Kelas : 4 KIB NIM : 061840421757 MK : Kinetika Reaksi Kimia
Teori kinetika Reaksi Kimia
1. teori Tumbukan (Kolisi)
“Reaksi hanya dapat berlangsung jika molekul-molekul reaktan saling bertumbukan. Namun demikian, tidak setiap tumbukan akan menghasilkan reaksi. Hanya tumbukan yang berhasil atau efektif saja yang akan menghasilkan reaksi”.
• Tumbukan yang berhasil (efektif):
Jika tersedia jumlah energi yang cukup dan orientasi (atau posisi) yang tepat untuk memutuskan atau memecahkan ikatan dan membentuk ikatan kimia yang baru. Tinjaulah sebuah reaksi homogen: A + B produk reaksi (1) Kecepatan reaksi (1) yang dilambangkan dengan r, atau yang juga merupakan jumlah tumbukan efektif per satuan waktu, dapat dinyatakan sbb.: r=P. z.f (2) keterangan dengan: P faktor ruang (faktor probabilitas, faktor sterik). Faktor ini menunjukkan fraksi tumbukan dengn orientasi yang tepat. Untuk penyederhanaan, sering kali diambil harga: P = 1 z jumlah tumbukan per satuan volume per satuan waktu f fraksi tumbukan yang efektif, dengan tingkat energi yang cukup. 2. Reaksi bimokuler dan teori tumbukan
Beberapa hal- hal yang berkaitan dengan teori tumbukan
• Teori tumbukan juga cocok diterapkan untuk beberapa reaksi dalam larutan yang melibatkan ion-ion sederhana. • Besarnya faktor frekuensi tumbukan yang diprediksi menggunakan teori tumbukan: 109–1011 Penyimpangan yang dihasilkan akan semakin besar seiring dengan meningkatnya kompleksitas molekul-molekul reaktan yang terlibat. • Kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi reaktan, karena jumlah tumbukan per detiknya bertambah jika konsentrasi bertambah • Kecepatan reaksi bergantung pada sifat reaktan karena energi aktivasi yang berbeda. • Kecepatan reaksi bergantung pada suhu karena jumlah molekul berenergi cukup untuk bereaksi merupakan fungsi suhu. • Katalis mempengaruhi kecepatan reaksi (atau mempercepat reaksi) karena memperkecil energi aktivasi.
Adapun kegagalan-kegagalan teori tumbukan dalam menjelaskan kecepatan reaksi:
• Molekul-molekul yang bereaksi mempunyai orientasi tertentu sebelum bereaksi. • Reaksi dapat berlangsung dalam beberapa tahap. • Energi aktivasi tidak saja terlokalisasi dalam ikatan yang akan diputuskan dalam reaksi, namun juga dalam beberapa ikatan lainnya • Teori tumbukan tidak dapat digunakan untuk reaksi yang terjadi pada permukaan katalitik. 3. TEORI KOMPLEKS AKTIF (KEADAAN TRANSISI) Menurut teori ini, reaksi diawali dengan tumbukan antara molekul-molekul reaktan. Sebelum membentuk produk reaksi, molekul-molekul yang bereaksi membentuk kompleks teraktifkan yang berada dalam keadaan kesetimbangan termodinamika dengan molekul reaktan. Beberapa hal yang berkaitan dengan teori kompleks aktif: • Molekul-molekul memiliki energi vibrasi, rotasi, dan translasi. • Tumbukan antar reaktan menghasilkan kompleks aktif (keadaan transisi), kemudian terdekomposisi menghasilkan produk. • Kompleks aktif berkesetimbangan dengan reaktan. • Tahap yang mengendalikan kecepatan reaksi (rate limiting step) adalah tahap dekomposisi kompleks aktif menjadi produk.
4. Rumus teori keadaan Transisi
5. ENERGI AKTIVASI REAKSI Energi aktivasi reaksi merupakan energi minimum yang harus dimiliki oleh molekul-molekul reaktan agar menghasilkan reaksi jika saling bertumbukan. “Hanya molekul-molekul yang memiliki energi yang sama dengan atau lebih besar dari energi aktivasi Ea yang dapat menghasilkan reaksi”.
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan energi aktivasi reaksi:
(1) Energi aktivasi reaksi (seperti yang ditentukan secara eksperimen) merupakan energi untuk jumlah reaksi secara keseluruhan, bukan masing-masing tahap reaksi. Energi aktivasi reaksi merupakan selisih antara energi reaktan dan energi tertinggi dari keadaan teraktifkan (atau keadaan transisi) dalam proses tersebut. (2) Energi aktivasi untuk setiap tahap selalu berharga positif. (3) Sesuai dengan distribusi Maxwell-Boltzmann tentang energi molekular, jika suhu dinaikkan, maka kecepatan reaksi bertambah. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya tumbukan yang mempunyai energi lebih besar dari Ea.