Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis sebagai sumber hukum Islam setelah Al Qur’an telah disepakati
oleh tokoh ulama umat Islam. Setiap gerak dan aktivitas umat, harus
dilakukan berdasarkan petunjuk yang ada dalam Al Qu’an dan hadis. Begitu
pula jika ada permasalahan yang yang muncul di tengah masyarakat, tentu
haruslah diselesaikan dan dicarikan jalan keluarnya. Cara penyelesaian dan
jalan keluar yang terbaik adalah dengan berpedoman kepada Al Qur’an dan
Hadis.
Namun sangat disayangkan keberadaan hadis yang benar-benar berasal
dari Nabi Muhammad Saw, dinodai oleh munculnya hadis-hadis maudhu yang
sengaja dibuat oleh orang-orang tertentu dengan tujuan dan motif yang
beragam, dan disebarkan ditengah-tengah masyarakat oleh sebagian orang
dengan tujuan yang beragam pula.
Meyakini dan mengamalkan hadis maudhu merupakan kekeliruan
yang besar, karena meskipun ada hadis maudhu yang isinya baik, tetapi
kebanyakan hadis maudhu itu bertentangan dengan jiwa dan semangat Islam,
lagi pula pembuatan hadis maudhu merupakan perbuatan dusta kepada Nabi
Muhammad saw.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan sejarah awal terjadinya hadis maudhu?
2. Apa sebab sebab terjadinya hadis maudhu?
3. Bagaimana hukum meriwayatkan hadis maudhu?
4. Apa tanda-tanda hadis maudhu?
5. Bagaimana usaha para ulama dalam menanggulangi hadis maudhu?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah awal terjadinya hadis maudhu
2. Untuk mengetahui sebab sebab terjadinya hadis maudhu
3. Untuk mengetahui hukum meriwayatkan hadis maudhu
4. Untuk mengetahui tanda-tanda hadis maudhu
5. Untuk mengetahui usaha para ulama dalam menanggulangi hadis maudhu

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadis Maudhu


Secara bahasa maudhu berasal dari kata mawdhu yang merupakan isim
maf’ul dari kata wadha’a yang berarti al-isqath (menggugurkan),al-tark
(meninggalkan), al-iftira’wa al-ikhtilaq (mengada-ada atau membuat-buat).
Sedangkan secara istilah, hadis maudhu adalah sesuatu yang diciptakan dan
dibuat-buat lalu dinisbatkan kepada Nabi Muhammad Saw secara dusta.1

B. Sejarah Awal Terjadinya Hadis Maudhu


Para ulama berbeda pendapat tentang kapan mulai terjadinya
pemalsuan hadis, apakah telah terjadi sejak masa Nabi Muhammad Saw hidup
atau sesudah masa beliau.
1. Sebagian para ahli berpendapat bahwa pemalsuan hadis telah terjadi sejak
masa Nabi Muhammad Saw masih hidup.
2. Shalah al- Din al- Adhabi berpendapat bahwa pemalsuan hadis yang
sifatnya semata – mata melakukan kebohongan terhadap Nabi
Muhammad Saw, sebagaimana yang telah diuraikan dan berhubungan
dengan masalah keduaniawian telah terjadi pada zaman Nabi dan hal itu
dilakukan oleh orang munafik.
3. Kebanyakan ulama hadis berpendapat bahwa pemalsuan hadis baru
terjadi untuk pertama kalinya setelah tahun 40 H.

C. Sebab-Sebab Terjadinya Hadis Maudhu


Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya hadis maudhu,
yaitu sebagai berikut.

1
Yuslem, Nawir. Ulumul Hadis, ( Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya,2001) h. 297

3
1. Mempertahankan Idiologi Golongannya Sendiri dan Menyerang
Lawannya (Pertikaian politik).

Kejadian ini timbul setelah terbunuhnya  Khalifah Utsman bin Affan


oleh para pemberontak. Pada masa itu Umat Islam terpecah-belah menjadi
beberapa golongan.  Diantara golongan-golongan tersebut, untuk
mendukung golongannya masing-masing, mereka membuat hadits palsu,
yang pertama yang paling banyak  membuat hadits maudhu adalah golongan
Syiah dan Rafidhah.2
Diantara hadits yang dibuat golongan syiah adalah:

ٍ ْ‫َم ْن اَ َرا َد أَ ْن يَ ْنظُ َر إلَى اَ َد َم فِى ِع ْل ِم ِه َوإِلَى نُو‬


‫ح فِى تَ ْق َواهُ َوإِلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم فِي‬
‫ِع ْل ِم ِه َوإِلَى ُموْ َسى فِى هَ ْيبَتِ ِه َوإِلَى ِع ْي َسى فِي ِعبَا َدتِ ِه فَ ْليَ ْنظُرْ إِلَى َعلِ ِّي‬
“ Barang siapa yang ingin melihat Adam tentang ketinggian ilmunya, ingin
melihat Nuh tentang ketakwaannya, ingin melihat Ibrahim tentang kebaikan
hatinya, ingin melihat Musa tentang kehebatannya, ingin melihat isa tentang
ibadahnya, hendaklah melihat Ali.”
2. Adanya Kesengajaan dari Pihak Lain Untuk Merusak Ajaran Islam.

