Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH BULU TANGKIS

Disusun oleh :
Maestro Boy Perwira Profaviola
K4616060

PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN, DAN REKREASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmatnya, Saya
sebagai peyusunun Makalah ini dapat menyelasaikannya secara sederhana dan tepat waktu.
Adapun makalah ini penulis rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya yang sajiannya
penulis sajikan dalam lembar Daftar Pustaka dengan harapan makalah ini dapat menambah
pengetahuan kita tentang Bulu Tangkis.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
segi isi maupun tulisan. Oleh sebab itu penulis sangat mengahrapkan kritik dan saran guna lebih
menyempurnakan penulisan makalah pada masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan kemampuan kita.

Surakarta, 10 Juni 2019

MAESTRO BOY
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................................................
Rumusan Masalah........................................................................................................................
Tujuan..........................................................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
Pengertian Wasit.........................................................................................................................
Peraturan Pertandingan...............................................................................................................
Wasit Ideal.................................................................................................................................
Perwasitan..................................................................................................................................
Penghitungan..............................................................................................................................
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................................................................
Saran...........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Berbicara tentang pertandingan maupun permainan olahraga maka salah satu yang
menjadi bagian di dalamnya adalah wasit. Wasit memiliki peranan yang sangat penting dalam
suatu pertandingan atau permainan olahraga, apalagi olahraga yang menuju prestasi. Tentu saja
wasit bukan penentu utama dari pentandingan olahraga. Banyak faktor yang mempengaruhi
diantaranya pemain, pelatih, lapangan, penonton menjadi bagian dari penentu hasil pertandingan.
Sebagai   suatu  bagian  yang sangat penting, seorang  wasit diharapkan akan
menjalankan fungsinya secara baik  dan benar dengan selalu menjunjung tinggi  rasa keadilan
dan tanggung jawab terhadap  terselenggarakannya pertandingan. Kesukaran yang muncul di 
lapangan  tidak saja disebabkan oleh  barangkali kurang dikuasainya ‘medan’ lapangan, melain-
kan juga faktor-faktor eksternal yang mendukungnya. Dari sejumlah pengalaman pertandingan,
tidak jarang wasit dijadikan biang kebrutalan  dan ketidakpuasan baik  yang dilakukan oleh 
pemain, ofisial, maupun penonton.  Hal ini kiranya  bukan  menjadi  suatu  kendala kemajuan
dalam perwasitan, melainkan  lebih menjadikan suatu tantangan yang perlu dihadapi  oleh wasit
dalam menegakkan  otoritas dan kredibilitasnya.
Agar wasit bisa menjalankan tugas dan fungsinya, maka ia pun perlu memiliki sifat-sifat
seorang pemimpin. Selain  itu,  wasit  sebagai  pemimpin pertandingan hendaknya juga
mengenal  kepribadiannya. Kepribadian wasit merupakan modal yang  sangat  utama. Dari
kapasitas  ini memiliki modal dasar yang perlu untuk menjalankan fungsi dan tugasnya di
lapangan. 

RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksut dengan wasit ?
2. Bagaimana menjadi seorang wasit yang ideal ?
3. Bagaimana peraturan pertandingannya ?
4. Bagaimana cara perhitungan pertandingan ?

TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu wasit
2. Untuk mengetahui bagaimana menjadi wasit yang ideal
3. Untuk mengetahui peraturan yang berlaku
4. Mengetahui cara perhitungan yang benar
BAB II
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN WASIT

Wasit adalah seorang yang memiliki wewenang untuk mengatur jalannya suatu
pertandingan olahraga. Wasit memiliki hak penuh selama pertandingan kepada seluruh pemain
dan pelatih dan ofisial sebuah tim.  Ada bermacam-macam istilah wasit. Dalam bahasa Inggris
dikenal referee, umpire, judge atau linesman. Wasit dituntut agar selalu tegas, adil, disegani, dan
ditakuti oleh semua pemain dan official. Ia harus pandai, cerdik, dan tidak memihak pada salah
satu tim atau pemain tertentu. Oleh karena itu, wasit harus menguasai teknik-teknik perwasitan
dan peraturan pertandingan dengan sempurna. Seperti pemimpin pada umumnya penampilan
wasit sangat menentukan ketika ia berada di lapangan, wasit harus tampak berwibawa dan
memiliki kharisma.
Tugas pokok seorang wasit adalah memimpin suatu pertandingan agar pertandingan itu
berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan. Sebenarnya wasit adalah seorang pemimpin yang
mampu mempengaruhi orang yang dipimpinnya agar mau berusaha untuk memperlancar
pertandingan. Agar wasit dapat melaksanakan hal itu maka ia harus memenuhi peraturan
perwasitan yaitu:
  Bakat
Menurut J.W. Bunn, perwasitan itu adalah suatu seni. Pribadi yang dapat
mengembangkan seni dari potensi dirinya diharapkan menjadi wasit yang baik. Selain itu
memerlukan bakat sehingga perwasitan juga memerlukan bakat.
  Kemauan
Kemauan untuk menjadi wasit yang baik adalah modal utama dalam mengembangkan
kemampuan mewasiti. Dengan adanya kemauan yang besar akan mendorong seorang untuk
belajar mencari pengalaman dan berlatih.
  Kesegaran jasmani dan sehat
Seorang wasit yang mempunyai kesegaran jasmani baik akan mampu menjalankan
tugasnya sebagai wasit yang baik artinya tanpa gangguan jasmaniah orang yang sehat berarti
bebas dari penyakit. Agar wasit tetap sehat sebaiknya ia selalu melakukan latihan-latihan fisik.
  Kewibawaan
Wasit adalah seorang pemimpin. Agar sukses dalam memimpin seorang pemimpin harus
mempunyai wibawa. Kewibawaan wasit dapat diperoleh antara lain dengan:
1.      Kepribadian wasit yang baik
2.      Sikap perwujudan yang baik
3.      Cara berpakaian yang sopan dan sesuai dengan situasi
4.      Klasifikasi perwasitan tinggi
5.      Banyak pengalaman
6.      Kecakapan wasit yang baik.
 https://kumpmakalahlengkap.blogspot.co.id/
  Pemusatan Perhatian
Selama bertugas wasit harus mampu memusatkan perhatian kepada tugas yang sedang
diembannya. Seorang wasit juga harus mampu menguasai peraturan permainan dan peraturan
pertandingan. Jadi sebelum terjun memimpin pertandingan seoreng wasit harus benar-benar
menguasai teori perwasitan sebagai bekal untuk kemantapan batin didalam menjalankan
tugasnya.
Untuk bias menjadi seorang wasit yang memimpin suatu pertandingan maka seorang
wasit dan pembantu-pembantunya (assisten) harus memiliki persyaratan tertentu yaitu:
Memahami dan menguasai peraturan permainan dan pertandingan (suatu cabang
olahraga) secara menyeluruh
           Mengerti dam memahami tentang teknik dan taktik olahraga yang mereka tekuni
           Memiliki sikap kepribadian dan mental yang baik
           Bertindak cepat, tegas, adil dan bijaksana
           Memiliki kesegaran jasmani yang tinggi.

B.PERATURAN PERTANDINGA

Peraturan Pertandingan Ganda


Beberapa peraturan dalam olahraga bulu tangkis nomor pertandingan ganda adalah sebagai
berikut:

 Sebelum pertandingan dimulai, telah ditetapkan pihak mana yang akan melakukan servis
pertama kali. Pemain di bidang servis kanan akan memulai pukulan servis ke arah lawan yang
berdiri secara diagonal dihadapannya.
 Pukulan servis pertama yang dilakukan selalu dilakukan dari bidang servis kanan.

