Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN DALAM


DESENTRALISASI PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Ity Rukayah, M,Si

Disusun Oleh :

Kelompok VIII

1. Ferdy Yulian NIM. 1911102051


2. Shabrina Rohali Mualimudin NIM. 1911102070
3. Rahmi NIM. 1911102082
4. Suryani NIM. 1911102116

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT Karena dengan rahmat dan hidayahnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Manajemen Mutu
Pendidikan dalam Desentralisasi Pengelolaan Pendidikan”. Sholawat dan salam
selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Manajemen Mutu Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah pengetahuan mengenai Manajemen Mutu Pendidikan dalam
Desentralisasi Pengelolaan Pendidikan baik bagi pembaca ataupun penyusun.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Ity Rukayah, M,Si
selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Mutu Pendidikan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan kita semua.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipahami dengan mudah
bagi siapapun yang membacanya. Kami menyadari sepenuhnya makalah yang
kami buat masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penting bagi kami
adanya kritik dan saran untuk memperbaiki makalah yang kami buat di masa yang
akan datang.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Samarinda, 08 Maret 2022


Penyusun

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Pengertian Manajemen Mutu Pendidikan ............................................................... 3

B. Pengertian Desentralisasi Pengelolaan Pendidikan ................................................. 4

C. Otomisasi Pengelolaan Pendidikan ......................................................................... 5

D. Eksistensi Pengelolaan Sistem Pendidikan ............................................................. 6

E. Analisis dan Pendekatan Sistem Pendidikan .......................................................... 8

F. Standarisasi Mutu Sistem Pendidikan ..................................................................... 9

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan sistem pendidikan di Indonesia telah melalui
perkembangan, hal ini seiring dengan kondisi bangsa Indonesia. Jauh
sebelum Indonesia mencapai kemerdekaan, sistem pendidikan yang
berkembang di Indonesia adalah sistem pendidikan tradisional yang
disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Pada awal
kemerdekaan, para pendiri republik yang sebagian besar adalah para tokoh
pendidikan, memusatkan usahanya untuk membangun sistem pendidikan
nasional sebagai pengganti dari sistem pendidikan kolonial.
Sistem pendidikan nasional telah mengalami tiga kali perubahan
dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950, Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1954, dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989. Selama waktu
tersebut, telah terjadi berbagai perubahan dan perkembangan, baik dari
aspek substansi maupun kekuasaan dan kewenangan penyelenggaraannya.
Dari aspek substansi, telah terjadi perubahan dan perkembangan, antara
lain tentang tujuan pendidikan, kurikulum, metode mengajar, penilaian
pendidikan terus berlangsung dengan adanya perubahan rencana pelajaran.
Perubahan pada aspek kekuasaan dan kewenangan
penyelenggaraan pendidikan, tampak pada perubahan sistem pendidikan
nasional yang mulanya sentralistik kini menjadi sistem pendidikan
nasional yang mengalami desentralisasi. Desentralisasi pendidikan
merupakan salah satu model pengelolaan pendidikan yang menjadikan
sekolah sebagai proses pengambilan keputusan dan merupakan salah satu
upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan serta sumber daya manusia
termasuk profesionalitas guru.
Dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah ditegaskan bahwa
sistem pendidikan nasional yang bersifat sentralistis selama ini kurang
mendorong terjadinya demokratisasi dan desentralisasi penyelenggaraan
pendidikan. Sebab sistem pendidikan yang sentralisasi diakui kurang bisa