Golongan ini adalah dari golongan Zindiq, Yahudi, Majusi, dan Nasrani
yang senantiasa menyimpan dendam terhadap agama  Islam. Mereka tidak
mampu untuk melawan kekuatan Islam secara terbuka maka mereka
mengambil jalan yang buruk ini, yaitu dengan menciptakan sejumlah besar
hadits maudhu dengan tujuan merusak ajaran Islam. Sejarah mencatat
Abdullah Bin Saba adalah seorang Yahudi yang berpura-pura memeluk
Agama Islam. Oleh sebab itu, dia berani menciptakan hadits Maudhu’ pada

2
Zuhri, Ahmad, dkk. Ulumul Hadis, (Medan: CV Manhaji,2014) h. 143

4
saat masih banyak sahabat masih hidup. Diantara hadits Maudhu’ yang
diciptakan oleh orang-orang zindiq tersebut, adalah:

ْ َّ‫الن‬
ٌ‫ظ ُر إِلَى ْال َوجْ ِه ْال َج ِمي ِْل ِعبَا ّدة‬

“Melihat (memandang) muka yang indah adalah ibadah.”

Tokoh terkenal yang membuat hadits maudhu’ dari kalangan Zindiq


ialah Abdul Karim bin Abi Al-Auja, telah membuat sekitar  4.000 hadits
Maudhu tentang hukum halal-haram.
3. Sikap Fanatisme Terhadap Bangsa, Suku, Bahasa, Daerah dan Pimpinan.

Dalam hal ini hadits palsu dibuat karena dorongan ego dan fanatik buta
serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok ataupun lainnya.
Contoh pemalsuan hadits yang dibuat oleh golongan as-Syu’ubiyah yang
fanatik terhadap bangsa Persi yang berbunyi:

‫ض َى اَ ْنزَ َل ْال َوحْ َى بِالفَ ِر ِسيَّة‬


ِ ‫ار‬ َ ‫ب اَ ْن َز َل‬
َ ‫الوحْ َى بِا ل َع َربِيَّ ِة َواِ َذ‬ ِ ‫ان هللا اِ َذا َغ‬
َ ‫ض‬ ّ
“ Jika Tuhanmu murka, maka dia turunkan wahyu dalam bahasa Arab dan
jika dia senang maka dia turunkan wahyu dalam bahasa Persi.” 3

4. Mempengaruhi Orang Awam dengan Membuat Kisah-Kisah dan Nasihat-


Nasihat umtuk Menarik Para Pendengarnya

Kisah-kisah dan nasihat-nasihat yang mereka buat ini dilakukan berasal


dari Muhammad saw. misalnya kisah-kisah yang menggembirakan tentang
syurga, ia gambarkan:

ِ َ‫ فى ُكلِّ َم ْقصُو َر ٍة َس ْبعُونَ ا‬, ‫ُور ٍة‬


‫فَاَل يُزَا ُل ها َك َذا فى‬, ‫لف قُبَّ ٍة‬ َ ‫ف َم ْقص‬ ِ ‫اَ ْل‬
َ ‫ال َّسب ِْعينَ اَل ْفا ً الَ يَت ََح َّو ُل َع ْنها‬.
3
Zuhri, Ahmad, dkk. Ulumul Hadis, (Medan: CV Manhaji,2014) h. 145

5
“Di dalam syurga itu terdapat bidadari-bidadari yang harum semerbak,
masa tuanya berjuta-juta tahun dan Allah menempatkan mereka disuatu
yang terbuat dari mutiara putih. Pada istana itu terdapat 70.000 peviliun
yang setiap paviliun itu memiliki 70.000 kubah. Yang demikian itu tetap
berjalan sampai 70.000 tahun tidak bergeser sedikitpun.”

5. Mempertahankan Mazhab dalam Masalah Khilafiyah, Fiqhiyah, dan


Kalamiyah

Mereka yang fanatik terhadap Madzhab Abu Hanifah menganggap tidak


sah shalat  mengangkat kedua tangan shalat, membuat hadits maudhu
sebagai berikut.

