Anda di halaman 1dari 7

1.

AMPICILIN
Absorpsi

Obat kurang diabsorpsi secara baik di gastrointestinal apabila dikonsumsi bersama


makanan. Absorpsi obat dalam perut kosong adalah sekitar 30-55%. Konsentrasi puncak
obat dalam plasma darah tercapai sekitar 2 jam. [1]

Distribusi

Setelah diabsorpsi, obat didistribusikan ke seluruh tubuh termasuk ke hati, empedu,


otot, dan lemak. Obat ampicillin akan terkonsentrasi dalam cairan empedu dan
menjalani sirkulasi enterohepatik. [1]

Metabolisme

Sebagian besar obat ampicillin tidak dimetabolisme. Sebagian kecil obat dimetabolisme
dengan cara hidrolisis cincin beta-laktam menjadi penicilloic acid. [3]

Eliminasi

Waktu paruh obat per oral sekitar 60-90 menit, per injeksi sekitar 27 menit. Sebagian
besar ampicillin diekskresikan ke urine dalam bentuk tidak berubah, sama seperti
amoxicillin. Obat juga diekskresikan ke dalam air susu ibu dan feses. [1]

2. RANITIDIN
Absorbsi

Ranitidin dapat diadministrasi lewat injeksi oral, intramuskular, dan intravena.


Penyerapan ranitidin lewat rute oral (bioavailabilitas) 50% diabsorbsi dan mencapai peak
plasma concentration dicapai dalam waktu 1-2 jam. Absorbsi tidak dipengaruhi oleh
makanan atau antasida. Setelah pemberian oral, dosis 150 mg mean plasma
concentration sekitar 400 ng/ml.[6]

Penyerapan ranitidin lewat rute injeksi intramuskular dosis 50 mg sangat cepat dengan
mean plasma concentration 576 ng/ml dalam 15 menit atau kurang. Bioavailabilitas
mencapai 90-100%.[5]

Penyerapan ranitidin lewat rute injeksi intravena mencapai mean plasma concentration
440-545 ng/mL dalam 2-3 jam.[3]

Distribusi

Didistribusikan secara luas, termasuk ASI, menyeberangi sawar darah otak dan plasenta.
Konsentrasi ranitidin di cairan serebrospinal 1/20 sampai 1/30 konsentrasi di plasma
pada waktu yang sama. Volume distribusi 1,4 L/kg (1,2-1,8 L/kg). Ikatan plasma protein
15%.[6,7]
Metabolisme

Metabolisme ranitidin terjadi di hepatik, dengan total pembersihan sebanyak 30% dari
total body clearance setelah pemberian IV, dan 73% setelah pemberian oral. Hasil
metabolisme ranitidin adalah N-oksida sebagai metabolit utama sebanyak <4% dari total
dosis yang diadministrasi, S-oksida (1%) dan desmetil ranitidin (1%) yang ditemukan di
urin. Sisa dari dosis yang diberikan ditemukan pada feses. Pada pasien dengan disfungsi
hepar (sirosis) terdapat gangguan metabolisme ranitidin (waktu paruh, distribusi,
pembersihan, dan bioavailabilitas) namun bersifat minor dan insignifikan.[5,6]

Ekskresi

Ekskresi ranitidin dilakukan via renal dengan rata-rata 530 mL/menit hingga 760
mL/menit yang menandakan ekskresi tubular aktif. Waktu paruh eliminasi berkisar 2
hingga 3 jam. Ekskresi ranitidin (unchanged form) di urin pada pemberian oral 30% dan
70% pada pemberian IV dalam 24 jam, sisanya dieksresikan lewat feses.[3,7]

Pasien dengan gangguan fungsi renal (pembersihan kreatinin 25-35 ml/menit)


pemberian ranitidin IV dosis 50 mg memiliki waktu paruh 4,8 jam, eksresi ranitidin 29
ml/menit.[3]

3. PARACETAMOL
Absorpsi

Paracetamol diabsorbsi dengan baik di usus halus melalui transport pasif pada
pemberian oral. Pemberian dengan makanan akan sedikit memperlambat absorpsi
paracetamol. [2]