Hanya pemain yang menjadi berdiri secara diagonal dihadapan pemain yang servislah yang dapat
menerima bola atau shuttlecock. Jika shuttlecock hasil servis tersentuh atau dipukul oleh pemain
pasangannya atau yang tidak berhadapan dengan si pemain yang melakukan servis, maka pihak
yang servislah mendapat angka.

Peraturan Pertandingan Tunggal

Tambahan peraturan untuk pertandingan tunggal olahraga bulu tangkis adalah sebagai berikut:

 Permaianan akan melakukan servis dari atau menerima servis dari bidang servis kanan
hanya bila nilai pelaku servis adalah 0 atau angka genap pertandingan seperti nilai 2, 4, 6 dan
seterusnya. Servis dilakukan dan diterima dari bidang servis kiri bila nilai pelaku servis
merupakan angka ganjil seperti 1, 3, 5 dan seterusnya.
 Kedua pemain yang bertanding akan mengubah bidang servis tempat masing-masing
pemain itu berdiri setiap kali sebuah angka dihasilkan dalam setiap pertandingan.

 Kesalahan Pemain

Ada beberapa kesalahan yang biasa dilakukan pemain ketika melakukan servis. Kesalahan yang
dilakukan pemain yang berada pada sisi dalam lapangan atau peain yang melakukan servis akan
menggagalkan servis yang dilakukannya dan akan menambah poin bagi tim lawan. Jika
kesalahan dilakukan oleh pemain yang berada di sisi luar atau sisi lapangan yang menerima
servis, maka poin akan didapatkan bagi yang melakukan servis.

Kesalahan-kesalahan dalam servis yang biasanya dilakukan pemain adalah sebagai berikut:

 Ketika pemain melakukan servis, posisi shuttlecock pada saat disentuh raket berada di
atas ketinggian pinggang dari pemain yang melakukan servis atau salah satu bagian dari kepala
raket berada pada posisi lebih tinggi dari salah satu bagian tangan pelaku servis yang memegang
raket ketika shuttlecock disentuh raket. Jika hal ini terjadi maka service judge akan meneriakkan
foul dan pemain lawan yang akan mendapatkan poin atau nilai.
  Saat pemain melakukan servis, shuttlecock jatuh ke bidang servis yang salah. Jatuhnya
shuttlecock tidk berada di posisi yang berdiagonal dengan pemain yang melakukan servis; atau
jatuh di depan garis servis pendek; atau jatuh dibelakang garis servis panjang; atau jatuh di luar
garis batas samping lapangan. Jika shuttlecock jatuh di depan garis servs pendek maka pemain
dapat membiarkan saja tanpa memukul shuttlecock. Jika shuttlecock keluar maka poin akan
didapatkan oleh pemain yang menerima servis tersebut.
 Kesalahan yang selanjutnya adalah kaki pelaku servis tidak berada dalam bidang
servisnya, atau kaki penerima servis tidak berada dalam bidang servisnya yang terletak
bersebarangan diagonal.

 Sebelum atau ketika melakukan servis, salah satu pemain melakukan gerak tipu atau
pura-pura atau secara sengaja mengejutkan lawannya dan memecahkan konsentrasi dari pemain
yang lawannya maka hal ini juga termasuk dalam jenis pelanggaran.
 Pada servis ataupun sedang reli, shuttlecock mengenai badan pemain, jatuh ke luar
lapangan dan mengenai net. Makah al ini termasuk kesalahan dan poin akan diberikan kepada
tim lawan.
 Shuttlecock yang sedang dalam permainan dipukul sebelum menyeberang ke sisi
lapangan pihak yang melakukan pukulan, biasanya hal ini terjadi ketika adu netting dengan bola
yang tanggung dan cukup dekat dengan net. Jika bola tersebut belum masuk ke area permainan
sendiri, maka bola tersebut tidak boleh dipukul. Jika shuttlecock masih di area permainan lawan
dan sudah dipukul maka akan terjadi foul dan lawan akan mendapatkan poin.
 Waktu shuttlecock dalam permainan, pemain menyentuh jaring atau tiang peyangga
dengan raket, bagian tubuh, atau bajunya. Hal ini juga termasuk pelanggaran dan poin akan
diberikan pada tim lawan.
 Kejadian shuttlecock dipukul dua kali berurutan atau juga peristiwa penempelan
shuttlecock di raket saat pukulan dilakukan. Hal ini biasanya terjadi pada nomor ganda, jika
shuttlecock sudah menyentuh pemain yang ada di depan maka pemain belakang tidak boleh
memukul shuttlecock lagi. Jika hal ini terjadi maka akan foul dan poin akan diberikan pada tim
lawan. Begitu juga jika shuttlecock telah mengenai badan satu pemain maka pemain lain dalam
tim tersebut tidak boleh memukul shuttlecock yang sudah menyentuh badan rekannya.
 Pemain pelaku servis diharuskan melakukan servis jika pemain lawan sudah siap
memulai permainan. Penerima servis dianggap siap jika ia melakukan gerakan untuk menerima
servis yang telah dibayangkan. Jika penerima servis belum siap, maka penerima tersebut dapat
mengangkat tangan sebagai tanda bahwa dia belum siap menerima servis dari pemain lawannya.
 Pelaku dan penerima servis harus berdiri di dalam batas bidang servisnya masing-masing
dan bagian dari kedua kaki pemain ini harus tetap bersentuhan dengan lantai, dalam posisi diam,
hingga shuttlecock disentuh raket. Pemain yang melakukan dan menerima servis atau pemain
lain dalam nomor ganda tidak boleh melakukan gerakan yang berlebihan yang dapat memecah
konsentrasi tim lawan ketika akan melakukan servis.
 Jika saat servis atau reli, shuttlecock menyentuh dan tidak melampui jaring,
maka hal itu dianggap tidak sah. Jika shuttlecock tidak dapat menyebrangi net maka tentu saja
poin akan diberikan pada tim lawan.