1
mengakomodasi keberagaman daerah, keberagaman sekolah, serta
keberagaman peserta didik, bahkan cendrung mematikan partisipasi
masyarakat dalam pengembangan pendidikan. Untuk itu di dalam
makalah ini akan dibahas lebih lanjut terkait dengan manajemen mutu
pendidikan, pengertian desentralisasi pengelolaan pendidikan, otomisasi
pengelolaan pendidikan, eksistensi pengelolaan sistem pendidikan, analisis
dan pendekatan sistem pendidikan serta standarisasi mutu sistem
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Manajemen Mutu Pendidikan?
2. Apa Pengertian Desentralisasi Pengelolaan Pendidikan?
3. Bagaimana Otomisasi Pengelolaan Pendidikan?
4. Bagaimana Eksistensi Pengelolaan Sistem Pendidikan?
5. Bagaimana Analisis dan Pendekatan Sistem Pendidikan?
6. Bagaimana Standarlisasi Mutu Sistem Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Mutu Pendidikan
2. Untuk Mengetahui Pengertian Desentralisasi Pengelolaan Pendidikan
3. Untuk Mengetahui Otomisasi Pengelolaan Pendidikan
4. Untuk Mengetahui Eksistensi Pengelolaan Sistem Pendidikan
5. Untuk Mengetahui Analisis dan Pendekatan Sistem Pendidikan
6. Untuk Mengetahui Standarlisasi Mutu Sistem Pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Mutu Pendidikan
Manajemen secara bahasa berasal dari kata “to manage” yang
artinya “mengatur”, kemudian secara etimologi menajemen adalah “ilmu
dan seni mengatur, proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.1 Mutu berasal dari bahasa inggris “quality” yang berarti kualitas,
mutu mengandung makna sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki
keluaran yang dihasilkan.2 Pada proses Pendidikan, mutu Pendidikan
berkaitan dengan bahan ajar, metodologi, sarana dan prasarana
ketenagaan, lingkungan, pebiayaan dan sebagainya. Namun pada hasil
Pendidikan, mutu berkaitan dengan prestasi yang dicapai sekolah dalam
kurun waktu tertentu yang dapat berupa tes kemampuan akademi, seperti:
ulangan umum, rapor, ujian nasional, dan prestasi non akademi seperti:
dibidang seni, olahraga dan keterampilan lainnya.3
Manajemen mutu Pendidikan dapat diartikan sebagai seni dan ilmu
dalam mengelola jasa untuk memberikan kepuasan pada pelanggan
melalui jaminan mutu supaya tidak terjadi kaluhan-kaluhan, bagi peserta
didik. Sekolah atau lembaga Pendidikan merpakan sarana untuk belajar
dan didalamnya terdapat system yang terdiri dari input, proses dan output.
Oleh karena itu sekolah memiliki peran yang sangat penting untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang baik suapaya
peserta didik dapat dengan aktif mengembangkan segala potensinya yang
ada pada dirinya.

1
Melayu S.P Hasibuan, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, (Jakarta: CV. Haji
Masagung, 1994, cet. IV) h. 1-2
2
Jerome, “Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata Langkah
Penerapan, Terjemah. Yosal Iriantara”, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005), h. 75
3
Choirul Fuad Yusuf, “Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan”, (Jakarta:PT. Pena
Citrasatria, 2008), h. 21

3
B. Pengertian Desentralisasi Pengelolaan Pendidikan
Secara etimologis, istilah desentralisasi berasal dari bahasa Latin
de, artinya lepas dan centrum, yang berarti pusat, sehingga bisa diartikan
melepaskan dari pusat.4 Sementara, dalam Undang-undang No. 32 tahun
2004, bab I, pasal 1 disebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan
wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonomi untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Desentralisasi pendidikan merupakan peluang bagi peningkatan
mutu kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dengan kata lain, ia
merupakan peluang bagi peningkatan mutu pendidikan di setiap daerah.
Hal ini karena perhatian terhadap peningkatan mutu guru, peningkatan
mutu manajemen kepala sekolah, peningkatan sarana dan prasarana
pendidikan, pembiayaan pendidikan menjadi lebih baik jika dikelola oleh
para pejabat pendidikan yang ada di daerah. Pada akhirnya, tujuan
desentralisasi pendidikan adalah pada pemerataan mutu pendidikan yang
meningkat.
Desentralisasi pendidikan merupakan salah satu model pengelolaan
pendidikan yang menjadikan sekolah sebagai proses pengambilan
keputusan dan merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas
pendidikan serta sumber daya manusia termasuk profesionalitas guru yang
belakangan ini dirisaukan oleh berbagai pihak baik secara regional
maupun secara internasional. Sistem pendidikan yang selama ini dikelola
dalam suatu iklim birokratik dan sentralistik dianggap sebagai salah satu
sebab yang telah membuahkan keterpurukan dalam mutu dan keunggulan
pendidikan di tanah air kita. Hal ini beralasan, karena sistem birokrasi
selalu menempatkan kekuasaan sebagai faktor yang paling menentukan
dalam proses pengambilan keputusan.

