Disusun oleh :
Maestro Boy Perwira Profaviola
K4616060
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmatnya, Saya
sebagai peyusunun Makalah ini dapat menyelasaikannya secara sederhana dan tepat waktu.
Adapun makalah ini penulis rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya yang sajiannya
penulis sajikan dalam lembar Daftar Pustaka dengan harapan makalah ini dapat menambah
pengetahuan kita tentang Bulu Tangkis.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
segi isi maupun tulisan. Oleh sebab itu penulis sangat mengahrapkan kritik dan saran guna lebih
menyempurnakan penulisan makalah pada masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan kemampuan kita.
MAESTRO BOY
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................................................
Rumusan Masalah........................................................................................................................
Tujuan..........................................................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
Pengertian Wasit.........................................................................................................................
Peraturan Pertandingan...............................................................................................................
Wasit Ideal.................................................................................................................................
Perwasitan..................................................................................................................................
Penghitungan..............................................................................................................................
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................................................................
Saran...........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Berbicara tentang pertandingan maupun permainan olahraga maka salah satu yang
menjadi bagian di dalamnya adalah wasit. Wasit memiliki peranan yang sangat penting dalam
suatu pertandingan atau permainan olahraga, apalagi olahraga yang menuju prestasi. Tentu saja
wasit bukan penentu utama dari pentandingan olahraga. Banyak faktor yang mempengaruhi
diantaranya pemain, pelatih, lapangan, penonton menjadi bagian dari penentu hasil pertandingan.
Sebagai suatu bagian yang sangat penting, seorang wasit diharapkan akan
menjalankan fungsinya secara baik dan benar dengan selalu menjunjung tinggi rasa keadilan
dan tanggung jawab terhadap terselenggarakannya pertandingan. Kesukaran yang muncul di
lapangan tidak saja disebabkan oleh barangkali kurang dikuasainya ‘medan’ lapangan, melain-
kan juga faktor-faktor eksternal yang mendukungnya. Dari sejumlah pengalaman pertandingan,
tidak jarang wasit dijadikan biang kebrutalan dan ketidakpuasan baik yang dilakukan oleh
pemain, ofisial, maupun penonton. Hal ini kiranya bukan menjadi suatu kendala kemajuan
dalam perwasitan, melainkan lebih menjadikan suatu tantangan yang perlu dihadapi oleh wasit
dalam menegakkan otoritas dan kredibilitasnya.
Agar wasit bisa menjalankan tugas dan fungsinya, maka ia pun perlu memiliki sifat-sifat
seorang pemimpin. Selain itu, wasit sebagai pemimpin pertandingan hendaknya juga
mengenal kepribadiannya. Kepribadian wasit merupakan modal yang sangat utama. Dari
kapasitas ini memiliki modal dasar yang perlu untuk menjalankan fungsi dan tugasnya di
lapangan.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksut dengan wasit ?
2. Bagaimana menjadi seorang wasit yang ideal ?
3. Bagaimana peraturan pertandingannya ?
4. Bagaimana cara perhitungan pertandingan ?
TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu wasit
2. Untuk mengetahui bagaimana menjadi wasit yang ideal
3. Untuk mengetahui peraturan yang berlaku
4. Mengetahui cara perhitungan yang benar
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN WASIT
Wasit adalah seorang yang memiliki wewenang untuk mengatur jalannya suatu
pertandingan olahraga. Wasit memiliki hak penuh selama pertandingan kepada seluruh pemain
dan pelatih dan ofisial sebuah tim. Ada bermacam-macam istilah wasit. Dalam bahasa Inggris
dikenal referee, umpire, judge atau linesman. Wasit dituntut agar selalu tegas, adil, disegani, dan
ditakuti oleh semua pemain dan official. Ia harus pandai, cerdik, dan tidak memihak pada salah
satu tim atau pemain tertentu. Oleh karena itu, wasit harus menguasai teknik-teknik perwasitan
dan peraturan pertandingan dengan sempurna. Seperti pemimpin pada umumnya penampilan
wasit sangat menentukan ketika ia berada di lapangan, wasit harus tampak berwibawa dan
memiliki kharisma.
Tugas pokok seorang wasit adalah memimpin suatu pertandingan agar pertandingan itu
berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan. Sebenarnya wasit adalah seorang pemimpin yang
mampu mempengaruhi orang yang dipimpinnya agar mau berusaha untuk memperlancar
pertandingan. Agar wasit dapat melaksanakan hal itu maka ia harus memenuhi peraturan
perwasitan yaitu:
Bakat
Menurut J.W. Bunn, perwasitan itu adalah suatu seni. Pribadi yang dapat
mengembangkan seni dari potensi dirinya diharapkan menjadi wasit yang baik. Selain itu
memerlukan bakat sehingga perwasitan juga memerlukan bakat.
Kemauan
Kemauan untuk menjadi wasit yang baik adalah modal utama dalam mengembangkan
kemampuan mewasiti. Dengan adanya kemauan yang besar akan mendorong seorang untuk
belajar mencari pengalaman dan berlatih.
Kesegaran jasmani dan sehat
Seorang wasit yang mempunyai kesegaran jasmani baik akan mampu menjalankan
tugasnya sebagai wasit yang baik artinya tanpa gangguan jasmaniah orang yang sehat berarti
bebas dari penyakit. Agar wasit tetap sehat sebaiknya ia selalu melakukan latihan-latihan fisik.
