Disusun oleh:
Wanda Aldiyanto 17/413880/TK/46320
FAKULTAS TEKNIK
2020
1. Jelaskan lengkapi dengan gambar cara pekerjaan pencempuran dan penuangan
beton menggunakan cara manual, concrete mixer dan redymix dengan concrete
pump.
Jawab :
Beton adalah campuran antara semen, agregat kasar dan halus, air, dan zat aditif. Komposisi
yang berbeda-beda di antara bahan baku beton mempengaruhi sifat beton yang dihasilkan pada
akhirnya.
Perencanaan campuran beton (mix design) adalah suatu langkah yang sangat penting dalam
pengendalian mutu beton. Adukan Beton direncanakan sedemikian rupa sehingga beton yang
dihasilkan dapat dengan mudah dikerjakan dengan biaya yang ekonomis. Beton harus
mempunyai workabilitas yang tinggi, memiliki sifat kohesi yang tinggi saat dalam kondisi plastis
(belum mengeras), sehingga beton yang dihasilkan cukup kuat dan tahan lama.
Adapun beberapa jenis metode pencampuran adukan beton, antara lain :
Adapun cara untuk pengadukan beton dengan metode konvensional sebagai berikut.
1. Cari tempat untuk mengolah atau mengaduk beton
2. Jika lokasi pencampuran beton berupa tanah, maka bisa melapisinya dengan plastik agar
campuran beton tidak bercampur dengan tanah dan kotoran lainnya atau dengan membuat bak
penampung sederhan menggunakan kayu sebagai tempat untuk mencampur bahan-bahan
pembuat beton.
3. Ukur bahan yang dipakai dalam pembuatan beton
4. Setelah itu, tempatkan agregat berupa kerikil dan pasir ke dalam tumpukan pada lembaran
plastik tersebut secara merata atau sampai warna campurannya sama
5. Tambahkan semen di atas nya dengan porsi yang cukup
6. Campur dengan sekop semua bahan di tumpukan ke satu sisi. Langkah ini butuh energi yang
cukup karena harus dipastikan benar bahwa semua material tercampur rata
7. Buat kawah yang dalam di tumpukan dan tambahkan air sebanyak 75% dari jumlah air yang
diperlukan.
8. Aduk kembali campuran tersebut perlahan. Lakukan dari satu sisi ke sisi lainnya
9. Tambahkan kembali sisa air dan pastikan air terdistribusikan dengan merata ke dalam
campuran beton tersebut
Pembuatan beton menggunakan concrete mixer dilakukan untuk pekerjaan – pekerjaan skala
besar yang menggunakan beton dalam jumlah banyak, pengadukan dengan mesin dapat lebih
murah dan memuaskan karena beton yang dibuat dengan mesin dapat lebih homogen.
Berikut langkah langkah pencampuran dan penuangan beton di lapangan dengan
menggunakan concrete mixer :
1. Pengawas dan pelaksana harus memastikan sudah membuat Mix Design jauh hari sebelum
pekerjaan dimulai . Sample material yang diambil adalah material yang akan dipakai untuk
pengecoran. Pembuatan Mix Design lebih cepat dilakukan untuk mengantisipasi jika
material yang akan digunakan tidak layak secara kualitas, sehingga dapat dicari material dari
tempat lain. Tidak semua material alam di suatu daerah layak dipergunakan sesuai kualitas
material yang disyaratkan.
2. Lokasi pengambilan material akan mempengaruhi schedule pelaksanaan pekerjaan.
Terkadang pelaksanaan pengecoran bisa tertunda karena stock material tidak ada, harga
terlalu tinggi atau jarak transportasi yang cukup jauh. Untuk itu pengawas harus
mendiskusikannya lebih awal dengan pihak pelaksana
3. Pengawas harus memeriksa spesifikasi dan kualitas material yang masuk ke lokasi, antara lain
: Semen ( misalnya menggunakan Portland Semen Type 1 ), Pasir (ukuran dan gradasi butir
standar, pasir bersih dari kandungan lumpur dan bahan organik), Split/ Koral (batu pecah
ukuran ½ – 2/3, bukan batu bulat, gradasi butir standar, bersih dari lumpur dan bahan
organik).
