional nomor

15/DSN- MUI/IX/2000 berkaitan dengan Prinsip Distribusi Hasil Usaha dalam

Lembaga Keuangan Syariah dengan ketentuan berikut ini:

a. Pada dasarnya, Lembaga Keuangan Syariah boleh menggunakan prinsip bagi

hasil (Net Revenue Sharing) maupun bagi untung (Profit Sharing) dalam

pembagian hasil usaha dengan mitra (nasabah)-nya.

b. Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), saat ini pembagian hasil usaha

sebaiknya digunakan prinsip bagi hasil (Net Revenue Sharing).

c. Penerapan prinsip pembagian hasil usaha yang dipilih harus disepakati dalam

akad.

Berdasarkan fatwa-fatwa tersebut menunjukan bahwa hasil usaha pada

lembaga keuangan syariah akan dibagi dengan menerapkan asas Revenue Sharing

serta asas Profit and Loss Sharing atau bagi hasil. Sementara itu, dasar

perhitungannya dengan Revenue Sharing adalah jumlah penjualan dan pendapatan

bruto dari usaha yang dikurangi biaya sebelumnya. Nisbah yang telah disepakati

dikalikan dengan pendapatan kotor, maka akan didapatkan porsi pembagian hasil
dalam Revenue Sharing, baik untuk pihak peminjam maupun pihak bank [Nisbah

x Laba Kotor].

Sementara itu, pembagian hasil dengan asal Profit/Loss Sharing akan

diperoleh dengan menghitung Laba/Rugi usaha. Nasabah dan pihak bank akan

mendapatkan laba atas hasil usaha Mudharib, tetapi jika usaha mengalami

kerugian maka kedua pihak akan sama-sama menanggungnya. Cara

penghitungannya adalah persentase nisbah dikalikan laba usaha sebelum pajak,

maka akan diperoleh hasil yang bisa dibagi rata sesuai perjanjian yang telah

dibuat.

Pendapatan bagi hasil yang diperoleh bank syariah dipengaruhi oleh

beberapa faktor, sehingga menyebabkan pendapatan bagi hasil selalu berubah tiap

bulannya. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor langsung (Direct Factor) Diantara faktor-faktor langsung yang

mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah

dana yang tersedia dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).

a. Investment rate merupakan persentase aktual dana yang

diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment

rate sebesar 80%, hal ini berarti 20% dari total dana

dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.

b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan

jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk

diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan


menggunakan metode rata-rata saldo minimum bulanan dan

ratarata total saldo harian.

c. Nisbah (profit sharing ratio) merupakan angka perbandingan

(porsi) pembagian pendapatan antara shahibul mal dengan

mudharib.

2. Faktor tidak langsung Faktor tidak langsung yang mempengaruhi bagi

hasil adalah :

a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

1) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan

biaya. Pendapatan yang dibagi hasilkan merupakan pendapatan

yang diterima dikurangi biaya-biaya.

2) Jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue

sharing.

b. Kebijakan akuntansi (prinsip dan metode akuntansi)

Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas

yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan

biaya.

2.1.4 Deposito Mudharabah

Menurut UU No. 21 tahun 2008 yang berbicara tentang perbankan

syariah menyatakan bahwa deposito adalah investasi berdasarkan akad

mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan prinsip syariah yang

penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan pada akad antar

nasabah penyimpan dan bank syariah.


Menurut M.Nurianto (2010) Deposito merupakan bentuk simpanan

nasabah dengan minimal tertentu, jangka waktu tertentu dan bagi hasil yang relatif

lebih tinggi dari tabungan. Nasabah diberikan waktu tertentu sehingga bank dapat

mengelola dana menjadi produktif. Produk ini biasa dipilih oleh nasabah yang

memiliki kelebihan dana dengan tujuan mengamankan dana sembari berinvestasi.

Pengertian mudharabah menurut PSAK 105 tentang akuntansi

mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama

(pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola

dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai

kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.

Mudharabah merupakan akad antara pemilik modal dan pengelola untuk

memperoleh pendapatan. Pendapatan dibagi berdasar nisbah yang disepakati di

awal. Dana yang disimpan akan dikelola dan hasil pengelolaan itulah yang

dibagikan ke bank dan nasabah (Wirdyaningsih:2005).