Kewibawaan
Wasit adalah seorang pemimpin. Agar sukses dalam memimpin seorang pemimpin harus
mempunyai wibawa. Kewibawaan wasit dapat diperoleh antara lain dengan:
1. Kepribadian wasit yang baik
2. Sikap perwujudan yang baik
3. Cara berpakaian yang sopan dan sesuai dengan situasi
4. Klasifikasi perwasitan tinggi
5. Banyak pengalaman
6. Kecakapan wasit yang baik.
https://kumpmakalahlengkap.blogspot.co.id/
Pemusatan Perhatian
Selama bertugas wasit harus mampu memusatkan perhatian kepada tugas yang sedang
diembannya. Seorang wasit juga harus mampu menguasai peraturan permainan dan peraturan
pertandingan. Jadi sebelum terjun memimpin pertandingan seoreng wasit harus benar-benar
menguasai teori perwasitan sebagai bekal untuk kemantapan batin didalam menjalankan
tugasnya.
Untuk bias menjadi seorang wasit yang memimpin suatu pertandingan maka seorang
wasit dan pembantu-pembantunya (assisten) harus memiliki persyaratan tertentu yaitu:
Memahami dan menguasai peraturan permainan dan pertandingan (suatu cabang
olahraga) secara menyeluruh
Mengerti dam memahami tentang teknik dan taktik olahraga yang mereka tekuni
Memiliki sikap kepribadian dan mental yang baik
Bertindak cepat, tegas, adil dan bijaksana
Memiliki kesegaran jasmani yang tinggi.
B.PERATURAN PERTANDINGA
Sebelum pertandingan dimulai, telah ditetapkan pihak mana yang akan melakukan servis
pertama kali. Pemain di bidang servis kanan akan memulai pukulan servis ke arah lawan yang
berdiri secara diagonal dihadapannya.
Pukulan servis pertama yang dilakukan selalu dilakukan dari bidang servis kanan.
Hanya pemain yang menjadi berdiri secara diagonal dihadapan pemain yang servislah yang dapat
menerima bola atau shuttlecock. Jika shuttlecock hasil servis tersentuh atau dipukul oleh pemain
pasangannya atau yang tidak berhadapan dengan si pemain yang melakukan servis, maka pihak
yang servislah mendapat angka.
Tambahan peraturan untuk pertandingan tunggal olahraga bulu tangkis adalah sebagai berikut:
Permaianan akan melakukan servis dari atau menerima servis dari bidang servis kanan
hanya bila nilai pelaku servis adalah 0 atau angka genap pertandingan seperti nilai 2, 4, 6 dan
seterusnya. Servis dilakukan dan diterima dari bidang servis kiri bila nilai pelaku servis
merupakan angka ganjil seperti 1, 3, 5 dan seterusnya.
Kedua pemain yang bertanding akan mengubah bidang servis tempat masing-masing
pemain itu berdiri setiap kali sebuah angka dihasilkan dalam setiap pertandingan.
Kesalahan Pemain
Ada beberapa kesalahan yang biasa dilakukan pemain ketika melakukan servis. Kesalahan yang
dilakukan pemain yang berada pada sisi dalam lapangan atau peain yang melakukan servis akan
menggagalkan servis yang dilakukannya dan akan menambah poin bagi tim lawan. Jika
kesalahan dilakukan oleh pemain yang berada di sisi luar atau sisi lapangan yang menerima
servis, maka poin akan didapatkan bagi yang melakukan servis.
Kesalahan-kesalahan dalam servis yang biasanya dilakukan pemain adalah sebagai berikut:
Ketika pemain melakukan servis, posisi shuttlecock pada saat disentuh raket berada di
atas ketinggian pinggang dari pemain yang melakukan servis atau salah satu bagian dari kepala
raket berada pada posisi lebih tinggi dari salah satu bagian tangan pelaku servis yang memegang
raket ketika shuttlecock disentuh raket. Jika hal ini terjadi maka service judge akan meneriakkan
foul dan pemain lawan yang akan mendapatkan poin atau nilai.
Saat pemain melakukan servis, shuttlecock jatuh ke bidang servis yang salah. Jatuhnya
shuttlecock tidk berada di posisi yang berdiagonal dengan pemain yang melakukan servis; atau
jatuh di depan garis servis pendek; atau jatuh dibelakang garis servis panjang; atau jatuh di luar
garis batas samping lapangan. Jika shuttlecock jatuh di depan garis servs pendek maka pemain
dapat membiarkan saja tanpa memukul shuttlecock. Jika shuttlecock keluar maka poin akan
didapatkan oleh pemain yang menerima servis tersebut.
Kesalahan yang selanjutnya adalah kaki pelaku servis tidak berada dalam bidang
servisnya, atau kaki penerima servis tidak berada dalam bidang servisnya yang terletak
bersebarangan diagonal.
Sebelum atau ketika melakukan servis, salah satu pemain melakukan gerak tipu atau
pura-pura atau secara sengaja mengejutkan lawannya dan memecahkan konsentrasi dari pemain
yang lawannya maka hal ini juga termasuk dalam jenis pelanggaran.
Pada servis ataupun sedang reli, shuttlecock mengenai badan pemain, jatuh ke luar
lapangan dan mengenai net. Makah al ini termasuk kesalahan dan poin akan diberikan kepada
tim lawan.
Shuttlecock yang sedang dalam permainan dipukul sebelum menyeberang ke sisi
lapangan pihak yang melakukan pukulan, biasanya hal ini terjadi ketika adu netting dengan bola
yang tanggung dan cukup dekat dengan net. Jika bola tersebut belum masuk ke area permainan
sendiri, maka bola tersebut tidak boleh dipukul. Jika shuttlecock masih di area permainan lawan
dan sudah dipukul maka akan terjadi foul dan lawan akan mendapatkan poin.
