Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Critical Review

Sistem Informasi Perencanaan

AULIA NIRMALA WIDARI


08211840000012
Jurnal Critical Review

Judul Jurnal Kesesuaian lahan Permukiman di Kawasan Kaki


Gunung Dua Sudara
Tahun 2018
Sumber dan jumlah Jurnal Spasial Perencanaan wilayah dan kota Sam Ratulangi
halaman Vol 5 No 1

Penulis Zazilatur Rachmah , Michael M. Rengkung , & Verry


Lahamendu
Reviewer/NRP Aulia Nirmala Widari /0821184000012

A. RINGKASAN

Perkembangan suatu kota pada umumnya identik dengan pertambahan penduduk,


dimana pertambahan penduduk sangat menentukan perkembangan kota khususnya
luas wilayah kota tersebut. adanya kebutuhan lahan yang meningkat tidak dibarengi
dengan ketersediaan lahan yang ada sehingga memaksakan para penduduk untuk
membangun permukiman di wilayah yang bukan peruntukannya. Kota bitung
merupakan kota yang mengalami pertumbuhan penduduk yang relatif cepat akibat
adanya aktivitas di pelabuhan laut dan menjadi pusat industri perikanan di wilayah
tersebut. Di dalam rencana tata ruang wilayah kota bitung memiliki 8 pegunungan/
perbukitan dimana salah satu gunung nya yaitu Gunung Duasudara merupakan
gunung yang terkenal karena lereng yang curam dan terjal. Sedangkan pada kawasan
kaki lereng gunung duasudara sendiri menjadi tempat permukiman penduduk akibat
keterbatasan lahan yang ada yang akhirnya memaksakan mereka untuk membangunan
permukiman mereka disana. Adanya resiko yang besar yang akan terjadi pada
kawasan tersebut akhirnya menjadikan studi kasus dalam penelitian dalam jurnal ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi eksisting di kaki gunung
duasudara dan menganalisis kesesuaian lahan di kaki gunung duasudara kecamatan
madidir kota bitung.Dalam menganalisis dan mengidentifikasi kesesuaian lahan
disana, peneliti sebelumnya melakukan studi literarur terlebih dahulu. Mengenai
bagaimana kesesuaian lahan yang seharusnya dan kriteria umum bagi kawasan
permukiman.

Kesesuaian lahan sendiri dicirikan dimana dalam suatu lahan, sumber daya yang ad
apa ad pada lahan tersebut tidak ada perubahan yang signifikan bila dimasuki oleh
aktivitas-aktivitas baru. sedangkan kawasan permukiman sendiri dicirkan dimana di
dalam suatu kawasan yang tidak hanya terdiri dari sekumpulan rumah, melainkan
terdapat sistem sarana prasarana yang menunjang. Dalam menentukan suatu lahan
dapat dikatakan sebagai lahan yang sesuai untuk permukiman, diperlukan beberapa
indikator/ parameter penilaian dalam menganalisis.

1. Kemiringan lereng
Jurnal Critical Review

Digunakan dalam mempertimbangkan tingkat kelerengan berdasarkan


klasifikasi kelas lahan dan skor kemiringan lahan

2. Intensitas curah hujan

Digunakan dalam mempertimbangkan dampak curah hujan yang dapat


mempenngauhi kondisi tana berdasarkan klasifikasi kelas dan skor curah
hujan.

3. Jenis Tanah

Digunakan dalam mempertimbangkan komponen pembentuk tanah. Diaman


komponen tanah yang baik mengandung 5% organik , 25% air, dan mineral
sebanyak 50%. Selain itu jenis tanah akan berbeda-beda pada setiap daerah.
Dalam pengukurannya terdapat nilai kelas, kategori berupa skor kepeekaan
tanah.
Jurnal Critical Review

4. Rawan Bencana

Digunakan dalam mempertimbangkan potensi banjir karena dapat


mempegaruhi d peruntukan dan keseseuain lahan. Dalam perngukurannya
didasarkan atas nilai kelas,tingkat kerentanan,skoring berdasarkan kategori.
Yang merupakan indeks yang bersumber dari BNPB Indonesia

5. Fungsi Kawasan

Digunakan untuk mempertimbangkan lahan yang berpotensi sebagai kawasan


permukiman yang didasarkan atas hasil perhitungan skoring dari tingkat
kesesuaian lahan. Perhitungan menggunakan metode Sturgess.
Jurnal Critical Review