C. Menjadi Wasit yang Ideal

Untuk  menjadi wasit yang  baik,  maka ada  beberapa syarat yang  perlu  dipenuhi,
yaitu:  syarat-syarat formal dan  syarat-syarat psikologis.
a.       Syarat-syarat Formal. Yaitu syarat yang harus  dipenuhi  untuk menjadi seorang wasit. Syarat-
syarat  ini sudah ditentukan dalam aturan yang  telah ditetapkan  oleh masing-masing induk
organisasi olahraga baik nasional maupun internasional.
b.      Syarat-syarat Psikologis. Yaitu  syarat-syarat khusus yang mencerminkan  kemampuan,
kepribadian  dan  cara kerja wasit yang akan bermanfaat di dalam melakukan kepemimpinannya 
di lapangan. Syarat-syarat  ini hendaknya sudah  dimiliki  wasit dan dapat  digunakan  sebagai
modal untuk menjadi wasit yang ideal.
Adapun  syarat-syarat  dasar  psikologis tersebut antara lain :
1.      Mempunyai  intelegensi  umum  yang  cukup baik.  Intelegensi menyangkut  kemampuan 
dasar yang dimiliki oleh seorang wasit.  Kemampuan   itu menyangkut kemampuan dalam
memahami, menganalisa  dan  mensintesa suatu  persoalan, kemampuan antisipasi gerakan, dan
kemampuan bahasa yang cukup baik verbal maupun isyarat.
2.      Mempunyai hasrat berprestasi yang baik. Seorang  wasit yang ideal dituntut untuk selalu
memiliki motivasi untuk berprestasi secara memadai. Prestasi seorang wasit tidak saja  dilihat
dari  strata  ijasah wasitnya, melainkan dilihat dari keberhasilan dalam setiap memimpin
pertandingan  dan  upaya untuk selalu  bisa menjalankan fungsi dan tugasnya di lapangan
maupun di luar lapangan.
3.      Memiliki kematangan kepribadian. Seorang  pribadi wasit yang matang  tidak saja dilihat dari
stabilitas emosionalnya, melainkan juga dari integritas perilaku dan perbuatannya.
4.      Memiliki penyesuain diri yang baik. Menyesuaikan diri dengan situasi  pertandingan
merupakan modal yang penting bagi seorang  wasit. Dengan kemampuan penyesuain diri ini,
seorang wasit akan  dengan mudah mengatasi persoalan persoalan  yang muncul di lapangan.
5.      Memiliki kepercayaan diri. Kepercayaan diri menyangkut persepsi akan kemampuan diri
dalam  mengatasi   semua persoalan yang ada. Keragu-raguan adalah bibit dari rusaknya
keputusan yang  diambil dari seorang wasit. Kepercayaan  diri  seorang wasit bisa berfluktuasi,
dari sangat percaya  diri hingga  kurang percaya  diri. Pengalaman pertandingan memiliki peran 
yang cukup penting  di dalam  membentuk kepercayaan diri di samping wasit  tersebut  memang
sudah  memiliki  dasar-dasar psikologis yang baik dalam aspek ini.
6.      Teliti. Ketelitian kerja bisa menjadikan  keputusan akurat. Oleh karena itu seorang wasit yang
memiliti dasar-dasar teliti diharapkan juga bisa teliti pula di dalam melihat persoalan dan dalam
melakukan pengambilan keputusan.
7.      Cukup kreatif.  Wasit perlu kreatif, guna membawa situasi pertandingan enak ditonton. Di
dalam suatu pertandingan muncul kecenderungan iramanya menurun dan ada dalam tempo yang
tinggi. Bila muncul kejadian seperti itu, wasit perlu untuk lebih  kreatif dalam mengarahkan
ritme pertandingan. Kreativitas  wasit juga bermanfaat untuk  mengembangkan berbagai macam
keputusannya dan caranya untuk berkomunikasi dengan pemain.
8.      Memiliki kemampuan dalam mengambil  keputusan. Mengambil keputusan, menurut Wayne
Weiton (1992)  meliputi kegiatan mengevaluasi lternatif  dan membuat pilihan terhadap
alternatif-alternatif itu. Dengan demikian ada seorang wasit  dituntut untuk mengevaluasi 
alternatif  dan memilih alternatif itu berdasarkan informasi yang dilihat dan diperolehnya  dari
hakim garisnya. Modal  ini merupakan salah  satu syarat yang  sangat penting sekali bagi 
seorang wasit.
9.      Memiliki dasar kepemimpinan yang baik. Stogdil (1950) yang dikutip oleh Richard H. Cox
(1985) menyatakan bahwa kepemimpinan  adalah  proses untuk mempengaruhi aktivitas suatu
kelompok yang terorganisasi dalam upayanya untuk mencapai  tujuan yang telah direncanakan
dan tujuan yang ingin  dicapai. Dari pengertian itu wasit memiliki peran didalam mengorganisir
aktivitas pelatih khususnya  di dalam mengarahkan  berhasil dan lancarnya jalannya
pertandingan.  Meskipun  wasit merupakan  diktator   di lapangan, namun bila hal itu
dijalalankan dalam  pertandingan, maka ia tidak saja akan  dimusuhi oleh tidak  tim-tim  yang
bertanding, melainkan juga suporter  yang menonton pertandingan. Dengan adanya  persyaratan
persyaratan dasar yang telah ditentukan ini, maka  kiranya  seorang wasit akan bisa menjadi 
wasit yang baik dan berprestasi. 

PERWASITAN
Seringkali terjadi dalam suatu kejuaraan seorang atlet merasa dirugikan oleh petugas lapangan,
khususnya wasit yang memimpin pertandingan atau hakim garis sehingga mengganggu
konsentrasinya dan dianggap sebagai penyebab kekalahannya, atau bahkan sang pemain mundur
dari lapangan sebelum pertandingan berakhir. Fenomena tersebut merupakan salah satu bukti
bahwa petugas lapangan (wasit, hakim servis, dan hakim garis) mempunyai peranan yang besar
dalam kesuksesan suatu kejuaraan.
Untuk menghindari hal-hal di atas, seorang wasit harus memperhatikan beberapa hal
diantaranya
a. Menguasai peraturan permainan
b. Berpenampilan meyakinkan dan mantap
c. Berwibawa dan mempunyai harga diri
d. Berpendirian netral dan tidak memihak kepada salah satu pemain serta bertindak sebagai
penengah.
e. Tidak terpengaruh oleh pemain atau penonton
f. Bersuara lantang dan jelas untuk setiap kata-kata yang diucapkan.
g. Selalu cepat tanggap dan inisiatif dalam mengambil keputusan, terutama bila terjadi kasus
pada jalannya pertandingan yang sedang dipimpinnya.
h. Memiliki wawasan tentang bulutangkis yang luas
i. Setiap saat dapat mengikuti perkembangan perbulu-tangkisan, terutama bila terjadi perubahan
peraturan.
j. Berusaha memelihara dan meningkatkan mutu perwasitan.

SISTEM PENGHITUNGAN
Sistem skor bulutangkis dibagi menjadi empat kategori. Yakni penilaian dasar, interval, tunggal,
dan ganda. Bagaimana sistem penilaian skor bulutangkis itu berlangsung? Berikut rinciannya:
- Sebuah pertandingan terbagi tiga game dengan masing-masing game aka nada total 21 poin.
- Setiap kali ada servis – ada juga poin yang dapat diraih.
- Kubu yang memenangi reli menambah poin yang dapat diraih.
- Saat kedudukan sama kuat 20, kubu yang memimpin dua poin pertama, memenangi laga.
- Saat kedudukan sama kuat 29, kubu yang mencapai 30 poin, memenangi pertandingan.
- Kubu yang memenangi set, memulai servis pertama di set berikutnya.