ُ‫صالَةَ لَه‬
َ َ‫صالَ ِة فَال‬
ّ ‫َم ْن َرفَ َع يَ َد ْي ِه فِي ال‬

“Barang siapa mengagkat kedua tangannya didalam shalat, tidak sah


shalatnya”4

6. Mencari Muka Dihadapan Para Penguasa untuk Mencari Kedudukan atau


Mencari Hadiah.

Seperti kisah Ghiyats bin Ibrahim An-Nakha’i yang datang kepada


Amirul mukminin Al-Mahdi, yang sedang bermain merpati. Lalu ia
menyebut hadits dengan sanadnya secara berturut-turut sampai kepada nabi
Saw., bahwasanya beliau bersabda:

ٍ ‫ف أَوْ َحافِ ٍر أَوْ َجن‬


‫َاح‬ ٍّ ‫ق إِالَّ ِف ْي نَصْ ٍل أَوْ ُخ‬
َ َ‫الَ َسب‬

”Tidak ada perlombaan, kecuali dalam anak panah, ketangkasan,


menunggang kuda, atau burung yang bersayap.”

4
Zuhri, Ahmad, dkk. Ulumul Hadis, (Medan: CV Manhaji,2014) h. 146-147

6
Ia menambahkan kata, ‘atau burung yang bersayap, untuk
menyenangkan hati atau setidaknya membenarkan tindakan Al-Mahdi yang
sedang melombakan burung, lalu Al-Mahdi memberinya sepuluh dinar.5

D. Hukum Meriwayatkan Hadis Maudhu


Umat Islam telah sepakat bahwa membuat hadis maudhu hukumnya
haram secara mutlak, tidak ada perbedaan diantara mereka. Menciptakan
hadis maudhu sama dengan mendustakan kepada Nabi Muhammad Saw.
Karena perkataan itu dari pencipta sendiri atau dari perkataan orang lain,
kemudian diklaim bahwa Nabi Muhammad Saw yang menyabdakan, berarti ia
berdusta atas nama Nabi Muhammad Saw.6
E. Tanda-Tanda Hadis Maudhu
1. Tanda-tanda Maudhu pada sanad
a. Pengakuan Pembuatnya Sendiri
Salah satu pengakuan ialah dari Maysaroh bin Abdi Rabbih
al – Farisi mengaku banyak membuat hadis maudhu tentang
keutamaan Al – Qur’an dan keutamaan Ali r.a . Ia mengaku membuat
hadis maudhu lebih dari 70 hadis .
b. Adanya Bukti(Qarinah) Menempati Pengakuan
Seperti seseorang yang meriwayatkan hadis dengan ungkapan
yang meyakinkan dari seorang syeikh,padahal dalam sejarah ia tidak
pernah bertemu atau dari seorang syeikh yang telah wafat sementara ia
masih kecil atau belum lahir.

5
Zuhri, Ahmad, dkk. Ulumul Hadis, (Medan: CV Manhaji,2014) h. 148
6
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis, (AMZAH : Jakarta, 2012)h. 234

7
c. Kedustaan perawi
Seorang perawi yang dikenal dusta, meriwayatkan suatu hadis
sendirian dan tidak ada seorang tesikah (sebuah syarat yang harus
dimiliki oleh setiap ilmuan muslim) yang meriwayatkannya.
2. Tanda – tanda maudhu pada matan
a. Lemah susunan lafal dan maknanya
Salah satu tanda ke maudhuan suatu hadis adalah lemah dari
segi bahasa dan maknanya.
b. Rusaknya makna
Maksud dari rusaknya makna karena bertentangan dengan rasio
yang sehat, menyalahi kaidah kesehatan, mendorong pelampiasan
seks, dan lain lain.
c. Menyalahi teks Al – Qur’an atau hadis muttawatir
Menyalahi alqur’an atau hadis mutawatir dan tidak mungkin
ditakwilkan, kecuali jika dapat dikompromikan melalui takhshish al-
amin atau tafshil al-mujmal dan lain lain.
d. Menyalahi realita sejarah
Misalnya hadis yang menjelaskan bahwa nabi memungut
jizyah ( pajak) pada penduduk Khaibar dengan disaksikan oleh Sa’ad
bin Mu’adz, padahal Saad telah meninggal pada masa perang Khandaq
sebelum kejadian tersebut
e. Sahabat dituduh menyembunyikan hadis
Sahabat dituduh menyembunyikan hadis dan tidak
menyampaikan atau tidak meriwayatkan kepada oranglain, padahal
hadis itu secara terang terangan harus di sampaikan nabi.7

