Anda di halaman 1dari 2

Atasi Sedimentasi BBWS Bengawan Solo Bangun

Waduk Penampung
Jumat , 8 Nov 2013 
   
Untuk mengatasi masalah sedimentasi di
daerah aliran sungai (DAS) Gajah Mungkur,
pihak BBWS  Bengawan Solo sejak 2009
mulai membangun Spillway, dan  Chek
Dam di hilir Kali Keduang. Selain,
pengadaan  satu unit Kapal Keruk, dan
Konservasi di daerah tangkapan air.  
“Hingga saat ini progres pembangunan
tahap pertama ini telah mencapai 92 persen.
Untuk tahap ke-dua, Balai akan menangani  pembangunan Closure Dike and
Overflow Dike, Check Dam, Konservasi, dan melakukan jasa Konsultansi,”tutur
kepala BBWS Bengawan Solo Yudhi Pratondo (7/11).   
Proyek yang direncanakan rampung seluruhnya tahun 2015 ini dibiayai melalui
bantuan dana Loan dari  JICA, dibantu Konsultan Nippon Koei, Jepang
bekerjasama dengan  Kontraktor dan Konsultan dalam negeri .
Waduk ini, tambah Yudhi, nantinya berfungsi  mengalirkan aliran sedimen dari
Sungai Keduang  ke bagian hilir waduk melalui bangunan spillway baru, sehingga
sedimentasi  di intake (lama) akan turun drastis, bahkan  terbebas dari ancaman
sedimentasi yang selama ini mengganggu. Untuk selanjutnya semua aliran sedimen
dan sampah  Sungai Keduang akan tertahan seluruhnya di waduk penampung dan
dibuang melalui spillway.
“Selain upaya struktural penanganan non-struktural berbasis pemberdayaan
masyarakat juga giat dilakukan terutama di daerah tangkapan air, antara lain
dengan reboasasi, terasering, dan menjaga kelestarian  sumber-sumber air,” tutur
Yudhi.
Diketahui bahwa laju  sedimentasi Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri, Jawa
Tengah  semakin parah. Kondisi itu menyebabkan berkurangnya daya tampung
waduk, dan mengganggu operasional waduk, serta memicu terjadinya banjir
Waduk Serbaguna Gajah Mungkur beroperasi sejak 1981 dan ditargetkan hingga
2050 merupakan satu-satunya waduk besar di Sungai Bengawan Solo yang
memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) sebesar 1.350 Km2 dan luas daerah
genangan sebesar 90 km2. Saat ini kondisinya semakin memprihatinkan.
Gangguan sedimen  dan sampah di bagian intake telah mengancam operasional
pembangkit listrik tenaga air dan pelayanan irigasi. Saat ini laju sedimentasi
Waduk Gajah Mungkur  mencapai 4,6 juta meter kubik per tahun.
Yudhi Pratondo mengatakan, selain memperpendek usia waduk, sedimen tersebut
memperburuk kinerja PLTA  yang berperan vital memproduksi listrik interkoneksi
Jawa-Bali. Tampungan air efektifnya juga semakin berkurang yang selama ini
digunakan untuk pengendalian banjir, penyediaan air baku,  perikanan darat, dan
pariwisata.
Dikatakan, sumber sedimen berasal dari erosi tanah dilahan budidaya pertanian di
kawasan tegalan dan permukiman di daerah aliran sungai (DAS) Waduk Wonogiri.
Volume erosi  tanah tahunan diperkirakan sekitar 93 persen dari aliran yang masuk
ke dalam waduk, yaitu  3,2 juta m3 dalam kurun waktu 1993-2004.
“Tingginya sedimentasi ini berdampak pada semakin berkurangnya daya
tampung air waduk. Sebagai perbandingan daya tampung air efektif pada tahun
1980  mencapai 440 juta mater kubik , tahun 2005 sebanyak 375 meter kubik, dan
tahun 2011 hanya 305,5 juta meter kubik. Sementara itu,  tampungan air banjir,
tahun 1980  sebesar 220 juta meter kubik, namun, pada 2005, tampungan banjir
turun menjadi 218 juta meter kubik, dan tahun 2011 turun lagi menjadi 153,9 juta
meter kubik,”tutur Yudhi.
Sementara itu Kepala Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Jaringan Sumber
Air–BBWS Bengawan Solo  Sumarno mengatakan, sedimentasi Gajah Mungkur,
antara lain disumbang dari daerah aliran sungai (DAS) Wonogiri yang masuk ke
waduk, seperti Sub Das Sungai Keduang, Tirtomoyo, Alang, Temon, dan
Wuryantoro. Diantara sub das yang ada, Sub Das Sungai Keduang menjadi
penyumbang kehilangan tanah terbesar di DAS Waduk Gajah Mungkur.
Laju erosi yang tinggi ini dipicu oleh kondisi lahan yang secara topografis
merupakan kawasan kritis, terutama di bagian lereng-lereng gunung. Kondisi ini
diperparah budi daya pertanian masyarakat yang keliru, perusakan hutan akibat
desakan ekonomi dan kemiskinan,”tambah Sumarno.
 Karenanya, tak mengherankan bila jumlah sedimen  dan sampah yang mengendap
di bagian sisi hulu tubuh bendungan mencapai sekitar 20 meter (survei 2006). Dan
apabila aliran sedimen dari Sungai Keduang ini terus berkelanjutan, diduga bagian
depan bendungan akan penuh terisi endapan sedimen. (joe)

http://www.pu.go.id/main/view/8994

Anda mungkin juga menyukai