Interval
- Ketika memimpin dengan skor mencapai 11 poin, pemain punya 60 detik interval waktu.
- Interval dua menit di antara set diperbolehkan.
- Di set ketiga, perubahan pemain berakhir ketika kubu yang memimpin mencapai 11 poin.
Tunggal
- Pada awal mula pertandingan (kedudukan masih 0-0) dan ketika pebulutangkis melakukan
servis (server) dan mencetak skor maka kedudukan imbang. Server juga melakukan servis dari
kanan sisi lapangan. Ketika server mencatatkan skor yang ganjil, server mengambil servis dari
sisi kiri lapangan
- Jika server memenangi reli, server mendapatkan poin dan kemudian kembali melakukan servis
dari sisi lapangan servis alternatif.
- jika penerima servis memenangi reli, ia mendapat poin dan menjadi server yang baru. Mereka
melakukan servis dari sisi lapangan yang tepat – kiri jika mereka mencatatkan skor yang ganjil,
dan kanan jika kedudukan imbang
Ganda
- Tiap kubu hanya punya satu servis
- Operan servis secara beruntun kepada pemain seperti yang ditunjukkan diagram
- Ketika awal pertandingan dan ketika kedudukan sama kuat, server melakukan servis dari sisi
kanan lapangan. Ketika kedudukan ganjil, server melakukan servis dari sisi kiri lapangan.
- Jika tim yang melakukan servis memenangi rally, mereka mendapat poin dan server yang sama
melakukan servis lagi dari sisi lapangan alternatif.
- Jika tim penerima memenangi reli, mereka mendapat poin. Kubu itu menjadi server yang baru
- Pemain tidak mengubah posisi servis hingga mereka memenangi poin ketika mereka
melakukan servis.
Perwasitan Bulu Tangkis
Peraturan Permainan, Perwasitan, Dan Penyelenggaraan Pertandingan Bulutangkis

1. Peraturan Permainan
Peraturan Permainan Ditentukan Dan Ditetapkan Oleh Sidang Tahunan Organisasi Olahraga
Bulutangkis Internasional. Peraturan Ini Mulai Diperbaiki Dan Diberlakukan Tanggal 1 Agustus
1998 Dan Berlaku Sampai Tahun 2004. Pertengahan Tahun 2004 Terjadi Perubahan Dalam
Pengaturan Skor, Yang Mulanya Untuk Ganda Putra Skor 15 Menjadi 21, Tunggal Putri Dari 11
Menjadi 21, Sedangkan Untuk Ganda Putra, Putri, Dan Campuran Dari 15 Menjadi 25.

2. Penghitungan (Scoring)
Permainan Berlaku The Best Of Three Games, Artinya Maksimal Pemain Bertanding Tiga Set
(Dua Set Kemenangan). Skor Permainan Tunggal Putra Dan Putri Adalah 21 Angka, Sedangkan
Ganda Putra, Putri, Dan Campuran Adalah 25 Angka. Jika Perhitungan Sama-Sama Mencapai 20
Untuk Tunggal Dan 24 Untuk Putri, Maka Terjadi Duece Dan Pihak Pertama Kali Memperoleh
Angka Tersebut Mempunyai Hak Untuk Menetapkan Penambahan (Setting) 3 Angka. Pihak
Yang Memenangkan Set Pertama Berhak Untuk Melakukan Servis Pertama Pada Set Berikutnya.

3. Perwasitan
Seringkali Terjadi Dalam Suatu Kejuaraan Seorang Atlet Merasa Dirugikan Oleh Petugas
Lapangan, Khususnya Wasit Yang Memimpin Pertandingan Atau Hakim Garis Sehingga
Mengganggu Konsentrasinya Dan Dianggap Sebagai Penyebab Kekalahannya, Atau Bahkan
Sang Pemain Mundur Dari Lapangan Sebelum Pertandingan Berakhir. Fenomena Tersebut
Merupakan Salah Satu Bukti Bahwa Petugas Lapangan (Wasit, Hakim Servis, Dan Hakim Garis)
Mempunyai Peranan Yang Besar Dalam Kesuksesan Suatu Kejuaraan
.
Untuk Menghindari Hal-Hal Di Atas, Seorang Wasit Harus Memperhatikan Beberapa Hal
Diantaranya :
A. Menguasai Peraturan Permainan
B. Berpenampilan Meyakinkan Dan Mantap
C. Berwibawa Dan Mempunyai Harga Diri
D. Berpendirian Netral Dan Tidak Memihak Kepada Salah Satu Pemain Serta Bertindak Sebagai
Penengah.
E. Tidak Terpengaruh Oleh Pemain Atau Penonton
F. Bersuara Lantang Dan Jelas Untuk Setiap Kata-Kata Yang Diucapkan.
G. Selalu Cepat Tanggap Dan Inisiatif Dalam Mengambil Keputusan, Terutama Bila Terjadi
Kasus Pada Jalannya Pertandingan Yang Sedang Dipimpinnya.
H. Memiliki Wawasan Tentang Bulutangkis Yang Luas
I. Setiap Saat Dapat Mengikuti Perkembangan Perbulu-Tangkisan, Terutama Bila Terjadi
Perubahan Peraturan.
J. Berusaha Memelihara Dan Meningkatkan Mutu Perwasitan.

4. Penyelenggaraan Permainan Bulutangkis


A.      Sistem Pertandingan
Dalam Menentukan Sistem Pertandingan Bulutangkis Perlu Dipertimbangkan Beberapa Faktor
Berikut :
1) Tujuan Pertandingan
2) Sarana Dan Prasarana
3) Waktu Yang Tersedia
4) Tenaga Pelaksana
5) Jumlah Peserta
6) Dukungan Dana
Pada Dasarnya Ada Dua Macam Sistem Pertandingan, Yaitu :
1) Sistem Gugur, Yaitu Tata Cara Pelaksanaan Pertandingan Yang Menetapkan Bahwa Setiap
Peserta Yang Telah Kalah Dinyatakan Gugur Dan Tidak Berhak Mengikuti Pada Pertandingan
Babak Selanjutnya.
2) Sistem Kompetisi

Sistem Kompetisi Dapat Dibedakan Dalam Dua Bentuk, Yaitu :


A) Sistem Kompetisi Penuh, Dimana Setiap Peserta Akan Saling Berhadapan Dua Kali Dengan
Lawan Yang Sama.
B) Sistem Setengah Kompetisi, Dimana Peserta Saling Berhadapan Satu Kali.
B. Undian Pertandingan (Drawing)
Cara Melaksanakan Undian Pertandingan Bulutangkis Nasional Dan Internasional Harus Dengan
Ketentuan Yang Berlaku. Panitia Tidak Akan Memberikan Izin Mengadakan Alternatif Undian,
Kecuali Dalam Situasi Berikut Ini :
1) Pemain Berhalangan Karena Sakit/Cedera
2) Pemain Pengganti Tidak Boleh Memiliki Ranking Yang Lebih Tinggi Dari Pemain Yang
Berhalangan.
Penggantian Pasangan Tunggal Diizinkan Apabila :
1) Pemain Pengganti Itu Sudah Termasuk Nominasi Dari Asosiasi Nasional Yang Bersangkutan.
2) Pemain Itu Tidak Mengikuti Turnamen Tersebut.
Penggantian Pasangan Ganda :
1) Seorang Pemain Ganda Yang Berhalangan Boleh Diganti Oleh Salah Seorang Pasangan
Ganda Lainnya.
2) Jika Pasangan Asli Mendapat Bye Dan Kemudian Ada Pengganti Pemain, Maka Pasangan
Baru Tersebut Dapat Menempati Posisi Semula, Kalau Tidak Maka Akan Diundi Kembali.

5. Qualifying Rounds

Bila Ada Pemain Yang Tidak Masuk Maindraw, Maka Committee Tournament Mengadakan
Pertandingan Pendahuluan Sebagai Babak Kualifikasi, Yaitu :

1) Melaksanakan Sejumlah Pertandingan Yang Diatur Oleh Committee.


2) Dianjurkan Agar Setiap Delapan Tempat Tidak Menempatkan Lebih Dari Satu Pemain
Kualifikasi.
3) Apabila Pemain Dari Maindraw Menarik Diri Sebelum Babak Kualifikasi Dimulai,
Committee Berhak Mengisi Lowongan Tersebut Dari Peserta Kualifikasi.