Dengan demikian, dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

Deposito Mudharabah merupakan akad kerjasama antara pihak pemilik dana

(mitra/nasabah) dan pihak pengelolaan dana (bank) yang penarikannya hanya

dilakukan dengan jangka waktu tertentu dengan keuntungan dibagi antara mereka

sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak sedangkan kerugian hanya

ditanggung oleh sipemilik dana.

2.1.4.1 Dasar Hukum Deposito Mudharabah


Dasar hukum deposito mudharabah ada pada undang-undang nomor 10

tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992, tertuang

pada pasal 1 point 13 yang menyatakan bahwa kegiatan perbankan yang sesuai

dengan syariah adalah menggunakan prinsip bagi hasil mudharabah.

Selain itu landasan hukum tentang deposito mudharabah telah diatur

dalam fatwa DSN Nomor 3 Tahun 2000, tanggal 1 April yang menyatakan bahwa

deposito yang dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang berdasar prinsip

mudharabah. Adapun ketentuan adalah sebagai berikut :

(1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal dan bank

sebagai mudharib.

(2) Bank dapat melakukan berbagai kegiatan yang tidak bertentangan

dengan prinsip syariah, termasuk mudharabah.

(3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan

bukan piutang.

(4) Keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan ada pada saat akad

pembukaan rekening.

(5) Bank menutup biaya operasional deposito dengan nisbah yang menjadi

haknya.

(6) Bank tidak diperbolehkan mengurangi nisbah keuntungan tanpa

persetujuan yang bersangkutan.

2.1.4.2 Macam-macam Deposito Mudharabah

Terdapat 3 jenis deposito mudharabah diantaranya adalah sebagai berikut :


1. Mudharabah Muthlaqah

Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama pemilik dana dan

pengelola tanpa adanya pembatasan dana oleh pemilik dana dalam hal

tempat, cara atau objek investasi. Ketentuan ketentuan umum produk ini

adalah:

a) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah

dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian

keuntungan secara resiko yang ditimbulkan dari penyimpanan

dana. Apabila telah tercapai kesepakatan , maka hal tersebut harus

dicantumkan dalam akad.

b) Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan kartu

tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM atau alat

penarikan lainnya kepada penabung. Deposito mudharabah, bank

wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet)

deposito kepada deposan.

c) Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung

sesuai dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak

diperkenankan mengalami saldo negatif.

d) Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka

waktu yang telah disepakati. Deposito yang diperpanjang setelah

jatuh tempo akan diberlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila

pada akad dicantumkan perpanjangan secara otomatis maka tidak

perlu dibuat akad baru.


e) Keketentuan lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap

berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

2. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah muqayyadah adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana

dan pengelola dengan kondisi pengelola dikenakan pembatasan oleh

pemilik dalam hal tempat, cara atau objek investasi.

3. Mudharabah Musytarakah

Mudharabah musytarakah adalah bentuk kerja dimana pengelola dana

menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.

2.1.5 Financing to Deposit Ratio (FDR).

Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio antara jumlah

pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima oleh

bank. Financing to Deposit Ratio (FDR) ditentukan oleh perbandingan antara

jumlah pembiayaan yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu

mencakup giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan. Financing to

Deposit Ratio (FDR) tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam

membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan

mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar

kredit maka pendapatan yang diperoleh naik, karena pendapatan naik secara

otomatis laba juga akan mengalami kenaikan.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.15/7/PBI/2013, besarnya FDR

tidak boleh melebihi 100% dan FDR tidak boleh kurang dari 78%, 29 yang berarti

bank boleh memberikan pembiayaan dari jumlah Dana Pihak Ketiga yang berhasil
dihimpun asalakan tidak melebihi 100% dan tidak kurang dari 78%. Semakin

rasio FDR mendekati angka 100% berarti fungsi intermediasi bank syariah

tersebut semakin baik. Berarti hampir semua DPK bank syariah tersebut

disalurkan menjadi pembiayaan dan terserap ke sektor riil, sebaliknya jika FDR

bank syariah masih jauh dibawah 100% maka berarti bank syariah tersebut belum

menjalankan fungsi intermediasi dengan baik. Akan tetapi jika FDR suatu bank

syariah jauh diatas 100%, hal tersebut juga mengindikasikan bahwa bank syariah

belum bisa menghimpun DPK yang cukup untuk menyalurkan pembiayaan.