4. Pengawas dan Pelaksana harus memeriksa jumlah material yang masuk disesuaikan dengan
Volume Beton yang akan dikerjakan. Kekurangan material sering akan mempengaruhi
kelancaran pelaksanaan pengecoran. Dipastikan sesuai dengan hasil dari Mix Design yang
telah dilakukan.
5. Pengawas harus mengingatkan pelaksana jangan sampai menambah/mengurangi campuran
beton sehingga mempengaruhi kekuatan beton yang direncanakan. Setiap pengawas harus
dapat mengestimasi volume beton, volume semen, pasir dan kerikil untuk beton yang
dikerjakan.
6. Jika material semen masuk jauh hari sebelum pelaksanaan pengecoran maka penyimpanan
material semen diusahakan terhindar dari hujan. (Disimpan diruang tertutup atau disimpan di
daerah yang tertutupi atap).
7. Pengawas dan pelaksana harus memeriksa ketersediaan air untuk pengecoran. Pengawas
menegaskan ke pelaksana bahwa air yang dipakai harus bersih dan bebas dari lumpur dan
minyak. Jika tidak ada persedian air dilokasi tersebut maka pelaksana harus membuat sumur
bor atau melakukan pembelian dari luar.
8. Pelaksana harus menyiapkan bak ukur (Dolak), dibuat sesuai dengan ukuran berdasarkan
perhitungan Mix Design. Pengawas harus memastikan ukuran dan jumlah bak ukur sesuai.
Bak ukur ini akan dipergunakan sebagai takaran pada proses pencampuran material beton.
9. Pelaksana harus mengatur penempatan material (Semen, pasir dan kerikil) dan juga
penempatan Mesin Molen sehingga memudahkan mobilisasi material campuran beton saat
pengecoran.
10. Pengawas dan Pelaksana memastikan kondisi peralatan dalam keadaan baik dan layak pakai,
seperti : mesin molen, ember cor, kereta sorong, concrete vibrator, mesin pompa, alat Slump
Test, cetakan Benda Uji. Kondisi mesin molen akan mempengaruhi kecepatan pelaksanaan
pengecoran. Pelaksana harus memastikan mesin molen berfungsi dengan baik untuk
mendapatkan kualitas beton yang baik dan waktu pengecoran yang tidak terlalu lama.
11. Jika volume beton yang akan dikerjakan cukup besar maka pengawas perlu melakukan
koordinasi dengan pelaksana untuk pengadaan mesin molen lebih dari 1 buah.
12. Pengawas mengingatkan pihak pelaksana untuk mempersiapkan jumlah pekerja sebaik
mungkin, diatur menurut fungsionalnya , antara lain : Tenaga pekerja untuk mobilisasi
material, Tenaga pekerja untuk pengisian material pasir, Tenaga pekerja untuk pengisian
material kerikil ,Tenaga pekerja untuk pengisian semen, Operator mesin molen, Tenaga
pekerja untuk mobilisasi distribusi beton, Tukang untuk pengatur penempatan campuran
beton , Operator vibrator dan pompa air (jika diperlukan) dan Tenaga bantu
(cadangan) lainnya.
13. Jika pekerjaan harus menggunakan penuangan dengan sistem penalangan, maka pelaksana
harus mempersiapkan sebelum pekerjaan pengecoran dimulai. Talang yang baik adalah talang
yang dapat mengalirkan campuran beton dengan lancar, salah satunya dengan dilapisi seng.
Harus dipastikan penempatan talang beton tidak melebihi jarak jatuh maksimum sebesar 60
cm.
14. Sebelum pengecoran dimualai, pengawas dan pelaksana harus memeriksa ukuran besi dan
sistim penulangan yang akan dikerjakan sudah sesuai dengan gambar kerja . Semua area yang
akan di cor harus bersih dari kotoran, minyak dan genangan air. Khusus untuk pekerjaan
pondasi dimana kondisi galian pondasi penuh dengan air maka dilakukan pemompaan.
Sebaiknya pengecoran juga jangan dilaksanakan saat hujan.
15. Ketika pengadukan beton sudah dimulai, pengawas dan pelaksana memerintahkan dan
mengingatkan secara tegas ke pekerja komposisi campuran material yang harus dituangkan ke
molen beton. Harus ditegaskan bahwa tidak boleh mengurangi volume komposisi material
apalagi mengurangi volume semen.