4
Tjahya Supriatna, “Sistem Administrasi Pemerintahan di Daerah”, cet. I,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 1

4
Sekolah-sekolah saat ini telah terkungkung oleh kekuasaan
birokrasi sejak kekuasaan tingkat pusat hingga daerah bahkan terkesan
semakin buruk dalam era reformasi saat ini. Kepala sekolah dan guru-guru
sebagai pihak yang paling memahami realitas pendidikan berada pada
tempat yang dikendalikan. Merekalah seharusnya yang paling berperan
sebagai pengambil keputusan dalam mengatasi berbagai persoalan sehari-
hari yang menghadang upaya peningkatan mutu pendidikan. Namun,
mereka ada dalam posisi tidak berdaya dan tertekan oleh berbagai
pembakuan dalam bentuk juklak dan juknis yang past tidak sesuai dengan
kenyataan obyektif di masing-masing sekolah.5

C. Otomisasi Pengelolaan Pendidikan


Otomatisasi adalah penggantian tenaga manusia dengan tenaga
mesin yang secara otomatis membantu mengatur pekerjaan sehingga lebih
mudah untuk dikelola. Otomatisasi atau komputerisasi sistem pelayanan
dan sistem informasi manajemen pendidikan merupakan solusi yang tepat
untuk memecahkan masalah dalam pengelolaan pendidikan karena dapat
meminimalisir adanya kesalahan dan duplikasi suatu data.6
Hingga saat ini pengelolaan data di suatu lembaga pendidikan
sudah banyak yang menggunakan tenaga mesin dalam pengelolaanya,
Namun masih banyak juga yang pengelolaanya dilakukan secara manual
terutama di desa-desa tertentu. Hal ini tentu kurang efisien dan prosesnya
akan lambat. Untuk mencapai target pendidikan yang bermutu maka
diperlukan sistem pengelolaan administrasi data yang akurat, efisien dan
terkomputerisasi, sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Berdasarkan
hal tersebut maka, perlu dibuat sistem pengelolaan data yang
terkomputerisasi, agar dapat membantu kinerja operator dalam mengelola
data dan tersedia data akurat yang disajikan dalam berbagai bentuk

5
Ayu Maulida, “Desentralisasi Pendidikan”, diakses dari
https://osf.io/rkqdz/download/?format=pdf, pada tanggal 02 Maret 2022 pukul 20.14
6
Soraya, “Analisis Kendala Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Di Dinas
Perpustakaan Dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan”, Makassar, 2017, h. 25

5
informasi. Informasi inilah nantinya akan sangat berguna bagi tenaga
pendidik, peserta didik, orang tua hingga pemerintah dalam menentukan
kebijakan yang tepat guna peningkatan kualitas pendidikan.7

Jika terkait dengan otomatisasi pengelolaan pendidikan,


pengelolaan yang dapat dilakukan di mulai dari penerimaan peserta didik
baru (PPDB) pihak dari lembaga pendidikan membuat sistem layanan
yang dirancang untuk memfasilitasi otomasi pelaksanaan penerimaan
peserta didik baru, pendataan siswa, guru, mata pelajaran, jadwal
pelajaran, operasional kegiatan belajar mengajar termasuk rancangan
pembelajaran dan modul, pengelolaan keuangan, sampai dengan
pelaporan.8 Dalam otomatisasi ini terdapat bebrapa hal yang harus di
penuhi guna mewujudkan pengelolaan data atau administrasi pendidikan
yang efektif dan efisien diantaranya harus memiliki akses teknologi
internet, dapat beradaptasi terhadap perkembangan teknologi, memiliki
kemampuan dalam mengoprasikan komputer dan mengurangi
pemanfaatan teknologi yang kurang bermanfaat.