Kasmir (2007) menjelaskan dalam bukunya bahwa indikator untuk

mengetahui likuid atau tidaknya sebuah bank dapat ditinjau berdasarkan besaran

rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) bank tersebut. FDR sebenarnya sama

dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) di bank konvensional. Penyebutan yang

berbeda ini disebabkan karena pada lembaga perbankan syariah tidak

menggunakan loan atau pinjaman, tetapi lebih menggunakan istilah financing atau

pembiayaan. Likuid atau tidaknya sebuah bank, jika semua liabilitas hutang sudah

terpenuhi dan permintaan dana nasabah bisa langsung disetujui tanpa ada

penundaan.

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur

komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana

masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Rumus untuk mendapatkan Loan

to Deposit Ratio adalah:

Total Loan
Loan to Deposit Ratio (LDR) = X 100%
Total Deposit + Equity
Di sisi lain, Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan

antara jumlah pembiayaan yang disalurkan bank syariah dengan Dana Pihak

Ketiga yang didapat oleh bank. FDR ini dapat mengindikasikan kemampuan yang

ada pada bank untuk menggunakan dana pihakTotal Loan


ketiga dan disalurkan kepada
Jumlah dana yang diterima bank
pemohon dan juga kemampuan bank memperoleh dana yang dipinjam untuk

dikembalikan kepada deposan berdasarkan kredit yang berperan sebagai sumber

likuiditas. Jika jumlah kredit semakin besar, maka return yang didapatkan bank

juga akan semakin bertambah, karena penambahan return otomatis akan

meningkatkan laba. Rumus rasio likuiditas Financing to Deposit Ratio (FDR)

adalah:

Financing to Deposit Ratio = X 100%

Untuk mengukur rasio likuiditas, penulis menggunakan Financing to Deposit

Ratio (FDR) yang membandingkan jumlah dana yang diberikan dan dana yang

dikumpulkan termasuk giro, deposito, dan tabungan. Jika nilai kredit semakin

besar, maka return akan besar, karena otomatis pendapatan juga akan mengalami

peningkatan.

2.1.6 NPF (Non Performing Financing)

NPF (Non Performing Financing) adalah indikator pembiayaan

bermasalah yang perlu diperhatikan karena sifatnya yang fluktuatif dan tidak pasti

sehingga penting untuk diamati dengan perhatian yang khusus (Masitoh,

2016:44). Dalam Kamus Bank Indonesia, Non Performing Financing (NPF)


adalah pembiayaan bermasalah yang terdiri dari pembiyaan yang berklarifikasi

kurang lancar, diragukan dan macet.

Faktor yang bisa mempengaruhi NPF, salah satunya adalah ketepatan

waktu pembayaran oleh nasabah, sehingga hal tersebut dapat menurunkan potensi

terjadinya masalah dalam pembayaran dan penyaluran dana. Kemampuan bank

untuk melakukan penyaluran dana dengan baik, termasuk juga melakukan

pemantauan dapat menekan tingkat NPF menjadi seminimal mungkin. Dengan

demikian, perlu dilakukan penilaian terhadap kemungkinan terjadinya

penyimpangan pembiayaan oleh nasabah dan juga indikasi kegagalan untuk

membayar pinjaman oleh nasabah.

NPF dapat dirumuskan sebagai berikut:

Jumlah Pembiayaan Bermasalah


Non-Performance Fnancing = X 100%
Total Pembiayaan

2.1.7 Suku Bunga

Suku bunga merupakan salah satu variabel yang dipertimbangkan calon

nasabah untuk menentukan bank yang akan dipilih. Suku bunga adalah biaya

pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut (Mishkin,

2008).

Menurut Fatwa MUI No. 1 tahun 2004, bunga merupakan suatu

tambahan yang dikenakan dalam transaksi pinjaman uang yang diperhitungkan

dari pokok pinjaman tanpa mempertimbangkan manfaat/hasil pokok tersebut,


berdasarkan tempo waktu, diperhitungkan secara pasti dimuka, dan pada

umumnya berdasarkan persentase.

