Anda di halaman 1dari 15

STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR

DC SHOCK( DRFIBLATOR), PEMASANGAN INFUS JENIS CAIRAN DAN


FUNGSINYA, CARA MENGHITUNG TETESAN INFUS MAKRO DAN MIKRO
DRIBS

Oleh

SRI SARTIKA JR

14420191052

PRECEPTOR INSTITUSI

Wa Ode Sri Asniar, S.Kep.,Ns.,M.Kes

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN DISASTER NURSING

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IX

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2020
STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR
PENGGUNAAN DC-SHOCK (DEFIBRILATOR)

A. PENGERTIAN
Suatu cara memberikan renjatan arus listrik langsung ke jantung lewat

sepasang elektroda yang diletakkan pada dinding toraks untuk menghentikan

takikardia ventricular dan supraventrikuler.

Pemberian renjatan sinkron gelombang R(Kompleks QRS). Renjatan listrik

mendepolarisasi sel pemacu jantung automatic dan sel miokardial serta

menghilangkan atritmia. Nodus sinoatrial, nodus atrioventrikular dan system

purkinje mengambil alih irama jantung.

B. TUJUAN

Menghilangkan aritmia ventrikel yang spesifik pada henti jantung dan

kelainan organic jantung lainnya.

C. INDIKASI

1. Kardioversi darurat,

a. Takikardi supraventrikular, fluter atrial, dan fibrilasi atrial dengan hipotensi,

hipoperfusi sistemik, gagal jantung kongestif, atau iskemia miokard.

b. Takikardia ventrikel dengan nadi palpasi gagal berubah ke irama sinus dengan

lidokain atau amiodaron.


2. Kardioversi.elektif.

Kardioversi dilakukan elektif pada takikardia supraventrikuler, fluter atrial, dan

fibrilasi atrial, yang gagal berubah ke irama sinus dengan digitalis, propranolol,

adrofonium, fenilefrin, kuinidin, atau verapanil.Irama sinus lebih baik daripada

aritmia karena curah jantung lebih banyak dan lebih rendah angka embolisme.

D. KONTRAINDIKASI

1. Intoksikasi digitalis.Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaupun dilakukan

kardioversi sinkron, Stimulasi cepat atrium dengan pemacu temporer(TPM)

dapat merubah atritmia supraventrikular.

2. Penyakit sistem konduksi. Blok atrioventrikular dipasang profilaktik Temporer

Pace Maker (TPM).

3. Pasien dengan tidak mampu bertahan pada irama sinus.

4. Fibrilasi atrial yang telah lama atau bertahun.

5.  Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang, dengan dosis kuinidin

profilaktik.

6. Post operasi baru katup jantung, kardioversi ditunda 10-14 hari, TPM dapat

menghentikan takiaritmia.

E. PERSIAPAN PASIEN

1. Pastikan identitas klien

2. Kaji kondisi klien

3. Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang dilakukan

4. Jaga privacy klien

5. Atur posisi klien


F. PERSIAPAN ALAT

1. Defibrilator

2. Jelly

3. Elektroda

4. Obat-obat sedasi bila perlu (dormikum, atau analgesic lainnya)

G. PROSEDUR

1. Tahap Orientasi 

a. Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaanya)

b. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat

c. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien/keluarga

2. Tahap Kerja

a. Memberikan sedative, atau analgesic  bila perlu

b. Memasang elektrode dan menyalakan EKG monitor

c. Cek ulang gambaran EKG dan print gambaran EKG tersebut untuk

mencegah kekeliruan

d. Set kebutuhan joule sesuai indikasi (untuk defibrilasi mulai dengan 150

joule untuk cardioversi mulai dengan 50 joule)

e. Pegang peddic 1 dengan tangan kiri, letakkan pada daerah mid sternumk dan

paddle 2 dengan tangan kanan pada daerah mid aksila

f. Sambil mengatur letak kedua paddle, beri aba-aba agar staff yang lain tidak

ada yang menyentuh pasien ataupun bad pasien

g. Bila terdengar tanda ready dan mesin defibrilator, tekan tombol DC shock

dengan jempol agar arus masuk dengan baik.


h. Amati EKG monitor, bila tidak ada perubahan lanjutkan dengan memberi

watt second yang lebih tinggi

i. Bila gambaran EKG sudah sinus dan stabil, hentikan tindakan.

j. Hal-hal yang perlu diperhatikan

k. Bila terjadi asistole, lakukan segera tindakan RJP

l. Tindakan-tindakan DC shock dihentikan bilamana tidak ada respon

m. Setiap perubahan gambaran EKG harus di print.