D. Eksistensi Pengelolaan Sistem Pendidikan

Pendidikan merupakan pondasi utama untuk membangun


peradaban bangsa kesadaran akan pentingnya pendidikan akan
menentukan kualitas kesejahteraan lahir batin dan masa depan
masyarakatnya. Namun eksistensi yang ada di indonesia pada saat ini
masih menjadi permasalahan karena masih banyak anak-anak bangsa yang
belum mendapatkan pendidikan dengan sebagai mana mestinya.
Pendidikan juga merupakan hak setiap warga negara namun masih ada
dari mereka yang belum mendapatkan hak tersebut hingga saat ini peluang
terbesar untuk memperoleh akses pendidikan yang baik hanya anak orang

7
Bayu Irawan, “Komputerisasi Pengelolaan Data Siswa Pada Sekolah Dasar Negeri
Margadana 5 Kota Tegal Dengan Menggunakan Borland Delphi 7 Dan Mysql”, Jurnal Power
Elektronik : Jurnal Orang Elektro, Mataram, Vol.4, No.1, 2015, h. 46-47
8
Kudianta, “Pengelolaan Peserta didik baru”, (Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan), h. 63

6
kaya dan pintar. Dengan bermodal kemampuan ekonomi yang lebih dan
cukup di dukung dengan kemampuan berpikir tinggi, menjadi faktor
pendukung untuk memperoleh akses pendidikan yang lebih baik.

Telah di pahami bahwa misi pendidikan adalah mewariskan ilmu


dari generasi ke generasi selanjutya. Ilmu yang di maksud adalah
pengetahuan, tradisi, dan nilai-nilai budaya keberadaban. Dan sangat
pentingya pendidikan ini di negara-negara maju pun tentunya tidak akan
terlepas dari peran pendidikan. Perkembangan pendidikan di Indonesia
yang terus berkembang memberikan banyak inovasi baru pada dunia
pendidikan dalam menjawab keinginan masyarakat untuk mendapatkan
pendidikan, salah satu inovasi baru dalam mengatasi kebutuhan
pendidikan dalam hal mengatasi ketidakmampuan sekolah.9

Ada beberapa pendapat tentang manajemen pendidikan

1. Usman menyebutkan manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu


mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Engkoswara menyebutkan manajemen ialah suatu ilmu yang
mempelajari sebagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan secara produktif dan sebagaimana menciptakan
suasana yang baik bagi manusia yang turut serta didalam mencapai
tujuan yang disepakati bersama. Sehingga manajemen pendidikan itu
sendiri merupakan seni dan ilmu untuk mengelola sumber daya
pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien
mandiri dan akuntabel.
9
Aldjon Dapa Dkk, Manajemen Pendidikan Inklusif. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional, Direktorak Jendral Pendidikan Tinggi, Direktorat Kentenagaan, 2007

7
Dengan pengelolaan yang baik pada sekolah dengan
memperhatikan manajemen pendidikan akan lebih mudah ke depan
mengembangkan sekolah, sehingga sekolah tidak hanya menerima siswa
yang haya pintar tetapi juga siswa yang mau belajar untuk disekolahkan.
Namun dapat dimaksimalkan potensi dan kecerdasannya sesuai minat dan
bakat peserta didik. diperlukan keteraturan dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan tersebut. sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai dengan
bidang garapannya.10