Dalam teori klasik tingkat suku bunga adalah “harga” yang terjadi di

“pasar” dana investasi (loanable funds). Tingkat suku bunga ditentukan oleh

permintaan tabungan dan penawaran tabungan. Maksudnya adalah masyarakat

yang memperoleh pendapatan melebihi kebutuhan konsumsi yang di perlukan.

Secara bersama-sama jumlah seluruh tabungan membentuk supply penawaran

akan loanable funds. Selanjutnya para penabung dan para investor yaitu

pengusaha yang memerlukan dana untuk operasional atau perluasan usahanya

membentuk demand atau permintaan, bertemu di pasar loanable funds, dan dari

proses tawar menawar antara mereka akhirnya akan dihasilkan tingkat suku bunga

yang disepakati (Boediono, 1994).

2.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang akan peneliti utarakan

dalam peneliti ini antara lain yakni penelitian yang dilakukan oleh Zulfikar Faza

(2018) yang berjudul “Pengaruh Return On Asset, Return On Equity, Dan

Financing To Deposit Ratio Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah

(pada Bank Umum Syariah Periode 2012-2017)” menunjukkan hasil bahwa ROA

dan FDR berpengaruh terhadap Tingkat bagi hasil deposito Mudharabah, serta

ROE tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito Mudharabah.

Perbedaan penelitian sekarang dengan sebelumnya adalah terdapat pada objek

penilitian yakni dalam penelitian terdahulu objeknya di Bank Umum Syariah


sedangkan penelitian sekarang hanya pada Bank Syariah Mandiri. Perbedaan

selanjutnya terdapat pada variabelnya dimana penelitian terdahulu tidak ada NPF

Dan Suku Bunga.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nuri Fadilawati (2019) yang

berjudul “Pengaruh Return On Asset, Biaya Operasional Atas Pendapatan

Operasional, Financing To Deposit Ratio, Dan Non Performing Financing

Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah (Studi Empiris Pada Bank

Umum Syariah Di Indonesia Periode 2012-2015)” menunjukkan hasil bahwa

Variabel ROA, BOPO, FDR dan NPF secara bersama-sama berpengaruh terhadap

tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada BUS tahun 2012-2015. Perbedaan

penelitian sekarang dengan sebelumnya adalah penelitian terdahulu terdapat

variabel ROA, BOPO sedangkan didalam penelitian ini tidak ada variabel tersebut

dan diganti dengan variabel Suku Bunga. Perbedaan selanjutnya adalah penelitian

sekarang dengan sebelumnya terdapat pada objek penilitian yakni dalam

penelitian terdahulu objeknya di Bank Umum Syariah sedangkan penelitian

sekarang hanya difokuskan pada Bank Syariah Mandiri.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Achmad Agus Yasin Fadli (2018)

yang berjudul “Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non- Performing

Financing (NPF) terhadap Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Syariah

Mandiri” menunjukkan hasil bahwa FDR dan NPF memiliki pengaruh terhadap

tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Dalam penelitiannya, FDR berpengaruh

negatif terhadap bagi hasil deposito mudharabah dan NPF berpengaruh positif

terhadap bagi hasil deposito mudharabah. Perbedaan penelitian sekarang dengan


sebelumnya adalah terdapat pada variabelnya yakni dalam penelitian terdahulu

hanya terdapat dua variabel yaitu FDR dan NPF sedangkan pada penelitian

sekarang peneliti menambah satu variabel serta dengan kurun waktu pengamatan

yang lebih aktual dari pada peneliti sebelumnya yaitu dari periode tahun 2015

sampai dengan 2019.

Untuk gambaran lebih lengkapnya mengenai penelitian sebelumnya dapat dilihat

pada tabel 2.3 berikut ini:

Tabel 2.3
Tinjauan penelitian sebelumnya

No Peneliti Judul Variabel Hasil


1. Zulfikar Pengaruh Variabel bebas : 1. Ada pengaruh
Faza Return On Return On Asset negatif signifikan
(2018) Asset, Return (ROA), Return Return On Asset
On Equity, Dan On Equity (ROE), terhadap tingkat
Financing To dan Financing to bagi hasil deposito
Deposit Ratio Deposit Ratio mudharabah.
Terhadap (FDR) 2. Ada pengaruh
Tingkat Bagi Variabel terikat: positif signifikan
Hasil Deposito Tingkat bagi hasil Financing To
Mudharabah Deposito Deposit Ratio
(pada Bank Mudharabah terhadap tingkat
Umum Syariah Variabel Dummy: bagi hasil deposito
Periode 2012- 8 bank umum mudharabah
2017) syariah 3. Return On Equity
tidak memiliki
pengaruh terhadap
tingkat bagi hasil
deposito
mudharabah
2. Nuri Pengaruh Variabel bebas : 1. ROA tidak
Fadilawati Return On Return On Asset, berpengaruh
(2019) Asset, Biaya Biaya Operasional terhadap tingkat
Operasional Atas Pendapatan bagi hasil deposito
Atas Operasional, mudharabah pada
Pendapatan Financing To BUS tahun 2012-
Operasional, Deposit Ratio, 2015.
Financing To Dan Non 2. Terdapat pengaruh
Deposit Ratio, Performing yang tidak
Dan Non Financing signifikan antara
Performing Variabel terikat : BOPO terhadap
Financing Tingkat bagi hasil tingkat bagi hasil
Terhadap Deposito deposito
Tingkat Bagi Mudharabah mudharabah.
Hasil Deposito 3. Terdapat pengaruh
Mudharabah yang signifikan
(Studi Empiris antara FDR tingkat
Pada Bank bagi hasil deposito
Umum Syariah mudharabah.
Di Indonesia 4. FDR berpengaruh
Periode 2012- positif signifikan
2015) terhadap tingkat
bagi hasil deposito
mudharabah.
3. Achmad Pengaruh Variabel bebas: 1. Terdapat pengaruh
Agus Financing to Financing to negatif dan
Yasin Deposit Ratio Deposit Ratio signifikan variabel
Fadli (FDR) dan Non- (FDR) dan Non- Financing to
(2018) Performing Performing Deposit Ratio
Financing Financing (NPF) (FDR) terhadap
(NPF) terhadap Variabel terikat : bagi hasil
Bagi Hasil Tingkat bagi hasil Deposito
Deposito Deposito Mudharabah.
Mudharabah Mudharabah 2. Terdapat pengaruh
pada Bank positif dan
Syariah Mandiri signifikan variabel
Non-Performing
Financing (NPF)
terhadap bagi hasil
Deposito
Mudharabah.
4. Maulita Pengaruh Non Variabel bebas: 1. Net Performing
Sari Performing Non- Performing Financing dan
(2017) Financing, dana Financing (NPF), dana pihak ketiga
pihak ketiga, dana pihak ketiga, secara parsial
dan inflasi dan inflasi. berpengaruh
terhadap tingkat Variabel terikat : terhadap tingkat
bagi hasil Tingkat bagi hasil bagi hasil deposito
deposito Deposito mudharabah.
mudharabah Mudharabah 2. Inflasi secara
parsial tidak
berpengaruh
terhadap tingkat
bagi hasil deposito
mudharabah.
5. Reandy Pengaruh Variabel bebas: 1. Beban Operasional
Sabtatianto BOPO, CAR, BOPO, CAR, Pendapatan
FDR dan ROA FDR dan ROA Operasional
Terhadap Variabel terikat: (BOPO) secara
Tingkat Bagi Tingkat bagi hasil parsial tidak
Hasil Deposito Deposito berpengaruh
Mudharabah Mudharabah terhadap tingkat
Pada Bank bagi hasil deposito
Umum Syariah mudharabah
Di Indonesia 2. Capital Adequacy
(Studi Pada Ratio (CAR)
Bank Umum secara parsial tidak
Syariah Di berpengaruh
Indonesia) terhadap tingkat
bagi hasil deposito
mudharabah
3. Financing to
Deposits Ratio
(FDR) secara
parsial tidak
berpengaruh
terhadap tingkat
bagi hasil deposito
mudharabah
4. Return on Assets
(ROA) secara
parsial
berpengaruh
terhadap tingkat
bagi hasil deposito
mudharabah
5. Beban Operasional
Pendapatan
Operasional,
Capital Adequacy
Ratio, Return on
Assets, Financing
to Deposits Ratio,
dan Return on
Assets secara
simultan
berpengaruh
terhadap tingkat
bagi hasil deposito
mudharabah
6. Umiyati KINERJA Variabel bebas: 1. Return On Asset
dan Shella KEUANGAN BOPO, CAR, dan (ROA) dan
Muthya DAN ROA Capital Adequacy
Syarif TINGKAT Variabel terikat: Ratio (CAR)
(2016) BAGI HASIL Tingkat bagi hasil secara parsial
DEPOSITO Deposito berpengaruh
MUDHARABA Mudharabah secara signifikan
H PADA terhadap Tingkat
BANK UMUM Bagi Hasil
SYARIAH DI Deopsito
INDONESIA Mudharabah
2. Biaya Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
(BOPO) secara
parsial tidak
berpengaruh
terhadap Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
Mudharabah
3. Return On Asset
(ROA), Capital
Adequacy Ratio
(CAR) dan Biaya
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
(BOPO) secara
simultan
mempunyai
pengaruh yang
signifikan
terhadap Tingkat
Bagi Hasil
Deopsito
Mudharabah
7. Adhi Pengaruh ROA, Variabel bebas: 1. ROA memiliki
Wirawan ROE, Dan ROA, ROE, dan pengaruh negatif
(2016) BOPO BOPO. signifikan
Terhadap Variabel terikat: terhadap Tingkat
Tingkat Bagi Tingkat bagi hasil Bagi Hasil
Hasil Deposito Deposito Deposito
Mudharabah Mudharabah Mudharabah
Pada Bank 2. Variabel ROE
Umum Syariah tidak memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
Mudharabah
3. BOPO memiliki
pengaruh negatif
signifikan
terhadap Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
Mudharabah
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah keterkaitan antara teori–teori atau konsep