Selain adanya parameter tersebut , perlu dipahami sistem informasi geografis(SIG)


juga memiliki bagian atau peran penting dalam menentukan tingkat kesesuaian lahan.
SIG menjadi sebuah perangkat dalam mengelola dan menyajikan data-data termasuk
dalam menyajikan data-data kesesuaian lahan. Sistem Informasi Geografis (SIG)
adalah suatu system informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data
ter-referensi dengan koordinat-koordinat spasial atau geografis, dan dalam
perencanaan tata guna lahan, ketersediaan data ter-referensi secara spasial
merupakan persyaratan utama. Didalam penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa teknik pengolahan datanya yaitu dengan menggunakan analisis Overlay dan
analisis Skoring.Analisis Overlay adalah suatu sistem informasi dalam bentuk grafis
yang merupakan penggabungan beberapa peta individu.dengan jumlah minimal 2
peta. Sedangkan Analisis Skoring adalah analisis menentukan kelas kesesuaian lahan
berdasarkan ke 5 kriteria ( Intensitas curah hujan, kemiringan lahan, jenis tanah,
rawaan banjir, dan fungsi kawasan).

setelah didapat keseluruhan data dilanjutkan dengan tahapan pengelolahan data


menggunakan 2 analisis yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam pengelolahannya
peneliti mengklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu lahan terbangun dan lahan tidak
terbangun yang kemudian masing-masing komponen penyusun 2 bagian tersebut di
hitung luasnya. Selain itu peneliti juga menggunakan data pertahun mengenai
perubahan laha n yang terjadi di kecamatan madidir kota bitung. Setelah itu peneliti
melanjutkan dengan menganalisis luas lahan dan perubahan luas lahan yang
disebutkan sebelumnya menggunakan teknik overlay dan skoring berdasarkan 5
ktteria/ variabel kesesuain lahan.

Berdasarkan hasil perhitungan perluasan, perubahan Lahan untuk permukiman


dalam kurun waktu 15 tahun yang di hiutng dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2016 tersebut mengalami peningkatan seluas 278.33ha atau 14.78%, dapat
di lihat pada tahun 2006 untuk lahan terbangun seluas 477.02ha dengan presentase
25.32%, lahan tidak terbangun seluas 1406.97ha dengan presentase 74.68%. Pada
tahun 2011 untuk lahan terbangun seluas 498.71ha denagn presentase 26.47%,
lahan tidak terbangun seluas 1384.93ha dengan presentase 73.53%, Sedangkan
perubahan fungsi lahan pada tahun 2016 untuk lahan terbangun seluas 629.58ha
dengan presentase 33.42%, dan lahan tidak terbangun seluas 1254.06ha
dengan presentase 66.58% dari luas wilayah di kecaman Madidir.

Hasil analisis Overlay dan skoring dengan memperhitungkan faktor kemiringan


lereng, intensitas curah hujan, jenis tanah, rewan bencana longsor dan
rawan bencana banjir maka dapat diketahui bahwa pada lokasi studi tidak
semua lahan dapat digunakan untuk lahan permukiman. Berdasarkan hasil
penjumlahan parameter-parameter tersebut di dapat 4 (empat) fungsi lahan yaitu
lahan yang Sesuai, Sesuai bersyarat, lahan Kurang Sesuai dan lahan yang
Tidak Sesuai untuk permukiman Dari hasil analisis diketahui luas untuk
kategori lahan sesuai adalah 509.86ha dengan presentase 27.07%, luas untuk
kategori lahan sesuai bersyarat adalah 634.78ha dengan presentase 33.70%, luas
Jurnal Critical Review

untuk lahan kurang sesuai adalah 363.92ha dengan presentase 19.32% dan
luas untuk kategori lahan tidak sesuai adaah 375.08ha dengan presentase
19.91% dari luas wilayah. Sedangkan untuk kesesuaian lahan permukiman
eksisting hanya termasuk dalam dua kategori lahan yaitu lahan sesuai dan lahan
sesuai bersyarat. Untuk lahan sesuai seluas 327.36ha atau 80.13% dari luas
wilayah lahan sesuai. Sedangkan untuk lahan sesuai bersyarat seluas 262.94ha
atau 64.36% dari luas wilayah lahan sesuai bersyarat.

B. PEMBAHASAN

Di dalam jurnal ini peneliti menggunakan studi kasus yang cukup menarik untuk
ditelaah lebih dalam yaitu mengukur tingkat kesesuaian lahan permukiman di Kota
Bitung. Selain itu perlu sekali seorang planner memikirkan kawasan yang masih
berproses untuk berkembang. Terlebih lagi kawasan Kota Bitung sendiri merupakan
salah satu kota yang terletak pada kecamatan Madidir( Bitung Tengah) yang terletak
di sulawesi utara. Dalam penjelasannya peneliti menjelaskan mengenai latar belakang
memilih studi kasus di kota Bitung terkait kesesuaian lahan. Hal tersebut didorong
adanya kebutuhan lahan yang tinggi akibat adanya pertumbuhan penduduk yang
tidak serbanding dengan lahan yang tersedia. Dalam pengelolahan datanya, peneliti
menggunakan2 teknik yaitu Overlay dan teknik skoring.