E. Analisis dan Pendekatan Sistem Pendidikan


Sistem adalah keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu
himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk
suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau utuh. Sistem
merupakan himpunan komponen yang saling berkaitan dan sama-sama
berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem juga merupakan
sehimpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan serta
berkaitan sesuai rencana untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan
beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan
sekumpulan unsur atau elemen yang saling terkait, memiliki
ketergantungan, dan saling mempengaruhi dalam mencapai suatu tujuan.
Jika simpulan arti sistem ini dikaitkan dengan pendidikan, maka bisa
dirumuskan bahwa sistem pendidikan adalah semua komponen yang
berkaitan secara terpadu dalam memberikan jaminan untuk
penyelenggaraan pendidikan agar tujuan yang telah dirumuskan.
Komponen dalam sistem pendidikan bermacam-macam unsur yang
terhimpun, seperti tujuan, siswa, manajemen, stuktur dan jadwal, waktu,
materi, guru, sarana dan prasarana, media, teknologi, kendali mutu, biaya
pendidikan, dan sebagainya. Semua unsur tersebut saling terkait dan

10
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Direktorat Pendidikan Sekolah Luar Biasa, 2007.

8
mendukung antara satu dengan yang lain. Jika sistem di dalam pendidikan
bisa diibaratkan seperti sebuah komputer, maka setiap komponen yang
ada didalamnya memiliki tugas dan fungsi masing-masing yang saling
mendukung, satu saja yang tidak bertugas atau berfungsi, maka komputer
tersebut tidak akan bisa beroperasi dengan baik. Demikian pula dengan
pendidikan, jika ada komponennya yang tidak berfungsi dengan baik,
maka pendidikan tersebut tidak akan mampu untuk mencapai tujuan yang
telah direncanakan. Dari contoh-contoh seperti ini, jelas sekali setiap
komponen pendidikan tersebut saling terkait dan mendukung antara satu
dengan lainnya.11
Pendekatan sistem pendidikan merupakan cara untuk
mengidentifikasi kebutuhan, menyeleksi masalah, menyusun identifikasi
persyaratan solusi masalah, membuat beberapa alternative solusi,
mengevaluasi hasil, merevisi persyaratan pada sebagian atau seluruh
sistem yang terkait dengan keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan
pendidikan. Pendekatan sistem menjelaskan sesuatu yang dipandang dari
sudut sistem serta berusaha menemukan struktur unsur yang membentuk
sistem tersebut. Keberhasilan komponen-komponen yang dipertimbangkan
secara bersama sebagai suatu sistem yang lebih besar daripada jumlah
keberhasilaan setiap komponen yang dipertimbangkan secara terpisah.12

F. Standarisasi Mutu Sistem Pendidikan


Standar mutu adalah seperangkat tolok ukur kinerja sistem suatu
unit atau satuan kerja yang mencakup masukan, proses, hasil, keluaran
serta manfaat yang harus dipenuhi oleh unit-unit kerja. Standarisasi mutu
merupakan kesepakatan bersama sehingga menjangkau aspirasi semua
pihak yang berkepentingan dan sekaligus bersifat mengikat. Menetapkan
standarisasi mutu harus mempertimbangkan pengalaman nasional dan

11
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), 90-91.
12
Made Pidarta, Landasan Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 30-31.

9
kondisi masyarakat, serta perlu didasari latar belakang pengetahuan
lapangan yang luas.13
Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor
pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan
kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Melalui penataan
pendidikan yang adaptif terhadap perkembangan zaman yang berorientasi
kepada peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu solusi untuk
menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia dalam menjawab
tantangan globalisasi dewasa ini. Salah satu indikator mutu pendidikan
ditentukan oleh kualitas gurunya. Bila guru selalu kreatif dan
meningkatkan kualitas pembelajarannya, maka akan melahirkan anak
bangsayang berkualitas pula.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan terus-menerus oleh
berbagai elemen pendidikan. Pemerintah daiam hai ini Menteri Pendidikan
Nasionai teiah mencanangkan "Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan".
Upaya ini diiakukan untuk merespon kebijakan pemerintah yang terkait
dengan pelaksanaan otonomi daerah yang berimplikasi pada otonomi
pendidikan. Peningkatan mutu pendididan ini dilakukan melalui perbaikan
tiga isu utama, yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualltas
pembelajaran, dan efektifitas metode pembelajaran.14