yang mendukung dalam penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam

menyusun sistematis penelitian. Kerangka konseptual menjadi pedoman peneliti

untuk menjelaskan secara sistematis teori yang digunakan dalam penelitian.

Sugiyono (2014: 128) menyatakan bahwa kerangka konsep akan

menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu antara

variabel independen dengan variabel dependen.


2.3.1 Hubungan Financing Deposit Ratio (FDR) terhadap Tingkat Bagi

Hasil Deposito Mudharabah

Menurut Bank Indonesia, FDR merupakan rasio antara pembiayaan yang

diberikan dengan total dana pihak ketiga. Dalam penetapan bagi hasil, logika yang

menjadi acuan utama adalah pendapatan. Semakin tinggi pendapatan yang

diperoleh, maka akan semakin tinggi return bagi hasilnya. Muhammad (2005:265)

menyatakan, semakin tinggi rasio FDR memberikan indikasi bahwa dana yang

disalurkan untuk pembiayaan semakin besar dan akan meningkatkan pendapatan.

Ketika pendapatan naik laba juga akan mengalami kenaikan. Laba yang

tinggi akan meningkatkan jumlah bagi hasil yang akan dibagikan kepada nasabah.

Semakin besar Dana Pihak Ketiga yang disalurkan oleh Bank Syariah dalam

bentuk pembiayaan maka semakin meningkat juga jumlah pembiayaan

mudharabah, dengan asumsi bahwa peningkatan FDR Bank Syariah juga diikuti

dengan peningkatan alokasi dana yang dilaukan bank syariah untuk pembiayaan

mudharabah. Sehingga financing to deposit ratio dapat diartikan, rasio yang

menyatakan seberapa jauh kemampuan sebuah bank dalam membayar kembali

penarikan dana yang telah dilakukan dengan cara mengandalkan pembiayaan

diberikan sebagai sumber likuiditas.

2.3.2 Hubungan Non-Performing Financing terhadap Tingkat Bagi Hasil

Deposito Mudharabah

Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kualitas aktiva

produktif suatu bank syariah adalah NPF. Bank Indonesia mendefinisikan NPF
sebagai perbandingan antara jumlah pembiayaan yang diberikan dengan kriteria

kurang lancar, diragukan dan macet terhadap total pembiayaan yang diberikan

oleh bank. Dendawijaya (2009:82) dalam jurnal Nuri Fadilawati (2019)

mengemukakan, salah satu dampak dari keberadaan NPF yang tidak wajar adalah

hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari pembiayaan yang

diberikan, sehingga mempengaruhi perolehan laba dan akan berpengaruh terhadap

tingkat bagi hasil yang diberikan kepada nasabah. Sebaliknya, ketika NPF suatu

bank berada pada posisi wajar atau rendah, maka keuntungan yang diperoleh bank

dari pembiayaan yang diberikan akan semakin besar dan akan meningkatkan porsi

bagi hasil yang akan dibagikan kepada nasabah.