Pada pemberian melalui rektum, terdapat variasi konsentrasi puncak di plasma dan
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi puncak di plasma lebih lama. [2]

Distribusi

Setelah pemberian oral, konsentrasi puncak pada plasma akan dicapai dalam waktu 10 –
60 menit pada tablet biasa dan 60 – 120 menit untuk tablet lepas-lambat. Konsentrasi
rata-rata di plasma adalah 2,1 μg/mL dalam 6 jam dan kadarnya hanya dideteksi dalam
jumlah kecil setelah 8 jam. Paracetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam. [2]

Paracetamol memiliki bioavailabilitas yang tinggi. Sekitar 25% paracetamol dalam darah
diikat oleh protein. [2]

Metabolisme

Metabolisme paracetamol terutama berada di hati melalui proses glukoronidasi dan


sulfasi menjadi konjugat non toksik. Sebagian kecil paracetamol juga dioksidasi melalui
enzim sitokrom P450 menjadi metabolit toksik berupa N-acetyl-p-benzo-quinone imine
(NAPQI). [6]
Pada kondisi normal, NAPQI akan dikonjugasi oleh glutation menjadi sistein dan
konjugat asam merkapturat. Ketika diberikan dosis dalam jumlah yang besar atau
terdapat defisiensi glutation, maka NAPQI tidak dapat terdetoksifikasi dan menyebabkan
nekrosis hepar akut. [6]

Eliminasi

Sekitar 85% paracetamol diekskresi dalam bentuk terkonjugasi dan bebas melalui urin
dalam waktu 24 jam. Pada paracetamol oral, ekskresi melalui renal berlangsung dalam
laju 0,16 – 0,2 mL/menit/kg. Eliminasi ini akan berkurang pada individu berusia > 65
tahun atau dengan gangguan ginjal. [3]

Selain ginjal, sekitar 2,6% akan diekskresikan melalui bilier. Paracetamol juga dapat
diekskresikan dengan hemodialisa.[2]

4. NIFEDIPINE
Absorbsi

Nifedipine mengalami absorpsi secara cepat pada traktus gastrointestinal. Nifedipine


membutuhkan waktu 30-60 menit untuk mencapai konsentrasi puncak. Onset kerja
nifedipine sekitar 20 menit. Absorpsi dipengaruhi makanan. Absorpsi juga meningkat
bila dikonsumsi tidak utuh (dikunyah atau digerus). Konsentrasi obat meningkat secara
gradual dan mencapai plateau dalam 6 jam setelah dosis pertama diberikan.[3,10,15]

Distribusi

Nifedipine didistribusikan ke dalam air susu dalam jumlah sedikit. Protein binding 92%-
98%.[3,10]

Metabolisme

Nifedipine mengalami metabolisme secara ekstensif di dalam liver melalui sistem


sitrokrom P450. Metabolisme nifedipine terutama melalui isoenzim CYP3A4, tetapi juga
dapat dimetabolisme oleh isoenzim CYP1A2 dan CYP2A6.[3,10,15]

Eliminasi

Ekskresi nifedipine paling utama melalui urin dalam bentuk metabolit inaktif larut air
(80%-95%) dan melalui feses. Waktu paruh nifedipine adalah 2 jam.[3,10]

5. PREDNISON
Absorpsi

Absorpsi prednison sangat baik setelah konsumsi per oral. Konsentrasi puncak dalam
plasma darah tercapai sekitar 1─3 jam pada sediaan immediate release, dan sekitar 6
jam pada sediaan delayed release. Bioavailabilitas obat per oral adalah 92%.
Distribusi

Distribusi prednison dalam ikatan dengan protein sebesar 65%─91%.

Metabolisme

Metabolisme terjadi di hati dengan cara hidroksilasi menjadi metabolit aktif,


prednisolon.