Waktu shuttlecock dalam permainan, pemain menyentuh jaring atau tiang peyangga
dengan raket, bagian tubuh, atau bajunya. Hal ini juga termasuk pelanggaran dan poin akan
diberikan pada tim lawan.
Kejadian shuttlecock dipukul dua kali berurutan atau juga peristiwa penempelan
shuttlecock di raket saat pukulan dilakukan. Hal ini biasanya terjadi pada nomor ganda, jika
shuttlecock sudah menyentuh pemain yang ada di depan maka pemain belakang tidak boleh
memukul shuttlecock lagi. Jika hal ini terjadi maka akan foul dan poin akan diberikan pada tim
lawan. Begitu juga jika shuttlecock telah mengenai badan satu pemain maka pemain lain dalam
tim tersebut tidak boleh memukul shuttlecock yang sudah menyentuh badan rekannya.
Pemain pelaku servis diharuskan melakukan servis jika pemain lawan sudah siap
memulai permainan. Penerima servis dianggap siap jika ia melakukan gerakan untuk menerima
servis yang telah dibayangkan. Jika penerima servis belum siap, maka penerima tersebut dapat
mengangkat tangan sebagai tanda bahwa dia belum siap menerima servis dari pemain lawannya.
Pelaku dan penerima servis harus berdiri di dalam batas bidang servisnya masing-masing
dan bagian dari kedua kaki pemain ini harus tetap bersentuhan dengan lantai, dalam posisi diam,
hingga shuttlecock disentuh raket. Pemain yang melakukan dan menerima servis atau pemain
lain dalam nomor ganda tidak boleh melakukan gerakan yang berlebihan yang dapat memecah
konsentrasi tim lawan ketika akan melakukan servis.
Jika saat servis atau reli, shuttlecock menyentuh dan tidak melampui jaring,
maka hal itu dianggap tidak sah. Jika shuttlecock tidak dapat menyebrangi net maka tentu saja
poin akan diberikan pada tim lawan.
Untuk menjadi wasit yang baik, maka ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi,
yaitu: syarat-syarat formal dan syarat-syarat psikologis.
a. Syarat-syarat Formal. Yaitu syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang wasit. Syarat-
syarat ini sudah ditentukan dalam aturan yang telah ditetapkan oleh masing-masing induk
organisasi olahraga baik nasional maupun internasional.
b. Syarat-syarat Psikologis. Yaitu syarat-syarat khusus yang mencerminkan kemampuan,
kepribadian dan cara kerja wasit yang akan bermanfaat di dalam melakukan kepemimpinannya
di lapangan. Syarat-syarat ini hendaknya sudah dimiliki wasit dan dapat digunakan sebagai
modal untuk menjadi wasit yang ideal.
Adapun syarat-syarat dasar psikologis tersebut antara lain :
1. Mempunyai intelegensi umum yang cukup baik. Intelegensi menyangkut kemampuan
dasar yang dimiliki oleh seorang wasit. Kemampuan itu menyangkut kemampuan dalam
memahami, menganalisa dan mensintesa suatu persoalan, kemampuan antisipasi gerakan, dan
kemampuan bahasa yang cukup baik verbal maupun isyarat.
2. Mempunyai hasrat berprestasi yang baik. Seorang wasit yang ideal dituntut untuk selalu
memiliki motivasi untuk berprestasi secara memadai. Prestasi seorang wasit tidak saja dilihat
dari strata ijasah wasitnya, melainkan dilihat dari keberhasilan dalam setiap memimpin
pertandingan dan upaya untuk selalu bisa menjalankan fungsi dan tugasnya di lapangan
maupun di luar lapangan.
3. Memiliki kematangan kepribadian. Seorang pribadi wasit yang matang tidak saja dilihat dari
stabilitas emosionalnya, melainkan juga dari integritas perilaku dan perbuatannya.
4. Memiliki penyesuain diri yang baik. Menyesuaikan diri dengan situasi pertandingan
merupakan modal yang penting bagi seorang wasit. Dengan kemampuan penyesuain diri ini,
seorang wasit akan dengan mudah mengatasi persoalan persoalan yang muncul di lapangan.
5. Memiliki kepercayaan diri. Kepercayaan diri menyangkut persepsi akan kemampuan diri
dalam mengatasi semua persoalan yang ada. Keragu-raguan adalah bibit dari rusaknya
keputusan yang diambil dari seorang wasit. Kepercayaan diri seorang wasit bisa berfluktuasi,
dari sangat percaya diri hingga kurang percaya diri. Pengalaman pertandingan memiliki peran
yang cukup penting di dalam membentuk kepercayaan diri di samping wasit tersebut memang
sudah memiliki dasar-dasar psikologis yang baik dalam aspek ini.
6. Teliti. Ketelitian kerja bisa menjadikan keputusan akurat. Oleh karena itu seorang wasit yang
memiliti dasar-dasar teliti diharapkan juga bisa teliti pula di dalam melihat persoalan dan dalam
melakukan pengambilan keputusan.
7. Cukup kreatif. Wasit perlu kreatif, guna membawa situasi pertandingan enak ditonton. Di
dalam suatu pertandingan muncul kecenderungan iramanya menurun dan ada dalam tempo yang
tinggi. Bila muncul kejadian seperti itu, wasit perlu untuk lebih kreatif dalam mengarahkan
ritme pertandingan. Kreativitas wasit juga bermanfaat untuk mengembangkan berbagai macam
keputusannya dan caranya untuk berkomunikasi dengan pemain.
8. Memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan. Mengambil keputusan, menurut Wayne
Weiton (1992) meliputi kegiatan mengevaluasi lternatif dan membuat pilihan terhadap
alternatif-alternatif itu. Dengan demikian ada seorang wasit dituntut untuk mengevaluasi
alternatif dan memilih alternatif itu berdasarkan informasi yang dilihat dan diperolehnya dari
hakim garisnya. Modal ini merupakan salah satu syarat yang sangat penting sekali bagi
seorang wasit.
9. Memiliki dasar kepemimpinan yang baik. Stogdil (1950) yang dikutip oleh Richard H. Cox
(1985) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi aktivitas suatu
kelompok yang terorganisasi dalam upayanya untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
dan tujuan yang ingin dicapai. Dari pengertian itu wasit memiliki peran didalam mengorganisir
aktivitas pelatih khususnya di dalam mengarahkan berhasil dan lancarnya jalannya
pertandingan. Meskipun wasit merupakan diktator di lapangan, namun bila hal itu
dijalalankan dalam pertandingan, maka ia tidak saja akan dimusuhi oleh tidak tim-tim yang
bertanding, melainkan juga suporter yang menonton pertandingan. Dengan adanya persyaratan
persyaratan dasar yang telah ditentukan ini, maka kiranya seorang wasit akan bisa menjadi
wasit yang baik dan berprestasi.
PERWASITAN
Seringkali terjadi dalam suatu kejuaraan seorang atlet merasa dirugikan oleh petugas lapangan,
khususnya wasit yang memimpin pertandingan atau hakim garis sehingga mengganggu
konsentrasinya dan dianggap sebagai penyebab kekalahannya, atau bahkan sang pemain mundur
dari lapangan sebelum pertandingan berakhir. Fenomena tersebut merupakan salah satu bukti
bahwa petugas lapangan (wasit, hakim servis, dan hakim garis) mempunyai peranan yang besar
dalam kesuksesan suatu kejuaraan.
Untuk menghindari hal-hal di atas, seorang wasit harus memperhatikan beberapa hal
diantaranya
a. Menguasai peraturan permainan
b. Berpenampilan meyakinkan dan mantap
c. Berwibawa dan mempunyai harga diri
d. Berpendirian netral dan tidak memihak kepada salah satu pemain serta bertindak sebagai
penengah.
e. Tidak terpengaruh oleh pemain atau penonton
f. Bersuara lantang dan jelas untuk setiap kata-kata yang diucapkan.
g. Selalu cepat tanggap dan inisiatif dalam mengambil keputusan, terutama bila terjadi kasus
pada jalannya pertandingan yang sedang dipimpinnya.
h. Memiliki wawasan tentang bulutangkis yang luas
i. Setiap saat dapat mengikuti perkembangan perbulu-tangkisan, terutama bila terjadi perubahan
peraturan.
j. Berusaha memelihara dan meningkatkan mutu perwasitan.
SISTEM PENGHITUNGAN
Sistem skor bulutangkis dibagi menjadi empat kategori. Yakni penilaian dasar, interval, tunggal,
dan ganda. Bagaimana sistem penilaian skor bulutangkis itu berlangsung? Berikut rinciannya:
- Sebuah pertandingan terbagi tiga game dengan masing-masing game aka nada total 21 poin.
- Setiap kali ada servis – ada juga poin yang dapat diraih.
- Kubu yang memenangi reli menambah poin yang dapat diraih.
- Saat kedudukan sama kuat 20, kubu yang memimpin dua poin pertama, memenangi laga.
- Saat kedudukan sama kuat 29, kubu yang mencapai 30 poin, memenangi pertandingan.
- Kubu yang memenangi set, memulai servis pertama di set berikutnya.
Interval
- Ketika memimpin dengan skor mencapai 11 poin, pemain punya 60 detik interval waktu.
- Interval dua menit di antara set diperbolehkan.
- Di set ketiga, perubahan pemain berakhir ketika kubu yang memimpin mencapai 11 poin.
Tunggal
- Pada awal mula pertandingan (kedudukan masih 0-0) dan ketika pebulutangkis melakukan
servis (server) dan mencetak skor maka kedudukan imbang. Server juga melakukan servis dari
kanan sisi lapangan. Ketika server mencatatkan skor yang ganjil, server mengambil servis dari
sisi kiri lapangan
- Jika server memenangi reli, server mendapatkan poin dan kemudian kembali melakukan servis
dari sisi lapangan servis alternatif.
- jika penerima servis memenangi reli, ia mendapat poin dan menjadi server yang baru. Mereka
melakukan servis dari sisi lapangan yang tepat – kiri jika mereka mencatatkan skor yang ganjil,
dan kanan jika kedudukan imbang
Ganda
- Tiap kubu hanya punya satu servis
- Operan servis secara beruntun kepada pemain seperti yang ditunjukkan diagram
- Ketika awal pertandingan dan ketika kedudukan sama kuat, server melakukan servis dari sisi
kanan lapangan. Ketika kedudukan ganjil, server melakukan servis dari sisi kiri lapangan.
- Jika tim yang melakukan servis memenangi rally, mereka mendapat poin dan server yang sama
melakukan servis lagi dari sisi lapangan alternatif.
- Jika tim penerima memenangi reli, mereka mendapat poin. Kubu itu menjadi server yang baru
- Pemain tidak mengubah posisi servis hingga mereka memenangi poin ketika mereka
melakukan servis.