Sebenarnya kedua teknik tersebut juga dapat dikaitakan menjadi satu yang biasa
disebut Teknik tumpang tindih dengan penambahan- pembobotan. Teknik ini dapat
diaplikasikan dalam mengelola data kesesuaian lahan pada kawasan permukiman.
Dalam pengelolahannya terdapat 11 parameter
Jurnal Critical Review

Selain itu terdapat parameter lain yaitu dengan adanya kode S1, S2, S3, N1, N2

Parameter ini dapat menjadi variabel yang digunakan dalam mengukur kesesuaian
lahan di Kota Bitung. Selain itu dalam perhitungan kesesuaian lahan dapat dilakukan
dengan teknik tumpang tindih dengan metode boolean.

Metode boolean dapat didefinisikan sebagai metode penyederhanaan rangkaian logika


yang dilakukan dengan menerapkan aturan-aturan atau teorema Boolean. Metode ini
lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan menggunakan tabel kebenaran untuk
menyederhanakan suatu rangkaian fungsi logika yang panjang. Sedangkan bila
Jurnal Critical Review

dikaitkan dengan kesesuaian lahan metode ini akan memberikan penilaian 1 yang
menandakan seseuai atau 0 dimana menandakan sesuai.

berikut skema kriteria kawasan permukiman

Skema tersebut menjelaskan syarat-syarat atau kriteria yang harus dipenuhi dalam
menganalisis dengan metode tumpang tindih dengan penabahan- pembobotan dan tumpang
tindih dengan metode Boolean. Selain memastikan kriteria tersebut, ada beberapa hal yang
harus dipastikan atau yang menjadi hal penting dalam menentukan lahan yang sesuai untuk
permukiman. Dimana terdapat sumber air baik tanah maupun air yang dikelola oleh pihak
penyelenggara dengan jumlah yang cukup seperti PDAM kemudian adanya drainase dengan
kondisi baik.

Kemudian terdapat skema mengenai proses teknik analisinya dan output yang dihasilkan.

Adanya kriteria dan proses teknik analisis yang jelas akan memberikan kevalidan tersendiri
bagi peneliti dalam membuktikan kesesuaian lahan permukiman di kota Bitung.
Jurnal Critical Review

Sehingga dalam pendekatannya, peneliti masih kurang dalam menginterpretasikan data yang
telah diolah salah satunya adalah penginterpretasian menggunakan tabel dimana dalam tabel
tersebut terdapat kode selain jumlah skoring dan presentase di dalam laporan. Selain itu
parameter yang digunakan juga hanya berjumlah 5 dimana jumlah variabel tersebut kurang
dalam menudukung dan menentukan kesesuaian lahan permukiman dibandingkan dengan 11
variabel. Sehingga dapat disarankan peneliti menggunakan beberapa teknik analisis agardata
yang dihasilkan dapat lebih valid, selain itu beberapa parameter yang digunakan jika
memungkinkan gunakan sebanyak mungkin agar tingkat peniliaan semakin spesifik terlebih
lagi kawasan permukiman berada di kaki gunung yang memiliki banyak faktor dan potensi
yang dapat mempengaruhi kesesuaian lahan disana.

C. LESSON LEARNED

Dalam penentuan Kesesuaian lahan , terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.
Salah satunya bagaimana kita sebagai planner menggunakan pendekatan dalam menentukan
tersebut. ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam menentukan kesesuaian lahan.
Dimana metode tersebut biasa disebut Teknik overlay(tumpang tindih) dimana dalam teknik
ini, peta dengan masing-masing informasi akan ditumpuk menjadi satu yang akan
menggambarkan informasi yang beragam pada satu layout peta. Selain teknik overlay
terdapat teknik skoring(penambahan-pembobotan) yang selalu berbarengan dengan Teknik
overlay dalam menganalisis data kuanititaf maupun data kualitatif. Dalam metode ini peneliti
akan mengelola data dengan beberapa parameter penilaian yang telah ditentukan yang
bersumber dari literatur. Parameter tersebut harus menjadi acuan dalam perhitungan dan
penganalisisan data yang didapat. Agar hasil yang diperoleh setelah pengelolahan akan
mendekati ke validan, sehingga dapat menentukan bagaimana kesesuaian lahan bagi suatu
kawasan terutama permukiman di kaki gunung Duasudara di kota Bitung. Selain metode
skoring, metode Boolean juga bisa menjadi salah satu perhitungan yang juga dapat digunakan
dalam penentuan kesesuaian lahan. Bedanya dari metode ini adalah penentuan kesesuaian
lahan didasarka atas penilaian 1 atau 0 yaitu sesuai atau tidak. Namun dalam menentukan
penilaian tersebut terdapat rumus aljabar yang dapat memberikan jawaban dengan nilai akhir
1 ataupun 0. Dengan adanya pendekatan yang jelas maka peneliti atau seorang planner dapat
menentukan saran mengenai kawasan mana saja yang seharusnya sesuai dan berpotensi salah
satunya sebagai kawasanpermukiman.

Anda mungkin juga menyukai