Eliminasi

Prednison diekskresikan ke dalam urin. Waktu paruh biologis setelah konsumsi per oral
adalah sekitar 3-4 jam. Pada anak-anak waktu tersebut lebih pendek, yaitu sekitar 1-2
jam. [1-4]

6. SALBUTAMOL
Absorpsi
Salbutamol tablet 4 mg, cepat diabsorpsi setelah konsumsi per oral oleh individu normal.
Tablet salbutamol dengan masa kerja panjang, penyerapannya sekitar 80% dengan, atau
tanpa makanan. Salbutamol tablet dengan masa kerja cepat atau segera, absorpsinya
100% dalam keadaan stabil. Namun, kecepatan absorpsinya diperlambat oleh makanan
tanpa mempengaruhi bioavailabilitas obat.
Onset kerja obat pada sediaan inhalasi adalah kurang dari 15 menit, sedangkan per oral
dalam waktu 30 menit. Konsentrasi plasma maksimum sekitar 18 ng/mL, dicapai dalam
waktu dua jam.
Pada uji klinis terhadap para pasien dengan asma, onset perbaikan fungsi pulmonal,
adalah dalam waktu 30 menit setelah konsumsi satu dosis salbutamol tablet. Perbaikan
gejala mencapai puncaknya dalam waktu 2-3 jam. Masa kerja tablet salbutamol sekitar 8
jam

Distribusi
Salbutamol didistribusikan dalam tubuh berikatan dengan protein sebanyak 10%.
Volume distribusi adalah 0,1 L/kgBB.
Pada uji coba hewan, dilaporkan bahwa salbutamol melewati sawar otak, dan mencapai
konsentrasi sekitar 5% dari konsentrasi plasma. Ekskresi kedalam air susu ibu belum
diketahui.

Metabolisme
Metabolisme salbutamol terjadi di hepar. Metabolit yang dihasilkan berbentuk
metabolit aktif colterol dan salbutamol 4-O-sulfat, serta metabolit inaktif 4-O-sulfat
ester.

Eliminasi
Pasien yang diberikan 8 mg salbutamol per oral, menunjukkan bahwa 76% dari dosis
tersebut diekskresikan ke urin dalam 3 tiga hari. Mayoritas dosis diekskresikan dalam
waktu 24 jam pertama, dimana 60% dalam bentuk metabolit.
Pada pemberian dosis inhalasi, sekitar 72% diekskresikan ke urin dalam waktu 24 jam.
Sekitar 28% dari dosis inhalasi tersebut diekskresikan dalam bentuk tidak berubah,
sedangkan 44% nya sebagai metabolit.
Sediaan per oral memiliki waktu paruh sekitar 5 jam, sedangkan sediaan inhalasi
memiliki waktu paruh 3-8 jam.
Ekskresi di feses hanya sekitar 4% dari dosis obat yang dikonsumsi [1-3, 5]
Resistensi
Pernah dilaporkan pasien asmatik yang menerima pengobatan salbutamol selama 4
minggu, tidak menunjukkan adanya resistensi terhadap obat ini. Namun, pasien normal
yang dibandingkan dengan pasien asmatik tersebut, menunjukkan perkembangan
resistensi yang progresif terhadap salbutamol. Hal ini didukung oleh adanya laporan
studi lainnya, yang menyatakan terjadinya resistensi terhadap obat salbutamol inhalasi,
yang diberikan selama dua minggu kepada beberapa laki-laki dewasa muda normal [16,
17

7. ISOSORBID DINITRATE
Absorpsi

Pemberian ISDN per oral dosis 5 mg diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran
pencernaan, dan tidak tergantung adanya makanan. Walaupun demikian, sediaan sublingual
dapat bekerja lebih cepat dan efektif daripada sediaan oral .

Bioavailabilitas sediaan ISDN per oral sangat bervariasi, yaitu pada kisaran 10─90%, dengan
rata-rata 25% per oral. Bioavailabilitas akan meningkat secara progresif pada penggunaan
obat jangka Panjang.

Konsentrasi puncak dalam serum terjadi dalam 1 jam setelah dicerna. Dan tablet oral
extended-release memiliki efektivitas 8─10 jam.