Perwasitan Bulu Tangkis
Peraturan Permainan, Perwasitan, Dan Penyelenggaraan Pertandingan Bulutangkis
1. Peraturan Permainan
Peraturan Permainan Ditentukan Dan Ditetapkan Oleh Sidang Tahunan Organisasi Olahraga
Bulutangkis Internasional. Peraturan Ini Mulai Diperbaiki Dan Diberlakukan Tanggal 1 Agustus
1998 Dan Berlaku Sampai Tahun 2004. Pertengahan Tahun 2004 Terjadi Perubahan Dalam
Pengaturan Skor, Yang Mulanya Untuk Ganda Putra Skor 15 Menjadi 21, Tunggal Putri Dari 11
Menjadi 21, Sedangkan Untuk Ganda Putra, Putri, Dan Campuran Dari 15 Menjadi 25.
2. Penghitungan (Scoring)
Permainan Berlaku The Best Of Three Games, Artinya Maksimal Pemain Bertanding Tiga Set
(Dua Set Kemenangan). Skor Permainan Tunggal Putra Dan Putri Adalah 21 Angka, Sedangkan
Ganda Putra, Putri, Dan Campuran Adalah 25 Angka. Jika Perhitungan Sama-Sama Mencapai 20
Untuk Tunggal Dan 24 Untuk Putri, Maka Terjadi Duece Dan Pihak Pertama Kali Memperoleh
Angka Tersebut Mempunyai Hak Untuk Menetapkan Penambahan (Setting) 3 Angka. Pihak
Yang Memenangkan Set Pertama Berhak Untuk Melakukan Servis Pertama Pada Set Berikutnya.
3. Perwasitan
Seringkali Terjadi Dalam Suatu Kejuaraan Seorang Atlet Merasa Dirugikan Oleh Petugas
Lapangan, Khususnya Wasit Yang Memimpin Pertandingan Atau Hakim Garis Sehingga
Mengganggu Konsentrasinya Dan Dianggap Sebagai Penyebab Kekalahannya, Atau Bahkan
Sang Pemain Mundur Dari Lapangan Sebelum Pertandingan Berakhir. Fenomena Tersebut
Merupakan Salah Satu Bukti Bahwa Petugas Lapangan (Wasit, Hakim Servis, Dan Hakim Garis)
Mempunyai Peranan Yang Besar Dalam Kesuksesan Suatu Kejuaraan
.
Untuk Menghindari Hal-Hal Di Atas, Seorang Wasit Harus Memperhatikan Beberapa Hal
Diantaranya :
A. Menguasai Peraturan Permainan
B. Berpenampilan Meyakinkan Dan Mantap
C. Berwibawa Dan Mempunyai Harga Diri
D. Berpendirian Netral Dan Tidak Memihak Kepada Salah Satu Pemain Serta Bertindak Sebagai
Penengah.
E. Tidak Terpengaruh Oleh Pemain Atau Penonton
F. Bersuara Lantang Dan Jelas Untuk Setiap Kata-Kata Yang Diucapkan.
G. Selalu Cepat Tanggap Dan Inisiatif Dalam Mengambil Keputusan, Terutama Bila Terjadi
Kasus Pada Jalannya Pertandingan Yang Sedang Dipimpinnya.
H. Memiliki Wawasan Tentang Bulutangkis Yang Luas
I. Setiap Saat Dapat Mengikuti Perkembangan Perbulu-Tangkisan, Terutama Bila Terjadi
Perubahan Peraturan.
J. Berusaha Memelihara Dan Meningkatkan Mutu Perwasitan.
5. Qualifying Rounds
Bila Ada Pemain Yang Tidak Masuk Maindraw, Maka Committee Tournament Mengadakan
Pertandingan Pendahuluan Sebagai Babak Kualifikasi, Yaitu :
Dalam Pembuatan Bagan, Jika Terdapat Bye Maka Ditempatkan Sisipan Pada First Round Dan
Selalu
Dimulai Dari Pertengahan Sebelah Bawah, Kemudian Disusul Pada Bagian Atas, Kembali Ke
Bawah, Dan Seterusnya.
C. Kedua Pihak Yang Bertanding Akan Memainkan Tiga Sel Pertandingan Untuk Menentukan
Pemenang. Pemain Yang Mampu Memenangkan Lebih Dahulu 2 Sel Pertandingan (2 Games)
Akan Dinyatakan Sebagai Pemenang. Pemain Akan Bertukar Sisi Lapangan (Tempat) Pada
Setiap Akhir Suatu Game. Pada Game Ketiga, Pemain Juga Akan Berpindah Lapangan Ketika
Nilai Akhir Mencapai :
8. Pertandingan Ganda
Beberapa Peraturan Dalam Pertandingan Ganda Adalah Sebagai Berikut :
A.Telah Ditetapkan Pihak Mana Yang Akan Melakukan Servis Pertama Pemain Di Bidang
Servis Kanan Memulai Pukulan Servis Ke Arah Lawan Yang Berdiri Secara Diagonal
Dihadapannya.
B.Pukulan Servis Pertama Yang Dilakukan Pihak Berada Di Sisi Dalam Lapangan Selalu
Dilakukan Dari Bidang Servis Kanan.
C.Hanya Pemain Yang Menjadi “Sasaran” Servis Saja Yang Boleh Menerima Servis. Jika
Shuttlecock Tersentuh Atau Dipukul Oleh Pemain Pasangannya, Pihak Yang Berada Disisi
Dalam Mendapat Angka.