Dalam Pembuatan Bagan, Jika Terdapat Bye Maka Ditempatkan Sisipan Pada First Round Dan
Selalu
Dimulai Dari Pertengahan Sebelah Bawah, Kemudian Disusul Pada Bagian Atas, Kembali Ke
Bawah, Dan Seterusnya.

Peraturan Permainan Bulu Tangkis


Peraturan Permainan Bulutangkis Ditetapkan Oleh Wbf (World Badminton Federation).
Beberapa Peraturan Tersebut Adalah :
1. Ukuran Lapangan
A. Garis Di Dalam Lapangan Ditandai Dengan Warna Putih, Hitam, Atau Warna Lainnya Yang
Terlihat Jelas, Dengan Tebal Garis 3,8 Cm (1½ Inci). Dalam Menandai Lapangan, Lebar Dari
Garis Tengah Lapangan Harus Dibagi Dua, Sama Antara Bidang Servis Kanan Dan Kiri.
Ketebalan Garis Servis Pendek Dan Garis Servis Panajng (Masing-Masing 3,8 Cm Atau (1½
Inci) Harus Berada Di Dalam Ukuran 13” (= 3,96 M) Yang Dicantumkan Sebagai Panjang
Lapangan Servis, Dan Ketebalan Dari Semua Garis Batasnya (Masing-Masing 3,8 Cm Atau 1½
Inci) Harus Berada Dalam Batas Ukuran Yang Telah Ditentukan.
B. Jika Ruang Yang Tersedia Tidak Memungkinkan Pemberian Tanda Batas Lapangan Untuk
Permainan Ganda, Dapat Dibuat Tanda-Tanda Hanya Untuk Permainan Tunggal Seperti Tampak
Pada Gambar Di Halaman 14. Garis Batas Belakang Juga Menjadi Garis Servis Panjang, Dan
Tiang-Tiang Atau Garis Batas Pada Jaring Akan Ditempatkan Pada Garis Samping Lapangan.
2. Tiang
Tinggi Kedua Tiang Adalah 155 Cm (5 Kaki 1 Inci) Dari Lantai. Tiang Harus Kuat, Agar Jaring
Tegang Dan Lurus Dan Ditempatkan Pada Garis Batas Samping Lapangan.
3. Jaring
Jaring Harus Dibuat Dari Tali Halus Yang Dimasak Dan Dijala Dengan Jaring 1,6 Cm Sampai
Dengan 2, 0 Cm. Jaring Harus Terentang 76 Cm. Ujung Atas Jaring Harus Berada 152 Cm (5
Kaki) Dari Lantai Pada Pertengahan Lapangan Dan 155 Cm Dari Lantai Pada Tiang-Tiangnya.
Jaring Harus Mempunyai Tepi Dari Pita Putih Selebar 3,8 Cm, Serta Bagian Tengah Pita
Tersebut Didukung Oleh Kawat Atau Tali, Yang Ditarik Dan Ditegangkan Dari Ujung-Ujung
Tiang.
4. Kok Atau Shuttlecock
Sebuah Shuttlecock Harus Memiliki Berat 4,8-5,6 Gram Dan Mempunyai 14-16 Helai Bulu
Yang Dilekatkan Pada Kepala Dari Gabus Yang Berdiameter 2,5-2,9 Cm. Panjang Bulu Dari
Ujung Bawah Sampai Ujung Yang Menempel Pada Dasar Gabus Kepalanya Adalah 6,2 – 6,9
Cm. Bulu-Bulu Ini Menyebar Menjauhi Gabus Dan Berdiameter 5,5-6,3 Cm Pada Ujung
Bawahnya, Serta Diikat Dengan Benang Atau Bahan Lain Cocok Sehingga Kuat.
5. Pemain
Permainan Harus Dimainkan Oleh Masing-Masing Satu Permainan Di Satu Sisi Lapangan (Pada
Permainan Tunggal) Atau Masing-Masing Dua Pemain Di Satu Sisi (Pada Permainan Ganda).
Sisi Lapangan Tempat Tim Yang Mendapat Giliran Melakukan Servis Dinamakan Sisi Dalam
(Inside), Sedangkan Sisi Yang Timnya Menerima Servis Dinamakan Sisi Luar (Outside).
6. Pengundian
Sebelum Pertandingan Dimulai, Wasit Memanggil Kedua Tim/Pemain Yang Berlawanan Untuk
Mengundi Pihak Yang Berhak Melakukan Servis Pertama Dan Memilih Sisi Lapangan Bagi
Timnya Untuk Memulai
7. Penilaian
Ada Beberapa Macam Penilaian :
A. Jumlah Nilai (Skor) Permainan Ganda Atau Tunggal Putra, Terdiri Atas 15 Angka, Seperti
Yang Telah Ditentukan Sebelumnya. Misalnya, Dalam Pertandingan Dengan Nilai 15, Bila
Kedua Belah Pihak Telah Mencapai Angka 14 Sama. Pihak Yang Pertama Kali Memperoleh
Angka 14 Dapat Menambahkan Nilai Akhir Dengan 3 Angka (Dikenal Dengan Sebutan Setting
Game). Jika Pertandingan Telah Ditetapkan (Diset), Maka Nilai Awal Yang Ditentukan
Dinamakan “Love-All”. Pihak Pertama Yang Mencapai Angka 3 Dinyatakan Sebagai Pemenang.
B. Jumlah Skor Pada Pertandingan Tunggal Putri Adalah 11 Angka. Jika Telah Dicapai Angka
10-10 , Maka Pihak Yang Lebih Dahulu Mencapai Angka 10 Berhak Menambah Nilai
Tambahan Akhir Dengan 3 Angka. Pihak Yang Pertama Mencapai 3 Angka Dinyatakan Sebagai
Pemenang.

C. Kedua Pihak Yang Bertanding Akan Memainkan Tiga Sel Pertandingan Untuk Menentukan
Pemenang. Pemain Yang Mampu Memenangkan Lebih Dahulu 2 Sel Pertandingan (2 Games)
Akan Dinyatakan Sebagai Pemenang. Pemain Akan Bertukar Sisi Lapangan (Tempat) Pada
Setiap Akhir Suatu Game. Pada Game Ketiga, Pemain Juga Akan Berpindah Lapangan Ketika
Nilai Akhir Mencapai :

1) Skor 8 Pada Pertandingan Dengan 15 Angka


2) Skor 6 Pada Pertandingan Dengan 11 Angka
3) Skor 11 Pada Sistem Reli Poin 21 Angka
Keterangan : Aturan Reli Poin Adalah 1 Game Terdiri Atas 21 Poin. Jika Kedua Pemain
Mencapai Poin 20-20, Maka Terjadilah Deuce (Yus). Pemenang Dapat Ditentukan Jika Telah
Muncul Selisih 2 Poin (Misalnya 22-20). Bila Selisih Masih 1 Poin (21-20), Pemenang Belum
Dapat Ditentukan. Angka Maksimal Tiap Game Adalah 30. Dengan Demikian, Jika Terjadi Poin
29-29, Maka Pemenangnya Adalah Pemain Yang Terlebih Dulu Mencapai Angka 30.