16. Setelah pengadukan pertama selesai lakukan pemeriksaan slump trest. Dari nilai pemeriksaan
slump test akan diketahui komposisi air optimal untuk campuran tersebut. Nilai Slump test
yang disyaratkan adalah 8 – 12 cm. Jika nilai slump test dibawah 8 cm, berarti adukan
terlampau kering maka air harus ditambah. Jika nilai slump test diatas 12 berarti adukan
terlampau encer, maka jumlah air harus dikurangi.
17. Lakukan pengujian slump test saat pengadukan kedua, jika sudah memenuhi syarat maka
dijadikan standar jumlah air dalam adukan. Jika belum dilakukan lagi pemeriksaan di
pengadukan ke tiga. Selanjutnya pengambilan nilai slump test dapat dilakukan dalam
beberapa tahap atau diacak jika dianggap perlu bilamana secara visual campuran beton
dianggap kurang layak.
18. Pengawas berhak memerintahkan pelaksana untuk membuat Benda Uji Kubus/Silinder
untuk uji kekuatan tekan beton. Pengambilan campuran beton Benda Uji diambil dari
adukan secara acak dari beberapa pengadukan.
19. Kadangkala untuk mempercepat pengadukan, pekerja sering menambahkan air. Hal ini harus
secara tegas dilarang oleh pengawas.
20. Pengawas harus memerintahkan dan mengawasi pemakaian concrete vibrator. Setiap
penuangan campuran beton harus dilakukan pemadatan menggunakan concrete vibrator
sesuai standar pemakaiannya.
21. Jika pengecoran dilakukan secara bertahap oleh volume yang cukup besar , misalnya
pengecoran plat lantai maka penghentian pengecoran diatur pada posisi yang diisyaratkan.
Untuk penyambungan pengecoran selanjutnya terlebih dahulu harus dituangkan lem beton
(Cold Joint). Pemakaian cold joint harus mendapatkan persetujuan pengawas dimana sebelum
pekerjaan dimulai pelaksana harus memberitahukan jenis cold joint yang akan dipakai.
22. Pengawas harus memeriksa pelaksanaan pengecoran berjalan baik dan pastikan semua bagian
terisi oleh beton. Khusus elevasi ketinggian batas atas pengecoran di angkur harus diperiksa
jangan sampai melebihi batas pengecoran. Karena jika lebih harus dilakukan pembobokan.
23. Setelah pengecoran selesai, semua perkakas dan peralatan harus dibersihkan dan dicuci
supaya tidak terjadi pengikatan beton terhadap peralatan dan perkakas sehingga tidak bisa
terpakai lagi.
Ketika sampai di lokasi proyek, beton ready mix siap dituang dari Truck Mixer untuk
pengecoran, tetapi apabila Truck Mixer tidak dapat menjangkau lokasi pengecoran misal
pada lantai atas bangunan atau pada basement, maka akan digunakan alat bantu penuangan
campuran ready mix yaitu Concrete Pump.
Pompa beton / concrete pump adalah alat yang digunakan untuk mendorong hasil cairan
beton yang sudah diolah dari mixer truck. Biasanya concrete pump digunakan untuk
mengecor lempengan beton, lantai basement, atau bisa juga pondasi dasar kolam renang.
Menggunakan Concrete Pump akan memudahkan pekerja bangunan untuk melakukan
pekerjaannya. Karena biasanya pengecoran bahan dilakukan secara manual, dengan
menggunakan concrete pump hasilnya akan lebih cepat selesai dan lebih efektif pula dalam
membantu pekerja menyelesaikan pekerjaannya.
Sekilas melihat concrete pump cara kerja dari alat ini yaitu concrete pump akan bergerak
untuk menjangkau area pengecoran agar proses pengecoran bisa lebih cepat untuk selesai.
Dan juga mengurangi resiko dari segregasi (pemisahan butiran-butiran agregat yang
diakibatkan kurangnya kelecakan campuran beton).
Pengoperasian dari pompa beton menggunakan sistem hidrolik dan juga listrik.
Prosesnya adalah dengan menggabungkan silinder material yang dihubungkan dengan
silinder hidrolik dan berputar secara bergantian.