D.Hanya Satu Pemain Pada Pihak Yang Melakukan Servis Permulaan Atau Pertama Dari Suatu
Pertandingan Yang Dapat Melakukan Pukulan Servis Tersebut.
E.Jika Seorang Pemain Melakukan Servis Yang Tidak Pada Gilirannya Atau Dari Sisi Lapangan
Yang Salah, Dan Pihak Yang Melakukan Servis Yang Memenangkan Reli Tersebut, Maka Akan
Terjadi Let Kembali Yang Harus Diajukan Sebelum Pukulan Servis Berikut Dilakukan.
9. Pertandingan Tunggal
Dalam Pertandingan Tunggal, Peraturan 8a Dan 8e Berlaku Pada Pertandingan Tunggal.
Tambahan Peraturan Untuk Pertandingan Tunggal Adalah Sebagai Berikut:
A. Permaianan Akan Melakukan Servis Dari Atau Menerima Servis Dari Bidang Servis Kanan
Hanya Bila Nilai Pelaku Servis Adalah 0 Atau Angka Genap Pertandingan. Servis Dilakukan
Dan Diterima Dari Bidang Servis Kiri Bila Nilai Pelaku Servis Merupakan Angka Ganjil
B. Kedua Pemain Yang Bertanding Akan Mengubah Bidang Servis Tempat Masing-Masing
Pemain Itu Berdiri Setiap Kali Sebuah Angka Dibuat.
10. Kesalahan
Kesalahan Yang Dilakukan Pemain Yang Berada Pada Sisi Dalam Lapangan Akan
Menggagalkan Servis Yang Dilakukannya. Jika Kesalahan Dilakukan Oleh Pemain Yang Berada
Di Sisi Luar (Sisi Lapangan Yang Menerima Servis), Maka Satu Angka Diperoleh Pihak Yang
Berada Di Sisi Dalam (Sisi Lapangan Yang Melakukan Servis).
11. Kesalahan Terjadi Jika
A. Saat Melakukan Servis, Posisi Shuttlecock Pada Saat Disentuh Raket Berada Di Atas
Ketinggian Pinggang Pemain; Atau Salah Satu Bagian Dari Kepala Raket Berada Pada Posisi
Lebih Tinggi Dari Salah Satu Bagian Tangan Pelaku Servis Yang Memegang Raket Ketika
Shuttlecock Disentuh Raket.
B. Saat Melakukan Servis, Shuttlecock Jatuh Ke Bidang Servis Yang Salah Yakni Ke Sisi Yang
Tidak Berhadapan Diagonal Dengan Pelaku Servis; Atau Jatuh Di Muka Garis Servis Pendek;
Atau Jatuh Dibelakang Garis Servis Panjang; Atau Jatuh Di Luar Garis Batas Samping
Lapangan.
C. Kaki Pelaku Servis Tidak Berada Dalam Bidang Servisnya, Atau Kaki Penerima Servis Tidak
Berada Dalam Bidang Servisnya Yang Terletak Bersebarangan Diagonal Dan Bidang Servis
Pelaku Servis, Sampai Pukulan Servis Selesai Dilakukan.
D. Sebelum Atau Ketika Melakukan Servis, Salah Satu Pemain Melakukan Gerak Tipu Atau
Pura-Pura Atau Secara Sengaja Mengejutkan Lawannya.
E. Pada Servis Ataupun Sedang Reli, Shuttlecock Jatuh Di Luar Garis Batas Lapangan,
Melayang Menembus Atau Di Bawah Jaring, Menyentuh Langit-Langit, Menyentuh Dinding
Samping, Atau Menyentuh Tubuh Atau Pakaian Pemain.
F. Shuttlecock Yang Sedang Dalam Permainan Dipukul Sebelum Menyeberang Ke Sisi
Lapangan Pihak Yang Melakukan Pukulan.
G. Waktu Shuttlecock Dalam Permainan, Pemain Menyentuh Jaring Atau Tiang Peyangga
Dengan Raket, Bagian Tubuh, Atau Bajunya.
H. Shuttlecock Menempel Pada Raket Saat Pukulan Dilakukan Atau Shuttlecock Dipukul Dua
Kali Berurutan.
I. Saat Dalam Permainan, Seorang Pemain Tersentuh Shuttlecock Ketika Ia Berada Di Dalam
Atau Di Luar Batas Lapangan.
J. Pemain Menghalang-Halangi Lawan.
12. Umum
A. Pelaku Servis Tidak Boleh Melakukan Servis Hingga Penerima Servis Dalam Keadaan Siap.
Penerima Servis Dianggap Siap Jika Ia Melakukan Gerakan Untuk Menerima Servis Yang Telah
Dibayangkan.
B. Pelaku Dan Penerima Servis Harus Berdiri Di Dalam Batas Bidang Servisnya Masing-Masing
Dan Bagian Dari Kedua Kaki Pemain Ini Harus Tetap Bersentuhan Dengan Lantai, Dalam Posisi
Diam, Hingga Shuttlecock Disentuh Raket.
C. 1) Jika Saat Servis Atau Reli, Shuttlecock Menyentuh Dan Tidak Melampui Jaring,
Maka Hal Itu Dianggap Tidak Sah.
2) Jika Saat Servis Dan Reli, Shuttlecock Tersangkut Pada Net, Maka Diajukan Let.