8. Pertandingan Ganda
Beberapa Peraturan Dalam Pertandingan Ganda Adalah Sebagai Berikut :
A.Telah Ditetapkan Pihak Mana Yang Akan Melakukan Servis Pertama Pemain Di Bidang
Servis Kanan Memulai Pukulan Servis Ke Arah Lawan Yang Berdiri Secara Diagonal
Dihadapannya.
B.Pukulan Servis Pertama Yang Dilakukan Pihak Berada Di Sisi Dalam Lapangan Selalu
Dilakukan Dari Bidang Servis Kanan.
C.Hanya Pemain Yang Menjadi “Sasaran” Servis Saja Yang Boleh Menerima Servis. Jika
Shuttlecock Tersentuh Atau Dipukul Oleh Pemain Pasangannya, Pihak Yang Berada Disisi
Dalam Mendapat Angka.
D.Hanya Satu Pemain Pada Pihak Yang Melakukan Servis Permulaan Atau Pertama Dari Suatu
Pertandingan Yang Dapat Melakukan Pukulan Servis Tersebut.
E.Jika Seorang Pemain Melakukan Servis Yang Tidak Pada Gilirannya Atau Dari Sisi Lapangan
Yang Salah, Dan Pihak Yang Melakukan Servis Yang Memenangkan Reli Tersebut, Maka Akan
Terjadi Let Kembali Yang Harus Diajukan Sebelum Pukulan Servis Berikut Dilakukan.
9. Pertandingan Tunggal
Dalam Pertandingan Tunggal, Peraturan 8a Dan 8e Berlaku Pada Pertandingan Tunggal.
Tambahan Peraturan Untuk Pertandingan Tunggal Adalah Sebagai Berikut:

A. Permaianan Akan Melakukan Servis Dari Atau Menerima Servis Dari Bidang Servis Kanan
Hanya Bila Nilai Pelaku Servis Adalah 0 Atau Angka Genap Pertandingan. Servis Dilakukan
Dan Diterima Dari Bidang Servis Kiri Bila Nilai Pelaku Servis Merupakan Angka Ganjil
B. Kedua Pemain Yang Bertanding Akan Mengubah Bidang Servis Tempat Masing-Masing
Pemain Itu Berdiri Setiap Kali Sebuah Angka Dibuat.
10. Kesalahan
Kesalahan Yang Dilakukan Pemain Yang Berada Pada Sisi Dalam Lapangan Akan
Menggagalkan Servis Yang Dilakukannya. Jika Kesalahan Dilakukan Oleh Pemain Yang Berada
Di Sisi Luar (Sisi Lapangan Yang Menerima Servis), Maka Satu Angka Diperoleh Pihak Yang
Berada Di Sisi Dalam (Sisi Lapangan Yang Melakukan Servis).
11. Kesalahan Terjadi Jika
A. Saat Melakukan Servis, Posisi Shuttlecock Pada Saat Disentuh Raket Berada Di Atas
Ketinggian Pinggang Pemain; Atau Salah Satu Bagian Dari Kepala Raket Berada Pada Posisi
Lebih Tinggi Dari Salah Satu Bagian Tangan Pelaku Servis Yang Memegang Raket Ketika
Shuttlecock Disentuh Raket.
B. Saat Melakukan Servis, Shuttlecock Jatuh Ke Bidang Servis Yang Salah Yakni Ke Sisi Yang
Tidak Berhadapan Diagonal Dengan Pelaku Servis; Atau Jatuh Di Muka Garis Servis Pendek;
Atau Jatuh Dibelakang Garis Servis Panjang; Atau Jatuh Di Luar Garis Batas Samping
Lapangan.
C. Kaki Pelaku Servis Tidak Berada Dalam Bidang Servisnya, Atau Kaki Penerima Servis Tidak
Berada Dalam Bidang Servisnya Yang Terletak Bersebarangan Diagonal Dan Bidang Servis
Pelaku Servis, Sampai Pukulan Servis Selesai Dilakukan.
D. Sebelum Atau Ketika Melakukan Servis, Salah Satu Pemain Melakukan Gerak Tipu Atau
Pura-Pura Atau Secara Sengaja Mengejutkan Lawannya.
E. Pada Servis Ataupun Sedang Reli, Shuttlecock Jatuh Di Luar Garis Batas Lapangan,
Melayang Menembus Atau Di Bawah Jaring, Menyentuh Langit-Langit, Menyentuh Dinding
Samping, Atau Menyentuh Tubuh Atau Pakaian Pemain.
F. Shuttlecock Yang Sedang Dalam Permainan Dipukul Sebelum Menyeberang Ke Sisi
Lapangan Pihak Yang Melakukan Pukulan.
G. Waktu Shuttlecock Dalam Permainan, Pemain Menyentuh Jaring Atau Tiang Peyangga
Dengan Raket, Bagian Tubuh, Atau Bajunya.
H. Shuttlecock Menempel Pada Raket Saat Pukulan Dilakukan Atau Shuttlecock Dipukul Dua
Kali Berurutan.
I. Saat Dalam Permainan, Seorang Pemain Tersentuh Shuttlecock Ketika Ia Berada Di Dalam
Atau Di Luar Batas Lapangan.
J. Pemain Menghalang-Halangi Lawan.
12. Umum
A. Pelaku Servis Tidak Boleh Melakukan Servis Hingga Penerima Servis Dalam Keadaan Siap.
Penerima Servis Dianggap Siap Jika Ia Melakukan Gerakan Untuk Menerima Servis Yang Telah
Dibayangkan.
B. Pelaku Dan Penerima Servis Harus Berdiri Di Dalam Batas Bidang Servisnya Masing-Masing
Dan Bagian Dari Kedua Kaki Pemain Ini Harus Tetap Bersentuhan Dengan Lantai, Dalam Posisi
Diam, Hingga Shuttlecock Disentuh Raket.
C. 1) Jika Saat Servis Atau Reli, Shuttlecock Menyentuh Dan Tidak Melampui Jaring,
Maka Hal Itu Dianggap Tidak Sah.
2) Jika Saat Servis Dan Reli, Shuttlecock Tersangkut Pada Net, Maka Diajukan Let.
3) Jika Penerima Servis Dinyatakan Salah Karena Bergerak Pada Saat Servis Sedang Dilakukan,
Atau Karena Tidak Berada Dalam Batas Bidang Servis Yang Seharusnya, Sementara Pada Saat
Yang Sama Pelaku Servis Juga Dinyatakan Melakukan Kesalahan, Maka Diajukan Let.
4) Jika Diajukan Let, Permainan Yang Terjadi Servis Sejak Servis Terakhir Yang Benar, Tidak
Dihitung. Pemain Yang Baru Saja Melakukan Servis Akan Melakukan Servis Ulang, Kecuali