3. Tahap Terminasi

a. Evaluasi respon klien

b. Berikan reinforcement positif

c. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

d. Mengakhiri kegiatan dengan baik

H. DOKUMENTASI

1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan

2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam catatan

3. Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada tempatnya

4. Buka APD dan cuci tangan

5. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP


STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN INFUS, JENIS CAIRAN DAN FUNGSINYA
A. PENGERTIAN

Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk

memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien sedangkan terapi intravena

adalah memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk

dilewati cairan infus / pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan atau obat

dapat masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu. Tindakan ini

sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak,

dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman

diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam

basa.

B. TUJUAN

Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,

vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral,

mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit, memperbaiki keseimbangan

asam basa, memberikan tranfusi darah, menyediakan medium untuk pemberian obat

intravena, dan membantu pemberian nutrisi parenteral.

C. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

1. Indikasi Pemasangan Infus

a. Kebutuhan pemberian obat intravena

b. Hidrasi intravena

c. Transfuse darah atau komponen darah


2. Kontraindikasi Pemasangan Infus

a. Terdapat inflamasi (bengkak, nyeri, demam) flebitis, sklerosis vena, luka

bakar dan infeksi di area yang hendak di pasang infus

b. Pemasangan infus di daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal,

terutama pada pasien-pasien yang mempunyai penyakit ginjal

c. Obat-obatan yang berpotensi iritan pada pembuluh vena kecil yang aliran

darahnya lambat (contohnya pembuluh vena di tungkai dan kaki)

D. LOKASI PEMASANGAN INFUS

Tempat atau lokasi vena perifer yang sering digunakan pada pemasangan infus

adalah vena supervisi atau perifer kutan terletak di dalam fasia subcutan dan

merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena.

Daerah tempat infus yang memungkinkan adalah permukaan dorsal tangan

(vena supervisial dorsalis, vena basalika, vena sefalika), lengan bagian dalam (vena

basalika, vena sefalika, vena kubital median, venan median lengan bawah, dan vena

radialis), permukaan dorsal (vena safena magna, ramus dorsalis).


14

Pemilihan lokasi pemasangan terapi intravana

mempertimbangkan beberapa faktor yaitu:

a. Umur pasien : misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat

penting dan mempengaruhi berapa lama intravena terakhir

b. Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus menerima jenis

terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan,

pilih sisi yang tidak terpengaruh oleh apapun

c. Aktivitas pasien : misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak, perubahan

tingkat kesadaran

d. Jenis intravena: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan

sering memaksa tempat-tempat yang optimum (misalnya

hiperalimentasi adalah sangat mengiritasi vena-vena perifer)

e. Durasi terapi intravena: terapi jangka panjang memerlukan pengukuran

untuk memelihara vena; pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi

dengan hati-hati, rotasi sisi pungsi dari distal ke proksimal (misalnya

mulai di tangan dan pindah ke lengan)

f. Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada, pemilihan

sisi dan rotasi yang berhati-hati menjadi sangat penting ; jika sedikit

vena pengganti

g. Terapi intravena sebelumnya : flebitis sebelumnya membuat vena

menjadi tidak baik untuk di gunakan, kemoterapi sering membuat vena

menjadi buruk (misalnya mudah pecah atau sklerosis).


h. Pembedahan sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang terkena

pada pasien dengan kelenjar limfe yang telah di angkat (misalnya

pasien mastektomi) tanpa izin dari dokter

i. Sakit sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien

dengan stroke

j. Kesukaan pasien : jika mungkin, pertimbangkan kesukaan alami

pasien untuk sebelah kiri atau kanan dan juga

E. PROSEDUR

1. Alat dan bahan


a. Standar infus
b. Cairan infus sesuai kebutuhan
c. IV Catheter / Wings Needle / Abocath sesuai kebutuhan
d. Perlak
e. Tourniquet
f. Plester / Hipavix
g. Gunting
h. Bengkok
i. Sarung tangan bersih
j. Kassa steril
k. Kapas alcohol / alcohol swab
l. Betadine
2. Pelaksanaan
a. Cuci tangan
b. Dekatkan alat dan berdoa
c. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan
selama pemasangan infus
d. Atur posisi pasien/ berbaring
e. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan
gantungkan pada standar infus
f. Menentukan area vena yang akan ditusuk
g. Pasang alas / perlak
h. Pasang tourniquet pembendung <15 cm diatas vena yang akan ditusuk
i. Pakai sarung tangan bersih
j. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm
k. Tusukkan catheter ke vena dengan jarum menghadap ke jantung
l. Pastikan jarun IV masuk ke vena
m. Sambungkan jarum IV dengan selang infus
n. Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi
o. Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plaster
p. Atur tetesan infus sesuai program medis
q. Lepas sarung tangan
r. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana, tanggal dan
jam pelaksanaan
s. Bereskan dan rapikan alat
t. Cuci tangan
u. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi keperawatan
F. JENIS CAIRAN
1. Cairan bersifat isotonis : osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati
serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam
pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi
(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki
risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal
jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya : cairan), Ringer-Laktat (RL),
dan normal saline/ larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
2. Cairan bersifat hipotonis : osmolaritasnya lebih rendah disbandingkan serum
(konsentrasi ion Na + lebih rendah dibandingkan serum). Sehingga larut dalam
serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Digunakan pada keadaan sel
mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialysis) dalam terapi
diuretic, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dextrosa 2,5%.
3. Cairan bersifat hipertonis : osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh
darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradikatif dengan cairan
hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5% +
Ringer-Lactate.
CARA MENGHITUNG TETESAN INFUS MAKRO DAN MIKRO DRIBS