3) Jika Penerima Servis Dinyatakan Salah Karena Bergerak Pada Saat Servis Sedang Dilakukan,
Atau Karena Tidak Berada Dalam Batas Bidang Servis Yang Seharusnya, Sementara Pada Saat
Yang Sama Pelaku Servis Juga Dinyatakan Melakukan Kesalahan, Maka Diajukan Let.
4) Jika Diajukan Let, Permainan Yang Terjadi Servis Sejak Servis Terakhir Yang Benar, Tidak
Dihitung. Pemain Yang Baru Saja Melakukan Servis Akan Melakukan Servis Ulang, Kecuali
Jika Peraturan Lain Telah Ditetapkan.
D. Jika Pelaku Servis Pada Saat Melakukan Servis Tidak Mengenai Shuttlecock, Maka Ia
Dianggap Melakukan Kesalahan (Fault); Tetapi Jika Shuttlecock Tersentuh Raket, Servis Telah
Dianggap Telah Dilakukan.
E. Jika Dalam Permainan Shuttlecock Menyentuh Jaring Dan Tetap Tersangkut Disana, Atau
Menyentuh Jaring Dan Jatuh Di Posisi Pemukulnya, Atau Menyentuh Lantai Diluar Lapangan;
Dan Pemain Lawan Menyentuh Jaring Atau Shuttlecock Dengan Raket Dan Tubuhnya, Maka
Tidak Ada Pinalti, Sebab Shuttlecock Dianggap Dalam Permainan.
F. Jika Pemain Memukul Shuttlecock Dengan Arah Ke Bawah , Ketika Berada Dekat Jaring
Dengan Harapan Bahwa Shuttlecock Akan Terpukul Kembali Olehnya, Hal Ini Dianggap
Menghalangi Lawan. Maka Wasit Wajib Menyatakan Kesalahan (Fault) Atau Let, Jika Hal
Tersebut Terjadi Tanpa Pemain Mengajukannya. Jika Pemain Mengajukan Hal Tersebut, Maka
Wasit Harus Memberikan Keputusan.
13. Kontinuitas Permainan
Permainan Harus Berkelanjutan Dari Servis Yang Pertama Hingga Akhir Pertandingan, Ketika
Tim Menang Diputuskan, Kecuali:
A. Pada Internasional Badminton Championship Dan Ladies Internasional Badminton
Championship Harus Diizinkan Suatu Waktu Istirahat (Tidak Lebih Dari 5 Menit) Yakni Antara
Pertandingan Kedua Dan Ketiga.
B. Di Daerah Yang Kondisi Cuacanya Menyebabkan Waktu Istirahat Dibutuhkan (Maksimal 5
Menit), Yakni Antara Pertandingan Kedua Dan Ketiga, Baik Untuk Tunggal, Ganda Atau
Keduanya.
C. Karena Keadaan Yang Tak Terhindarkan Oleh Pemain, Wasit Dapat Menunda Permainan
Hingga Waktu Yang Menurut Pertimbangannya Dibutuhkan.
Peraturan Pertandingan Bulutangkis
Nomor Pertandingan
1. Tunggal Putra Perseorangan
2. Tunggal Putri Perseorangan
3. Ganda Putra Perseorangan
4. Ganda Putri Perseorangan
5. Ganda Campuran Perseorangan
6. Beregu
Format Dan Ketentuan Pertandingan
Format Pertandingan :
· Peraturan Pertandingan Yang Diberlakukan Menganut Statutes 2007/2008 Dari Bwf
(Badminton World Federation).
· Untuk Cabang Perorangan Akan Digunakan Sistem Gugur.
· Untuk Cabang Beregu Akan Digunakan Sistem Setengah Kompetisi.
· Secara Sederhana, Peraturan Yang Diberlakukan Adalah Sebagai Berikut:
Scoring System
· Suatu Pertandingan Terdiri Dari Best Of 3 Games Dengan 21 Point.
· Pertandingan Menganut Sistem Rally Point.
· Deuce Terjadi Pada Kedudukan 20 Sama, Pihak Yang Terlebih Dahulu Memperoleh Selisih 2
Angka Berhak Memenangkan Pertandingan.
· Pada Kedudukan 29 Sama, Pihak Yang Terlebih Dahulu Memperoleh Angka 30 Berhak
Memenangkan Pertandingan.
· Pihak Yang Memenangkan Game Pertama Memperoleh Hak Servis Pada Game Berikutnya.
Interval Dan Pergantian Sisi Lapangan
· Ketika Leading Score Mencapai Angka 11 Maka Setiap Pemaian Mendapatkan Interval
Selama 60 Detik.
· Interval 2 Menit Di Berikan Pada Rentang 2 Game.
· Pada Game Ketiga, Pemain Harus Melakukan Pergantian Sisi Lapangan Bermain
Ketika Leading Score Mencapai Angka 11.
· Ketentuan Lain Akan Dijelaskan Rinci Pada Draft Peraturan Pertandingan Sesuai Dengan
Statutes 2007/2008 Bwf.
Penundaan Pertandingan
Bila Keadaan Tidak Memungkinkan, Panitia Dapat Menunda Atau Menghentikan Pertandingan
Untuk Kemudian Dilakuakn Ulang Atau Dilanjutkan Pada Waktu Yang Telah Ditetapkan Panitia
Pelaksana.
Walk Out
Pemain Dinyatakan Kalah W.O Apabila:
· Pemain Tidak Dapat Melanjutkan Pertandingan
· Pemain Belum Ada Di Lapangan Dalam Jangka Waktu 5 Menit Setelah Mulai Pertandingan
(Sesuai Jadwal Pertandingan)
Ketentuan Tambahan :
· Pertandingan Cabang Bulutangkis Menganut Sistem Gugur.