F. Usaha Para Ulama Dalam Menanggulangi Hadis Maudhu


7
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis, (AMZAH : Jakarta, 2012)h. 238-241

8
1. Memelihara sanad hadis
Dalam periwayatan hadis para ulama sangat memperhatikan
para perawinya, apakah sanad hadis yang diriwayatkan tersebut benar-
benar bersambung.
2. Meningkatkan kesungguhan penelitian
Para sahabat selalu melakukan penelitian dan pemeriksaan
hadis yang mereka dengar atau yang mereka terima dari sesamanya.
Jika hadis yang mereka terima itu meragukan, para sahabat
mengadakan perjalanan jauh untuk megecek kebenarannya kepada
para sahabat senior atau yang terlibat pada kejadian hadis tersebut .
3. Mengisolir para pendusta hadis
Para ulama mengucilkan para pendusta hadis dari masyarakat
agar tidak adanya orang yang meriwayatkan hadis dari mereka.
4. Menerangkan keadaan para perawi
Para ahli hadis berusaha menulusuri bagaimana sejarah
kehidupan atau keadaan para perawi hadis, baik mulai dari lahir
hingga wafat ataupun dari segi sifat dan kemampuannya, sehingga
dapat dibedakan mana hadis shahih dan mana yang hadis palsu.
5. Memberikan kaidah – kaidah hadis
para ulama meletakkan kaidah-kaidah secara metodologis
tentang penelitian hadis sehingga dapat diketahui mana yang shahih,
hasan, dhaif, dan maudhu.8

G. Para Pendusta Dan Kitab- Kitab Hadis Maudhu


1. Para pendusta dalam hadis
8
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis, (AMZAH : Jakarta, 2012)h. 242-244

9
Para pendusta hadis yang diketahui setelah penelitian yang dilakukan
oleh para ulama, yaitu sebagai berikut.
a. Aban bin Ja’far An-Numaiqi membuat 300 buah hadis yang
disandarkan kepada Abu Hanifah.
b. Ibrahim bin Zaid Al-Aslami, membuat hadis disandarkan dari Malik.
c. Jabir bin Zaid Al-Jua’fi membuat 30.000 buah hadis.
d. Nuh bin Abu Maryam membuat hadis maudhu tentang fadhail surah-
surah dalam Al-Quran.

2. Kitab-kitab Maudhu yang terkenal


a. Tadzkirah Al – Maudhu’at karya, Abu Al – Fadhal Muhammad bin
Thahir Al – Maqdisi. Kitab ini menyebutkan hadis secara alphabet
dan disebutkan nama perawi yang dinilai cacat.
b. Al – Maudhu’at Al – Kubra, karya Al – Faraj Abdurrahman Al-Jauzi
4 jilid.
c. Al – La’ali Al – Mashnu’ah fi Al – Ahadits Al – Mawdhu’ah, karya
Jalaluddin As – Suyuthi.9

BAB III
PENUTUP

9
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis, (AMZAH : Jakarta, 2012)h. 244-245

10
A. Kesimpulan
Hadis maudhu adalah hadis palsu yang dibuat oleh seseorang dan
disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. Adapun latar belakang hadis
maudhu hakikatnya adalah pembelaan atau pembencian terhadap suatu
golongan tertentu.
Hadits maudhu dapat diidentifikasi keberadaannya dengan mengetahui
metode-metode tertentu, misalnya mengetahui ciri-ciri yang terdapat pada
sanad dan matannya.
Menyikapi terhadap adanya hadits maudhu Umat Islam telah sepakat
bahwa membuat hadis maudhu hukumnya haram secara mutlak, tidak ada
perbedaan diantara mereka. Menciptakan hadis maudhu sama dengan
mendustakan Nabi Muhammad saw. Karena perkataan itu dibuat-buat atau dari
perkataan orang lain, kemudian diklaim bahwa Nabi Muhammad saw yang
menyabdakan, berarti ia berdusta atas nama Nabi Muhammad saw.

DAFTAR PUSTAKA

Yuslem, Nawir. Ulumul Hadis. Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya. 2001.

11
Hakim, Abdul. Hadis-Hadis Dhaif Dan Maudhu. Jakarta: Mu’awiyah. 2010.

Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: AMZAH. 2012.

Zuhri, Ahmad, dkk. Ulumul Hadis. Medan: CV Manhaji. 2014.

https://www.researchgate.net/publication/317435440Hadis_Maudhu_dan_Akibatnya

https://www.academia.edu/38107806/Makalah_HADITS_MAUDHU

https://www.academia.edu/11903867/Hadits_Maudhu

12

Anda mungkin juga menyukai