13
Universitas Muhammadiyah Surabaya, Standar Mutu Program Studi berdasarkan
Indikaator Ban-PT, 2014.
14
Muzhoffar Akhwan, Peningkatan dan Standarisasi Mutu Pendidikan, Vol.7, No.2,
2003, h, h. 36

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adanya manajemen mutu pendidikan mampu menggerakkan
lembaga pendidikan untuk secara terus menerus dan berkesinambungan
meningkatkan kapasitas dan kemampuan lembaganya untuk memenuhi
tuntutan kebutuhan peserta didik dan masyarakat agar mampu beradaptasi
ditengah-tengah kemajuan globalisasi. Desentralisasi pendidikan
merupakan salah satu model pengelolaan pendidikan yang menjadikan
sekolah sebagai proses pengambilan keputusan dan merupakan salah satu
upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan serta sumber daya manusia.
Kemudian otomatisasi atau komputerisasi sistem pelayanan dan
sistem informasi manajemen pendidikan merupakan solusi yang tepat
untuk memecahkan masalah dalam pengelolaan pendidikan karena dapat
meminimalisir adanya kesalahan. Dalam tatanan nilai, eksistensi
pendidikan mempunyai peran vital sebagai pendorong individu dan warga
masyarakat untuk meraih progresivitas pada semua lini kehidupan. Di
samping itu, pendidikan dapat menjadi determinan, penting bagi proses
transformasi personal maupun sosial.
Pendekatan sistem pendidikan merupakan cara untuk
mengidentifikasi kebutuhan, menyeleksi masalah, menyusun identifikasi
persyaratan solusi masalah, membuat beberapa alternative solusi,
mengevaluasi hasil, merevisi persyaratan pada sebagian atau seluruh
sistem yang terkait dengan keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan
pendidikan. Standarisasi mutu merupakan kesepakatan bersama sehingga
menjangkau aspirasi semua pihak yang berkepentingan. Menetapkan
standarisasi mutu harus mempertimbangkan pengalaman nasional dan
kondisi masyarakat, serta perlu didasari latar belakang pengetahuan
lapangan yang luas.

11
DAFTAR PUSTAKA
Akhwan, Muzhoffar, “Peningkatan dan Standarisasi Mutu Pendidikan”, dalam
JPI FIAI Jurusan Tarbiyah, Vol.7, No.2, 2003.
Dapa, Aldjon. Dkk. “Manajemen Pendidikan Inklusif”. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorak Jendral Pendidikan Tinggi, Direktorat
Kentenagaan, 2007.

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. “Pedoman


Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif”. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Sekolah Luar Biasa, 2007.

Hasibuan, Malyu S.P, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Jakarta: CV. Haji
Masagung, 1994.

Irawan, Bayu. “Komputerisasi Pengelolaan Data Siswa Pada Sekolah Dasar


Negeri Margadana 5 Kota Tegal Dengan Menggunakan Borland Delphi
7 Dan Mysql”, dalam Jurnal Power Elektronik : Jurnal Orang Elektro,
Mataram, Vol.4, No.1, 2015.
Jerome, “Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata
Langkah Penerapan, Terjemah. Yosal Iriantara”, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005.
Kudianta, “Pengelolaan Peserta didik baru”, Jakarta : Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan, 2016.

M. Arifin, “Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan


Pendekatan Interdisipliner”, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.

Maulida, Ayu “Desentralsasi Pendidikan”, https://osf.io/rkqdz/download/?=pdf


Pidarta, Made, “Landasan Kependidikan”, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Soraya, “Analisis Kendala Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Di Dinas


Perpustakaan Dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan”, Makassar,
2017.
Supriatna, Tjahya “Sistem Administrasi Pemerintahan di Daerah”, cet. I, Jakarta:
Bumi Aksara, 1993.

12
Universitas Muhammadiyah Surabaya, “Standar Mutu Program Studi berdasarkan
Indikator Ban-PT”, 2014.
Yusuf, Choirul Fuad, “Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan”, Jakarta: PT. Pena
Citrasatria, 2008.

13

Anda mungkin juga menyukai