Distribusi

VSS (distribusi volume pada keadaan tetap) ISDN adalah 2─4 L/kg BB/menit. Kerja obat per
oral adalah moderat hingga long-acting, sedangkan kerja obat sublingual adalah rapid-acting
serta berakhir dalam jangka waktu pendek.

Metabolisme

Secara ekstensif di hepar, ISDN dirubah menjadi metabolit yang terkonjugasi. Hasilnya
adalah terdapat dua metabolit aktif secara biologis yaitu 2-isosorbide mononitrate (2-ISMN)
dan 5-isosorbide mononitrate (5-ISMN).

Waktu paruh biologis

Dalam waktu 5 jam, 5-ISMN akan dibersihkan dalam serum, dan diubah menjadi 5-
mononitrat glukuronidase dan sorbitol. Sedangkan untuk 2-ISMN akan dibersihkan dalam
waktu 2 jam dalam serum, yang diperkirakan menjalani alur metbolisme yang mirip dengan
5-ISMN
Eliminasi

ISDN dikeluarkan dari tubuh melalui dua cara yaitu sekitar 80─99% di urine dan <1%di feses.

Pada metabolit 2-ISMN, terjadi denitrasi clearance sebesar 15─25%, dan sekitar 75-85%
untuk 5─ISMN. [9-14]

8. AMOXICILLIN
Absorpsi
Amoxicillin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan, dan tidak
tergantung adanya makanan. Bioavailabilitas berkisar antara 74─92%, dan bisa mencapai
95% per oral. Konsentrasi puncak dalam serum terjadi dalam 1─2 jam . Waktu puncak dalam
plasma darah bergantung pada bentuk sediaan, dimana waktu puncak akan dicapai dalam 2
hari untuk obat bentuk kapsul, 3 hari untuk obat bentuk tablet extended release, dan 1 hari
untuk obat bentuk suspensi. Karena amoxicillin diekskresikan terutama di ginjal, konsentrasi
dalam serum akan meningkat pada penderita gangguan ginjal
Absorpsi per oral pada neonatus lebih lambat dibandingkan anak-anak yang lebih besar.
Konsentrasi puncak dalam serum pada neonatus, didapat dalam 3─4,5 jam.

Distribusi
Distribusi amoxicillin terbanyak dalam cairan tubuh dan tulang, termasuk paru-paru, sekresi
bronkial, sekresi sinus maxilaris, empedu, cairan pleura, sputum, dan cairan telinga
tengah.  Dalam cairan serebrospinal amoxicillin dapat ditemukan dalam konsentrasi  <1%.
Dalam ikatan protein plasma, 17─20%. Pada wanita hamil, amoxicillin dapat melewati sawar
plasenta. [26]

Metabolisme
Bio transformasi amoxicillin terjadi di hepar. Waktu paruh amoxicillin kurang lebih 1 jam
pada orang dewasa. Waktu paruh pada anak bisa lebih singkat. Pada neonatus, waktu paruh
berkisar 3-4jam jam untuk neonatus cukup bulan. Pada infant dan anak-anak, berkisar
antara 1-2 jam. Waktu paruh akan memanjang pada penderita dengan gagal ginjal.

Eliminasi
Amoxicillin diekskresikan melalui urine. Sekitar 50-80% dosis amoxicillin diksresikan ke urine
tanpa berubah bentuk. Ekskreasi obat ke ginjal akan lebih lama pada neonatus dan infant
karena fungsi ginjal yang belum berkembang sempurna.
Resistensi
Beberapa bakteri telah dilaporkan resistensi terhadap amoxicillin, yaitu Methicillin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) dan golongan cocci gram positif. Resistensi amoxiciliin terjadi
karena beberapa faktor, diantaranya adalah:

Penggunaan secara berlebihan di masyarakat yang diperoleh tanpa resep dokter

Pemberian resep yang tidak perlu, atau tidak rasional

Penggunaan ekstensif di bidang agrikultural


Tersedianya beberapa antibiotika baru [15-17]

Anda mungkin juga menyukai