Istilah yang sering digunakan dalam pemasangan infus adalah:


a. gtt adalah makro tetes
b. mgtt adalah mikro tetes
c. jumlah tetesan adalah banyaknya tetesan dalam 1 menit
Rumus Tetap Tetesan Infus :
 1 gtt adalah 3 mgtt
 1 cc adalah 20 gtt
 1 cc adalah 60 mgtt
 1 kolf adalah 1 labu = 500 cc
 1 cc adalah 1 ml
 mgtt/menit adalah cc/jam
 konversi dari gtt ke mgtt kali 3
 konversi dari mgtt ke gtt bagi 3
 1 kolf atau 500 cc/ 24 jam adalah 7 gtt
 1 kolf atau 500 cc/24 jam adalah 21 mgtt
 Volume tetesan infus yang masuk per jam infus set makro adalah jumlah tetesan x
3
Rumus Tetesan Infus :
 Rumus dasar dalam hitungan menit adalah

Jumlah Kebutuhan Cairan x Faktor Tetes


JumlahTetesan Per Menit=
Waktu (Menit )

 Rumus dasar dalam jam adalah


Jumlah Kebutuhan Cairan x Faktor Tetes
JumlahTetesan Per Menit=
Waktu ( Jam ) x 60 Menit
 Faktor tetes rumus dewasa adalah
500 ml x 20 tetes
JumlahTetesan Per Menit=
100 Menit
5005 x 20
JumlahTetesan Per Menit=
1001
JumlahTetesan Per Menit=5 x 20
JumlahTetesan Per Menit=100 tetes
 Penurunan rumus anak
Jumlah kebutuhan cairan x 20 tetes
JumlahTetesan Per Menit=
Waktu ( jam ) x 60 Menit
Jumlah kebutuhan cairan x 201
JumlahTetesan Per Menit= 3
Waktu ( jam ) x 60
Jumlah kebutuhan cairan
JumlahTetesan Per Menit=
Waktu ( jam ) x 3
 Ketetapan tetesan makro
- 20 tetes per menit = 1 cc = 60 ccjam, lamanya akan habis = 500 cc/60 = 8,3
= 8 jam
- 15 tetes per menit = 11 jam
- 10 tetes per menit = 17 jam yang artinya dalam waktu 1 jam = 30 cc
- 5 tetes per menit = 33 jam
- 60 tetes per menit = 3 jam
- 40 tetes per menit = 4 jam
- 30 tetes per menit = 6 jam
 Cara pemberian tetesan infus yang harus habis sebagai berikut
- 1 kolf = 500 cc = 14 tts per mnt, habis dalam 24 jam
- 2 kolf = 1000 cc = 14 tts per mnt, 1 kolfnya habis dalam 12 jam, sehingga
24 jam habis 2 kolf
- 3 kolf = 1500 cc = 20 tts per mnt, 1 kolfnya habis dalam 8 jam, sehingga 24
jam habis 3 kolf
- 4 kolf = 2000 cc = 28 tts per mnt, 1 kolfnya habis dalam 6 jam, sehingga 24
jam habis 4 kolf
 Cara menghitung tetesan infus
Menghitung tetesan infus per menit secara sederhana adalah :
- Tetes per menit adalah jumlah cairan infus
- (Makro) lamanya infus (jam) kali 3
- Tetes per menit adalah jumlah cairan infus
- (Mikro) lamanya infus (jam)
 Contoh soal sebagai berikut :
Ada berapa tetes per menit jika ada caian yang dimasukkan 500 ml dan habis
dalam jangka waktu 8 jam?
Jawab :
a. Bila faktor tetesan makro
Tetes per menit adalah jumlah cairan infus
(Makro) lamanya infus (jam) x 3
Tetes per menit adalah 500 ml
(Makro) 8 jam kali 3
Tetes per menit adalah 500
(Makro) 24
Tetes per menit adalah 20
Jadi, cairan tersebut harus diberikan 20 TPM
b. Bila faktor tetesan mikro
Tetes per menit adalah jumlah cairan infus
(Mikro) lamanya infus (jam)
Tetes per menit adalah 500 ml
(Mikro) 8 jam
Tetes per menit adalah 60
(Mikro)
Jadi, cairan tersebut harus diberikan 60 TPM

Anda mungkin juga menyukai