Terdapata beberapa jenis dari concrete pump yang biasa digunakan perusahaan
konstruksi antara lain:
1. Concrete Pump Longboom
Concrete pump jenis ini biasanya diperuntukkan untuk bangunan tinggi yang bisa
mencapai lantai 4 keatas seperti gedung perkantoran, mall, apartemen, dan
sebagainya. Atau bangunan yang memiliki ketinggian 15 meter keatas. Bar beton atau
concrete pressure-nya berada di kisaran 8 mpa (80 bar) sampai 40 mpa (400 bar),
tergantung dari tinggi bangunannya.
2. Concrete Pump Mini
Concrete pump jenis ini biasanya dipakai untuk bangunan yang letaknya berada di
jalanan sempit yang hanya bisa diakses kendaraan mini truck. Biasanya concrete
pump jenis ini hanya dipakai untuk pengecoran rumah yang berada di level
ketinggian 1 sampai dengan 2 lantai keatas.
3. Concrete Pump Standard
Concrete pump jenis ini biasanya diperuntukkan untuk bangunan bangunan yang
rendah seperti ruko, rumah pribadi, restoran, dan sebagainya. Biasanya bangunan
yang menggunakan pompa beton ini ketinggian bangunannya kurang dari 20 meter.
Bar beton atau concrete pressure-nya berada di kisaran 4 mpa (40 bar) sampai dengan
7 mpa (70 bar).
4. Forteble
Biasa disebut dengan pompa kodok, digunakan untuk bangunan proyek seperti
waduk, bendungan, pelabuhan, pondasi menara telekomunikasi, dan sebagainya.
Referensi
https://www.wikipedia.org/
https://khedanta.wordpress.com/2011/04/27/pelaksanaan-pengecoran-beton-dengan-sistim-site-mix/
https://indonusa-conblock.com/proses-pembuatan-beton-ready-mix/
https://pp-presisi.co.id/pengoperasian-cara-kerja-dan-jenis-dari-concrete-pump
2. Hitung kebutuhan besi beton untuk kolom praktis 15/15, dengan tulangan
memanjang 4P12 dan sengkang diameter P8-150. Tinggi kolom 3 meter.
Jawab :
A. Kebutuhan Besi Tulangan Utama (Memanjang)
- Total Panjang Tulangan Besi Utama ⌀12 = 4 buah x 3000 mm = 12000 mm = 12 m
- Volume Besi Tulangan Utama = Vbtu = 4 x 0.25 x p x 122 x 3000 = 1357168.026 mm3
= 0.001357168026 m3
- Diperlukan Besi Beton Polos ⌀12 sepanjang 12m atau sebanyak 1 batang di pasaran.
B. Kebutuhan Besi Sengkang (Begel)
- Asumsi Tebal Selimut Beton pada Kolom (ds) = 25 mm
- Panjang 1 Buah Begel ⌀8 = Keliling kotor tulangan utama + panjang tekukan
= (100 + 100 + 100 + 100) + (2 x 50) = 500 mm = 0.5 m
- Jarak Antar Begel = 150 mm
- Jumlah Begel di Sepanjang Kolom = 3000 mm / 150 mm = 20 buah
- Total Panjang Besi Begel = Panjang 1 buah begel x Jumlah begel = 0.5 x 20 = 10 m
- Volume Besi Sengkang = Vbs = = 20 x 0.25 x p x 82 x 500 = 502654,825 mm3
= 0.000502654825 m3
- Jumah Batang Besi di Pasaran = 10 / 12 = 0.833 ≈ 1 buah
- Diperlukan Besi Beton ⌀8 sepanjang 12m atau sebanyak 1 batang di pasaran.
C. Kebutuhan Beton Kolom 150x150x3000
- Volume Kolom (V) = (Luas alas kolom x tinggi kolom)-Vbtu-Vbs
= (150 x 150 x 3000) - 1357168.026 - 502654,825
= 67500000 - 1357168.026 - 502654,825
= 66092577.149 mm3 = 0.0661m3
- Asumsi terdapat overhead volume sebesar 5% dilapangan.
Overhead Volume di Lapangan = 5% x V = 5% x 0.0661 m3 = 0.003305 m 3
- Total Volume Beton = Volume Kolom + Overhead Lapangan = 0.0661 + 0.003305
= 0.069405 m3