A. RINGKASAN
Kesesuaian lahan sendiri dicirikan dimana dalam suatu lahan, sumber daya yang ad
apa ad pada lahan tersebut tidak ada perubahan yang signifikan bila dimasuki oleh
aktivitas-aktivitas baru. sedangkan kawasan permukiman sendiri dicirkan dimana di
dalam suatu kawasan yang tidak hanya terdiri dari sekumpulan rumah, melainkan
terdapat sistem sarana prasarana yang menunjang. Dalam menentukan suatu lahan
dapat dikatakan sebagai lahan yang sesuai untuk permukiman, diperlukan beberapa
indikator/ parameter penilaian dalam menganalisis.
1. Kemiringan lereng
Jurnal Critical Review
3. Jenis Tanah
4. Rawan Bencana
5. Fungsi Kawasan
untuk lahan kurang sesuai adalah 363.92ha dengan presentase 19.32% dan
luas untuk kategori lahan tidak sesuai adaah 375.08ha dengan presentase
19.91% dari luas wilayah. Sedangkan untuk kesesuaian lahan permukiman
eksisting hanya termasuk dalam dua kategori lahan yaitu lahan sesuai dan lahan
sesuai bersyarat. Untuk lahan sesuai seluas 327.36ha atau 80.13% dari luas
wilayah lahan sesuai. Sedangkan untuk lahan sesuai bersyarat seluas 262.94ha
atau 64.36% dari luas wilayah lahan sesuai bersyarat.
B. PEMBAHASAN
Di dalam jurnal ini peneliti menggunakan studi kasus yang cukup menarik untuk
ditelaah lebih dalam yaitu mengukur tingkat kesesuaian lahan permukiman di Kota
Bitung. Selain itu perlu sekali seorang planner memikirkan kawasan yang masih
berproses untuk berkembang. Terlebih lagi kawasan Kota Bitung sendiri merupakan
salah satu kota yang terletak pada kecamatan Madidir( Bitung Tengah) yang terletak
di sulawesi utara. Dalam penjelasannya peneliti menjelaskan mengenai latar belakang
memilih studi kasus di kota Bitung terkait kesesuaian lahan. Hal tersebut didorong
adanya kebutuhan lahan yang tinggi akibat adanya pertumbuhan penduduk yang
tidak serbanding dengan lahan yang tersedia. Dalam pengelolahan datanya, peneliti
menggunakan2 teknik yaitu Overlay dan teknik skoring.
Sebenarnya kedua teknik tersebut juga dapat dikaitakan menjadi satu yang biasa
disebut Teknik tumpang tindih dengan penambahan- pembobotan. Teknik ini dapat
diaplikasikan dalam mengelola data kesesuaian lahan pada kawasan permukiman.
Dalam pengelolahannya terdapat 11 parameter
Jurnal Critical Review
Selain itu terdapat parameter lain yaitu dengan adanya kode S1, S2, S3, N1, N2
Parameter ini dapat menjadi variabel yang digunakan dalam mengukur kesesuaian
lahan di Kota Bitung. Selain itu dalam perhitungan kesesuaian lahan dapat dilakukan
dengan teknik tumpang tindih dengan metode boolean.
dikaitkan dengan kesesuaian lahan metode ini akan memberikan penilaian 1 yang
menandakan seseuai atau 0 dimana menandakan sesuai.
Skema tersebut menjelaskan syarat-syarat atau kriteria yang harus dipenuhi dalam
menganalisis dengan metode tumpang tindih dengan penabahan- pembobotan dan tumpang
tindih dengan metode Boolean. Selain memastikan kriteria tersebut, ada beberapa hal yang
harus dipastikan atau yang menjadi hal penting dalam menentukan lahan yang sesuai untuk
permukiman. Dimana terdapat sumber air baik tanah maupun air yang dikelola oleh pihak
penyelenggara dengan jumlah yang cukup seperti PDAM kemudian adanya drainase dengan
kondisi baik.
Kemudian terdapat skema mengenai proses teknik analisinya dan output yang dihasilkan.
Adanya kriteria dan proses teknik analisis yang jelas akan memberikan kevalidan tersendiri
bagi peneliti dalam membuktikan kesesuaian lahan permukiman di kota Bitung.
Jurnal Critical Review
Sehingga dalam pendekatannya, peneliti masih kurang dalam menginterpretasikan data yang
telah diolah salah satunya adalah penginterpretasian menggunakan tabel dimana dalam tabel
tersebut terdapat kode selain jumlah skoring dan presentase di dalam laporan. Selain itu
parameter yang digunakan juga hanya berjumlah 5 dimana jumlah variabel tersebut kurang
dalam menudukung dan menentukan kesesuaian lahan permukiman dibandingkan dengan 11
variabel. Sehingga dapat disarankan peneliti menggunakan beberapa teknik analisis agardata
yang dihasilkan dapat lebih valid, selain itu beberapa parameter yang digunakan jika
memungkinkan gunakan sebanyak mungkin agar tingkat peniliaan semakin spesifik terlebih
lagi kawasan permukiman berada di kaki gunung yang memiliki banyak faktor dan potensi
yang dapat mempengaruhi kesesuaian lahan disana.
C. LESSON LEARNED
Dalam penentuan Kesesuaian lahan , terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.
Salah satunya bagaimana kita sebagai planner menggunakan pendekatan dalam menentukan
tersebut. ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam menentukan kesesuaian lahan.
Dimana metode tersebut biasa disebut Teknik overlay(tumpang tindih) dimana dalam teknik
ini, peta dengan masing-masing informasi akan ditumpuk menjadi satu yang akan
menggambarkan informasi yang beragam pada satu layout peta. Selain teknik overlay
terdapat teknik skoring(penambahan-pembobotan) yang selalu berbarengan dengan Teknik
overlay dalam menganalisis data kuanititaf maupun data kualitatif. Dalam metode ini peneliti
akan mengelola data dengan beberapa parameter penilaian yang telah ditentukan yang
bersumber dari literatur. Parameter tersebut harus menjadi acuan dalam perhitungan dan
penganalisisan data yang didapat. Agar hasil yang diperoleh setelah pengelolahan akan
mendekati ke validan, sehingga dapat menentukan bagaimana kesesuaian lahan bagi suatu
kawasan terutama permukiman di kaki gunung Duasudara di kota Bitung. Selain metode
skoring, metode Boolean juga bisa menjadi salah satu perhitungan yang juga dapat digunakan
dalam penentuan kesesuaian lahan. Bedanya dari metode ini adalah penentuan kesesuaian
lahan didasarka atas penilaian 1 atau 0 yaitu sesuai atau tidak. Namun dalam menentukan
penilaian tersebut terdapat rumus aljabar yang dapat memberikan jawaban dengan nilai akhir
1 ataupun 0. Dengan adanya pendekatan yang jelas maka peneliti atau seorang planner dapat
menentukan saran mengenai kawasan mana saja yang seharusnya sesuai dan berpotensi salah
satunya sebagai kawasanpermukiman.