Penelitian ini di dukung oleh hasil penelitian yang di lakukan oleh

Achmad Yasin Fadli (2018) yang menyatakan variabel NPF berpengaruh positif

terhadap bagi hasil Deposito Mudharabah.

2.3.3 Hubungan Suku Bunga terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah

Menurut Fatwa MUI no 1 tahun 2004, bunga merupakan tambahan yang

dikenakan dalam transaksi pinjaman uang yang diperhitungkan dari pokok

pinjaman tanpa mempertimbangkan manfaat/hasil pokok tersebut, berdasarkan

tempo waktu, diperhitungkan secara pasti dimuka, dan pada umumnya

berdasarkan persentase. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong seseorang

untuk menabung atau mendepositokan uangnya di Bank. Masyarakat cenderung


untuk mendepositokan uangnya dikarenakan keuntungan yang didapat lebih besar

daripada menabung biasa walaupun risikonya juga tinggi.

Menurut penelitian Arshad (2016) suku bunga konvensional memiliki

hubungan negatif dengan perubahan deposito mudharabah. ketika tingkat suku

bunga deposito naik, akan menurunkan deposito mudharabah bank syariah. Dan

sebaliknya, penurunan tingkat suku bunga deposito bank umum konvensional

akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan deposito mudharabah bank syariah.

Pengaruh negatif tingkat suku bunga deposito pada bank konvensional terhadap

pertumbuhan deposito mudharabah karena dengan meningkatnya suku bunga akan

menyebabkan peningkatan risiko displacement fund (pengalihan dana dari bank

syariah ke bank konvensional) yang akan dihadapi bank syariah. Hal ini tentunya

akan membuat jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank syariah

menurun.

Berdasarkan hubungan antara pengaruh variabel Financing Deposit Ratio

(FDR), Non-Performing Financing (NPF) dan Suku Bunga terhadap tingkat bagi

hasil deposito Mudharabah yang telah dijelaskan diatas maka kerangka konseptual

dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti gambar berikut ini.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Independent Variable Dependent Variable


Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.

Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh memalui

pengumpulan data atau kuesioner Sugiyono (2017:63). Berdasarkan rumusan

masalah yang telah diutarakan dalam penelitian yang berjudul Financing To

Deposit Ratio, Non Performing Financing dan suku bunga sebagai variabel bebas

terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah sebagai variabel terikat yang

terdapat pada Bank Umum Syariah tahun 2015-2019. Dan juga telah dijelaskan

dikajian teoritis mengenai variabel yang terdapat dalam penelitian ini serta dengan

berdasarkan penelitian sebelumnya. Maka peneliti dapat mengambil hipotesis atas

rumusan masalah, sebagai berikut :

1. HI: Financing To Deposit Ratio berpengaruh terhadap Tingkat Bagi Hasil

Deposito Mudharabah

2. H2: Non Performing Financing berpengaruh terhadap Tingkat Bagi Hasil

Deposito Mudharabah

3. H3: Suku Bunga berpengaruh terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito

Mudharabah

Anda mungkin juga menyukai

  • Permohonan Mengulang Div 1 Tahun
    Permohonan Mengulang Div 1 Tahun
    Dokumen1 halaman
    Permohonan Mengulang Div 1 Tahun
    Yunis Khalis
    Belum ada peringkat
  • Laporan 5
    Laporan 5
    Dokumen54 halaman
    Laporan 5
    Yunis Khalis
    Belum ada peringkat
  • Laporan 5
    Laporan 5
    Dokumen25 halaman
    Laporan 5
    Yunis Khalis
    Belum ada peringkat
  • Fani
    Fani
    Dokumen55 halaman
    Fani
    Yunis Khalis
    Belum ada peringkat
  • Fani Andika Sukma RIPNG
    Fani Andika Sukma RIPNG
    Dokumen10 halaman
    Fani Andika Sukma RIPNG
    Yunis Khalis
    Belum ada peringkat
  • Lap
    Lap
    Dokumen13 halaman
    Lap
    Yunis Khalis
    Belum ada peringkat
  • CV
    CV
    Dokumen5 halaman
    CV
    Yunis Khalis
    Belum ada peringkat