· Pengambilan Undian Akan Dilaksanakan Pada Waktu Technical Meeting.
· Setiap Atlet Diperbolehkan Mengikuti Maksimal 2 Nomor Yang Berbeda.
· Setiap Himpunan Hanya Boleh Mengirimkan 1 Wakil Pada Tiap Nomor Yang
Dipertandingkan.
· Shuttlecock Yang Dipergunakan Dari Babak Penyisihan Sampai Dengan Babak Perempat Final
Dibatasi Maksimal Sebanyak 3 Buah/Pertandingan.
· Shuttlecock Yang Dipergunakan Dari Babak Semi Final Dan Final Dibatasi Maksimal
Sebanyak 5 Buah/Pertandingan.
· Keputusan Official Pertandingan (Wasit Dan Hakim Garis) Adalah Mutlak Dan Tidak Dapat
Diganggu Gugat.
· Pemain Harus Menggunakan Pakaian Standar Permainan Bulu Tangkis (Celana Pendek + Baju
Berkerah), Pengecualian Untuk Muslimah Yang Berkerudung.
· Pemain Harus Mengenakan Sepatu Dan Kaos Kaki.
· Raket Disediakan Sendiri Oleh Pemain.
· Diperlakukan Sistem Seeded Yang Ditentukan Dari Olimpiade Vi Km Itb Dan Gbc 2 Tahun
Kebelakang.
Tata Tertib Permainan Di Lapangan
1. Skor Pertandingan
Cabang Olahraga Bulutangkis Merupakan Olahraga Yang Menggunakan Rally Point Score,
Dimana Jika Salah Satu Pemain Melakukan Pelanggaran Atau Gagal Memukul Shuttlecock
Dengan Baik, Maka Akan Terjadi Pindah Bola Dan Lawan Akan Mendapatkan Poin. Game
Dilakukan Dengan Sistem Best Of Three Games, Dimana Untuk Memenangkan Permainan,
Pemain Harus Memenangkan 2 Set Pertandingan. Skor Tiap Set Ialah 21, Jika Pemain Terlebih
Dulu Mencapai Poin 21, Maka Pemain Tersebut Menang. Jika Skor 20-20, Maka Batas Menang
Tidak 21, Namun Menjadi 22. Begitu Juga Jika Skor 21-21, Maka Batas Menang Menjadi 23,
22-22 Menjadi 24, 23-23 Menjadi 25, Dan Seterusnya. Hal Tersebut Dinamakan Deuce. Batas
Maksimal Deuce Ialah 30. Sehingga Jika Skor 29-29, Batas Menang Tidak 31, Namun Tetap 30.
2. Peraturan Pertandingan
· Service
Merupakan Pukulan Tandanya Jalannya Permainan, Terdapat 2 Jenis Service, Yaitu Service
Forehand Dan Backhand. Service Dilakukan Secara Diagonal. Ketika Pemain Berada Di Sisi
Kanan, Maka Service Harus Dilakukan Ke Arah Kanan Sisi Permainan Lawan, Begitu Pula
Sebaliknya. Daerah Service Seperti Pada Gambar Di Bawah Ini :
Pada Cabang Olahraga Bulutangkis, Tidak Ada Batas Waktu Permainan, Yang Ada Hanya
Batas Waktu Istirahat Dan Pergantian Set. Untuk Istirahat Di Poin 11 Set 1 Dan 2, Waktu Yang
Dibutuhkan Ialah 1-2 Menit. Sementara Untuk Pergantian Set 1 Ke 2, Biasanya Terjadi
Perpindahan Bidang Permainan, Dan Total Waktu Istirahatnya Membutuhkan Waktu Sekitar 2-3
Menit. Untuk Set 3, Waktu Istirahat Poin 11 Nya Berkisar Antara 2-3 Menit, Karena Pemain
Harus Berpindah Tempat. Sementara Untuk Pergantian Set 2 Ke 3, Butuh Waktu Antara 3-5
Menit. Selama Poin Belum 11, Biasanya Pemain Tidak Boleh Istirahat Minum Atau Melap
Keringat, Namun Jika Pemain Telah Melakukan Rally-Rally Panjang Atau Durasi Permainan
Memang Lama, Biasanya Pemain Diperbolehkan Melakukan Istirahat, Namun Durasinya
Dibawah 1 Menit.
4. Perangkat Permainan
Disamping percaya diri, seorang wasit harus berperilaku tegas, adil, idealisme, tanggung
jawab, egaliter, tidak egois, dan bermartabat. Dengan sifat dan karakter tersebut, maka wasit
akan mampu memimpin suatu pertandingan dengan baik.
B. SARAN
Saran saya untuk semua pembaca yang telah selesai dan memahami tentang makalah saya
tersebut adalah bagaimana caranya kita memajuk olahraga bulutangkis di Indonesia,selain itu
dari makalah diatas agar bisa menjadi tauladan yang baik supaya bisa menjadi wasit yang baik
dan adil sesuai yang semestinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://zainimarigaanakgayo.blogspot.com/2015/12/makalah-perwasitan.html
https://gurupenjaskes.com/peraturan-dalam-permainan-bulu-tangkis
http://azamihsan87.blogspot.com/2013/01/c-peraturan-permainan-perwasitan-dan.html
https://sports.okezone.com/read/2016/02/18/43/1315652/sportpedia-cara-penghitungan-skor-di-
bulutangkis?page=2
https://www.khafacell.com/2017/10/makalah-perwasitan-dalam-permainan.html