Jika Peraturan Lain Telah Ditetapkan.
D. Jika Pelaku Servis Pada Saat Melakukan Servis Tidak Mengenai Shuttlecock, Maka Ia
Dianggap Melakukan Kesalahan (Fault); Tetapi Jika Shuttlecock Tersentuh Raket, Servis Telah
Dianggap Telah Dilakukan.
E. Jika Dalam Permainan Shuttlecock Menyentuh Jaring Dan Tetap Tersangkut Disana, Atau
Menyentuh Jaring Dan Jatuh Di Posisi Pemukulnya, Atau Menyentuh Lantai Diluar Lapangan;
Dan Pemain Lawan Menyentuh Jaring Atau Shuttlecock Dengan Raket Dan Tubuhnya, Maka
Tidak Ada Pinalti, Sebab Shuttlecock Dianggap Dalam Permainan.
F. Jika Pemain Memukul Shuttlecock Dengan Arah Ke Bawah , Ketika Berada Dekat Jaring
Dengan Harapan Bahwa Shuttlecock Akan Terpukul Kembali Olehnya, Hal Ini Dianggap
Menghalangi Lawan. Maka Wasit Wajib Menyatakan Kesalahan (Fault) Atau Let, Jika Hal
Tersebut Terjadi Tanpa Pemain Mengajukannya. Jika Pemain Mengajukan Hal Tersebut, Maka
Wasit Harus Memberikan Keputusan.
13. Kontinuitas Permainan
Permainan Harus Berkelanjutan Dari Servis Yang Pertama Hingga Akhir Pertandingan, Ketika
Tim Menang Diputuskan, Kecuali:
A. Pada Internasional Badminton Championship Dan Ladies Internasional Badminton
Championship Harus Diizinkan Suatu Waktu Istirahat (Tidak Lebih Dari 5 Menit) Yakni Antara
Pertandingan Kedua Dan Ketiga.
B. Di Daerah Yang Kondisi Cuacanya Menyebabkan Waktu Istirahat Dibutuhkan (Maksimal 5
Menit), Yakni Antara Pertandingan Kedua Dan Ketiga, Baik Untuk Tunggal, Ganda Atau
Keduanya.
C. Karena Keadaan Yang Tak Terhindarkan Oleh Pemain, Wasit Dapat Menunda Permainan
Hingga Waktu Yang Menurut Pertimbangannya Dibutuhkan.
Peraturan Pertandingan Bulutangkis
Nomor Pertandingan
1.    Tunggal Putra Perseorangan
2.    Tunggal Putri Perseorangan
3.    Ganda Putra Perseorangan
4.    Ganda Putri Perseorangan
5.    Ganda Campuran Perseorangan
6.    Beregu
Format Dan Ketentuan Pertandingan
Format Pertandingan :
·  Peraturan Pertandingan Yang Diberlakukan Menganut Statutes 2007/2008 Dari Bwf
(Badminton World Federation).
·  Untuk Cabang Perorangan Akan Digunakan Sistem Gugur.
·  Untuk Cabang Beregu Akan Digunakan Sistem Setengah Kompetisi.
·  Secara Sederhana, Peraturan Yang Diberlakukan Adalah Sebagai Berikut:
 Scoring System
·  Suatu Pertandingan Terdiri Dari Best Of 3 Games Dengan 21 Point.
·  Pertandingan Menganut Sistem Rally Point.
·  Deuce Terjadi Pada Kedudukan 20 Sama, Pihak Yang Terlebih Dahulu Memperoleh Selisih 2
Angka Berhak Memenangkan Pertandingan.
·  Pada Kedudukan 29 Sama, Pihak Yang Terlebih Dahulu Memperoleh Angka 30 Berhak
Memenangkan Pertandingan.
·  Pihak Yang Memenangkan Game Pertama Memperoleh Hak Servis Pada Game Berikutnya.
Interval Dan Pergantian Sisi Lapangan
·  Ketika Leading Score Mencapai Angka 11 Maka Setiap Pemaian Mendapatkan Interval
Selama 60 Detik.
·  Interval 2 Menit Di Berikan Pada Rentang 2 Game.
·  Pada Game Ketiga, Pemain Harus Melakukan Pergantian Sisi Lapangan Bermain
Ketika Leading Score Mencapai Angka 11.
·  Ketentuan Lain Akan Dijelaskan Rinci Pada Draft Peraturan Pertandingan Sesuai Dengan
Statutes 2007/2008 Bwf.
Penundaan Pertandingan
Bila Keadaan Tidak Memungkinkan, Panitia Dapat Menunda Atau Menghentikan Pertandingan
Untuk Kemudian Dilakuakn Ulang Atau Dilanjutkan Pada Waktu Yang Telah Ditetapkan Panitia
Pelaksana.
Walk Out
Pemain Dinyatakan Kalah W.O Apabila:
·  Pemain Tidak Dapat Melanjutkan Pertandingan
·  Pemain Belum Ada Di Lapangan Dalam Jangka Waktu 5 Menit Setelah Mulai Pertandingan
(Sesuai Jadwal Pertandingan)
Ketentuan Tambahan :
·  Pertandingan Cabang Bulutangkis Menganut Sistem Gugur.
·  Pengambilan Undian Akan Dilaksanakan Pada Waktu Technical Meeting.
·  Setiap Atlet Diperbolehkan Mengikuti Maksimal 2 Nomor Yang Berbeda.
·  Setiap Himpunan Hanya Boleh Mengirimkan 1 Wakil Pada Tiap Nomor Yang
Dipertandingkan.
·  Shuttlecock Yang Dipergunakan Dari Babak Penyisihan Sampai Dengan Babak Perempat Final
Dibatasi Maksimal Sebanyak 3 Buah/Pertandingan.
·  Shuttlecock Yang Dipergunakan Dari Babak Semi Final Dan Final Dibatasi Maksimal
Sebanyak 5 Buah/Pertandingan.
·  Keputusan Official Pertandingan (Wasit Dan Hakim Garis) Adalah Mutlak Dan Tidak Dapat
Diganggu Gugat.
·  Pemain Harus Menggunakan Pakaian Standar Permainan Bulu Tangkis (Celana Pendek + Baju
Berkerah), Pengecualian Untuk Muslimah Yang Berkerudung.
·  Pemain Harus Mengenakan Sepatu Dan Kaos Kaki.
·  Raket Disediakan Sendiri Oleh Pemain.
·  Diperlakukan Sistem Seeded Yang Ditentukan Dari Olimpiade Vi Km Itb Dan Gbc 2 Tahun
Kebelakang.
Tata Tertib Permainan Di Lapangan
1. Skor Pertandingan

Cabang Olahraga Bulutangkis Merupakan Olahraga Yang Menggunakan Rally Point Score,
Dimana Jika Salah Satu Pemain Melakukan Pelanggaran Atau Gagal Memukul Shuttlecock
Dengan Baik, Maka Akan Terjadi Pindah Bola Dan Lawan Akan Mendapatkan Poin. Game
Dilakukan Dengan Sistem Best Of Three Games, Dimana Untuk Memenangkan Permainan,
Pemain Harus Memenangkan 2 Set Pertandingan. Skor Tiap Set Ialah 21, Jika Pemain Terlebih
Dulu Mencapai Poin 21, Maka Pemain Tersebut Menang. Jika Skor 20-20, Maka Batas Menang
Tidak 21, Namun Menjadi 22. Begitu Juga Jika Skor 21-21, Maka Batas Menang Menjadi 23,
22-22 Menjadi 24, 23-23 Menjadi 25, Dan Seterusnya. Hal Tersebut Dinamakan Deuce. Batas
Maksimal Deuce Ialah 30. Sehingga Jika Skor 29-29, Batas Menang Tidak 31, Namun Tetap 30.

2. Peraturan Pertandingan

·  Service
Merupakan Pukulan Tandanya Jalannya Permainan, Terdapat 2 Jenis Service, Yaitu Service
Forehand Dan Backhand. Service Dilakukan Secara Diagonal. Ketika Pemain Berada Di Sisi
Kanan, Maka Service Harus Dilakukan Ke Arah Kanan Sisi Permainan Lawan, Begitu Pula
Sebaliknya. Daerah Service Seperti Pada Gambar Di Bawah Ini :

Daerah Service Pertandingan Tunggal Putra/Putri


Daerah Service Pertandingan Ganda Putra/Putri/Campuran
Jika Bola Service Jatuh Di Daerah Selain Yang Diberi Warna, Maka Dinyatakan Keluar. Untuk
Service Poin Genap, Dilakukan Di Sisi Kanan Lapangan, Sementara Untuk Poin Ganjil,
Dilakukan Di Sisi Kiri Lapangan.
·  Daerah Permainan

Untuk Permainan Tunggal, Bidang Permainannya Ialah Sebagai Berikut :


Untuk Bidang Permainan Ganda, Yang Dipakai Ialah Seluruh Bidang Lapangan.
 Pelanggaran-Pelanggaran
·  Pukulan Dinyatakan Fault (Melanggar) Jika :
·  Menyangkut Di Net
·  Terpukul, Namun Masih Jatuh Di Bidang Permainan Sendiri
·  Keluar Bidang Permainan Lawan
·  Untuk Ganda, Bola Sebelumnya Terpukul/Terkena Raket Salah Satu Pemain Dan Tidak
Menyebrang
·  Pemain Dinyatakan Fault Jika :
·  Saat Menerima Service, Pemain Bergerak Duluan Sebelum Shuttlecock Terpukul Oleh Lawan.
·  Saat Melakukan Service Forehand, Shuttlecock Dipukul Dengan Ujung Raket Melebihi Dada.
·  Saat Melakukan Service Backhand, Shuttlecock Dipukul Dengan Ujung Raket Melebihi Pusar.
·  Saat Melakukan Atau Menerima Service, Pemain Menginjak Garis.
·  Raket Melebihi Net Dan Masuk Ke Daerah Permainan Lawan Saat Memukul Shuttlecock
·  Raket Menyentuh Net Saat Memukul Shuttlecock.
·  Pemain Mengulur Waktu Terlalu Lama (Kerjasama Wasit Sangat Berperan).
3. Durasi Permainan

 Pada Cabang Olahraga Bulutangkis, Tidak Ada Batas Waktu Permainan, Yang Ada Hanya
Batas Waktu Istirahat Dan Pergantian Set. Untuk Istirahat Di Poin 11 Set 1 Dan 2, Waktu Yang
Dibutuhkan Ialah 1-2 Menit. Sementara Untuk Pergantian Set 1 Ke 2, Biasanya Terjadi
Perpindahan Bidang Permainan, Dan Total Waktu Istirahatnya Membutuhkan Waktu Sekitar 2-3
Menit. Untuk Set 3, Waktu Istirahat Poin 11 Nya Berkisar Antara 2-3 Menit, Karena Pemain
Harus Berpindah Tempat. Sementara Untuk Pergantian Set 2 Ke 3, Butuh Waktu Antara 3-5
Menit. Selama Poin Belum 11, Biasanya Pemain Tidak Boleh Istirahat Minum Atau Melap
Keringat, Namun Jika Pemain Telah Melakukan Rally-Rally Panjang Atau Durasi Permainan
Memang Lama, Biasanya Pemain Diperbolehkan Melakukan Istirahat, Namun Durasinya
Dibawah 1 Menit.
4. Perangkat Permainan

 Terdapat Beberapa Perangkat Permainan, Yaitu :


·  Wasit, Sebagai Pemegang Kuasa Tertinggi Dan Pengambil Keputusan Saat Jalannya
Permainan.
·  Hakim Service, Untuk Pengawas Benar Tidaknya Service Saat Permainan Berlangsung.
·  Hakim Garis,  Untuk Melihat Masuk Tidaknya Bola.
·  Official (Tentative), Biasanya Untuk Melap Lapangan Ketika Basah.
 Isyarat Saat Permainan
·  Wajib Dilakukan
·  Untuk Hakim Garis, Jika Bola Masuk, Maka Tangan Kanan Diluruskan Kedepan, Jika Keluar,
Tangan Kanan Atau Kedua Tangan Diluruskan Ke Samping. Jika Bola Tidak Terlihat Masuk
Apa Keluar, Maka Hakim Garis Menutup Muka.
·  Jika Dilihat Pemain Mengulur Waktu Dan Melakukan Pelanggaran, Wasit Wajib Melakukan
Peneguran.
·  Tidak Wajib Dilakukan
·  Untuk Hakim Service Jika Ada, Jika Pemain Fault Saat Service, Hakim Garis Mengangkat
Tangan Kanan Dan Melipat Tangan Kanan Ke Arah Dada Dengan Posisi Telapak Tangan
Mengadah Ke Atas.
·  Untuk Wasit, Jika Pemain Mengulur Waktu Cukup Lama Dan Melakukan Pelanggaran Cukup
Banyak, Premain Protes Agak Ngotot, Maka Wasit Memberi Kartu Kuning. Jika Pemain
Mengulur Waktu Terlalu Lama, Pelanggaran Terlalu Banyak, Dan Protes Pemain Sangat
Mengganggu, Wasit Memberi Kartu Merah, Yang Artinya Lawan Mendapat Giliran Service Dan
Mendapat Poin. Kartu Merah Diberikan Jika Sebelumnya Telah Diberikan Kartu Kuning.
Tambahan Peraturan Setelah Technical Meeting
·  Baju + Celana Pendek. Baju Tidak Perlu Berkerah
·  Untuk Pertandingan Beregu, Memakai Sistem Gugur
·  Urutan Pertandingan Di Nomor Beregu Selalu Tetap Di Setiap Pertandingan Dengan Urutan
Dari Awal, Yaitu: Tunggal Putra, Tunggal Putri, Ganda Putra, Ganda Putri Dan Ganda
Campuran.
·  Shuttlecock Yang Dipakai Adalah Shuttlecock Merk Romeo Dengan Warna Hitam.
·  Untuk Pemain Akan Diberikan Waktu Istirahat Antara 15-20 Menit Sebelum Bertanding Lagi
Dalam Pertandingan Berikutnya Apabila Dia Baru Saja Bermain.
·  Dalam Pertandingan Beregu, 1 Orang Hanya Boleh Bermain Di Maksimal 2 Cabang.
·  Pemain Diharapkan Datang 15 Menit Sebelum Pertandingan Dimulai.
·  Pemain Yang Belum Ada Di Lapangan Saat Waktu Telah Melewati 5 Menit, Sejak
Dimulainya Pertandingan Sesuai Jadwal Akan Dinyatakan Kalah W.O.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Disamping percaya diri, seorang wasit harus berperilaku tegas, adil, idealisme, tanggung
jawab, egaliter, tidak egois, dan bermartabat. Dengan sifat dan karakter tersebut, maka wasit
akan mampu memimpin suatu pertandingan dengan baik.

B. SARAN
Saran saya untuk semua pembaca yang telah selesai dan memahami tentang makalah saya
tersebut adalah bagaimana caranya kita memajuk olahraga bulutangkis di Indonesia,selain itu
dari makalah diatas agar bisa menjadi tauladan yang baik supaya bisa menjadi wasit yang baik
dan adil sesuai yang semestinya.
DAFTAR PUSTAKA

http://zainimarigaanakgayo.blogspot.com/2015/12/makalah-perwasitan.html

https://gurupenjaskes.com/peraturan-dalam-permainan-bulu-tangkis

http://azamihsan87.blogspot.com/2013/01/c-peraturan-permainan-perwasitan-dan.html

https://sports.okezone.com/read/2016/02/18/43/1315652/sportpedia-cara-penghitungan-skor-di-
bulutangkis?page=2

https://www.khafacell.com/2017/10/makalah-perwasitan-dalam-permainan.html

Anda mungkin juga menyukai